Banjir menghantam wilayah pegunungan terpencil di Khyber Pakhtunkhwa, disertai sambaran petir, tanah longsor, dan arus deras yang menyapu rumah-rumah warga. Badan Penanggulangan Bencana Provinsi mencatat sedikitnya 307 korban jiwa hingga Sabtu, sementara jumlah orang hilang masih terus bertambah. (REUTERS/Stringer)
Topik: Banjir Bandang
-

Terus Bertambah, Korban Tewas Banjir-Longsor Pakistan Sudah 321 Jiwa
Korban tewas akibat banjir bandang dan longsor yang melanda bagian utara Pakistan terus bertambah seiring dengan proses evakuasi. Data terkini mencatat sudah 321 jiwa melayang dari bencana ini.
Diketahui saat ini ada ratusan lainnya yang masih dilaporkan hilang. Badan meteorologi setempat pun masih terus mengeluarkan peringatan hujan lebat untuk beberapa hari ke depan.
-

Cinta Indonesia Tak Cukup dengan Kisah Heroik Merebut Bendera
Jakarta –
Film animasi Merah Putih: One for All baru-baru ini menjadi sorotan publik. Ceritanya sederhana dan penuh semangat persatuan: delapan anak dari berbagai daerah di Indonesia bersatu menyelamatkan bendera pusaka yang hilang tiga hari sebelum upacara kemerdekaan. Pesan yang ingin disampaikan jelas: keberagaman adalah kekuatan, dan simbol negara harus dijaga.
Namun, pertanyaannya: apakah cinta Indonesia hanya sebatas kisah heroik menyelamatkan bendera?
Nasionalisme yang Masih Seremonial
Film ini mewakili bentuk nasionalisme yang sangat seremonial-menjaga simbol, mengibarkan bendera, dan bersatu demi momen upacara. Tentu, itu penting. Tapi di dunia nyata, “bendera” yang kita jaga seharusnya tidak hanya kain merah putih di tiang, melainkan juga hutan yang lestari, laut yang bersih, udara yang sehat, tanah yang subur, dan keanekaragaman hayati yang kaya.
Di banyak daerah, sumber daya alam kita sedang dijarah. Hutan Papua terus ditebang untuk perkebunan monokultur, tambang nikel di Sulawesi menggerus pesisir dan mencemari laut, sungai-sungai di Kalimantan berubah menjadi cokelat pekat karena tambang emas ilegal. Jika semua itu dibiarkan, kita sebenarnya sedang kehilangan “bendera kehidupan” yang jauh lebih vital daripada selembar kain simbol negara.
Cinta Tanah Air di Era Krisis Iklim
Kita hidup di era krisis iklim. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan suhu rata-rata Indonesia meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Akibatnya, kita semakin sering menghadapi banjir bandang, kekeringan ekstrem, kebakaran hutan, dan abrasi pantai.
Ironisnya, banyak kerusakan ini justru disebabkan oleh proyek-proyek yang dibungkus jargon pembangunan dan investasi. Padahal, proyek semacam itu seringkali merusak ekosistem, mengancam sumber air, dan mengurangi daya serap karbon yang sangat dibutuhkan untuk memperlambat pemanasan global.
Di tengah situasi ini, cinta tanah air seharusnya diukur dari keberanian melawan para perusak alam, mempertahankan hutan adat, melindungi satwa langka dan memastikan sumber daya alam dikelola secara berkelanjutan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Sustainable Development Goals (SDGs) telah menetapkan Goal 13: Climate Action-mengambil langkah cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, memegang peran strategis dalam pencapaian tujuan ini.
Jika kita benar-benar cinta Indonesia, maka kita harus serius memenuhi target SDGs 13: mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana iklim, dan melindungi ekosistem yang menjadi penyangga kehidupan.
Sayangnya, komitmen ini sering kali hanya manis di dokumen, tapi lemah di lapangan.
Film seperti Merah Putih: One for All sebenarnya bisa menjadi medium edukasi yang efektif. Alur ceritanya bisa diubah atau diperkaya dengan pesan menjaga lingkungan.Misalnya, tokoh-tokohnya tidak hanya mencari bendera yang hilang, tetapi juga menyelamatkan hutan dari pembakaran liar atau membersihkan laut dari tumpahan minyak.
Dengan begitu, pesan nasionalisme yang disampaikan tidak hanya simbolis, tetapi juga relevan dengan tantangan zaman.
Seni untuk Lingkungan
Seni dan film memiliki kekuatan untuk mengubah cara pandang masyarakat. Ketika anak-anak menonton film nasionalis yang juga mengajarkan perlindungan alam, mereka tumbuh dengan kesadaran bahwa membela negara berarti juga membela bumi tempat mereka berpijak.
Bayangkan jika generasi muda kita diajak percaya bahwa pahlawan masa kini adalah mereka yang menanam pohon, memulihkan terumbu karang, menghentikan pembalakan liar, atau mengadvokasi energi terbarukan. Itulah wujud cinta tanah air yang paling relevan di era krisis iklim.
Kemerdekaan yang Utuh
Kemerdekaan tidak hanya berarti bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari ketergantungan pada model pembangunan yang merusak lingkungan. Kemerdekaan sejati adalah saat rakyat Indonesia dapat hidup di tanah yang subur, menghirup udara bersih, meminum air yang aman, dan mewariskan bumi yang layak huni bagi generasi mendatang.
Film Merah Putih: One for All boleh menjadi hiburan bertema nasionalisme. Tapi mari kita ingat: cinta Indonesia bukan sekadar berkibar di tiang bendera, melainkan tumbuh di setiap pohon yang kita lindungi, mengalir di sungai yang kita jaga dan bernafas di udara yang kita bersihkan.
Jika kita ingin merayakan kemerdekaan yang utuh, maka perjuangan terpenting hari ini adalah memenangkan pertempuran melawan krisis iklim-pertempuran yang jauh lebih menentukan masa depan bangsa daripada sekadar menyelamatkan selembar bendera di layar lebar.
Nofi Yendri Sudiar. Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs sekaligus Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang.
(rdp/imk)
-

Bertambah, 321 Orang Tewas Akibat Banjir-Longsor di Pakistan
Islamabad –
Petugas penyelamat Pakistan berjuang keras untuk mengevakuasi jenazah dari puing-puing setelah banjir bandang dan tanah longsor yang dipicu oleh hujan monsun lebat melanda wilayah utara negara tersebut. Dalam waktu 48 jam terakhir, jumlah korban tewas dilaporkan bertambah menjadi sedikitnya 321 orang.
Otoritas Manajemen Bencana Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025), melaporkan bahwa sebagian besar korban tewas, atau sebanyak 307 korban tewas di antaranya, ada di area pegunungan provinsi tersebut.
Para korban kehilangan nyawa akibat banjir bandang dan rumah-rumah yang ambruk. Terdapat 15 wanita dan 13 anak-anak di antara korban tewas di provinsi itu.
Sekitar 23 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sembilan orang lainnya tewas di area Kashmir yang dikuasai Pakistan, sedangkan lima korban tewas lainnya ada di wilayah utara Gilgit Baltistan.
Dilaporkan juga bahwa lima orang lainnya, termasuk dua pilot, tewas ketika sebuah helikopter pemerintah jatuh akibat cuaca buruk saat menjalankan misi penyelamatan pada Jumat (15/8).
Badan penyelamat Provinsi Khyber Pakhtunkhwa mengatakan kepada AFP bahwa sekitar 2.000 petugas penyelamat terlibat dalam upaya evakuasi jenazah dari reruntuhan dan puing, serta memberikan bantuan di sembilan distrik yang terdampak, di mana hujan masih menghambat upaya semacam itu.
“Hujan deras, tanah longsor di beberapa area, dan jalanan yang tergenang memberikan tantangan yang signifikan dalam penyaluran bantuan, terutama dalam pengangkutan alat berat dan ambulans,” kata juru bicara badan penyelamat Kyhber Pakhtunkhwa, Bilal Ahmed Faizi, kepada AFP.
“Karena penutupan jalan di sebagian besar wilayah, para petugas penyelamat berjalan kaki untuk melakukan operasi di daerah-daerah terpencil,” sebutnya.
“Mereka berusaha mengevakuasi korban selamat, tetapi sangat sedikit orang yang mengungsi karena kematian kerabat atau orang tercinta mereka yang terjebak di reruntuhan,” ucap Ahmed Faizi.
Pemerintah Provinsi Kyhber Pakhtunkhwa telah menetapkan distrik pegunungan Buner, Bajaur, Swat, Shangla, Mansehra, dan Battagram sebagai area terdampak bencana. Pemerintah Provinsi Khyber Pakhtunkhwa juga mengumumkan hari berkabung pada Sabtu (16/8), dengan pengibaran bendera setengah tiang.
Badan meteorologi setempat telah mengeluarkan peringatan hujan lebat untuk wilayah barat laut Pakistan, dan mengimbau masyarakat untuk mengambil “tindakan pencegahan”.
Musim monsun membawa sekitar tiga perempat curah hujan tahunan ke wilayah Asia Selatan, yang vital bagi pertanian dan ketahanan pangan, namun juga membawa kerusakan. Longsor dan banjir bandang sering terjadi selama musim ini, yang biasanya dimulai pada Juni dan mereda pada akhir September.
Lihat juga Video ‘Badai Debu di Pakistan, 8 orang Tewas’:
Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)
-

Banjir-Longsor di Pakistan Tewaskan Nyaris 200 Orang dalam 24 Jam
Islamabad –
Banjir bandang dan tanah longsor yang dipicu oleh hujan monsun lebat melanda wilayah Pakistan bagian utara. Sedikitnya 199 orang tewas dalam waktu 24 jam akibat berbagai insiden yang terjadi saat bencana alam itu terjadi.
Bencana banjir dan longsor ini memicu situasi mengerikan yang disebut oleh penduduk setempat bagaikan “kiamat”.
Laporan para pejabat nasional dan lokal Pakistan, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025), menyebut bahwa sebanyak 180 korban tewas di antaranya berada di area Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Otoritas Manajemen Bencana Nasional Pakistan menambahkan bahwa sekitar sembilan korban tewas lainnya ada di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan dan lima korban tewas lainnya ada di wilayah Gilgit-Baltistan.
Sebagian besar korban tewas akibat banjir bandang dan rumah-rumah yang ambruk, dengan para korban tewas termasuk 19 wanita dan 17 anak-anak. Sebanyak 28 orang lainnya mengalami luka-luka di wilayah-wilayah tersebut.
Sekitar lima orang lainnya, termasuk dua pilot, menurut kepala menteri Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Ali Amin Gandapur, tewas ketika sebuah helikopter pemerintah wilayah provinsi tersebut terjatuh akibat cuaca buruk saat menjalankan misi penyelamatan.
Pemerintah provinsi tersebut menyatakan distrik pegunungan Buner, Bajaur, Mansehra, dan Battagram sebagai area-area terdampak parah bencana tersebut.
Di Bajaur, distrik suku yang berbatasan dengan Afghanistan, kerumunan orang berkumpul di sekitar ekskavator yang sedang menggali area perbukitan yang diselimuti lumpur. Doa pemakaman dimulai di area padan rumput di dekatnya, dengan orang-orang berkabung di depan beberapa jenazah yang ditutupi selimut.
“Saya mendengar suara keras seolah-olah gunung itu longsor. Saya bergegas keluar dan melihat seluruh area berguncang, seolah-olah akhir dunia akan tiba,” tutur seorang penduduk distrik Buner, Azizullah, kepada AFP. Puluhan korban tewas dan korban luka tercatat di Buner.
“Saya pikir itu kiamat,” ucapnya. “Tanah bergetar karena derasnya air, dan rasanya seperti kematian sedang menatap saya,” kata Azizullah.
Badan meteorologi setempat telah mengeluarkan peringatan hujan lebat untuk wilayah barat laut Pakistan, mengimbau masyarakat untuk menghindari “paparan yang tidak perlu ke area-area rentan”.
Pemerintah Khyber Pakhtunkhwa mengumumkan hari berkabung pada Sabtu (16/8) waktu setempat.
“Bendera setengah tiang akan dikibarkan di seluruh wilayah provinsi ini, dan para korban tewas akan dimakamkan dengan penghormatan kenegaraan penuh,” demikian pernyataan kantor kepala menteri Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Ali Amin Gandapur.
Lihat juga Video ‘Badai Debu di Pakistan, 8 orang Tewas’:
Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)
-

Hujan Deras Picu Banjir-Tanah Longsor di Pakistan, 30 Orang Tewas
Jakarta –
Hujan deras memicu tanah longsor dan banjir bandang di Pakistan utara, menewaskan sedikitnya 30 orang. Banyak orang lainnya terjebak di reruntuhan rumah mereka.
Dilansir kantor berita AFP, Jumat (15/8/2025, setidaknya 23 orang tewas dalam 24 jam terakhir di provinsi pegunungan Khyber Pakhtunkhwa, sementara tujuh orang tewas di area wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, kata otoritas penanggulangan bencana regional pada hari Jumat (15/8).
Hujan deras menghanyutkan beberapa rumah di distrik Bajaur di barat laut Pakistan, menewaskan 16 orang dan membuat lebih dari 20 orang lainnya terlantar, kata badan penanggulangan bencana provinsi kepada AFP.
Badan Meteorologi juga telah mengeluarkan peringatan hujan deras untuk wilayah barat laut, mendesak masyarakat untuk menghindari “paparan yang tidak perlu ke daerah-daerah rentan”.
Musim hujan tahunan membawa 70 hingga 80 persen curah hujan ke Asia Selatan, yang vital bagi pertanian dan ketahanan pangan, tetapi juga membawa kerusakan.
Sebelumnya pada tahun 2022, banjir selama musim hujan telah menenggelamkan sepertiga wilayah negara tersebut dan menewaskan 1.700 orang.
Lihat juga Video: Melihat Parahnya Dampak Banjir di India, 4 Nyawa Melayang
(ita/ita)
-

Dunia Terbalik, Rusa Kutub Hampir Mati Kepanasan di Negara Nordik
Jakarta, CNBC Indonesia – Negara-negara Nordik yang selama ini dikenal sebagai kawasan paling dingin di Eropa harus menghadapi kenyataan baru, yakni panas ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Udara dingin bersalju kini berubah menjadi gelombang panas brutal. Membuat kawasan bersalju itu seperti “meleleh” dengan suhu di atas 30°C selama berhari-hari, memecahkan rekor tertinggi dalam lebih dari 60 tahun terakhir.
Para ilmuwan menyebutnya sebagai gelombang panas yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.
Laporan dari Guardian, rusa kutub di sana dilaporkan mati kepanasan. Rumah sakit di Finlandia penuh sesak, hingga arena es harus dibuka darurat untuk mengungsi. Sementara itu, turis asing yang mencari liburan dingin malah disambut peringatan panas ekstrem.
Stasiun cuaca di Arktik Norwegia mencatat suhu lebih dari 30°C selama 13 hari di bulan Juli, dan Finlandia mencatat tiga minggu berturut-turut dengan panas menyengat. Ini bukan hanya rekor, tetapi peringatan keras dari alam.
Di Swedia, stasiun cuaca di wilayah utara seperti Haparanda dan Jokkmokk mencatat rekor suhu tinggi terpanjang dalam lebih dari satu abad. Suhu musim panas naik 8 hingga 10 derajat di atas normal, memicu badai, petir, dan kebakaran hutan di wilayah kutub.
“Yang terjadi ini bukan anomali musiman. Ini pertanda zaman,” ujar Heikki Tuomenvirta, ilmuwan dari Institut Meteorologi Finlandia, dikutip dari Guardian, Kamis (7/8/2025).
Ia memperingatkan bahwa gelombang panas ekstrem kini terjadi lebih sering, lebih intens, dan lebih lama, buah dari perubahan iklim akibat emisi karbon yang terus membumbung tinggi.
Permasalahannya infrastruktur Skandinavia tidak siap. Negara-negara seperti Norwegia, Inggris, dan Swiss disebut sebagai yang paling rentan terhadap peningkatan hari-hari panas tak nyaman. Kota-kota yang biasanya dingin kini justru menghadapi risiko cuaca ekstrem tanpa kesiapan fasilitas pendingin, sistem medis, hingga pasokan energi.
Adapun kondisi ini menambah panjang daftar bencana iklim global tahun ini. Dari banjir bandang di Asia Selatan, kebakaran hutan di Yunani, hingga suhu 50°C di Timur Tengah.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
-

Banjir Bandang Terjang Gansu China, Puluhan Orang Hilang
Banjir bandang terjadi di Provinsi Gansu, China. Dikabarkan 10 orang tewas dan 33 orang hilang imbas bencana tersebut.
Banjir terjadi setelah hujan lebat menyebabkan tanah longsor dan kerusakan di beberapa desa. Tim medis provinsi dan tenaga ahli dikerahkan untuk membantu penanganan korban.
-

Israel Pertimbangkan Mengambil Alih Gaza Sepenuhnya
Anda sedang menyimak Dunia Hari Ini, rangkuman sejumlah informasi utama dari berbagai negara yang terjadi dalam 24 jam terakhir.
Berita dari Gaza menjadi pembuka edisi hari ini, Rabu, 6 Agustus 2025.
Israel pertimbangkan mengambil alih Gaza
Meskipun masyarakat internasional gencar mendorong gencatan senjata untuk mengatasi kelaparan di Gaza, upaya mediasi gencatan senjata antara Israel dan kelompok Palestina, Hamas, telah gagal.
Media Israel melaporkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan pejabat keamanan senior untuk menyelesaikan strategi baru perang di Gaza, di mana ia cenderung mengambil alih Gaza sepenuhnya melalui aksi militer.
Namun, tidak jelas apakah Netanyahu berencana menduduki wilayah tersebut dalam jangka waktu yang panjang, atau lewat operasi jangka pendek dengan tujuan membubarkan Hamas dan membebaskan sandera Israel.
Sementara itu Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan delapan orang lagi meninggal karena kelaparan atau malnutrisi dalam 24 jam terakhir, sementara 79 orang lainnya meninggal akibat tembakan Israel dalam serangan yang ditargetkan.
Empat tewas akibat banjir bandang di India
Saluran berita TV lokal menayangkan banjir dan lumpur yang mengalir deras, kemudian menghantam desa di negara bagian Uttarakhand, Himalaya, India utara.
Setidaknya empat orang tewas dan lebih dari 50 lainnya hilang, menurut pihak berwenang kemarin (05/08).
Tim dari tentara dan pasukan tanggap bencana sudah berusaha menyelamatkan orang-orang yang terjebak di bawah puing-puing dan lumpur.
Uttarakhand adalah daerah rawan banjir dan tanah longsor, yang oleh beberapa ahli disebut sebagai akibat perubahan iklim.
Setidaknya 200 orang tewas pada tahun 2021, ketika banjir bandang menyapu dua proyek pembangkit listrik tenaga air di negara bagian tersebut.
Amerika akan berlakukan uang jaminan hingga Rp250 juta untuk visa turis
Departemen Luar Negeri AS menyiapkan rencana untuk mengenakan jaminan hingga $15.000 (sekitar Rp250 juta) untuk visa turis dan bisnis tertentu, menurut dokumen yang bisa diakses publik sebelum dirilis.
Program percontohan 12 bulan ini akan memberikan keleluasaan kepada petugas konsuler AS untuk menerbitkan uang jaminan kepada pengunjung dari negara-negara yang diidentifikasi “memiliki tingkat overstay visa yang tinggi,” bunyi publikasi itu Selasa kemarin.
Pemberitahuan tersebut menambahkan jaminan juga dapat diterapkan ke negara-negara “di mana informasi penyaringan dan verifikasi dianggap kurang, atau ada skema tawaran kewarganegaraan melalui jalur Investasi, dan jika [pemohon] asing tersebut memperoleh kewarganegaraan tanpa persyaratan tempat tinggal”.
Namun, pemberitahuan tersebut tidak merinci negara-negara yang dikenakan uang jaminan ini, dan hanya menyebut “hingga negara-negara Program Percontohan dipilih, Departemen tidak dapat memperkirakan jumlah pemohon visa yang akan masuk dalam cakupan.”
Program visa percontohan ini dijadwalkan akan dimulai pada 20 Agustus dan berlangsung selama setahun penuh.
Kebun binatang di Denmark dikecam
Kebun binatang di Denmark mulai dibanjiri kecaman usai mempublikasikan permohonan di media sosialnya, yang menyatakan sedang mencari hewan-hewan untuk dijadikan makanan bagi hewan buas.
“Jika Anda memiliki hewan yang, karena berbagai alasan, harus disingkirkan, Anda dipersilakan untuk menyumbangkannya kepada kami,” bunyi unggahan tersebut, yang secara khusus mencari ayam, kelinci, marmut, dan kuda.
“Hewan-hewan tersebut akan disembelih dengan hati-hati oleh staf yang berkualifikasi dan kemudian digunakan sebagai makanan [binatang predator di kebun binatang],” katanya.
Kebun binatang ini telah beberapa tahun terakhir menerima sumbangan hewan, dan hanya hewan sehat yang diterima.
Kebun binatang kemudian menonaktifkan kolom komentar pada unggahan media sosial tersebut sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya sebagai unggahan “bernada kebencian.”

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/736877/original/099368000_1410679191-gelombang.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)