Topik: Banjir Bandang

  • Kisah Haru Warga Aceh Tempuh 130 Km Keluar dari Lokasi Longsor

    Kisah Haru Warga Aceh Tempuh 130 Km Keluar dari Lokasi Longsor

    Aceh Tenggara, Beritasatu.com — Kisah perjuangan warga Aceh yang berupaya menyelamatkan diri dari bencana kembali muncul dari wilayah terdampak longsor dan banjir bandang di Aceh Tengah. Seorang warga Aceh Tenggara bernama Sukur Selamat harus menempuh perjalanan luar biasa, berjalan kaki selama empat hari melintasi jalur pegunungan, lumpur tebal, dan puluhan titik longsor hanya untuk kembali ke rumah.

    Peristiwa itu bermula saat Sukur melakukan perjalanan pulang dari Banda Aceh menuju Aceh Tenggara pada malam Jumat. Hujan deras turun tanpa henti. Ketika pagi menjelang, tepat sekitar pukul 06.00, ia tiba di Desa Ise-ise, Kecamatan Linge, Aceh Tengah. Di sanalah bencana menyergap tanpa peringatan.

    “Puluhan mobil terjebak di lokasi tersebut, mau berputar arah sudah tak bisa, maju pun menjadi kendala,” ungkap Sukur mengenang detik-detik kepanikan. Dinding tanah yang runtuh menutup badan jalan sepenuhnya. Semua kendaraan terisolasi.

    Sukur dan para pengendara lain menunggu bantuan evakuasi, berharap tim penyelamat segera tiba. Namun waktu berlalu tanpa kepastian.

    “Sempat bermalam di Ise-ise, namun tak ada tanda-tanda tim evakuasi datang,” tutur Sukur saat ditemui Beritasatu.com, Jumat (5/12/2025).

    Akhirnya, sekitar 40 orang memutuskan meninggalkan kendaraan dan berjalan kaki menuju daerah masing-masing. Perjalanan dari Aceh Tengah ke Aceh Tenggara diperkirakan mencapai 130 kilometer melalui jalur pegunungan dan jurang terjal. Dalam kondisi normal saja medan ini berat, apalagi setelah bencana.

    “Lebih kurang 70 titik longsor dan banjir bandang kami temukan, menutupi badan jalan dan membuat perjalanan semakin sulit,” ujarnya.

    Malam hari dilewati dengan penerangan minim. Hanya cahaya kecil dari korek api dan senter seadanya membantu mereka melangkah. Di tengah hutan, risiko hewan buas menghantui, namun rasa takut tertutupi keinginan kuat untuk pulang.

    “Kami tak ada memikirkan akan serangan hewan buas, berharap hanya bisa sampai di rumah,” tambahnya.

    Setibanya di Aceh Tenggara, Sukur mengaku sulit percaya bahwa ia berhasil melalui perjalanan penuh risiko itu. Namun kebahagiaan itu bercampur pilu. Ia masih memikirkan keluarga dan warga lain di Gayo Lues yang terisolasi total.

    Menurutnya, beberapa desa kehabisan persediaan makanan, sementara akses jalan terputus sepenuhnya.
    “Kami khawatir sudah tidak ada lagi makanan yang bisa dikonsumsi,” ucapnya dengan penuh keprihatinan.

    Kisah Sukur menjadi gambaran kerasnya situasi pascabencana di Aceh Tengah dan wilayah sekitarnya. Selain menunjukkan betapa dahsyatnya dampak longsor dan banjir bandang, peristiwa ini juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan, akses evakuasi cepat, dan penanganan infrastruktur di daerah rawan bencana.

  • 3
                    
                        Bupati Aceh Selatan Umrah di Tengah Bencana: Tak Izin hingga Dicopot Partai
                        Nasional

    3 Bupati Aceh Selatan Umrah di Tengah Bencana: Tak Izin hingga Dicopot Partai Nasional

    Bupati Aceh Selatan Umrah di Tengah Bencana: Tak Izin hingga Dicopot Partai
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Banyak pihak menyayangkan langkah Bupati Aceh Selatan, Mirwan, yang berangkat umrah ke Tanah Suci di tengah bencana banjir yang melanda warga Aceh.
    Sorotan semakin santer lantaran Bupati Aceh Selatan juga mengeluarkan Surat Pernyataan Ketidaksanggupan dalam penanganan tanggap darurat banjir dan longsor yang menerjang wilayahnya. Surat itu diterbitkan pada 27 November 2025.
    Merespons ini, Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) mengungkapkan bahwa Bupati Aceh Selatan, Mirwan, tidak memiliki izin untuk pergi umrah saat daerahnya dilanda banjir bandang dan tanah longsor.
    “Yang bersangkutan tidak ada izin (untuk pergi umrah),” kata Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto kepada
    Kompas.com
    , Jumat (5/12/2025).
    Bima menyampaikan, seharusnya kepala daerah dapat menyesuaikan rencana umrah ketika wilayahnya membutuhkan lebih banyak perhatian khusus.
    Bima meminta kepala daerah fokus pada penanganan bencana.
    “Seharusnya dalam kondisi seperti ini rencana umrah bisa disesuaikan. Harus fokus pada penanganan bencana,” ucap Bima.
    Secara terpisah, Ketua Komisi II DPR RI Muhammad Rifqinizamy Karsayuda menilai tindakan Bupati Aceh Selatan itu tidak pantas dilakukan secara etika kemanusiaan.
    Di tengah bencana dan penderitaan yang dialami masyarakat Aceh Selatan, pemimpinnya justru meninggalkan wilayahnya.
    “Secara etika dan kemanusiaan, yang bersangkutan tidak pantas untuk meninggalkan daerahnya di tengah derita warga dan daerahnya yang sedang terkena musibah,” kata Rifqinizamy kepada
    Kompas.com
    .
    Pria yang akrab dipanggil Rifqi ini juga meminta Kementerian Dalam Negeri (
    Kemendagri
    ) memberikan sanksi kepada Mirwan.
    Terlebih, kata Rifqi, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sudah menerbitkan surat edaran larangan kepada semua kepala daerah dan anggota DPRD provinsi kabupaten kota untuk bepergian ke luar negeri.
    Edaran ini dibuat terkait situasi bencana Tanah Air dan berlaku sampai dengan Januari 2026.
    “Dan jika memang tidak ada izin, harus segera memberikan sanksi sebagaimana yang pernah dilakukan kepada Saudara Lucky Hakim, Bupati Indramayu, yang beberapa waktu lalu juga bepergian ke Jepang, tetapi kemudian tidak meminta izin kepada Kemendagri,” ujar Rifqinizamy.
    Bupati Mirwan adalah kader Partai
    Gerindra
    . Partai Gerindra menyayangkan langkah kadernya itu karena malah pergi ke Arab Saudi di saat wilayahnya dilanda banjir.
    “Sangat disayangkan sikap dan kepemimpinan yang bersangkutan,” ujar Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Sugiono kepada wartawan.
    Partai Gerindra pun memberikan sanksi tegas untuk Mirwan dengan mencopotnya dari jabatan Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan.
    “DPP Gerindra memutuskan untuk memberhentikan yang bersangkutan sebagai Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan,” imbuhnya.
    Kompas.com
    juga sudah mencoba menghubungi Mirwan soal ini, tetapi tak kunjung direspons.
    Kepala Bagian (Kabag) Prokopim Pemkab Aceh Selatan, Denny Herry Safputra, menjelaskan, keberangkatan Bupati beserta istri ke Tanah Suci setelah melihat kondisi wilayah Aceh Selatan yang dinilai sudah stabil.
    “Tentunya setelah melihat situasi dan kondisi wilayah Aceh Selatan umumnya yang sudah stabil, terutama debit air yang sudah surut di permukiman warga pada wilayah Bakongan Raya dan Trumon Raya,” kata Denny saat dikonfirmasi awak media.
    Denny membantah bahwa tidak benar Bupati meninggalkan Aceh Selatan saat banjir masih melanda.
    Menurut Denny, Bupati dan istri sebelum berangkat telah beberapa kali mengunjungi dan menyambangi beberapa lokasi terdampak, seperti wilayah Trumon Raya dan Bakongan Raya.
    Bahkan, kata dia, Bupati turun langsung dengan mengantarkan logistik ke wilayah terdampak dan memastikan masyarakat mendapatkan perhatian.
    “Narasi Bupati meninggalkan rakyatnya ketika bencana banjir melanda, kami sampaikan hal ini tidak tepat,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penampakan Pantai Pandan Tapanuli Tengah: Penuh Gelondong Kayu dan Air Cokelat
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        6 Desember 2025

    Penampakan Pantai Pandan Tapanuli Tengah: Penuh Gelondong Kayu dan Air Cokelat Medan 6 Desember 2025

    Penampakan Pantai Pandan Tapanuli Tengah: Penuh Gelondong Kayu dan Air Cokelat
    Tim Redaksi
    TAPANULI TENGAH, KOMPAS.com
    — Pantai yang terletak di Kota Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, kini menyuguhkan pemandangan yang tak biasa dan memprihatinkan.
    Destinasi wisata andalan wisatawan Kota Pandan ini dipenuhi
    gelondongan kayu
    usai diterjang
    banjir bandang
    pada Selasa (25/11/2025) lalu.
    Pantauan Kompas.com di lokasi pada Jumat (5/12/2025) sore, terlihat tumpukan material sisa banjir mendominasi lanskap pantai yang biasanya bersih.
    Aroma lembap dari kayu basah bercampur lumpur sesekali tercium saat angin laut berembus ke arah daratan.
    Terlihat banyak gelondong kayu berserakan di sepanjang hamparan pasir pantai berwarna putih itu.
    Kayu-kayu dengan beragam ukuran, mulai dari ranting kecil hingga batang pohon besar berdiameter lebih dari 30 sentimeter, tersebar acak di bibir pantai, membuatnya terlihat seperti tempat yang tak terawat.
    Sejumlah gelondongan kayu terlihat sudah berubah warna menjadi kehitaman karena digunakan sebagai kayu bakar oleh sejumlah warga saat malam hari, menyisakan sisa abu dan tumpukan kayu yang sebagiannya masih meninggalkan jejak asap.
    Fenomena perubahan warna air laut juga menjadi sorotan.
    Meski air laut di bibir pantai masih terlihat normal dengan warna kebiruan, pemandangan kontras terlihat jelas di kejauhan.
    Air di bagian tengah laut terlihat berwarna keruh dan membentuk garis panjang berwarna cokelat pekat.
    Warna cokelat tersebut merupakan air sisa banjir yang dipenuhi tanah serta lumpur yang terbawa arus banjir.
    Pertemuan antara air tawar yang keruh dan air laut ini terlihat mencolok, meninggalkan jejak tingginya sedimentasi yang terjadi akibat banjir bandang sepuluh hari lalu.
    Di sisi lain, sejumlah anak justru tetap mencoba menjalankan hidup seperti biasa di tengah kondisi tersebut.
    Mereka terlihat tetap menikmati momen berenang di laut, seolah tak terganggu dengan kondisi air yang belum sepenuhnya pulih.
    Anak-anak tersebut bermain air sambil saling melempar bola pasir satu sama lain, diselingi tawa yang terdengar samar dari kejauhan.
    Sementara itu, upaya pemulihan mulai dilakukan warga secara mandiri.
    Sejumlah warga terlihat sibuk mengumpulkan gelondongan kayu untuk dibuang atau dimanfaatkan menjadi kayu bakar, agar pantai kembali terlihat bersih.
    Namun, upaya ini tampak kewalahan menghadapi volume sampah yang cukup masif.
    Terlihat satu orang bertugas menggendong kayu berukuran kecil dan sedang, sementara yang lainnya perlahan mengumpulkannya menggunakan sapu lidi dan alat seadanya.
    Warga pun mengungkapkan harapannya agar pemerintah daerah segera menurunkan alat berat untuk mempercepat proses pembersihan, mengingat
    Pantai Pandan
    adalah salah satu ikon wisata di
    Tapanuli Tengah
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banjir Sumatera, Kemenhut yang Beri Izin Penebangan Hutan Juga Harus Diperiksa
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Desember 2025

    Banjir Sumatera, Kemenhut yang Beri Izin Penebangan Hutan Juga Harus Diperiksa Regional 6 Desember 2025

    Banjir Sumatera, Kemenhut yang Beri Izin Penebangan Hutan Juga Harus Diperiksa
    Tim Redaksi
    PEKANBARU, KOMPAS.com
    – Bencana banjir bandang yang terjadi di tiga provinsi di Pulau Sumatera, bukan hanya karena faktor alam, tapi akibat penebangan hutan.
    Untuk itu Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (
    Apkasindo
    ) meminta aparat penegak hukum untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.
    Hal itu disampaikan Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung, yang menanggapi pihak yang menyebut perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab banjir.
    Banyak publik yang menyerukan agar aparat penegak hukum menindak aktas ilegal pemanfaatan kayu maupun alih fungsi hutan yang izinnya berasal dari Kementerian Kehutanan. 
    Menurutnya fokus pemeriksaan tidak boleh hanya berhenti pada perusahaan saja.
    “Titik awal bencana bukan di
    perkebunan sawit
    . Kayu-kayu gelondongan itu jelas bukan dari kebun sawit, tapi dari pemanfaatan kayu hutan atau HTI (hutan tanaman industri),” kata Gulat saat diwawancarai Kompas.com di Pekanbaru, Jumat (5/12/2025).
    Ia meminta penegak hukum, agar tidak hanya perusahaan yang diperiksa, tetapi juga Kementerian Kehutanan (Kemenhut).
    “Jangan hanya perusahaan yang diperiksa, tapi juga Kementerian Kehutanan sebagai pemberi izin dan lalainya tugas utama kementerian teknis tersebut,” kata Gulat.
    Gulat juga meminta evaluasi harus menyeluruh, terutama terkait prosedur perizinan pemanfaatan kawasan hutan.
    “Kejadian ini harus menjadi cermin untuk masa mendatang,” jelasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gerindra Pecat Bupati Aceh Selatan Mirwan yang Umrah saat Bencana

    Gerindra Pecat Bupati Aceh Selatan Mirwan yang Umrah saat Bencana

    Bisnis.com, JAKARTA – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Sugiono menegaskan bahwa partainya resmi memberhentikan Bupati Aceh Selatan, Mirwan, dari jabatan Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan.

    Keputusan tersebut diambil setelah Mirwan menjadi sorotan publik karena diketahui berangkat umrah bersama keluarganya saat wilayahnya tengah dilanda banjir bandang dan tanah longsor.

    Melalui pesan tertulis, Jumat (5/12/2025), Sugiono menyampaikan respons resmi DPP Gerindra atas laporan tersebut.

    “Tadi saya dilaporkan mengenai Bupati Aceh Selatan yang juga merupakan Ketua DPC Gerindra kabupaten Aceh Selatan. Sangat disayangkan sikap dan kepemimpinan yang bersangkutan,” ujarnya.

    Polemik bermula setelah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memastikan bahwa Mirwan tidak memiliki izin dari pejabat pembina kepegawaian untuk melakukan perjalanan umrah. Padahal, pada saat yang bersamaan, Aceh Selatan sedang menghadapi bencana banjir bandang dan tanah longsor yang berdampak pada ribuan warga.

    Keputusan Gerindra ini sekaligus menjadi langkah tegas partai terhadap perilaku kader yang dinilai tidak menunjukkan sensitivitas dan kepemimpinan dalam situasi krisis. 

    “Oleh karena itu DPP Gerindra memutuskan untuk memberhentikan yang bersangkutan sebagai Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan,” tandas Sugiono.

  • Hamil 9 Bulan di Pengungsian Tapteng, Monalisa Bertahan Menunggu Persalinan Tanpa Suami
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Desember 2025

    Hamil 9 Bulan di Pengungsian Tapteng, Monalisa Bertahan Menunggu Persalinan Tanpa Suami Regional 6 Desember 2025

    Hamil 9 Bulan di Pengungsian Tapteng, Monalisa Bertahan Menunggu Persalinan Tanpa Suami
    Tim Redaksi
    TAPANULI TENGAH, KOMPAS.com
    – Wajah lelah namun tegar tampak jelas pada Monalisa (26), warga asal Pardagangan, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Ia menjadi korban banjir bandang dan tengah bertahan di posko pengungsian.
    Di tengah hiruk-pikuk posko
    pengungsian
    yang padat, ia duduk dengan perut yang kian membesar. Usia kandungannya kini sudah menginjak sembilan bulan.
    Sudah sepuluh hari
    Monalisa
    terpaksa meninggalkan kenyamanan rumahnya dan tidur beralaskan tikar di pengungsian.
    Namun, beban yang dipikulnya terasa lebih berat karena ia harus melalui masa-masa kritis ini seorang diri, tanpa didampingi sang suami.
    “Sendiri saja memang di sini, karena suami berlayar. Sebatang kara lah di bencana ini,” kata Monalisa saat ditemui Kompas.com di lokasi, Jumat (5/12/2025).
    Di saat ia membutuhkan dukungan fisik dan mental menjelang
    persalinan
    , Monalisa harus menerima kenyataan bahwa suaminya sedang berada jauh di perantauan.
    “Kalau suami alhamdulillah sehat. Suami (di) Batang Arau, Padang,” ujar Monalisa.
    Ia menyebut, suaminya sedang bekerja jauh di laut, sehingga tidak bisa mendampinginya saat
    bencana banjir
    melanda, maupun saat ia bertahan di posko pengungsian.
    Ketidakhadiran sang suami memaksanya bertahan seorang diri menjaga keselamatan janin dalam kandungannya, sekaligus satu anaknya yang masih kecil.
    Monalisa mengenang detik-detik mengerikan saat air banjir bandang datang pada Selasa (25/11/2025) pagi.
    Tanpa suami yang bisa diandalkan untuk membantu evakuasi, ia harus berjuang sendiri menyelamatkan diri.
    “Dari rumah hampir terseret, hampir terseret arus, pegangan aja sama yang ada,” ujarnya.
    Kondisi fisiknya yang sedang hamil tua membuat pergerakannya terbatas, sementara derasnya air terus meninggi hingga 1 meter atau setara pinggang orang dewasa.
    Ia harus sekuat tenaga menahan arus sembari menjaga anaknya agar tidak hanyut.
    “Karena menarik ini (anak), karena air sudah hampir sepinggang. Apalagi hamil kan enggak bisa apa (banyak bergerak) karena kencang air. Tapi alhamdulillah masih dikasih selamat,” tuturnya.
    Beruntung, di tengah kepanikan tersebut, sebuah mobil datang menjemput dan mengevakuasinya keluar dari kawasan yang dinyatakan waspada itu.
    “Karena daerah rumah itu ternyata udah waspada, jadi dijemput sama tim penyelamat itu,” sambungnya.
    Kini, meski menjelang waktu persalinan, Monalisa memilih bertahan di pengungsian dengan fasilitas serba terbatas.
    Rumahnya yang berlumpur setinggi lutut belum layak untuk kembali dihuni.
    Namun, alasan utamanya bukan sekadar kondisi fisik rumah, melainkan ketakutannya menghadapi persalinan sendirian tanpa bantuan medis di tengah kondisi darurat.
    Di rumahnya, akses listrik terputus dan tidak ada sinyal komunikasi.
    Kondisi itu dinilai terlalu berbahaya bagi dirinya yang hidup sendirian dan tengah ditinggal suaminya.
    “Sebenarnya berat (di pengungsian). Tapi karena di sini ada tim medis, terpaksa harus di sini. Kalau di sana (rumah) kan jaringan enggak ada, lampu mati. Otomatis kan awak sendiri. Kalau di sini dirawat,” jelas Monalisa.
    Berdasarkan pemeriksaan dokter, Hari Perkiraan Lahir (HPL) Monalisa jatuh pada 20 Desember 2025.
    Namun, dokter yang memeriksa di pengungsian menyebutkan bahwa kelahiran bisa terjadi lebih cepat atau mundur.
    “HPL-nya itu tanggal 20. Tapi katanya bisa maju, bisa mundur,” ucapnya.
    “Kalau mundur, bisa jadi suami sudah bisa pulang. Tapi kalau maju, enggak tahu ya bagaimana,” sambungnya.
    Di tengah ketidakpastian itu, persiapan menyambut sang buah hati masih jauh dari kata cukup.
    Banjir telah merendam semua pakaian dan perlengkapan bayi yang sempat ia siapkan.
    Sementara itu, kondisi keuangan keluarga yang sedang sulit karena suami merantau menambah beban pikirannya.
    “Apalagi di sini pun juga masih ada kurang sih (bantuannya). Kayak pakaian bayi. Kan semua kena (banjir). Apalagi kondisi keuangan enggak ada,” tuturnya lirih.
    Monalisa pun kini hanya bisa berharap proses persalinannya nanti berjalan lancar dan ia bisa mendapatkan tempat yang lebih layak untuk membesarkan bayinya. Sebab rumahnya masih dipenuhi lumpur.
    Ia juga mengungkap bahwa dirinya selalu berdoa agar sang suami dapat segera pulang dan mendampingi proses persalinannya.
    “Penginnya iya sih, (dapat) tempat yang layak, ada suami. Kalau enggak ada suami, kenapa-kenapa nanti siapa lah yang bawa aku ke rumah sakit,” pungkasnya penuh harap.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kondisi Infrastruktur Transportasi setelah Banjir Bandang di Sumatera

    Kondisi Infrastruktur Transportasi setelah Banjir Bandang di Sumatera

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi mengungkapkan kondisi infrastruktur pasca bencana banjir dan longsor yang menimpa tiga provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.  Dudy melaporkan hasil kunjungannya yang meninjau kondisi bandara, pelabuhan hingga jalur kereta api yang berada disana.

    Dudy menjelaskan, untuk Sumatera Utara, kondisi bandara dan pelabuhan telah beroperasi dengan baik. Ia mengatakan bandara dan pelabuhan masih bisa melayani masyarakat.

    “Kalau di Sumatera Utara alhamdulillah fasilitas bandara dan pelabuhan masih bisa melayani masyarakat maupun para pengguna fasilitas pelabuhan dan bandara,” jelas Dudy saat media briefing Kemenhub, Jumat (5/12/2025).

    Dudy mengungkapkan, untuk jalur kereta api di Sumatera Utara, memang terdampak cukup parah oleh banjir dan longsor. Namun demikian, Dudy mengatakan jalur kereta api sudah beroperasi walau masih dibatasi kecepatannya.

    “Untuk kereta, memang terdampak tetapi alhamdulillah sudah bisa aktif kembali walaupun untuk kecepatan tertentu, ada pembatasan kecepatan,” jelas Dudy.

    Sementara itu di Aceh, Dudy mengatakan Bandara Malikussaleh tetap bisa digunakan terutama untuk penyaluran logistik bantuan kepada masyarakat. Hal serupa juga terjadi untuk pelabuhan di Aceh, terutama di Lhokseumawe.

    “Memang kami melihat di sana seperti yang di Lhokseumawe masih ada bekas-bekas lumpur waktu kami menuju ke arah pelabuhan, tetapi bisa dilalui dan pelabuhan di Lhokseumawe bisa digunakan untuk sebagai tempat untuk menerima bantuan logistik dari luar,” jelas Dudy.

    Namun, Dudy mengatakan untuk Sumatera Barat, dirinya belum sempat mengunjungi kondisi infrastruktur transportasi yang ada di sana. Dia memastikan dalam waktu dekat akan mengecek langsung situasi dan kondisi yang terjadi di provinsi beribukota Padang tersebut.

    “Kami belum sempat ke Sumatera Barat. Mungkin dalam waktu dekat kami akan meninjau khususnya untuk melihat pak dirjen kereta api ya. Nanti akan dilaporkan oleh pak dirjen,” terang Dudy.

    Diketahui, perbaikan sarana dan prasarana transportasi di daerah terus dilakukan seusai terdampak bencana, antara lain di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, serta Sumatera Barat.

    Dudy memastikan proses perbaikan dilakukan secara cepat, terukur, serta mengutamakan keselamatan.

    “Kemenhub telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait agar layanan transportasi dapat kembali berjalan normal secepat mungkin demi mendukung mobilitas dan aktivitas masyarakat,” ujar Dudy.

  • Umrah Saat Bencana, Bupati Aceh Selatan Dicopot dari Jabatan Partai

    Umrah Saat Bencana, Bupati Aceh Selatan Dicopot dari Jabatan Partai

    Jakarta, Beritasatu.com – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra resmi mencopot Bupati Aceh Selatan Mirwan MS dari jabatannya sebagai ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra setempat. Keputusan ini disampaikan Sekretaris Jenderal Gerindra, Sugiono, di Jakarta, Jumat (5/12/2025).

    “Kami memutuskan untuk memberhentikan yang bersangkutan sebagai ketua DPC Gerindra Aceh Selatan,” ujarnya.

    Sugiono menjelaskan keputusan tersebut diambil setelah DPP menerima laporan terkait sikap dan kepemimpinan Mirwan. Namun, Sugiono tidak memerinci sejak kapan pemberhentian itu berlaku.

    Pencopotan ini terjadi di tengah sorotan publik terhadap Mirwan yang sebelumnya menyatakan tidak sanggup menangani bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).

    Di tengah situasi darurat tersebut, Mirwan justru berangkat umrah bersama istrinya pada 2 Desember 2025. Keputusan itu memicu kritik karena wilayahnya masih terdampak bencana.

    Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, pada 5 Desember 2025 menegaskan ia tidak pernah memberikan izin kepada Mirwan untuk berangkat umrah selama masa tanggap darurat berlangsung.

  • Raja Juli Nilai Desakan Mundur Hanya Aspirasi, Meski Korban Hilang Tewas Banjir Sumatera 1.354 Orang

    Raja Juli Nilai Desakan Mundur Hanya Aspirasi, Meski Korban Hilang Tewas Banjir Sumatera 1.354 Orang

    GELORA.CO – Hingga hari ke-10 bencana atau Jumat (5/12/2025) jumlah korban meninggal dan hilang banjir bandang dan longsor di tiga provinsi di Sumatera sudah 1.354 orang.

    Saat bencana banjir dan longsor ini banyak kayu ukuran besar bentuk gelondongan yang hanyut di pemukiman warga di Aceh, Sumut dan Sumbar.

    Namun hingga kini tak ada pihak yang mau bertanggungjawab atas bencana ini dengan sikap gentleman mengundurkan diri dari jabatannya, termasuk Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni.

    Alih-alih memilih mundur, Menhut Raja Juli Antoni malah menyampaikan terima kasih terkait kritikan dan kemarahan yang dilontarkan kepadanya soal banjir Sumatera saat rapat di DPR.

    Ditemui seusai rapat bersama Komisi IV DPR RI, di Senayan, Jakarta, Kamis (4/12), Raja Juli menyebut bahwa dirinya dididik untuk tidak antikritik.

    Ia lantas mengungkapkan bahwa kritikan yang dilontarkan masyarakat lewat media sosialnya tak pernah dihapus. Menurutnya, hal ini jadi motivasi untuknya agar bisa melakukan evaluasi.

    “Saya yakin ya namanya kekuatan itu milik Allah. Dan itu hak preogatif presiden. Jadi saya siap dievaluasi. Saya katakan tadi, kritik netizen yang ditujukan kepada saya, saya tidak pernah hapus,” katanya dalam rekaman video wawancara dengan wartawan seperti dilihat Jumat (5/12).

    Menurutnya desakan mundur terhadapnya itu adalah aspirasi, kemarahan atau ekspektasi dari masyarakat.

    “Itu namanya aspirasi, kemarahan itu, bahkan mungkin harapan, ekspetasi. Monggo, tanggungjawab saya hanya bekerja semaksimal mungkin. Selanjutnya itu hak preogratif presiden,” ujarnya.

    Didesak Mundur di DPR

    Sebelumnya Anggota Komisi IV DPR RI, Usman Husin, menyarankan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mundur dari posisinya. Usman mengatakan Raja Juli Tak paham soal kehutanan.

    “Kalau Pak Menteri punya hati nurani apa yang disampaikan kan Wakil Ketua, Pak Ahmad Yohan, yang tadi Pak Menteri katakan melalui ayat hadis akhirnya terjadi,” kata Usman.

    “Sehingga mohon izin teman-teman Komisi IV, saya keras karena saya paling hatinya kasih sehingga saya saran Pak Menteri, kalau Pak Menteri nggak mampu, mundur aja. Pak Menteri nggak paham tentang kehutanan,” tegasnya lagi.

    Usman dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (4/12/2025) mendesak Raja Juli mundur dari kursi menteri.

    Dia mengatakan semestinya izin pelepasan kawasan hutan di Pulau Sumatera dihentikan total.

    “Pak Menteri lihat nggak bencana Sumatera, seharusnya izin semua disetop. Pak Menteri harus jelaskan berapa tahun harus penanaman ulang dan seperti apa sebenarnya Ibu Ketua, pohon yang diameter dua meter bisa tumbuh kembali sehingga inilah tanggung jawab Pak Menteri. Pak Menteri tidak boleh lempar ke yang terdahulu,” kata Usman dalam rapat itu.***

  • Khofifah Bareng Ribuan Masyarakat Jatim Shalat Ghaib untuk Korban Bencana Sumatra

    Khofifah Bareng Ribuan Masyarakat Jatim Shalat Ghaib untuk Korban Bencana Sumatra

    Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa bersama ribuan masyarakat Jawa Timur melakukan Sholat Ghaib untuk seluruh korban meninggal akibat bencana banjir bandang dan longsor yang melanda beberapa wilayah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

    Sholat ghaib tersebut dilaksanakan usai Sholat Jumat di Masjid Nasional Al Akbar, Surabaya, pada Jumat (5/12/2025).

    Khofifah mengatakan bahwa sebagai bentuk kepedulian, bantuan tidak hanya berupa bantuan logistik tapi juga berupa kekuatan doa. Untuk itu, secara khusus ia menginisiasi penyelenggaraan sholat ghaib bagi para korban di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

    “Di luar bantuan logistik yang sudah dikirim, ada yang Insya Allah selalu menjadi kekuatan kita untuk bisa memohonkan kepada Allah SWT dan itu kita lakukan sholat ghaib setelah Sholat Jumat,” tutur Khofifah.

    “Alhamdulillah jemaah sholat Jumat cukup banyak dan mereka juga mengikuti shalat ghaib,” imbuhnya.

    Khofifah berharap melalui sholat ghaib dan doa tulus dari seluruh masyarakat Jawa Timur akan menjadi penghantar bagi almarhum dan almarhumah yang dipanggil Allah SWT.

    “Mudah-mudahan mereka diterima di tempat terbaik dan menjadi penghuni surganya Allah SWT. Yang masih dinyatakan hilang, semoga pencariannya segera bisa ditemukan. Yang sedang dirawat semoga segera mendapat kesembuhan,” ucapnya.

    Kepada para warga yang terdampak dan berada di pengungsian, Khofifah juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan berbagai bantuan logistik.

    Sebagai informasi, pada Minggu (30/1/2025) lalu, Khofifah secara langsung menyalurkan bantuan atas nama Pemprov dan masyarakat Jawa Timur kepada masyarakat Sumatera Utara melalui Pemprov Sumut.

    Kemudian, pada Senin (1/12/2025), Pemprov Jatim juga menyalurkan bantuan yang kali ini disalurkan langsung oleh Wagub Jatim Emil Elistianto Dardak.

    “Minggu lalu saya ke Sumut, Seninnya Pak Emil ke Sumbar dan Insya Allah besok kami akan menyampaikan bantuan kepada masyarakat terdampak di Provinsi Aceh,” terang Khofifah.

    Melalui bantuan tersebut, Khofifah mengajak segenap masyarakat Jatim untuk ikhlas dan berdoa agar semua warga yang mengungsi bisa mendapat kekuatan kesabaran dan keikhlasan dan bisa bangkit kembali ke kehidupan yang semula.

    “Mohon ikhlasnya panjenengan, karena ini sesungguhnya bangunan persaudaraan, soliditas dan kegotongroyongan antarprovinsi,” pungkasnya. (tok/ian)