Topik: Banjir Bandang

  • Bey Machmudin: Tingkat Resiko Bencana Hidrometeorologi di Jabar Tinggi 

    Bey Machmudin: Tingkat Resiko Bencana Hidrometeorologi di Jabar Tinggi 

    JABAR EKSPRES – Wilayah Provinsi Jawa Barat (Jabar), saat ini dilaporkan memiliki tingkat resiko tinggi terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

    Bahkan berdasarkan informasi yang di dapat, Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin menyebut, sepanjang tahun 2024 ini telah tercatat sebanyak 1.389 bencana hidrometeorologi yang terjadi di beberapa wilayah.

    Agar potensi ini tidak terus meningkat, Bey mengaku bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar akan terus melakukan beberapa upaya salah satunya meningkatkan kesiapsiagaan daerah.

    “Karena dengan meningkatnya intensitas curah hujan hingga awal tahun 2025, kita perlu bersiap untuk momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Karena bisanya diiringi pergerakan masyarakat ke kampung halaman maupun destinasi wisata,” ujarnya, Sabtu (30/11).

    BACA JUGA: Puluhan Petugas Pilkada di Bandung Barat Tumbang, Satu Orang Meninggal Dunia

    Berdasarkan catatannya, Bey menyebut saat ini sudah ada beberapa daerah yang memiliki tingkat resiko tinggi terhadap ancaman bencana hidrometeorologi.

    Seperti halnya potensi bencana banjir, Bey menyebut kini mulai terkonsentrasi di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, hingga Kota Banjar

    Sedangkan untuk potensi bencana banjir bandang termasuk pada kelas tinggi, menurut Bey berada di Kabupaten Garut yang kini dialiri oleh Sungai Cimanuk, Sungai Cikaengan, Sungai Cilaki, Sungai Cirompang, dan Sungai Cikandang.

    “Sementara untuk bencana tanah longsor,  Jabar ini memiliki tingkat bahaya sedang-tinggi yang meliputi wilayah bagian tengah dan bagian selatan,” katanya.

    BACA JUGA: KJP Plus November 2024 Diprediksi Segera Cair Sebentar Lagi, Cek Status dan Jadwal Penerima!

    Sehingga secara keseluruhan, Bey menuturkan bahwa tingkat resiko bencana hidrometeorologi di Jabar kini masuk kedalam kategori tinggi.

    “Terutama di Kabupaten Indramayu. Jadi mari bersama-sama kita wujudkan kesiapsiagaan yang lebih baik agar Jabar tetap aman, nyaman dan kondusif dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem ini,” pungkasnya.

    Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa saat ini wilayah Jabar masuk kedalam wilayah paling rawan terkena bencana hidrometeorologi basah saat puncak musim hujan berlangsung.

    Bahkan berdasarkan laporannya, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyebut wilayah Jabar telah masik kedalam peringkat ke dua untuk kategori daerah paling rawan terkena bencana saat puncak musim hujan berlangsung.

  • Cuaca Besok Minggu 1 Desember 2024: Jakarta Pagi Hari Seluruhnya Berawan Tebal – Page 3

    Cuaca Besok Minggu 1 Desember 2024: Jakarta Pagi Hari Seluruhnya Berawan Tebal – Page 3

    Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

    Kondisi tersebut, kata dia, dipicu oleh sejumlah faktor. Diantaranya, fenomena La Nina yang mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen. Fenomena ini akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025.

    Selain itu, tambah Dwikorira, terdapat pula dinamika atmosfer lain yang diprediksikan pada periode Nataru aktif bersamaan, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia yang juga berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

    “Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025,” ungkap Dwikorita dikutip Selasa (26/11/2024).

    Imbauan ini, lanjut Dwikorita, juga ditujukan kepada perusahaan pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan mengingat fenomena cold surge juga dapat memicu gelombang tinggi di laut sehingga membahayakan keselamatan saat aktivitas pelayaran/penyeberangan serta penangkapan ikan.

    “Peringatan dini ini disampaikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut. Masyarakat bisa mengakses informasi cuaca 24 jam penuh melalui aplikasi @infobmkg. Silahkan akses informasi dari platform tersebut sebagai acuan dalam beraktivitas selama pekan Nataru. Disana juga terdapat informasi gempabumi dan lain sebagainya,” imbuhnya.

    Sementara itu, Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena menerangkan bahwa hingga pertengahan November 2024 (Dasarian I-II), indeks ENSO (gangguan iklim dari Samudra Pasifik) menunjukkan kecenderungan La Nina lemah, sementara indeks Indian Ocean Dipole (IOD) (gangguan iklim dari Samudra Hindia) menunjukkan nilai IOD negatif menuju netral.

    Adapun untuk dinamika perairan Indonesia secara umum, lanjut dia, menunjukkan kondisi suhu muka laut yang lebih hangat daripada normalnya. Berdasar pada keseluruhan hasil monitoring tersebut, dapat disimpulkan terdapat potensi gangguan iklim basah untuk wilayah Indonesia secara umum hingga awal 2025.

    “Secara umum Puncak Musim Hujan 2024/2025 diprediksi terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025. Wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada November – Desember 2024 antara lain sebagian Sumatera, pesisir selatan Pulau Jawa, dan Kalimantan, sedangkan wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada periode Bulan Januari – Februari 2025 yaitu wilayah Lampung, Jawa bagian utara, sebagian kecil dari Sulawesi, Bali, NTB, NTT, dan sebagian besar Papua,” papar Ardhasena.

  • Cuaca Besok Kamis 28 November 2024: Jakarta Pagi Hari Seluruhnya Berawan Tebal – Page 3

    Cuaca Besok Kamis 28 November 2024: Jakarta Pagi Hari Seluruhnya Berawan Tebal – Page 3

    Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

    Kondisi tersebut, kata dia, dipicu oleh sejumlah faktor. Diantaranya, fenomena La Nina yang mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen. Fenomena ini akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025.

    Selain itu, tambah Dwikorira, terdapat pula dinamika atmosfer lain yang diprediksikan pada periode Nataru aktif bersamaan, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia yang juga berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

    “Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025,” ungkap Dwikorita dikutip Selasa (26/11/2024).

    Imbauan ini, lanjut Dwikorita, juga ditujukan kepada perusahaan pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan mengingat fenomena cold surge juga dapat memicu gelombang tinggi di laut sehingga membahayakan keselamatan saat aktivitas pelayaran/penyeberangan serta penangkapan ikan.

    “Peringatan dini ini disampaikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut. Masyarakat bisa mengakses informasi cuaca 24 jam penuh melalui aplikasi @infobmkg. Silahkan akses informasi dari platform tersebut sebagai acuan dalam beraktivitas selama pekan Nataru. Disana juga terdapat informasi gempabumi dan lain sebagainya,” imbuhnya.

    Sementara itu, Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena menerangkan bahwa hingga pertengahan November 2024 (Dasarian I-II), indeks ENSO (gangguan iklim dari Samudra Pasifik) menunjukkan kecenderungan La Nina lemah, sementara indeks Indian Ocean Dipole (IOD) (gangguan iklim dari Samudra Hindia) menunjukkan nilai IOD negatif menuju netral.

    Adapun untuk dinamika perairan Indonesia secara umum, lanjut dia, menunjukkan kondisi suhu muka laut yang lebih hangat daripada normalnya. Berdasar pada keseluruhan hasil monitoring tersebut, dapat disimpulkan terdapat potensi gangguan iklim basah untuk wilayah Indonesia secara umum hingga awal 2025.

    “Secara umum Puncak Musim Hujan 2024/2025 diprediksi terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025. Wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada November – Desember 2024 antara lain sebagian Sumatera, pesisir selatan Pulau Jawa, dan Kalimantan, sedangkan wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada periode Bulan Januari – Februari 2025 yaitu wilayah Lampung, Jawa bagian utara, sebagian kecil dari Sulawesi, Bali, NTB, NTT, dan sebagian besar Papua,” papar Ardhasena.

  • Menko Polkam jamin warga terdampak bencana bisa memilih

    Menko Polkam jamin warga terdampak bencana bisa memilih

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Menko Polkam jamin warga terdampak bencana bisa memilih
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 26 November 2024 – 00:10 WIB

    Elshinta.com – Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan menjamin warga yang terdampak bencana alam di beberapa daerah dapat menggunakan hak pilihnya saat pemungutan suara pilkada pada 27 November 2024.

    Dia menjelaskan para pemilih dapat seperti biasa datang ke TPS-TPS untuk mencoblos kepala daerah pilihannya, tetapi beberapa tempat pemungutan suara (TPS) memang harus bergeser ke tempat yang aman.

    “Dari hasil rapat koordinasi hari ini, ada beberapa wilayah yang terkendala potensi ancaman bencana, khususnya banjir, karena saat ini musim hujan cukup tinggi. Prediksi BMKG itu sampai Februari (2025), ada di beberapa wilayah di Sumatera Utara, Jawa Timur, termasuk Kalimantan Tengah yang mengalami banjir bandang. Ini memerlukan pergeseran beberapa titik TPS,” kata Menko Polkam menjawab pertanyaan ANTARA saat jumpa pers di Jakarta, Senin.

    Dalam jumpa pers yang sama, Budi memastikan penyelenggara pemilihan, yaitu KPU daerah juga saat ini dalam proses mendistribusikan logistik pilkada, termasuk ke TPS-TPS di daerah yang terdampak bencana.

    “Intinya semua sudah siap, tinggal mendorong itu ada tahapannya. Dari KPU sudah menyampaikan besok itu akan didorong di tingkat desa, kemudian setelah TPS jadi, malamnya didorong ke TPS-TPS,” kata Menko Polkam RI.

    Di lokasi yang sama, Ketua Koordinator Divisi Perencanaan, Keuangan, Umum, Rumah Tangga, dan Logistik KPU RI Yulianto Sudrajat menjelaskan per hari ini logistik untuk Pilkada 2024, di antaranya berupa surat suara dan kotak suara telah bergerak keluar dari gudang-gudang KPU provinsi, kabupaten, dan kota di seluruh Indonesia.

    Dia mengatakan logistik itu dalam pergerakan menuju desa-desa.

    “Besok tanggal 26 November 2024, PPS yang ada di desa tersebut bergerak menuju ke tempat pemungutan suara. Jadi, besok per tanggal 26 November 2024 seluruh petugas KPPS sudah mendirikan tempat pemungutan suara maka di situlah nanti PPS mengirim logistik ke tempat pemungutan suara,” kata Yulianto.

    PPS merupakan panitia pemungutan suara, sementara KPPS merupakan kelompok penyelenggara pemungutan suara yang bertugas di TPS-TPS.

    Dia juga menegaskan KPU RI melalui KPU di tingkat provinsi juga aktif memantau distribusi logistik itu demi menjamin semua perlengkapan terkirim ke TPS-TPS sesuai jadwal.

    “Distribusi logistik sampai hari ini dan besok masih tetap berlanjut dari tingkat desa menuju tempat pemungutan suara. Setidaknya sore hari sampai nanti maksimal malam hari itu sudah sampai. Paginya, tepat tanggal 27 November 2024 pukul 07.00, tempat pemungutan suara untuk pilkada serentak 2024 dibuka dan ditutup pukul 13.00,” kata Yulianto.

    Terkait distribusi logistik, Menko Polkam menambahkan satuan tugas (satgas) yang dikerahkan dari TNI juga ikut membantu pengiriman logistik terutama ke daerah wilayah yang terpencil dan terluar.

    “Bantuan dari Satgas TNI, distribusi di Nabire sudah bisa terlaksana. Artinya, semua siap dan pemerintah sudah secara all out (total) mendukung kesiapan KPU,” kata Budi Gunawan.

    KPU RI menjadwalkan pemungutan suara Pilkada 2024 berlangsung serentak pada 27 November di 545 daerah, yaitu 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota.

    Sumber : Antara

  • Menko Polkam Pastikan Warga Terdampak Bencana Tetap Bisa Memilih pada Pilkada 2024
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        26 November 2024

    Menko Polkam Pastikan Warga Terdampak Bencana Tetap Bisa Memilih pada Pilkada 2024 Nasional 26 November 2024

    Menko Polkam Pastikan Warga Terdampak Bencana Tetap Bisa Memilih pada Pilkada 2024
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam)
    Budi Gunawan
    memastikan bahwa warga yang terdampak
    bencana
    alam di beberapa daerah tetap bisa menggunakan hak pilihnya saat pemungutan suarapemilihan kepala daerah (
    pilkada
    ) pada 27 November 2024.
    Dia mengatakan, pemilih dapat seperti biasa datang ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk mencoblos kepala daerah pilihannya. Namun, di beberapa daerah, TPS memang harus bergeser ke tempat yang aman.
    “Dari hasil rapat koordinasi hari ini, ada beberapa wilayah yang terkendala potensi ancaman bencana, khususnya banjir, karena saat ini musim hujan cukup tinggi,” kata Menko Polkam saat jumpa pers di Jakarta, Senin (25/11/2024), dikutip dari
    Antaranews
    .
    “Prediksi BMKG itu sampai Februari (2025), ada di beberapa wilayah di Sumatera Utara, Jawa Timur, termasuk Kalimantan Tengah yang mengalami banjir bandang. Ini memerlukan pergeseran beberapa titik TPS,” ujarnya melanjutkan
    Kemudian, Budi Gunawan juga memastikan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah saat ini dalam proses mendistribusikan logistik pilkada, termasuk ke TPS-TPS di daerah yang terdampak bencana.
    “Intinya semua sudah siap, tinggal mendorong itu ada tahapannya. Dari KPU sudah menyampaikan besok itu akan didorong di tingkat desa, kemudian setelah TPS jadi, malamnya didorong ke TPS-TPS,” katanya.
    Lebih lanjut, Budi Gunawan juga memastikan pengamanan
    Pilkada
    sudah disiapkan.
    Menurut dia, ada beberapa titik kritis yang dianggap rawan di Pilkada. Namun, Budi Gunawan enggan mengungkap titik-titik mana saja yang dimaksud.
    “Ada beberapa titik-titik kritis yang kami tidak bisa sebutkan disini, itu sudah dipetakan, dan langkah-langkah antisipasi sudah disiapkan, termasuk pelatihan-pelatihan geladi posko, termasuk juga sistem kota dan sebagainya,” ujar Budi Gunawan.
    “Intinya semua instrumen ini sudah siap, untuk mendukung suksesnya Pilkada Serentak,” katanya lagi.
    Dalam kesempatan itu, Ketua Koordinator Divisi Perencanaan, Keuangan, Umum, Rumah Tangga, dan Logistik KPU RI Yulianto Sudrajat menjelaskan bahwa logistik untuk
    Pilkada 2024
    telah keluar dari gudang-gudang KPU provinsi, kabupaten, dan kota di seluruh Indonesia.
    Kemudian, menurut dia, Panitia Pemungutan Suara (PPS) akan bergerak menuju TPS pada 26 November 2024. Sementara di hari yang sama, Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) sudah akan mendirikan TPS.
    Dia juga menegaskan KPU RI melalui KPU di tingkat provinsi juga aktif memantau distribusi logistik itu demi menjamin semua perlengkapan terkirim ke TPS-TPS sesuai jadwal.
    “Distribusi logistik sampai hari ini dan besok masih tetap berlanjut dari tingkat desa menuju tempat pemungutan suara. Setidaknya sore hari sampai nanti maksimal malam hari itu sudah sampai. Paginya, tepat tanggal 27 November 2024 pukul 07.00, tempat pemungutan suara untuk pilkada serentak 2024 dibuka dan ditutup pukul 13.00,” kata Yulianto.
    Terkait distribusi logistik, Menko Polkam menambahkan satuan tugas (satgas) yang dikerahkan dari TNI juga ikut membantu pengiriman logistik terutama ke daerah wilayah yang terpencil dan terluar.
    “Bantuan dari Satgas TNI, distribusi di Nabire sudah bisa terlaksana. Artinya, semua siap dan pemerintah sudah secara all out (total) mendukung kesiapan KPU,” kata Budi Gunawan.
    Sebagaimana diketahui, pemungutan suara Pilkada 2024 bakal dilakukan pada 27 November 2024, di 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota se-Indonesia (minus DI Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di DKI Jakarta).
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Waspada, BMKG Ingatkan Masyarakat Potensi Cuaca Ekstrem pada Libur Nataru – Page 3

    Waspada, BMKG Ingatkan Masyarakat Potensi Cuaca Ekstrem pada Libur Nataru – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

    Kondisi tersebut, kata dia, dipicu oleh sejumlah faktor. Diantaranya, fenomena La Nina yang mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen. Fenomena ini akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025.

    Selain itu, tambah Dwikorira, terdapat pula dinamika atmosfer lain yang diprediksikan pada periode Nataru aktif bersamaan, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia yang juga berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

    “Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025,” ungkap Dwikorita dikutip Selasa (26/11/2024).

    Imbauan ini, lanjut Dwikorita, juga ditujukan kepada perusahaan pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan mengingat fenomena cold surge juga dapat memicu gelombang tinggi di laut sehingga membahayakan keselamatan saat aktivitas pelayaran/penyeberangan serta penangkapan ikan.

    “Peringatan dini ini disampaikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut. Masyarakat bisa mengakses informasi cuaca 24 jam penuh melalui aplikasi @infobmkg. Silahkan akses informasi dari platform tersebut sebagai acuan dalam beraktivitas selama pekan Nataru. Disana juga terdapat informasi gempabumi dan lain sebagainya,” imbuhnya.

    Sementara itu, Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena menerangkan bahwa hingga pertengahan November 2024 (Dasarian I-II), indeks ENSO (gangguan iklim dari Samudra Pasifik) menunjukkan kecenderungan La Nina lemah, sementara indeks Indian Ocean Dipole (IOD) (gangguan iklim dari Samudra Hindia) menunjukkan nilai IOD negatif menuju netral.

    Adapun untuk dinamika perairan Indonesia secara umum, lanjut dia, menunjukkan kondisi suhu muka laut yang lebih hangat daripada normalnya. Berdasar pada keseluruhan hasil monitoring tersebut, dapat disimpulkan terdapat potensi gangguan iklim basah untuk wilayah Indonesia secara umum hingga awal 2025.

    “Secara umum Puncak Musim Hujan 2024/2025 diprediksi terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025. Wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada November – Desember 2024 antara lain sebagian Sumatera, pesisir selatan Pulau Jawa, dan Kalimantan, sedangkan wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada periode Bulan Januari – Februari 2025 yaitu wilayah Lampung, Jawa bagian utara, sebagian kecil dari Sulawesi, Bali, NTB, NTT, dan sebagian besar Papua,” papar Ardhasena.

     

  • BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Selama Libur Nataru 2025

    BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Selama Libur Nataru 2025

    Jakarta: Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) diwarnai peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.

    Fenomena La Nina menjadi salah satu penyebab utama dengan potensi peningkatan curah hujan hingga 20-40 persen. Kondisi ini diperparah oleh dinamika atmosfer lainnya, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge, yang memengaruhi intensitas curah hujan di banyak wilayah Indonesia. 

    “Kami mewanti-wanti masyarakat untuk lebih waspada. Cuaca ekstrem berpotensi berdampak signifikan, terutama selama periode Nataru,” ujar Dwikorita dalam siaran pers, Senin 25 Noember 2024.

    Baca juga: BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Selama Libur Nataru 2025

    Tak hanya itu, BMKG juga memberikan peringatan kepada pelaku industri pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan terkait risiko gelombang tinggi di laut yang dipicu oleh fenomena Cold Surge. 

    “Peringatan dini ini penting untuk mencegah kecelakaan laut selama periode liburan,” tambahnya.

    Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena, menambahkan bahwa puncak musim hujan di Indonesia diprediksi terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025. Wilayah seperti Sumatera, pesisir selatan Jawa, dan Kalimantan akan mengalami curah hujan tertinggi pada November-Desember 2024, sementara Lampung, utara Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Papua akan mencapai puncaknya pada Januari-Februari 2025.

    Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, juga menambahkan saat ini ada dua bibit siklon tropis yang terpantau, yaitu Bibit Siklon Tropis 96S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu dan Bibit Siklon Tropis 99B di barat Aceh. Kedua siklon ini meningkatkan risiko hujan lebat, kilat, dan angin kencang di wilayah barat Indonesia.

    BMKG meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan, mengecek infrastruktur kebencanaan, dan melakukan langkah antisipasi yang lebih komprehensif. Masyarakat juga diimbau memanfaatkan informasi cuaca dari aplikasi @infobmkg untuk mendapatkan data terkini terkait kondisi cuaca dan potensi bencana.

    BMKG berharap peringatan ini dapat membantu mengurangi risiko bencana dan melindungi keselamatan masyarakat selama periode liburan akhir tahun.

    Jakarta: Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) diwarnai peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
     
    Fenomena La Nina menjadi salah satu penyebab utama dengan potensi peningkatan curah hujan hingga 20-40 persen. Kondisi ini diperparah oleh dinamika atmosfer lainnya, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge, yang memengaruhi intensitas curah hujan di banyak wilayah Indonesia. 
     
    “Kami mewanti-wanti masyarakat untuk lebih waspada. Cuaca ekstrem berpotensi berdampak signifikan, terutama selama periode Nataru,” ujar Dwikorita dalam siaran pers, Senin 25 Noember 2024.
    Baca juga: BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Selama Libur Nataru 2025
     
    Tak hanya itu, BMKG juga memberikan peringatan kepada pelaku industri pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan terkait risiko gelombang tinggi di laut yang dipicu oleh fenomena Cold Surge. 
     
    “Peringatan dini ini penting untuk mencegah kecelakaan laut selama periode liburan,” tambahnya.
     
    Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena, menambahkan bahwa puncak musim hujan di Indonesia diprediksi terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025. Wilayah seperti Sumatera, pesisir selatan Jawa, dan Kalimantan akan mengalami curah hujan tertinggi pada November-Desember 2024, sementara Lampung, utara Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Papua akan mencapai puncaknya pada Januari-Februari 2025.
     
    Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, juga menambahkan saat ini ada dua bibit siklon tropis yang terpantau, yaitu Bibit Siklon Tropis 96S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu dan Bibit Siklon Tropis 99B di barat Aceh. Kedua siklon ini meningkatkan risiko hujan lebat, kilat, dan angin kencang di wilayah barat Indonesia.
     
    BMKG meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan, mengecek infrastruktur kebencanaan, dan melakukan langkah antisipasi yang lebih komprehensif. Masyarakat juga diimbau memanfaatkan informasi cuaca dari aplikasi @infobmkg untuk mendapatkan data terkini terkait kondisi cuaca dan potensi bencana.
     
    BMKG berharap peringatan ini dapat membantu mengurangi risiko bencana dan melindungi keselamatan masyarakat selama periode liburan akhir tahun.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • BMKG Beri Peringatan Dampak La Nina di RI, Kapan Berakhir?

    BMKG Beri Peringatan Dampak La Nina di RI, Kapan Berakhir?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Wilayah Indonesia, termasuk Jakarta, akhir-akhir ini sering diguyur hujan sedang hingga lebat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena La Nina Lemah yang tengah berlangsung menyebabkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen.

    BMKG mengingatkan masyarakat agar terus mewaspadai fenomena masuknya musim hujan yang bergandengan dengan La Nina Lemah. Menurut prediksi BMKG, fenomena ini berlangsung mulai November 2024 sampai setidaknya Maret atau April 2025 mendatang.

    “Kami mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapinya karena fenomena ini dapat berdampak signifikan pada kondisi cuaca. Utamanya bagi masyarakat yang bermukim di wilayah perbukitan, lereng-lereng gunung, dataran tinggi, juga sepanjang bantaran sungai,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dikutip dari laman resmi BMKG, Senin (25/11/2024).

    Dwikorita mengatakan fenomena La Nina berpotensi mengakibatkan berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung.

    Ia mengatakan bencana banjir lahar hujan berpotensi terjadi ketika air hujan bercampur dengan material vulkanik dari gunung berapi berupa pasir, abu, dan bebatuan serta kayu atau pohon, terutama untuk gunung api yang saat ini sedang atau baru saja mengalami erupsi.

    Maka dari itu, menurutnya, dibutuhkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan seluruh komponen baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat.

    Dwikorita menjelaskan bahwa beberapa faktor utama yang mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia pada tahun 2025 adalah penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia.

    Penyimpangan suhu di wilayah ini berhubungan erat dengan fenomena La Nina Lemah, yang berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia. Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga memeengaruhi distribusi hujan di wilayah Indonesia.

    Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan lautan, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, dengan jumlah berkisar antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun.

    Sebanyak 67% wilayah Indonesia diprediksi akan menerima curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun (kategori tinggi), meliputi sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung bagian utara, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, serta sebagian besar wilayah Papua.

    Sementara itu, 15% wilayah diprediksi mengalami curah hujan di atas normal, termasuk sebagian kecil Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku, dan Papua bagian tengah.

    Di sisi lain, 1% wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan di bawah normal, seperti di Sumatera Selatan bagian barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara.

    Dampak Positif La Nina

    Meski berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, lanjut Dwikorita, apabila dimitigasi dengan tepat, fenomena La Nina Lemah disebutnya memiliki sejumlah peluang positif yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, keberlimpahan air hujan akibat La Nina dapat dimanfaatkan secara optimal guna mendukung ketahanan pangan dan air serta energi.

    Di sektor pertanian, papar Dwikorita, petani memiliki peluang percepatan tanam, perluasan area tanam padi baik di lahan sawah irigasi, tadah hujan, maupun ladang. Tentunya, kata Dwikorita, hal ini selaras dengan Program Asta Cita yang digagas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang berkeinginan Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat dan mencapai swasembada pangan.

    Tidak hanya itu, dengan langkah mitigasi yang tepat, lanjut dia, tingginya curah hujan akibat La Nina juga bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas tampungan air di bendungan dan waduk, yang akan mendukung operasional pembangkit listrik tenaga air secara maksimum sehingga menjamin pasokan energi listrik. Masyarakat, tambah dia, dapat memanen air hujan atau rainwater harvesting dan digunakan saat musim kemarau tiba guna mengantisipasi kekeringan.

    “Untuk itu, penting untuk terus menjaga kualitas infrastruktur seperti bendungan dan waduk agar siap digunakan sepanjang tahun. Selain itu, optimalisasi drainase dan tampungan air harus disiapkan guna menghadapi musim kemarau berikutnya,” tuturnya.

    Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan bahwa BMKG mendukung penuh program Asta Cita yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai ketahanan pangan, air, dan energi melalui penyediaan informasi cuaca, iklim, dan potensi bencana yang cepat, tepat, dan akurat.

    Ardhasena menyampaikan, bahwa selama ini BMKG telah menyediakan berbagai layanan iklim yang dapat membantu petani dalam merencanakan musim tanam. Prediksi curah hujan 10 harian, bulanan hingga enam bulan ke depan yang dikeluarkan BMKG memungkinkan petani mengatur pola tanam sesuai dengan kondisi iklim yang terus berubah.

    “Dalam satu dasawarsa terakhir, BMKG dengan berbagai pihak terkait, juga telah membina lebih dari 20.000 petani melalui program Sekolah Lapang Iklim (SLI). Program ini bertujuan untuk membantu petani memahami data iklim yang relevan dan mengambil keputusan strategis, mulai dari waktu tanam hingga pemilihan komoditas yang tepat,” paparnya.

    Sedangkan pada sektor energi, kata Ardhasena, BMKG menyediakan data radiasi matahari dan kecepatan angin guna mendukung optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan. Dengan informasi tersebut, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan, menjaga ketersediaan air, dan memaksimalkan potensi energi terbarukan secara berkelanjutan.

    “Informasi iklim yang kami sampaikan harus diikuti oleh tindakan lanjut dari sektor terkait. Kami mendorong kementerian/lembaga/daerah dalam penyusunan program dan kebijakan bisa menyesuaikan prediksi iklim yang kami berikan. Tidak hanya antisipasi dan mitigasi bencana, namun juga berbagai sektor lainnya seperti transportasi, pembangunan infrastruktur, pertanian dan kehutanan, kelautan dan perikanan, tata ruang, kesehatan, pariwisata, industri, hingga pertahanan keamanan,” ia memungkasi.

    (fab/fab)

  • BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

    BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

    Jakarta

    Menjelang libur Natal dan Tahun Baru, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti potensi cuaca ekstrem. Kondisi tersebut dipicu sejumlah faktor termasuk salah satunya fenomena La Nina, yang berimbas pada penambahan potensi curah hujan hingga 20 sampai 40 persen.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi cuaca ekstrem akan terjadi selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, berlangsung dari akhir tahun hingga setidaknya April 2025. Menurut Dwikorita, ada pemicu lain yakni dinamika atmosfer yang aktif bersamaan pada pariode Nataru, yakni Madden Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surfe, bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia.

    Walhasil, intensitas dan volume curah hujan semakin tinggi di berbagai wilayah Indonesia.

    “Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025,” ungkap Dwikorita di Jakarta, Sabtu (23/11/2024).

    Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan adanya bibit siklon tropis 96S dan 99B berdampak langsung pada cuaca dan perairan di wilayah Indonesia bagian barat. Fenomena lain yang tengah aktif yaitu MJO, Gelombang Rossby, Kelvin.

    “Sehingga dalam beberapa pekan ke depan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang,” beber dia.

    “Hujan sedang hingga lebat diprediksi terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, kepada pemerintah daerah diharapkan meningkatkan kesiap-siagaan dengan mengecek kembali sarana dan prasarana kebencanaan yang dimiliki serta melakukan langkah antisipasi yang lebih komprehensif agar potensi bahaya bencana bisa diminimalkan,” lanjut Guswanto.

    Penyakit yang Mengintai di Musim Hujan

    Pakar mengingatkan sejumlah penyakit yang bisa muncul di cuaca ekstrem termasuk DBD, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneumonia, hingga COVID-19. Selain itu ada risiko peningkatan infeksi usus yang bisa terjadi di musim hujan.

    “Ya karena kondisi saat ini memang menyebabkan terjadi peningkatan infeksi usus di masyarakat,” kata dokter spesialis penyakit dalam subspesialis konsultan gastroenterologi dan hepatologi Ari Fahrial Syam beberapa waktu lalu.

    “Cuaca yang tidak stabil, berpolusi, dan angin yang cukup kencang bisa membuat lingkungan tidak sehat. Makanan pun dengan mudah terkontaminasi berbagai zat kotor dan bakteri dari polusi yang terbawa angin. Termakan manusia, bakteri atau virusnya masuk ke usus, jadi membuat sakit. Salah satunya diare,” kata dia.

    (naf/kna)

  • La Nina Berlangsung hingga April 2025, Waspadai Bencana Hidrometeorologi

    La Nina Berlangsung hingga April 2025, Waspadai Bencana Hidrometeorologi

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk bersiap menghadapi musim hujan yang bersamaan dengan fenomena la nina lemah. Fenomena ini diperkirakan akan meningkatkan curah hujan sebesar 20%-40% dan berlangsung hingga Maret atau April 2025.

    La nina sendiri merupakan anomali iklim global yang terjadi akibat penurunan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik hingga lebih dingin dari biasanya.

    “Kami mengimbau masyarakat untuk lebih siaga, terutama yang tinggal di daerah perbukitan, lereng gunung, dataran tinggi, serta di sepanjang bantaran sungai,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resminya, dikutip Senin (25/11/2024).

    Dwikorita menambahkan, la nina dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin kencang, dan puting beliung. Ia juga mengingatkan potensi banjir lahar hujan, terutama di area gunung berapi yang baru mengalami erupsi.

    Berdasarkan analisis BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, yakni 1.000-5.000 mm per tahun. Sekitar 67% wilayah akan mengalami curah hujan tinggi (di atas 2.500 mm per tahun), dan 15% wilayah diperkirakan mengalami curah hujan di atas normal. Hanya 1% wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan di bawah normal.

    Meskipun berisiko menimbulkan bencana, Dwikorita menyebut fenomena la nina juga membawa peluang positif apabila dikelola dengan benar. Curah hujan tinggi dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan, air, dan energi.