Topik: Banjir Bandang

  • Winarno Terjang Sisa Longsoran Tanah Demi Cari Istri yang Terseret, Lega Selamat: Alhamdulillah

    Winarno Terjang Sisa Longsoran Tanah Demi Cari Istri yang Terseret, Lega Selamat: Alhamdulillah

    TRIBUNJATIM.COM – Kisah korban tanah longsor Pekalongan cari istri yang terseret longsoran tanah ini menjadi sorotan.

    Ia nekat jalan kaki menerjang sisa longsoran tanah.

    Adapun bencana tanah longsor ini terjadi di Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (21/1/2025).

    Bencana tanah longsor tersebut memakan 17 korban meninggal dan 11 orang hilang.

    Beberapa korban lain selamat meski harus mendapat perawatan.

    Salah satu korban selamat adalah Winarno, seorang warga Desa Plogpakis, Kecamatan Petungkriyono.

    Ia menceritakan pengalaman pahit yang dialaminya saat bencana terjadi.

    Istrinya dikabarkan terbawa longsor.

    “Saya baru pulang kerja ketika mendapat kabar dari teman bahwa istri saya terjebak di longsor.”

    “Saya langsung menghubungi orang-orang yang bisa dihubungi di sana dan ternyata benar,” ungkap Winarno dikutip dari YouTube Kompas TV, Selasa, via Kompas.com.

    Untuk menuju ke lokasi tempat istrinya berada, Winarno harus melewati sisa longsoran yang sangat parah.

    Ia menceritakan, motor tidak bisa melintasi medan sehingga ia terpaksa berjalan kaki.

    Kondisi banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. (ISTIMEWA)

    “Alhamdulilah dia (sang istri) bisa selamat,” katanya.

    Menurutnya, istrinya dievakuasi dengan tandu karena belum ada relawan maupun alat berat yang bisa masuk ke situ.

    “Kondisi masih rawan, jadi hanya warga dan beberapa orang yang sudah berada di TKP yang memberanikan diri untuk melakukan evakuasi,” jelasnya.

    Pagi harinya, Selasa, Winarno dengan jelas bisa melihat situasi longsoran.

    Menurutnya, semua desa di Kecamatan Petungkriyono terdampak.

    Jalan yang menghubungkan desa-desa tersebut lumpuh total.  

    “Jalan utama menuju Kabupaten Pekalongan antara Petungkriyono ke Doro juga tidak bisa dilewati,” katanya.

    “Dari sembilan desa yang terkena dampak, Desa Kasimbar mengalami kerusakan paling parah dengan banyak korban,” ujar Winarno.

    Saat ini, Winarno dan istrinya berada di Puskesmas Petungkriyono untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

    Berikut identitas korban yang meninggal dan belum ditemukan.

    Relawan bencana saat mengevakuasi korban bencana di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Selasa (21/1/2025). (DOKUMENTASI BNPB)

    Korban meninggal

    1. Revalina (perempuan) 19 tahun warga Sipetung

    2. Suyati (perempuan) warga Tlogohendro

    3. Kiki Pramudita (laki-laki) 23 tahun warga Garung, Desa Yosorejo

    4. Sutar (49) warga Tlogopakis

    5. Riyanto (laki-laki) 50 tahun, warga Yosorejo

    6. Ayat (27) warga Desa Kasimpar

    7. Sumeri (30) warga warga Garung, Desa Yosorejo

    8. Doni (27) warga Desa Gumelem

    9. Winarko (27) warga Desa Gumelem

    10. Supari (37) warga Desa Kasimpar

    11. Sularso (44) warga Desa Kasimpar

    12. Inawati (23) warga Desa Kasimpar

    13. Afkar (4) laki-laki, warga Desa Kasimpar

    14. Khusnul Cholifah (35) perempuan, warga Desa Kasimpar

    15. Rokhim (40) laki-laki, warga Desa Kasimpar

    16. Rahmono (24) laki-laki, warga Desa Tlogohendro

    17. Joni Yulianto (45) laki-laki, warga Sragi

    Korban belum ditemukan

    1. M Teguh Imanto warga Desa kayupuring

    2. Abiyas warga Desa Kasimpar

    3. Giyanto warga Desa Gumelem

    4. Tegar Hariyanto warga Batang

    5. M Nasrullah Amin warga Pekalongan

    6. Asiah warga warga Tlogohendro

    7. Ta’ari warga Yosorejo

    8. Aurel warga Kasimpar

    9. Ta’adi warga Dusun Wonodadi, Desa Songgodadi.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

  • Video Innalillahi, Jasad Abiyan Bayi 5 Bulan Korban Longsor Petungkriyono Pekalongan Ditemukan

    Video Innalillahi, Jasad Abiyan Bayi 5 Bulan Korban Longsor Petungkriyono Pekalongan Ditemukan

    Berikut ini video innalillahi, jasad Abiyan bayi 5 bulan korban longsor Petungkriyono Pekalongan ditemukan.

    TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN – Tim SAR gabungan kembali berhasil menemukan tiga korban jiwa akibat tanah longsor dan banjir bandang di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Rabu (22/1/2025).

    Anggota SAR Bumi Santri Pekalongan, Agus Yusuf, mengatakan ketiga korban yang ditemukan adalah Aisyah (17), Ta’ari, dan Abiyan, bayi berusia 5 bulan.

    “Korban atas nama Abiyan ditemukan tertimbun longsor cukup dalam. Proses pencarian menggunakan alat manual seperti pacul,” ujar Agus Yusuf kepada Tribunjateng.com.

    Yusuf menjelaskan, bayi Abiyan ditemukan di bawah springbed yang terlilit dengan selendangnya.

    Posisi springbed tersebut tersangkut di pohon bambu di dekat aliran air.

    “Rumah Abiyan terbawa longsor sejauh sekitar 30 meter dari lokasi awal,” tambahnya.

    Abiyan ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.

    Ibunya juga menjadi korban meninggal dunia, sementara ayahnya selamat namun belum diketahui keberadaannya.

    Ketika Abiyan ditemukan, paman korban yang berada di lokasi tidak mampu menahan tangis melihat kondisi keponakannya.

    “Paman korban menangis histeris saat melihat Abiyan ditemukan. Jenazah langsung dibawa ke posko induk,” imbuhnya.

    Proses pencarian korban longsor dan banjir bandang ini masih terus dilakukan oleh Tim SAR gabungan, dengan harapan bisa menemukan korban lainnya.

  • Daftar Identitas 19 Korban Meninggal Akibat Longsor di Pekalongan, 7 Orang Hilang Masih Dicari – Halaman all

    Daftar Identitas 19 Korban Meninggal Akibat Longsor di Pekalongan, 7 Orang Hilang Masih Dicari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Upaya pencarian korban tanah longsor di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, masih berlangsung.

    Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban meninggal akibat longsor sebanyak 19 orang dan telah teridentifikasi.

    Berikut identitas 19 korban meninggal:

    1. Revalina (P) 19 thn

    2. Suyati (P)

    3. Kiki Pramudita (L) 23 thn

    4. Sutar (L) 49 thn

    5. Riyanto (L) 50 thn

    6. Ayat (L) 27 thn

    7. Sumeri (L) 30 thn

    8. Doni (L) 27 thn

    9. Winarko (L) 27 thn

    10. Supari (L) 37 thn

    11. Sularso (L) 44 thn

    12. Inawati (P) 23 thn

    13. Afkar (L) 4 thn

    14. Husnul Cholifah (P) 35 thn

    15. Rokhim (L) 40 thn

    16. Joni Yulianto (L) 45 thn

    17. Rahmono (L) 24 thn

    18. Aisah (P)

    19. Ta’ari (L)

    Dua jenazah yang ditemukan pada Rabu (22/1/2025) pagi merupakan warga yang masuk daftar orang hilang akibat longsor yang terjadi pada Senin (20/1/2025) lalu.

    Berikut identias 7 warga yang dinyatakan hilang dan masih dilakukan upaya pencarian:

    1. M. Teguh Imanto

    2. Abiyas

    3. Giyanto

    4. Tegar Hapriyanto

    5. M. Nasrulah Amin

    6. Aurel

    7. Ta’adi 

    Longsor di Pekalongan mengakibatkan kerusakan sejumlah fasilitas seperti dua rumah, dua jembatan hingga tiga akses jalan tertutup.

    Untuk melakukan evakuasi, tim SAR hanya bisa melewati Kali Bening di Banjarnegara.

    Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D, meminta tim yang bertugas mewaspadai bencana susulan karena intensitas hujan masih tinggi.

    Ia menambahkan wilayah Pekalongan masih berpotensi hujan selama tiga hari kedepan hingga Kamis (23/1/2025).

    BNPB meminta warga yang tinggal di dekat tebing untuk waspada dan mengecek kondisi tanah secara berkala.

    Intensitas Hujan Tinggi

    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Bergas Catursasi, mengatakan hujan di wilayah Pekalongan mempersulit proses evakuasi.

    Selain itu, akses menuju titik longsor sulit dilewati lantaran tertimbun tanah.

    “Untuk ke depannya yang masih tertimbun tanah lebih dalam, kami berharap ada dukungan dari alat berat, tetapi proses untuk mencapainya tidaklah mudah. Terlebih lagi, di lokasi yang terendam, terdapat juga banjir, sehingga penyelesaiannya harus dilakukan secara bertahap,” bebernya, Selasa (21/1/2025).

    Upaya pencarian dilakukan relawan, Basarnas, hingga petugas BPBD Jateng.

    “Kita tetap melakukan pencarian, karena waktunya tidak panjang, kita kejar-kejaran dengan cuaca, tidak bisa saling menunggu,” tegasnya.

    Sementara itu, relawan PMI, Eko Purwanto, menyatakan proses evakuasi memakan waktu cukup lama karena kendaraan roda empat tak dapat mencapai titik longsor.

    Pihaknya telah menyiapkan tempat pengungsian untuk menghindari bencana susulan.

    “Informasi mengenai korban yang hilang masih simpang siur, kami terus berkoordinasi untuk mendapatkan kepastian,” tandasnya.

    Longsor yang terjadi pada Senin (20/1/2025) menimbun dua rumah serta sejumlah kendaraan.

    Sebelumnya, Sekda Kabupaten Pekalongan, M. Yulian Akbar, membenarkan longsor memakan korban jiwa dan proses pencarian jenazah masih berlangsung.

    Ia menjelaskan hujan yang terjadi sejak Senin mengakibatkan longsor di sejumlah titik seperti Desa kasimpar, Tlogohendro, serta Gumelem.

    Longsor juga memutus akses menuju Petungkriyono dan tim SAR gabungan sedang berupaya mengirim bantuan logistik kesana.

    “Jembatan untuk akses utama terputus, lalu longsor juga masih ada.”

    “Kemungkinan yang bisa dilewati melalui Wanyasa, Banjarnegara,” tandasnya.

    Yulian Akbar menerangkan salah satu korban meninggal merupakan Sekdes Kasimpar.

    “Satu keluarga, yang sudah ketemu sekdes sama anaknya, meninggal dunia.”

    “Korban paling banyak di Desa Kasimpar. Tertimbun longsoran tebing. Ada itu sampai satu rumahnya sekdes tertimbun,” terangnya.

    Tentang data pengungsi, pihaknya belum dapat memastikan jumlah warga yang terdampak longsor dan banjir di Pekalongan.

    “Sementara ada yang mengungsi, tapi datanya belum ya. Ini kami sedang menyiapkan dapur umumnya. Nanti mungkin tak update lagi datanya.”

    “Kalau tadi malam pasti ada yang mengungsi. Di kedungwuni, mengungsi sementara ke keluarganya atau tetangganya,” lanjutnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Sekda Pekalongan Akbar : Sekdes Kasimpar Jadi Korban Tewas Longsor dan Banjir Bandang Petungkriyono

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunJateng.com/Indra Dwi) (Kompas.com/Ferril Denis)

  • Detik-detik Mencekam saat Korban Longsor di Pekalongan Ditemukan, Mayat-mayat Kaku Penuh Lumpur – Halaman all

    Detik-detik Mencekam saat Korban Longsor di Pekalongan Ditemukan, Mayat-mayat Kaku Penuh Lumpur – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN – Bencana longsor di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah masih menyisakan duka. Korban terus ditemukan. 

    Wilayah Petungkriyono porak poranda akibat bencana tersebut.

    Kondisi pasca banjir bandang dan longsor sangat mengerikan.

    Tim SAR gabungan yang berjibaku melakukan pencarian korban terus 

    Medan yang ekstrem, kekurangan air bersih, dan cuaca buruk menjadi tantangan besar dalam evakuasi.

    Agus Yusuf, anggota tim SAR Bumi Santri Pekalongan, menceritakan pengalamanya membantu evakuasi korban longsor.

    Begini detik-detik mencekam saat membantu evakuasi korban longsor.

    “Kabar pertama longsor terjadi Senin (20/1/2025) malam bersamaan dengan banjir bandang di Kedungwuni dan Wonopringgo,” ungkap Agus Yusuf, Selasa (21/1/2025).

    Ia menjelaskan, tim SAR Bumi Santri memilih menunda perjalanan ke Petungkriyono karena kondisi malam hari yang berbahaya.

    Tim akhirnya berangkat ke lokasi pada Selasa pagi bersama Basarnas Semarang, BPBD, PMI, dan relawan lainnya.

    Setelah perjalanan 2 jam melalui jalur Wanayasa-Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, tim tiba di Petungkriyono dan langsung berkoordinasi dengan pemerintah setempat.

    Dari titik terakhir yang dapat dilalui kendaraan, tim harus berjalan kaki sejauh 5 km di jalan berlumpur, penuh batu, dan pohon tumbang.

    “Jembatan utama Petungkriyono terputus. Kondisi longsor di berbagai titik semakin menyulitkan evakuasi,” tambah Agus.

    Cuaca yang tidak menentu juga menjadi kendala.

    Relawan bencana saat mengevakuasi korban bencana di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Selasa (21/1/2025). (Dokumentasi BNPB)

    Kabut tebal mengurangi jarak pandang hingga 10 meter, sementara hujan deras mengguyur dari siang hingga sore.

    Korban yang ditemukan meninggal dunia dalam kondisi terbujur kaku dan penuh lumpur.

    Beruntung, sebagian besar korban masih dapat dikenali warga sekitar untuk proses identifikasi.

    Saat ini, alat berat belum bisa mencapai lokasi karena akses yang sulit.

    Proses evakuasi terpaksa dilakukan secara manual.

    Agus mengungkapkan, hingga malam hari ditemukan jenazah perempuan di Desa Kayupuring, namun belum bisa dievakuasi karena medan terjal dan hujan deras.

    Data sementara menunjukkan 18 korban meninggal dunia, 10 korban luka-luka, serta kerusakan parah pada lima rumah yang rata dengan tanah.

    “Kondisi terparah ada di kafe kopi dan tempat pemancingan di Desa Kasimpar, dengan 25 orang di lokasi saat kejadian. Hanya satu orang selamat, yakni Munandar Rifki (20), meski mengalami patah tulang dan luka berat,” ungkap Agus.

    Ia berharap cuaca mendukung agar pencarian korban longsor dapat dilanjutkan keesokan harinya.

    Hujan Deras Jadi Kencala Evakuasi

    Pencarian dan evakuasi korban longsor di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. (Tribunjateng/Dina Indriani)

    Proses evakuasi korban longsor yang terjadi di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, masih terus berlangsung.

    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Bergas Catursasi, mengungkapkan bahwa cuaca hujan yang terus mengguyur wilayah Pekalongan memperburuk upaya evakuasi.

    Selain itu, akses menuju lokasi longsor juga terhalang oleh tumpukan tanah yang cukup besar.

    “Untuk ke depannya, yang masih tertimbun tanah lebih dalam, kami berharap ada dukungan dari alat berat. Namun, proses mencapainya tidak mudah. Apalagi, di lokasi yang terendam, terdapat juga banjir, sehingga penyelesaiannya harus dilakukan secara bertahap,” ujar Bergas pada Selasa (21/1/2025).

    Upaya pencarian dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk relawan, Basarnas, dan petugas BPBD Jawa Tengah. Bergas menegaskan bahwa waktu sangat terbatas mengingat kondisi cuaca yang semakin tidak menentu.

    “Kita tetap melakukan pencarian karena waktunya tidak panjang. Kita kejar-kejaran dengan cuaca, tidak bisa saling menunggu,” tambahnya.

    Menurut relawan PMI, Eko Purwanto, proses evakuasi korban juga terhambat oleh sulitnya akses menuju lokasi longsor. Kendaraan roda empat tidak dapat mencapai titik bencana, sehingga upaya evakuasi memakan waktu lebih lama.

    “Saat ini, kami sudah menyiapkan tempat pengungsian untuk menghindari bencana susulan. Namun, informasi mengenai korban yang hilang masih simpang siur, dan kami terus berkoordinasi untuk mendapatkan kepastian,” kata Eko.

    Bencana longsor mengakibatkan dua rumah dan sejumlah kendaraan tertimbun tanah. Akses jalan menuju Desa Kasimpar terputus setelah dua jembatan rusak. Sebanyak 10 orang yang mengalami luka-luka telah dilarikan ke rumah sakit terdekat.

    Berdasarkan informasi dari BNPB, wilayah Pekalongan masih berpotensi hujan selama tiga hari ke depan, hingga Kamis, 23 Januari 2025.

    BNPB mengimbau warga yang tinggal di daerah rawan longsor, terutama di dekat tebing, untuk waspada dan memeriksa kondisi tanah secara berkala.

    “Warga juga diimbau untuk mencari lokasi evakuasi jika hujan turun lebih dari dua jam,” ungkap BNPB dalam siaran persnya.

    Titik Lain Longsor di Pekalongan

    Sekda Kabupaten Pekalongan, M. Yulian Akbar, menjelaskan bahwa longsor juga terjadi di beberapa titik lain di wilayah tersebut, termasuk di Desa Tlogohendro dan Gumelem.

    Longsor telah memutus akses menuju Petungkriyono, dan tim SAR gabungan sedang berupaya mengirimkan bantuan logistik ke daerah terdampak.

    “Jembatan untuk akses utama terputus, lalu longsor juga masih ada. Kemungkinan yang bisa dilewati adalah melalui Wanyasa, Banjarnegara,” jelas Yulian.

    Yulian juga mengungkapkan bahwa salah satu korban yang meninggal adalah Sekdes Kasimpar.

    “Satu keluarga, yang sudah ditemukan, sekdes dan anaknya, meninggal dunia,” ungkapnya.

    Desa Kasimpar menjadi lokasi dengan jumlah korban terbanyak akibat longsoran tebing yang menimbun rumah-rumah warga, termasuk rumah Sekdes.

    Meskipun data jumlah pengungsi belum dapat dipastikan, Yulian melaporkan bahwa beberapa warga telah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sementara pihaknya terus menyiapkan dapur umum untuk membantu warga terdampak.

    “Sementara ada yang mengungsi, tapi datanya belum ada. Ini kami sedang menyiapkan dapur umum. Nanti akan kami update lagi datanya,” tambah Yulian. Sebagian warga yang mengungsi memilih berlindung di rumah keluarga atau tetangga terdekat.

    Hingga Rabu 22 Januari, 600 Petugas Gabungan Dikerahkan

    Sebanyak 600 petugas gabungan dan empat anjing pelacak dikerahkan pada hari kedua evakuasi dan pencarian korban hilang longsor di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Rabu (22/1/2025).

    Dandim 0710/Pekalongan, Letkol Inf. Rizky Aditya, mengungkapkan bahwa operasi pembersihan dan pencarian korban terus dilakukan oleh tim gabungan.

    “Yang akan kita bersihkan yang pertama adalah akses menuju lokasi, di sana ada tiga titik longsoran kecil di jalan.

    Tim gabungan tersebut terdiri dari 600 personel dan empat anjing pelacak,” tuturnya.

    Lebih lanjut, Letkol Inf Rizky Aditya menjelaskan bahwa upaya pencarian difokuskan di dua lokasi utama, yaitu rumah Pak Carik dan Cafe Allo.

    Selain itu, tim juga menyusuri aliran sungai yang menuju ke Sungai Welo, karena dikhawatirkan ada korban yang hanyut terbawa arus.

    “Kejadian ini mengakibatkan banyak korban, jadi di bawah sana ada dua rumah, yaitu rumah pendeta dan rumah Pak Carik, serta satu kafe. Ketiga bangunan utama ini menjadi pusat bencana,” tambahnya.

    Rumah Pak Carik menjadi tempat berteduh sementara bagi orang-orang yang menuju ke Petungkriyono ketika hujan deras turun.

    Mereka merasa aman berlindung di sana karena lokasinya jauh dari tebing. 

    Sedangkan di Cafe Allo, sedang berlangsung acara keluarga yang juga menunggu hujan reda.

    Sementara itu, rumah pendeta yang juga terdampak longsor tidak terdapat penghuni saat kejadian.

    Desa Kasimpar yang berada di dekat lokasi longsor dinyatakan aman, longsor tidak merusak pemukiman di desa tersebut. 

    Letkol Inf Rizky menyebut fokus pencarian berada di rumah Pak Carik dan Cafe Allo, dengan perkiraan sementara jumlah korban yang berada di lokasi tersebut sekitar 20 hingga 30 orang.

    (TribunJateng.com/Kompas.com)

  • Cerita Tim SAR Longsor Petungkriyono Pekalongan, Lalui Medan Berat hingga Ungkap Kondisi Korban – Halaman all

    Cerita Tim SAR Longsor Petungkriyono Pekalongan, Lalui Medan Berat hingga Ungkap Kondisi Korban – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang anggota Tim SAR Gabungan menceritakan pengalaman mencekam ketika pencarian korban longsor di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

    Seperti diketahui, bencana longsor dan banjir bandang melanda wilayah Pekalongan pada Senin (20/1/2025). 

    Bencana terjadi ketika hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Kecamatan Petungkriyono. 

    Akibatnya, korban longsor Pekalongan sementara mencapai 18 orang hingga Selasa  (21/1/2025) petang.

    Agus Yusuf, anggota tim SAR Bumi Santri Pekalongan, turut membantu evakuasi korban longsor longsor Petungkriyono. 

    Cuaca buruk, medan terjal yang dilalui pun menjadi tantangan besar dalam proses evakuasi. 

    Menurut Agus, kondisi pasca banjir bandang dan longsor, porak poranda.

    “Kabar pertama longsor terjadi Senin (20/1/2025) malam bersamaan dengan banjir bandang di Kedungwuni dan Wonopringgo,” ungkap Agus Yusuf, Selasa (21/1/2025), dilansir TribunJateng.com.

    Ia menjelaskan, tim SAR Bumi Santri memilih menunda perjalanan ke Petungkriyono karena kondisi malam hari yang berbahaya.

    Kondisi Jalan Berlumpur, Penuh Batu dan Pohon Tumbang

    Tim berangkat ke lokasi pada Selasa pagi bersama Basarnas Semarang, BPBD, PMI, dan relawan lainnya.

    Agus menceritakan, tim tiba di Petungkriyono setelah perjalanan 2 jam melalui jalur Wanayasa-Kalibening, Kabupaten Banjarnegara. Tim pun berkoordinasi dengan pemerintah setempat.

    Dikatakan Agus, Dari titik terakhir yang dapat dilalui kendaraan, tim masih harus berjalan kaki sejauh 5 km di jalan berlumpur, penuh batu, dan pohon tumbang.

    “Jembatan utama Petungkriyono terputus. Kondisi longsor di berbagai titik semakin menyulitkan evakuasi,” tambah Agus.

    Selain itu, cuaca yang tidak menentu juga menjadi kendala.

    Kabut tebal mengurangi jarak pandang hingga 10 meter, sementara hujan deras mengguyur dari siang hingga sore.

    Masih mengutip Tribun Jateng, korban yang ditemukan meninggal dunia dalam kondisi terbujur kaku dan penuh lumpur.

    Meski begitu, masih ada sebagian besar korban masih dapat dikenali warga sekitar untuk proses identifikasi.

    Karena alat berat belum bisa mencapai lokasi, terpaksa proses evakuasi terpaksa dilakukan secara manual.

    Agus mengungkapkan, hingga malam hari ditemukan jenazah perempuan di Desa Kayupuring. Namun, belum bisa dievakuasi karena medan terjal dan hujan deras.

    “Kondisi terparah ada di kafe kopi dan tempat pemancingan di Desa Kasimpar, dengan 25 orang di lokasi saat kejadian. Hanya satu orang selamat, yakni Munandar Rifki (20), meski mengalami patah tulang dan luka berat,” ungkap Agus.

    Ia berharap, cuaca mendukung agar pencarian korban longsor dapat dilanjutkan di hari berikutnya.

    Pengalaman menanggulangi situasi darurat di Pekalongan ini, rupanya juga diceritakan oleh Eko Purwanto, relawan Palang Merah Indonesia (PMI).

    Awalnya, Eko menerima laporan masyarakat terkait korban patah tulang di rumah penduduk, imbas tanah longsor.

    “Kami menerima laporan dari masyarakat tentang seorang korban yang mengalami patah tulang di rumah penduduk. Segera, tim Puskesmas bergegas menuju lokasi untuk memastikan kondisi korban,” kata Eko diwawancarai Kompas.tv. 

    Setibanya di lokasi, mereka menemukan korban dengan luka sayat dan patah pada lengan atas.

    Tim segera memberikan pertolongan pertama sebelum meminta bantuan masyarakat untuk menandu korban ke Puskesmas.

    Saat ini, kondisi korban stabil dan mampu berkomunikasi.

    “Dokter mengatakan bahwa ini adalah tindakan awal, dan korban akan dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut,” tambahnya.

    Wilayah Pekalongan, Jawa Tengah dilanda banjir dan tanah longsor akibat hujan dengan intensitas tinggi pada Senin (20/1/2025). (Tribunnews.com)

    Proses Evakuasi Cukup Menantang

    Eko mengatakan, proses evakuasi berlangsung cukup menantang, perlu waktu 4 jam.

    “Kami menerima informasi dari penduduk setempat yang sudah melakukan evakuasi awal. Dari waktu bencana terjadi hingga evakuasi selesai, butuh waktu sekitar empat jam,” ceritanya

    Bahkan, Tim PMI dan masyarakat harus melewati jalan yang sulit akibat longsor. Kendaraan roda empat pun tidak dapat mencapai lokasi.

    Untuk penanganan lebih lanjut, Eko menyebut, pihaknya juga menggelar pengungsian sementara untuk menghindari bencana susulan. 

    Hingga saat ini, Desa yang terdampak parah adalah Desa Kasimpar.

    Diketahui, bencana longsor dan banjir bandang di Pekalongan terjadi ketika hujan mengguyur wilayah Kecamatan Petungkriyono pada Senin, kemarin. 

    Menurut Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Bergas Catursasi, korban longsor Pekalongan sementara sebanyak 18 orang hingga Selasa petang.

    “Sebanyak 18 jiwa telah dievakuasi dan ditemukan meninggal dunia. Sedangkan 9 orang diperkirakan masih tertimbun dan dalam pencarian. Sedangkan 10 orang alami luka-luka,” ucap Bergas. 

    Adapun untuk bangunan rumah yang mengalami kerusakan, masih dalam pendataan. 

    “(Jumlah) pengungsi masih dalam pendataan,” tutur Bergas.

    Angka korban jiwa tersebut, juga disampaikan Kepala Pusat Pengendalian dan Operasi BNPB Bambang Surya Putra.

    Data BPBD Provinsi Jateng sementara, 8 orang masih dalam pencarian.

    “Laporan yang masuk dari BPBD Provinsi Jateng dan BPBD Pekalongan, 18 orang meninggal dunia dan 8 orang masih dalam pencarian,” katanya dalam program Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Selasa (21/1/2025) petang.

    Terkait bencana ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bakal menerjunkan tim untuk melakukan asesmen, Rabu (22/1/2025).

    Tim ini akan menilai, termasuk menentukan tempat aman, untuk memberikan rekomendasi kepada kepala daerah setempat terkait status kedaruratan.

    Bambang mengatakan, lokasi kejadian yang cukup jauh menjadi kendala evakuasi.

    Selain itu, curah hujan yang masih tinggi juga menyulitkan tim SAR gabungan mencari korban.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Cerita Haru Tim SAR Longsor Petungkriyono Pekalongan, Mayat-mayat Sudah Kaku Penuh Lumpur dan TribunBanyumas.com dengan judul Besok Kirim Tim Asesmen, BNPB: Korban Longsor Petungkriyono Pekalongan 18 Orang

    (Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunJateng.com/Indra Dwi Purnomo, TribunBanyumas/Rika Irawati, Kompas.com)

  • Update Nasib 9 Korban Hilang, Pekalongan Masih Berpotensi Longsor, Warga Diimbau Evakuasi Mandiri – Halaman all

    Update Nasib 9 Korban Hilang, Pekalongan Masih Berpotensi Longsor, Warga Diimbau Evakuasi Mandiri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN – Bencana tanah longsor di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah pada Senin (20/1/2025) sore mengakibatkan sedikitnya 17 korban meninggal dunia.

    Sebanyak sembilan 9 orang lainnya dinyatakan hilang dan belum ditemukan hingga Selasa malam.

    Hingga Selasa (21/1/2025), tim gabungan masih mencari korban yang dilaporkan hilang. 

    Proses pencarian akan dilanjutkan hari ini, Rabu (22/1/2025).

    Sementara itu, 10 orang yang mengalami luka-luka telah mendapatkan perawatan Puskesmas maupun rumah sakit terdekat.

    Berikut daftar lengkap korban meninggal dan korban hilang dikutip dari Tribunjateng.com:

    Daftar Korban Meninggal

    Revalina (perempuan) 19 tahun warga Sipetung
    Suyati (perempuan) warga Tlogohendro
    Kiki Pramudita (laki-laki) 23 tahun warga Garung, Desa Yosorejo
    Sutar (49) warga Tlogopakis
    Riyanto (laki-laki) 50 tahun, warga Yosorejo
    Ayat (27) warga Desa Kasimpar
    Sumeri (30) warga warga Garung, Desa Yosorejo
    Doni (27) warga Desa Gumelem
    Winarko (27) warga Desa Gumelem
    Supari (37) warga Desa Kasimpar
    Sularso (44) warga Desa Kasimpar
    Inawati (23) warga Desa Kasimpar
    Afkar (4) laki-laki, warga Desa Kasimpar
    Khusnul Cholifah (35) perempuan, warga Desa Kasimpar
    Rokhim (40) laki-laki, warga Desa Kasimpar
    Rahmono (24) laki-laki, warga Desa Tlogohendro
    Joni Yulianto (45) laki-laki, warga Sragi

    Korban Belum Ditemukan

    M Teguh Imanto warga Desa kayupuring
    Abiyas warga Desa Kasimpar
    Giyanto warga Desa Gumelem
    Tegar Hariyanto warga Batang
    M Nasrullah Amin warga Pekalongan
    Asiah warga warga Tlogohendro
    Ta’ari warga Yosorejo
    Aurel warga Kasimpar
    Ta’adi warga Dusun Wonodadi, Desa Songgodadi

    Bencana alam ini terjadi karena hujan deras yang melanda Kabupaten Pekalongan sejak Senin (20/1/2025) sore.

    Selain di Kecamatan Petungkriyono, banjir juga meredam di wilayah Kedungwuni, Wonopringgo, dan Talun.

    Di Kecamatan Petungkriyono, paling parah dihantam tanah longsor berada di Desa Kasimpar. 

    Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, bencana tersebut juga merusak dua jembatan sehingga akses menjadi terganggu.

    “Selain longsor, wilayah tersebut juga diterjang banjir bandang yang dipicu hujan deras sejak Senin (20/1/2025) sore,” ujarnya.

    “Kerugian akibat banjir bandang masih dalam proses pendataan oleh pihak berwenang,” kata Abdul Muhari, Selasa (21/1/2025).

    Winarno, warga Desa Telogopakis, Petungkriyono, Pekalongan mengungkapkan bagaimana prosesnya mengevakuasi istrinya setelah terjadi longsor di Petungkriyono pada Senin (21/1/2025) malam. (Kolase Tribunnews & Tangkap Layar Kompas TV)

    Warga Diimbau Evakuasi Mandiri

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hingga Kamis (23/1/2025), Kabupaten Pekalongan masih berpotensi diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. 

    Cuaca ini meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor di area rawan.

    BNPB mengimbau warga untuk tetap waspada, terutama bagi mereka yang tinggal di sekitar lereng atau tebing. 

    Abdul Muhari meminta warga memantau kondisi tanah di sekitar tempat tinggal mereka.

    “Jika hujan turun terus-menerus selama dua jam atau lebih, segera lakukan evakuasi mandiri demi keselamatan,” imbuhnya.

    Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah

    Cuaca ekstrem yang melanda Jawa Tengah menyebabkan 14 daerah terkena bencana dalam rentang waktu Senin (20/1/2025) pukul 19.00 hingga Selasa (21/1/2025) pukul 07.00 WIB. 

    Berdasarkan data BPBD Jateng, mayoritas wilayah terdampak berada di pesisir utara.

    Beberapa daerah yang dilanda banjir di antaranya Kabupaten Brebes, Tegal, Kota Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Kota Semarang, dan Demak. 

    Wilayah tengah seperti Grobogan, Sragen, Surakarta, dan Sukoharjo juga tak luput dari genangan air.

    Di bagian selatan, Banjarnegara turut terkena dampak.

    Selain banjir, tanah longsor terjadi di Pekalongan, Kendal, Semarang, dan Banjarnegara.

    Pekalongan Status Tanggap Darurat Selama 14 Hari

    Pemerintah Kabupaten Pekalongan menerapkan status tanggap darurat selama 14 hari.

    Status tanggap darurat diterapkan menyusul bencana tanah longsor dan banjir di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Selasa.

    Sekretaris Daerah Kabupaten Pekalongan, M Yulian Akbar mencatat, data terakhir sebanyak 17 korban yang dinyatakan meninggal dunia. 

    Kemudian 8 orang belum ditemukan, 10 orang luka-luka dan 3 orang sudah dibawa ke RSUD Kajen.

    “Pemerintah Kabupaten Pekalongan sudah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari kedepan,” kata M Yulian saat dihubungi Tribunjateng.com. 

    Sementara itu proses pencarian korban sementara dihentikan untuk keselamatan karena kondisi sudah berkabut dan cuaca mulai turun hujan.

    Yulian mengatakan, dampak dari bencana longsor dan banjir tidak hanya di Kabupaten Pekalongan, tidak hanya di Kecamatan Petungkriyono. 

    Ada sebanyak 11 kecamatan yang juga terdampak, bagian atas adalah longsor dan bagian bawah adalah banjir. 

    Di wilayah Pesanggrahan ada dua tanggul jebol yang menyebabkan 11 desa di Kecamatan Wonokerto terendam.

    “Saat ini persoalan paling penting adalah akses jalan yang masih terputus di Kecamatan Petungkriyono. Besok juga akan ada kunjungan BNPB,” ungkapnya. 

    Menurut Yulian, Pemkab Pekalongan bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berencana membuat jembatan darurat dari Kecamatan Doro ke Kecamatan Petungkriyono. 

    Ia menargetkan akan selesai Rabu atau Kamis besok. 

    Sebab, saat ini untuk menuju area yang terisolasi harus memutar lewat Kabupaten Banjarnegara selama 2- 3 jam.

    Sementara untuk jalan utama, pihaknya sudah mulai melakukan pemulihan dengan menurunkan 2 unit alat berat.

    “Banyak titik-titik yang terjadi longsor. Alhamdulillah karena kerja sama TNI, Polri, relawan, dan warga, sehingga membantu percepatan,” jelasnya. 

    Yulian mengatakan, pihaknya besok (hari ini–red) akan kembali melakukan pencarian korban yang hilang.

    Ia memastikan juga semua kebutuhan selama masa tanggap darurat terpenuhi, mulai dari posko kesehatan, dan posko logistik.

    “Kami mengimbau karena cuaca buruk masih terjadi dalam beberapa hari kedepan, masyarakat harus waspada.” 

    “Beberapa warga mengungsi di rumah saudara. Tapi kami juga sudah menyiapkan pengungsian dan posko di kecamatan,” ungkapnya. 

    Sumber: (TribunJateng.com/Indra Dwi Purnomo/Budi Susanto/Iwan Arifianto/fba)

    Diolah dari artikel yang telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Daftar Identitas Korban Longsor di Pekalongan, 17 Orang Tewas dan 9 Masih Hilang

  • 5 Populer Regional: Longsor di Pekalongan – Farida Felix Siap Berlutut Minta Maaf ke Ibunya Septian – Halaman all

    5 Populer Regional: Longsor di Pekalongan – Farida Felix Siap Berlutut Minta Maaf ke Ibunya Septian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berita populer regional dimulai bencana tanah lonsor di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (21/1/2025).

    Akibat longsor, sebanyak 17 orang dilaporkan tewas.

    Sementara 9 korban lainnya masih hilang dan kini dalam proses pencarian.

    Kemudian ada update kasus anak majikan bunuh satpam rumahnya di Kota Bogor, Jawa Barat.

    Terbaru,  Farida Felix, ibu Abraham Michael, tersangka pembunuhan satpam, Septian (37), ingin bertemu dengan keluarga korban.

    Ia mengaku terpukul dengan perbuatan anaknya yang tega membunuh korban.

    Farida Felix juga mengaku siap berlutut minta maaf ke ibu Septian.

    Berikut rangkuman berita populer regional selengkapnya selama 24 jam di Tribunnews.com:

    Banjir bandang disertai tanah longsor melanda Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (21/1/2025).

    Bencana alam ini terjadi karena hujan deras yang melanda Kabupaten Pekalongan sejak kemarin.

    Selain di Kecamatan Petungkriyono, banjir juga meredam di wilayah Kedungwuni, Wonopringgo, dan Talun.

    Di Kecamatan Petungkriyono, paling parah dihantam tanah longsor berada di Desa Kasimpar. Dari kejadian ini juga ada korban jiwa.

    Bahkan video yang tersebar di sosial media, sudah ada beberapa korban jiwa yang berhasil ditemukan. 

    Terlihat juga mobil-mobil yang terkena dampak dari bencana longsor dan banjir bandang.

    Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar saat dihubungi membenarkan adanya kejadian tersebut.

    “Sementara informasi yang meninggal dunia ada 11 orang dan yang sudah ditemukan 4 orang. Ini masih proses evakuasi korban.”

    “Ini masih bisa berubah. Sementara sudah diketemukan 4 orang,” kata Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar.

    Baca selengkapnya.

    Calvin, ASN di Bandung Barat jadi korban KDRT istrinya, justru akui salah dan pilih cabut laporan. (Kolase Tribunnews.com)

    Calvin, Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, babak belur setelah mendapat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh istrinya.

    Kendati mengalami luka akibat KDRT itu, Calvin justru berubah pikiran, mencabut laporan polisi terhadap istrinya.

    Calvin melaporkan penganiayaan oleh istrinya itu ke Polsek Ciparay pada Rabu (15/1/2025).

    Setelah membuat laporan, korban melakukan visum, kemudian dilakukan penyelidikan.

    Rencananya proses penyelidikan dijadwalkan dimulai pada Sabtu (18/1/2025), dengan agenda pemeriksaan terhadap istri korban.

    Namun, sebelum proses penyelidikan dilakukan, korban kembali mendatangi Polsek Ciparay untuk mencabut laporan.

    Calvin menyebut, pelaporan itu dilakukan bukan atas kemauannya, melainkan desakan keluarga.

    “Korban tidak mau laporan, tapi dorongan dan desakan pihak keluarga akhirnya bikin laporan,” kata Kapolsek Ciparay, Iptu Ilmansyah saat dikonfirmasi TribunJabar.id, Senin (20/1/2025).

    ASN golongan III Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Bandung Barat itu mengaku telah melakukan kesalahan terhadap istrinya.

    Akibat kesalahan terhadap istrinya, membuat ia mengalami sejumlah luka dan lebam.

    Baca selengkapnya.

    (Kiri) Janda berinisial M dan (Kanan) Sukanto, Kepala Desa Tanjungrejo, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Keduanya digerebek warga usai berduaan. Diduga Sukanto dan M sudah kumpul kebo selama berbulan-bulan hingga M hamil. (Kolase Tribunnews.com)

    Seorang kepala desa di Kabupaten Pati, Jawa Tengah bernama Sukanto digerebek warga di sebuah rumah karena diduga kumpul kebo, Jumat (17/1/2025) malam.

    Sukanto merupakan Kepala Desa Tanjungrejo, Kecamatan Margoyoso.

    Ia digerebek warga yang geram karena telah tinggal dengan seorang perempuan berinisial M yang diduga tak ada ikatan sah dengan Sukanto.

    Terbaru ini, Inspektorat Kabupaten Pati bakal ikut menyelidiki kasus ini.

    Agus Eko Wibowo selaku Inspektur Daerah Kabupaten Pati menuturkan pihaknya telah berkoordinasi dengan Camat Margoyoso, Moelyanto terkait kasus ini.

    “Kami sudah berkoordinasi dengan Pak Camat.”

    “Tadi malam kami tindak lanjuti dengan mengirimkan surat kepada Pj Bupati Pati,” ucap Agus, Sabtu (18/1/2025), dikutip dari TribunJateng.com.

    Selain itu, pihaknya juga tengah menunggu surat disposisi dari Pj Bupati Pati untuk membentuk tim investigasi.

    Meski begitu, pihaknya telah mulai mengumpulkan data dan melakukan penyelidikan awal terkait tindakan asusila yang dilakukan oleh Sukanto.

    “Setelah surat disposisi diterima, kami akan membentuk tim untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut,”

    “Saat ini, kami fokus dengan Pulbaket (pengumpulan bahan keterangan),” tutur dia.

    Baca selengkapnya.

    Mira Hayati, jemaah haji yang viral membawa perhiasan emas seberat 1 Kg dari Arab Saudi. Ia diketahui merupakan pengusaha skin care asal Makassar. (Muslimin Emba/TribunTimur)

    Pengusaha skincare asal Makassar, Sulawesi Selatan, Mira Hayati, resmi ditahan terkait kasus peredaran skincare berbahaya di kota tersebut.

    Mira ditahan bersama suami Fenny Frans, Mustadir Dg Sila, dan Agus Salim setelah lebih dari dua bulan ditetapkan sebagai tersangka.

    Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Sulsel, Yerlin Tanding Kate, menjelaskan penahanan dilakukan karena berkas perkara ketiganya baru dinyatakan lengkap atau P21.

    “Kan sudah lengkap berkasnya, sudah P21 dan akan dilakukan pelimpahan tahap dua yaitu pengiriman tersangka dan barang bukti ke JPU,” ujarnya saat ditemui wartawan di Mapolda Sulsel, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Selasa (21/1/2025).

    Yerlin menjelaskan penahanan terhadap ketiga tersangka dilakukan pada Senin (20/1/2025).

    Meski demikian, hanya Mira Hayati belum ditahan.

    Sementara, Agus Salim dilarikan ke rumah sakit lantaran mengeluhkan kondisi kesehatannya.

    “Dilakukan penahanan kemudian dilakukan pembantaran dan sekarang tersangka sekarang dirawat di RS Ibu dan Anak Permata Hati Makassar,” bebernya.

    Mira Hayati diketahui tengah mengandung sehingga itulah yang menjadi alasan Polda Sulsel tak menahannya.

    Baca selengkapnya.

    Pengacara Farida Felix (kiri) saat Polresta Bogor Kota merilis kasus dugaan pembunuhan satpam yang menjerat anaknya, Abraham Michael (kanan), Senin (20/1/2025). (Kolase TribunnewsBogor.com Rahmat Hidayat)

    Farida Felix, ibu Abraham Michael, tersangka pembunuhan satpam, Septian (37), ingin bertemu dengan keluarga korban.

    Ia mengaku terpukul dengan perbuatan anaknya yang tega membunuh satpam di rumah mereka di Lawang Gintung, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.

    “Saya sangat tidak setuju dengan pembunuhan itu, karena itu membuat kepedihan yang mendalam di hati saya,” kata Farida di Polresta Bogor, Senin (20/1/2025), dilansir TribunnewsBogor.com.

    Ia pun ingin menemui keluarga Septian yang berasal dari Pelabuhanratu, Sukabumi.

    Namun, ia tak mengetahui alamat rumah dan nomor telepon keluarga Septian.

    Jika bertemu dengan keluarga Septian, Farida mengaku siap berlutut kepada ibu korban.

    “Saya akan berlutut meminta maaf kepada ibunya Septian karena anak saya melakukan itu di bawah kontrol obat-obat yang dimakannya,” terangnya.

    Di mata Farida, Septian dikenal sebagai pribadi yang baik dan ramah.

    “Jadi saya sangat sedih, sangat sedih. Septian itu anak yang baik, dia selalu mengucapkan, ‘selamat pagi Bu, selamat malam Bu’. Itu yang selalu diucapkan dia kepada saya,” ungkapnya.

    Abraham Michael membunuh Septian pada Jumat (17/1/2025), setelah dimarahi ibunya atas laporan Septian.

    “Korban selalu melaporkan kepada orang tua terkait sering pulang malam, sehingga tersangka ditegur atau dimarahi oleh orang tuanya,” kata Kasat Reskrim Polresta Bogor, AKP Aji Riznaldi, Senin.

    Baca selengkapnya.

    (Tribunnews.com)

  • Longsor dan Banjir Besar di Pekalongan, 16 Orang Meninggal Dunia, Pencarian Masih Lanjut

    Longsor dan Banjir Besar di Pekalongan, 16 Orang Meninggal Dunia, Pencarian Masih Lanjut

    Jakarta (beritajatim.com) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan longsor besar yang terjadi di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, pada Senin (20/1/2025) pukul 17.30 WIB telah menewaskan 16 orang. Hingga saat ini, pencarian masih terus dilakukan untuk menemukan tiga korban yang dilaporkan hilang.

    “Hingga hari ini, Selasa (21/1) pencarian korban masih dilakukan oleh tim gabungan mengingat masih ada 3 orang yang dilaporkan hilang,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Selasa (21/1/2025).

    Peristiwa ini juga menyebabkan 10 orang mengalami luka-luka. Para korban langsung dirujuk ke Puskesmas dan RSUD terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.

    Selain itu, longsor menimbun dua unit rumah serta menyeret sejumlah kendaraan yang sedang melintas. “Peristiwa juga menyebabkan 2 unit jembatan rusak,” tambah Abdul Muhari.

    Bencana ini tidak hanya terbatas pada longsor. Pasca hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut, banjir bandang turut menerjang Desa Kasimpar. Hingga kini, kerugian material akibat banjir bandang masih dalam pendataan.

    Mengacu pada prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kabupaten Pekalongan diprediksi akan mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang hingga 23 Januari 2025.

    Kondisi ini berpotensi memicu bencana lanjutan seperti banjir bandang dan tanah longsor. Abdul Muhari mengimbau masyarakat untuk tetap siaga dan waspada, khususnya bagi mereka yang tinggal di area rawan bencana.

    “Warga juga diminta melakukan evakuasi mandiri jika terjadi hujan terus menerus selama dua jam atau lebih,” ungkapnya.

    Selain itu, warga yang tinggal di dekat lereng dan tebing diminta memantau secara berkala kondisi tanah di sekitar rumah mereka sebagai langkah pencegahan. [hen/ian]

  • Lampung Alami 24 Kejadian Cuaca Ekstrem Sepanjang 2024, Posisi Keenam Nasional

    Lampung Alami 24 Kejadian Cuaca Ekstrem Sepanjang 2024, Posisi Keenam Nasional

    Liputan6.com, Lampung – Sebanyak 24 kejadian cuaca ekstrem tercatat melanda Provinsi Lampung sepanjang Januari hingga Desember 2024. Data ini menempatkan Lampung pada peringkat keenam dalam daftar 10 provinsi dengan bencana cuaca ekstrem terbanyak di Indonesia.

    Berdasarkan data Geoportal Data Bencana Indonesia, terdapat 461 kejadian bencana cuaca ekstrem secara nasional pada 2024. Sebagian besar berupa hujan deras yang disertai angin kencang atau angin puting beliung, yang menyebabkan pohon tumbang dan kerusakan bangunan.

    Sebanyak 30 provinsi di Indonesia dilaporkan mengalami bencana cuaca ekstrem sepanjang tahun lalu. Wilayah dengan kejadian terbanyak berada di Pulau Jawa, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Provinsi lain yang masuk 10 besar meliputi Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Aceh, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, dan DI Yogyakarta.

    Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Pesawaran, Indra Purna, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem yang melanda Lampung dipengaruhi oleh letak geografis serta kompleksitas kontur wilayahnya. Faktor lain yang turut berkontribusi adalah keberadaan dataran tinggi, dataran rendah, dan daerah pesisir.

    “Imbauan kami kepada masyarakat adalah tetap waspada terhadap potensi bencana meteorologis, karena bulan ini diprediksi menjadi puncak musim hujan di Lampung,” ujar Indra saat dikonfirmasi, Selasa (14/1/2025).

    Ia menambahkan, cuaca ekstrem di Lampung diperkirakan masih berlangsung hingga Februari 2025, beriringan dengan puncak musim hujan. Kondisi ini berpotensi memicu bencana seperti tanah longsor, banjir bandang, serta hujan lebat disertai angin kencang, khususnya di daerah dataran tinggi dan bantaran sungai.

    “Masyarakat perkotaan juga harus waspada terhadap banjir yang bisa terjadi akibat buruknya sistem drainase. Kami imbau agar masyarakat tetap siaga,” kata Indra.

    Stasiun Meteorologi Kelas I Radin Inten II Lampung merilis prospek cuaca mingguan untuk 13-19 Januari 2025. Sebagian besar wilayah diperkirakan cerah berawan, namun potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang tetap ada, terutama pada siang hingga dini hari.

    Meski secara umum cerah, indeks kenyamanan mencatat beberapa wilayah di Lampung akan terasa kurang nyaman, terutama pada siang dan sore hari akibat suhu yang tinggi. Namun, wilayah Lampung Barat masih masuk kategori cukup nyaman untuk beraktivitas.

    Masyarakat diminta tetap memperhatikan prakiraan cuaca dan menjaga kewaspadaan terhadap potensi bencana akibat cuaca ekstrem.

  • Alasan Sebenarnya Ibu Kota RI Harus Pindah ke IKN Diungkap Asing

    Alasan Sebenarnya Ibu Kota RI Harus Pindah ke IKN Diungkap Asing

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat ke-46 Joe Biden pernah mengungkapkan alasan Indonesia harus memindahkan ibukota ke IKN.

    Hal itu bermula dari sorotan media asing Agence France Presse (AFP). AFP menyebut bahwa IKN akan resmi menjadi Ibu Kota Indonesia pada Agustus 2024 lalu. Nantinya IKN akan menjadi daya tarik baru menggantikan Jakarta.

    “Ribuan pegawai negeri diperkirakan akan pindah ke kota ini pada bulan September untuk mulai bekerja, namun rencana Jakarta telah tertunda beberapa bulan karena lambatnya pembangunan,” tulisnya.

    Sebenarnya, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden ke 7 Joko Widodo (Jokowi) pernah mengumumkan pemindahan ibu kota ke IKN pada 2019 lalu. Salah satu alasan pemindahan ibukota ini adalah untuk mengurangi beban Jakarta dan Jabodetabek.

    Jakarta sendiri saat ini sedang mengalami permasalahan ekologis yakni penurunan tinggi permukaan tanah. Beberapa wilayah bahkan terancam tenggelam oleh turunnya permukaan tanah dan naiknya muka air laut.

    Nah, hal itu pun sempat disoroti Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Dalam pidatonya di kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada akhir Juli 2021, presiden negara adidaya itu menyebut bahwa Jakarta terancam tenggelam dikarenakan perubahan iklim yang saat ini sedang menghantui seluruh dunia.

    “Jika, pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan memiliki jutaan orang yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur…,” ujarnya kala itu.

    “…Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?”

    Nyatanya, ucapan Biden ini bukan tanpa alasan. Di tahun 2019, World Economic Forum merilis beberapa kota yang mungkin tenggelam pada 2100 bila tidak ada perubahan. Jakarta bertengger di posisi pertama kota dunia yang akan tenggelam, diikuti Lagos, Nigeria, serta Houston, AS.

    Di tahun 2021, Badan Antariksa AS NASA mengatakan meningkatnya suhu global dan lapisan es yang mencair membuat banyak kota di pesisir seperti Jakarta menghadapi resiko banjir dan juga luapan air laut yang semakin besar.

    “Masalah banjir itu juga semakin memburuk dalam beberapa dekade karena adanya pemompaan air tanah yang menyebabkan tanah tenggelam atau surut,” ujar badan yang berbasis di Washington itu.

    NASA mencatat bahwa kenaikan laut global yang rata-rata naik sebesar 3,3 mm per tahun dan adanya tanda badai hujan makin intens saat atmosfer memanas, NASA mengatakan banjir jadi hal biasa. Sejak tahun 1990-an bahkan banjir besar telah terjadi di Jakarta dan musim hujan 2007 membawa kerusakan dengan 70% wilayah terendam.

    NASA juga mengunggah gambar landsat yang menunjukkan evolusi Jakarta dalam tiga dekade terakhir. Adanya pembabatan hutan dan vegetasi lain dengan permukaan kedap air di daerah pedalaman di sepanjang sungai Ciliwung dan Cisadane telah mengurangi jumlah air yang dapat diserap.

    Ini juga yang menyebabkan adanya limpahan serta banjir bandang. Populasi wilayah Jakarta lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020 telah membuat lebih banyak orang yang memadati dataran banjir dengan resiko tinggi.

    Celakanya lagi, banyak saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah, sehingga sangat rentan terhadap luapan.

    Salah satu gambar yang menunjukkan wilayah pada tahun 1990, lahan buatan dan pembangunannya baru menyebar ke perairan dangkal Teluk Jakarta. Salah satu analis data menunjukkan orang membangun setidaknya 1.185 hektar lahan bar di sepanjang pantai.

    (fab/fab)