Topik: Banjir Bandang

  • TMA Bendung Katulampa Normal Saat Cuaca Bogor Mendung Seharian

    TMA Bendung Katulampa Normal Saat Cuaca Bogor Mendung Seharian

    KOTA BOGOR – Tinggi muka air (TMA) Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, berstatus normal di kisaran 30-40 centimeter saat kondisi cuaca di daerah tersebut mendung seharian, pada Sabtu.

    Pelaksana Bendung Katulampa Andi Sudirman di Kota Bogor, Jumat, mengemukakan sejak pagi hingga sore hari debit limpasan di bendung tersebut berada di kisaran 11.000 liter per detik.

    “Tinggi muka air 30 centimeter dengan status normal,” kata Andi.

    Cuaca mendung terjadi di wilayah Bogor dan sekitarnya sejak pagi hingga sore hari. Beberapa kali terjadi hujan ringan, namun hanya dalam hitungan menit.

    Andi menjelaskan, TMA Bendung Katulampa dalam kondisi normal setelah sempat naik menjadi 110 centimeter atau status siaga 3 pada Selasa (28/1) lantaran saat itu kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, yang merupakan wilayah hulu Sungai Ciliwung diguyur hujan deras.

    Pasalnya, telah terjadi bencana alam banjir bandang pada Selasa (28/1) petang akibat luapan anak Sungai Ciliwung yang berdampak pada lima unit rumah warga di Desa Tugu Selatan, Cisarua.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah memperingatkan potensi cuaca ekstrem di wilayah Jawa Barat, termasuk Kabupaten Bogor, dalam beberapa hari ke depan.

    Intensitas hujan yang tinggi berpotensi memicu bencana seperti banjir dan longsor di sejumlah wilayah rawan. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kesiapsiagaan dari semua pihak, termasuk instansi terkait dan masyarakat.*

  • FOTO-FOTO Rumah Rusak, Jalanan Ambles & Putus Dampak Fenomena Tanah Bergerak di Banjarnegara Jateng – Halaman all

    FOTO-FOTO Rumah Rusak, Jalanan Ambles & Putus Dampak Fenomena Tanah Bergerak di Banjarnegara Jateng – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Fenomena pergerakan tanah terjadi di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, sejak Selasa (21/1/2025) hingga Rabu (22/1/2025). 

    Gerakan tanah itu mengakibatkan rayapan/amblesan pada jalan penghubung antara Kecamatan Pejawaran dan Kecamatan Batur.

    Hasil kaji cepat sementara, terdapat lima titik rekahan dengan kedalaman amblesan sebesar 70 hingga 200 sentimeter. 

    Perkembangan rekahan itu berangsur dari area ketinggian bagian timur menuju lereng ke arah barat.

    Data sementara per Jumat (31/1/2025), peristiwa gerakan tanah itu telah mengakibatkan kerusakan jalan kabupaten, 16 rumah warga rusak berat, 39 rumah terancam dan menyebabkan kerusakan jaringan listrik.

    FENOMENA TANAH BERGERAK – Kondisi wilayah terdampak fenomena gerakan tanah di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025). Setidaknya 16 rumah warga rusak berat hingga jalanan ambles. (FOTO: BPBD Kabupaten Banjarnegara)

    Mengutip pers rilis BNPB, dari data laporan visual terlihat beberapa rumah roboh dan terbenam ke dalam tanah hingga setengah bangunan. 

    Ada juga sejumlah rumah yang rata dengan tanah hanya menyisakan atapnya saja.

    Kondisi jalan kabupaten pun mengalami keretakan dan mustahil dilewati kendaraan roda empat atau lebih.

    Pergeseran Lapisan Tanah Terus Terjadi

    Hasil pemantauan gerakan tanah pada tanggal 25 Januari 2025 oleh Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, ditemukan bahwa pergeseran lapisan tanah terus terjadi. 

    Hal itu ditunjukkan dengan kondisi jarak antar rumah semakin menumpuk dan bagian rumah yang terbenam. 

    Perkembangan pergerakan tanah juga semakin menggerus dengan kedalaman rata-rata kurang lebih 3 meter. 

    Kemudian panjang pergerakan yang awalnya dari 2 meter menjadi 5 meter serta ditemukan singkapan lapisan batu lempung yang diduga menjadi batuan dasar sebagai bidang gelincir.

    Di sisi lain dijumpai genangan air dari akumulasi beberapa mata air yang tertangkap pada lapisan lempung sehingga terjadi genangan pada permukaan.

    RUMAH RUSAK PARAH – Kondisi wilayah terdampak fenomena gerakan tanah di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025). Tampak rumah warga rusak parah. (FOTO: BPBD Kabupaten Banjarnegara)

    Faktor Pemicu

    Menurut Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dari hasil analisis sementara, beberapa faktor pemicu terjadinya pergerakan tanah tersebut meliputi curah hujan tinggi yang telah menyebabkan tanah menjadi jenuh air dan mudah bergerak ke tempat yang lebih rendah.

    Hasil pantauan dan analisis Stasiun Klimatologi Kelas I Jawa Tengah pada dasarian II Januari 2025, curah hujan di Banjarnegara dan beberapa wilayah lain di Jawa Tengah berada di atas 300 milimeter yang berarti masuk dalam kriteria sangat tinggi. 

    Hal itu sekaligus menjadi salah satu faktor pemicu kejadian bencana hidrometeorologi basah yang bertubi-tubi di sejumlah wilayah di Jawa Tengah seperti banjir dan tanah longsor di Pekalongan dan Kendal, banjir di Grobogan dan Demak pada periode yang sama.

    Bahkan, jika ditarik garis lurus, jarak antara Desa Ratamba dengan Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, yang menjadi lokasi bencana tanah longsor di Kabupaten Pekalongan dengan korban jiwa 25 orang itu hanya terpaut jarak 30 kilometer saja. 

    Artinya bisa dikatakan bahwa memang curah hujan yang sangat tinggi terkonsentrasi di wilayah tersebut pada saat itu.

    Selain curah hujan, faktor pemicu gerakan tanah selanjutnya adalah saluran drainase dan sungai yang dibangun belum sepenuhnya menggunakan material kedap air sehingga terjadi peresapan air. 

    FENOMENA TANAH BERGERAK – Kondisi wilayah terdampak fenomena gerakan tanah di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025). Tampak rumah warga rusak parah. (FOTO: BPBD Kabupaten Banjarnegara)

    Hasil temuan fakta di lapangan, jalan penghubung Kecamatan Pejawaran-Kecamatan Batur dibangun di atas batulempung Formasi Kalibiuk (Tpb), lapisan batulempung (lapisan impermeabel). 

    Oleh sebab itu, ketika curah hujan tinggi ditambah drainase buruk lantas menyebabkan tanah menjadi jenuh air dan mudah bergerak. 

    Di samping itu terjadi peningkatan tekanan air pori ditambah bobot massa tanah dan berkurangnya daya ikat tanah turut mendukung terjadinya fenomena tersebut.

    Hasil analisis selanjutnya bahwa berdasarkan komposisi material penyusun longsoran (soil hasil lapukan batulempung) dan jenis pergerakan yang teramati, dapat diinterpretasikan bahwa longsoran itu berjenis debris slide dengan arah pergerakan relatif ke barat daya.

    RUMAH RUSAK PARAH – Kondisi wilayah terdampak fenomena gerakan tanah di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025). Tampak rumah warga rusak parah. (FOTO: BPBD Kabupaten Banjarnegara)

    Dari hasil analisa sementara dan melihat sejumlah faktor pemicu tersebut, fenomena pergerakan tanah susulan masih sangat berpotensi terjadi jika curah hujan di wilayah itu masih tinggi dalam durasi yang cukup lama.

    BPBD Ungsikan Puluhan Warga

    Sebagai upaya antisipasi dan penanganan darurat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara dengan sigap segera membantu evakuasi warga terdampak maupun yang terancam. 

    Mereka diungsikan sementara di dua desa, masing-masing 62 jiwa di Kalireng, Ratamba dan 7 jiwa di Desa Biting.

    BPBD juga mendukung pemenuhan kebutuhan dasar para warga yang mengungsi dibantu dari lintas instansi terkait seperti Dinsos, TNI, Polri, NGO dan relawan penanggulangan bencana. 

    FENOMENA TANAH BERGERAK – Kondisi wilayah terdampak fenomena gerakan tanah di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025). Setidaknya 16 rumah warga rusak berat hingga jalanan ambles. (FOTO: BPBD Kabupaten Banjarnegara)

    Posko kesehatan dan trauma healing juga didirikan guna memberikan pelayanan kesehatan medis dan psikologi bagi warga pengungsi dan yang terdampak lainnya.

    Sejalan dengan itu, kaji cepat lanjutan dan monitoring di lapangan terus dilakukan sebagai antisipasi dan analisis terkait perkembangan dampak serta kondisi terkini.

    Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan segera menyiapkan hunian sementara (huntara) bagi warga terdampak dan yang kehilangan tempat tinggal akibat pergerakan tanah tersebut. 

    Pemkab menargetkan huntara tersebut selesai dibangun dan dapat ditempati sebelum hari Raya Idul Fitri tahun 2025 pada awal bulan April mendatang.

    Pemerintah Pusat melalui BNPB telah mengirimkan tim Tenaga Ahli bersama personel dari Kedeputian Bidang Penanganan Darurat guna asesmen awal sebagai tindak lanjut pemberian dukungan pada fase tanggap darurat sebagai solusi jangka pendek termasuk rencana pemulihan serta rehabilitasi dan rekonstruksi.

    Fenomena pergerakan tanah di Banjarnegara yang diprediksi masih terjadi diharapkan menjadi perhatian bagi warga sekitar untuk selalu meningkatkan kewaspadaan, khususnya selama periode musim penghujan. 

    Evakuasi sementara ke tempat yang lebih aman menjadi solusi yang tepat untuk dilakukan demi menghindari jatuhnya korban jiwa.

    Monitoring secara berkala lereng tebing, perbukitan hingga sepanjang aliran sungai menjadi penting untuk dilakukan mengingat potensi risiko bencana hidrometeorologi basah masih sangat tinggi. 

    Apabila terdapat retakan tanah atau patahan yang terlihat sebaiknya segera dilaporkan kepada pihak berwenang dan hindari melakukan aktivitas di sekitarnya.

    Reboisasi dan pemulihan vegetasi dengan jenis tanaman berakar kuat bernilai ekonomis di area tandus yang memiliki potensi risiko tinggi pergerakan tanah hingga banjir bandang dapat menjadi solusi mitigasi jangka panjang.

  • Pemkab Kendal Bantah Penelantaran Korban Banjir di Pengungsian, Pj. Sekda: Kita Utamakan Posko Pemda

    Pemkab Kendal Bantah Penelantaran Korban Banjir di Pengungsian, Pj. Sekda: Kita Utamakan Posko Pemda

    TRIBUNJATENG.COM, KENDAL – Pj. Sekda Kendal, Agus Dwi Lestari angkat bicara mengenai polemik dugaan penelantaran korban banjir di pengungsian Carcentro Kendal.

    Posko itu, sebelumnya menjadi salah satu tempat untuk mengungsi warga terdampak banjir jebolnya dua tanggul Kali Bodri.

    Agus mengatakan, posko pengungsian terbagi dalam dua kategori, yakni posko yang didirikan Pemerintah Kabupaten Kendal dan posko kemanusiaan dari masyarakat.

    Posko pengungsian tersebut tersebar di berbagai titik, di antaranya pengungsian Dishub, SMA N 1 Pegandon serta rumah dinas bupati Kendal.

    Adapun posko sukarela kemanusiaan yang didirikan masyarakat berada di RSS, Carcentro dan sejumlah masjid.

    “Jadi memang pelaksanaan penanganan darurat bencana di Kendal, kami pemerintah Kabupaten Kendal mendirikan 3 posko utama dan disusul posko dari masyarakat,” kata Agus ditemui pada Jumat (31/1/2025) malam.

    Agus menjelaskan, pihaknya membantah adanya penelantaran korban banjir di posko pengungsian.

    Menurutnya, semua warga terdampak banjir mendapatkan perlakuan dan pemberian bantuan secara merata. 

    Hanya saja, pihaknya akan lebih dahulu mengutamakan kebutuhan di posko pengungsian di bawah tanggung jawab Pemkab Kendal. 

    “Bahasanya bukan menelantarkan ya, tapi kami mengutamakan yang posko pengungsian dari Pemkab dulu. Setelah itu kita salurkan bantuan ke posko pengungsian yang lain termasuk ke Carcentro,” ungkapnya.

    Disinggung mengenai tidak adanya petugas jaga di posko pengungsian Carcentro, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD membuat jadwal piket jaga.

    PAKAI ALAT BERAT – Bupati Kendal Dico M Ganinduto menyiapkan alat berat untuk membersihkan sisa sampah dan material lumpur banjir Kali Bodri, belum lama ini. Pemkab Kendal mengerahkan alat berat dan truk untuk membersihkan lumpur tebal sisa banjir akibat jebolnya tanggul Kali Bodri di Kecamatan Patebon. (TRIBUNJATENG.COM/ AGUS SALIM IRSYADULLAH)

    Dirasa kebutuhan logistik di posko pengungsian Carcentro tercukupi, Agus lantas memindahkan kebutuhan ke posko pengungsian yang lain.

    “Di Carcentro awalnya memang kita tawarkan kerja sama piket dari BPBD, PMI, dinsos, tetapi memang waktu itu logistik di sana masih cukup,”

    “Sehingga logistik di Dinas Sosial dan BPBD itu kita distribusi ke tempat yang lain.” paparnya.

    Lebih lanjut, Agus menegaskan jika pihaknya telah mengirim keperluan logistik ke posko Carcentro pada Kamis (30/1/2025) malam.

    “Kita cek waktu pagi tadi, ternyata yang di Carcentro masih ada. Sehingga kita alihkan lagi bantuan untuk posko pengungsian Carcentro, ke posko pengungsian di RSS,” bebernya.

    Pihaknya juga mengapresiasi inisiatif masyarakat atas yang telah membangun posko pengungsian darurat, sebagai bentuk kepedulian dan rasa kemanusian terhadap korban banjir.

    Ia berharap, proses pembersihan sisa lumpur banjir bisa segera terselesaikan, sehingga masyarakat bisa kembali beraktivitas normal.

    “Kami tentu sangat berterimakasih atas partisipasi masyarakat membantu Pemkab Kendal menyelesaikan persoalan banjir ini,” pungkasnya.

    Diberitakan sebelumnya, sejumlah warga yang menjadi korban banjir bandang jebolnya tanggul Kali Bodri Kendal, hingga kini masih ada yang bertahan di tenda pengungsian.

    Sebagian warga memilih berada di tenda pengungsian, lantaran rumah yang terdampak banjir mengalami kerusakan cukup parah.

    Sesekali, warga kembali ke rumah untuk membersihkan lumpur sisa banjir yang masih menumpuk.

    Akan tetapi, kehidupan di tenda pengungsian rupanya tak serta merta membuat warga mendapat pelayanan yang cukup.

    Sejumlah warga masih bertahan di tenda pengungsian kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kendal memasuki hari keempat banjir jebolnya dua tanggul Kali Bodri, Kamis (23/1/2025). (Tribunjateng/Agus Salim )

    Meskipun bantuan sembako masih tercukupi, namun warga tak lagi merasakan uluran tangan pemerintah Kabupaten Kendal seperti pertama kali.

    “Kami di sini di tenda pengungsian Carcentro seperti pengungsi ditelantarkan. Pemkab Kendal sudah menarik personelnya untuk disiagakan di tenda pengungsian. Padahal kami masih butuh bantuan mereka,” kata warga Kebonharjo korban banjir, Zaini ditemui di pengungsian Car Centro Kendal, Jumat (31/1/2025) siang.

    Zaini tak sendiri, ia bersama 44 warga lain masih bertahan lantaran terkena dampak banjir cukup parah. Mereka juga trauma seandainya banjir kembali menerjang permukiman, terlebih hujan ekstrem terus melanda wilayah Kendal.

    “Iya memang kami masih trauma, karena banjir kemarin sangat parah dan rumah kami juga rusak,” ungkapnya.

    Zaini yang mengungsi bersama istri dan kedua anaknya berharap, pemerintah Kabupaten Kendal memperhatikan kondisi warga yang masih bertahan di pengungsian.

    “Kepada pak bupati dan jajaran pemerintah Kabupaten Kendal, kami meminta agar yang masih di pengungsian juga diperhatikan,” tuturnya.

    Pemilik Carcentro Kendal, Mashuri menuturkan awalnya terdapat 26 warga korban banjir dari RT 3 RW 4 Desa Kebonharjo yang mengungsi di tempat usaha miliknya saat hari pertama evakuasi.

    Selang beberapa hari kemudian, pengungsi bertambah menjadi 72 orang.

    Warga kemudian satu persatu pulang dari pengungsian dan kembali ke rumah untuk membersihkan lumpur dan sisa banjir.

    “Saat ini, jumlah pengungsi di Carcentro ada 44 orang. Ada yang balita 1, terus yang anak-anak ada 6,” jelasnya.

    Mashuri sempat meminta kejelasan langkah Pemkab Kendal yang telah menarik personel bantuan di posko miliknya.

    Sayang, jawaban yang didapat Mashuri tak memuaskan. Ia menilai, Pemkab Kendal abai menangani warga terdampak banjir yang masih di pengungsian cukup lama.

    “Sejak Selasa 28 Januari 2025, petugas BPBD maupun bantuan logistik sudah tidak ke pengungsian Carcentro lagi,”

    “Saya sempat bertanya ke Pemkab Kendal kan, terus dijawab bahwa petugas jaga di pengungsian sudah harus ditarik, karena status tanggap darurat sudah selesai.” paparnya.

    Mashuri berharap, Pemkab Kendal bisa segera menangani permasalahan ini agar warga tak merasa ditinggalkan pascabencana.

    “Kehadiran Pemkab sebenarnya dibutuhkan pengungsi, pengungsi lebih diperhatikan serius,” tuturnya. (*)
     

  • Detik-Detik Banjir Bandang Terjang Desa Naitae Kupang dan Seret 2 Warga, 1 Tewas Lainnya Hilang

    Detik-Detik Banjir Bandang Terjang Desa Naitae Kupang dan Seret 2 Warga, 1 Tewas Lainnya Hilang

    Sementara itu, aktivitas warga sejumlah desa di Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), terganggu akibat putusnya jembatan penghubung.

    Jembatan penghubung paling strategis itu ambruk pada Kamis, 30 Januari 2025 malam. Intensitas hujan deras sejak dua hari terakhir menjadi penyebab utama ambruknya jembatan itu.

    Kepala Desa (Kades) Ratu Lodong, Siprianus Lameng Koten (60), mengatakan deker itu adalah penghubung wilayah Tanjung Bunga dengan Larantuka, Ibu Kota Flores Timur.

    “Aktivitas masyarakat sangat terganggu, ada banyak desa khususnya di barat dan utara kini tidak bisa beraktivitas dengan lancar,” ujarnya.

    Siprianus menerangkan, tak ada jalur alternatif yang bisa digunakan warga saat pergi maupun pulang Larantuka.

    Saat ini, warga bersama babinsa dan bhabinkamtibmas masih berjibaku membuat jembatan darurat khusus kendaraan roda dua.

    “Masih swadaya buat jembatan darurat pakai kayu. Tapi hanya bisa dilewati sepeda motor, kalau mobil belum bisa,” katanya.

    Pemerintah Desa (Pemdes) Ratu Lodong sudah menginformasikan peristiwa itu secara lisan ke Pemerintah Daerah (Pemda) Flores Timur.

    “Semoga pihak-pihak dinas di kabupaten bisa memberikan solusi dengan mendatangkan alat-alat sementara, untuk memlancarkan akses ekonomi,” harapnya.

  • Kesaksian Warga Soal Banjir Bandang Melanda Dusunnya, Darmin Pasrah Rumahnya Jebol & Hartanya Hilang

    Kesaksian Warga Soal Banjir Bandang Melanda Dusunnya, Darmin Pasrah Rumahnya Jebol & Hartanya Hilang

    TRIBUNJATIM.COM – Darmin hanya bisa pasrah ketika rumahnya jebol diterjang banjir bandang.

    Perabotan hingga baju pun tak tersisa akibat bencana alam tersebut.

    Salah seorang warga memberikan kesaksian soal banjir bandang yang melanda dusunnya.

    Banjir bandang yang menimpa Dusun Josaren, Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (28/1/2025) sore menyisakan trauma mendalam bagi warga.

    Betapa tidak, banjir bandang selama satu jam itu telah menghancurkan rumah-rumah warga.

    Isi rumah warga pun hanyut terbawa banjir. Salah satunya, rumah Darmin (60).

    Ia tak mampu banyak bercerita setelah banjir bandang menghanyutkan isi perabotan rumah sampai semua pakaiannya.

    Ditemui di rumahnya, Rabu (29/1/2025), Darmin berdiri menatap kosong sisa rumahnya yang temboknya jebol dihantam banjir bandang, Selasa (28/1/2025) sore.

    Tampak kayu dan ranting berserakan di dalam rumahnya.

    Sesekali, ia menghela napas lantaran masih tak percaya banjir bandang yang datang telah menghilangkan hartanya.

    “Semuanya hanyut terbawa banjir bandang. Televisi, perabotan makan, piring, gelas, sampai baju-baju juga tak tersisa terbawa banjir,” ujar Darmin.

    Menurut Darmin, banjir bandang besar menerjang kampung halamannya mulai Selasa (28/1/2025) sore.

    Sebelum banjir datang, hujan lebat sempat melanda desanya.

    Tak lama kemudian, ia mendapatkan kabar bahwa wilayah Kecamatan Gemarang yang berada di lereng Gunung Wilis diterjang banjir.

    Mendapatkan kabar buruk tersebut, Darmin bersama keluarganya bergegas menata barang untuk ditaruh di tempat lebih tinggi, seperti di atas lemari.

    “Saya mendapatkan informasi di wilayah Gemarang (lereng Gunung Wilis) juga sudah banjir besar. Kami siap naikkan barang-barang itu langsung lari dan keluar,” kata Darmin.

    BANJIR BANDANG DI MADIUN – Darmin (60), warga Dusun Josaren, Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur menunjuk tembok rumahnya yang jebol dihantam banjir bandang, Rabu (29/1/2025). (KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI)

    Beberapa saat kemudian, banjir bandang benar-benar datang menghantam dusunnya.

    Ia pun tidak tahu bagaimana banjir bandang setinggi dua meter itu menjebol tembok rumah dan membawa sebagian besar harta bendanya.

    “Saya tidak tahu bagaimana banjir menjebolkan tembok rumah saya. Saya hanya mendengar tembok jatuh diterjang banjir,” ungkap Darmin.

    Kini, Darmin hanya bisa pasrah. Banyak barang perabotannya hanyut dan rusak tak terselamatkan.

    Dari sisa yang ditinggalkan banjir, Darmin beruntung masih menemukan sertifikat lahan dan BPKB sepeda motor miliknya.

    Kepala Dusun Josaren, Bonadi bercerita tentang derasnya arus banjir yang merusak banyak rumah warganya.

    Terlebih, ketinggian air banjir bandang dua hari lalu hingga di atas dua meter.

    Bonadi bersaksi kejadian banjir bandang akibat hujan deras di lereng Gunung Wilis merupakan banjir terbesar yang pernah menimpa dusunnya.

    “Banjir kemarin itu merupakan banjir terbesar yang melanda di dusun kami,” kata Bonadi.

    Tak hanya air, banjir bandang yang menerjang Dusun Josaren membawa material sampah bambu, sampah plastik, serta lumpur.

    Akibatnya, 135 rumah terendam dan 10 di antaranya dindingnya jebol dihantam banjir.

    “Ada juga 10 KK warga RT 40 yang terisolir karena jembatan penghubung putus dihantam banjir. Untuk melewati daerah sebelah, warga harus memutar jauh,” tutur Bonadi.

    Sebelum banjir besar menghantam desanya, sebulan yang lalu, banjir menggenangi rumah warga.

    Sebab, dusun ini berada di dekat Sungai Kelok yang acap kali meluap saat hujan deras terjadi di lereng Gunung Wilis.

    Hanya saja, banjir yang terjadi Desember 2024 tidak sedahsyat kali ini.

    “Kemarin hujannya sekitar satu jam. Kemudian sekitar pukul 16.00 air mulai naik dan satu jam kemudian sudah surut. Tetapi airnya cukup tinggi dan deras,” kata Bonadi.

    Kepala BPBD Kabupaten Madiun, Boby Saktia Putra Lubis, yang dikonfirmasi terpisah menyatakan, Josaren menjadi daerah terparah terdampak bencana banjir bandang dua hari lalu.

    Namun, dipastikan tidak ada korban jiwa dan korban luka.

    “Josaren memang daerah terparah (terdampak banjir).

    Banjir sudah terjadi dua kali di dusun itu. Pertama pada 5 Desember 2024 dan kedua pada 28 Januari 2025,” kata Boby.

    Menurut Boby, dusun itu menjadi daerah terparah terdampak banjir lantaran berdekatan dengan Sungai Kelok yang sering meluap saat hujan deras melanda wilayah lereng Gunung Wilis.

    Boby meminta warga tetap waspada mengingat cuaca ekstrem diprediksikan akan terus terjadi hingga awal Februari 2025.

    Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

  • Angin Kencang Robohkan Trembesi di Pacitan, Rumah Warga Rusak

    Angin Kencang Robohkan Trembesi di Pacitan, Rumah Warga Rusak

    Pacitan (beritajatim.com) – Angin kencang yang melanda wilayah Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, mengakibatkan sebuah pohon Trembesi tumbang. Naasnya, pohon Trembesi yang tumbang itu, menimpa rumah milik Sukardi, warga RT 1/RW 9 Dusun Batu, Desa Donorojo, pada Kamis (30/1/2025) sore.

    Akibat kejadian tersebut, bagian belakang rumah mengalami kerusakan, terutama di bagian atap dapur dan kamar mandi. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, karena penghuni rumah sedang berada di luar rumah saat kejadian.

    “Kerusakan terjadi pada bagian dapur dan kamar mandi. Beberapa peralatan rumah tangga juga tertimpa material bangunan,” ujar Camat Donorojo, Nasrul Hidayat, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Kamis sore.

    Warga setempat bersama pemerintah desa dan kecamatan segera melakukan kerja bakti. Para warga ini, melakukan evakuasi barang-barang yang ada, serta memperbaiki atap rumah yang runtuh akibat pohon Trembesi yang tumbang. “Perbaikan sudah dilakukan, hanya bagian kamar mandi yang masih dalam proses,” tambahnya.

    Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Pacitan, Radite Suryo Anggono, menjelaskan bahwa saat kejadian cuaca di lokasi setempat berawan. Namun, saat itu berhembus angin yang cukup kencang.

    Berdasarkan peringatan dini dari BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, cuaca ekstrem diperkirakan terjadi di Provinsi Jawa Timur, termasuk Pacitan, sejak 27 Januari hingga 5 Februari 2025. “Cuaca ekstrem ini dapat menyebabkan hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, hingga puting beliung,” kata Radite.

    Beberapa wilayah yang berpotensi terdampak antara lain Pacitan, Ponorogo, dan Magetan. Fenomena ini diperparah dengan adanya aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby, yang berkontribusi pada peningkatan curah hujan.

    Dia mengimbau masyarakat, terutama yang tinggal di daerah dengan topografi curam, tebing, dan rawan banjir, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana. “Kami menghimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca resmi dari BMKG serta menghindari aktivitas di area rawan bencana selama periode ini,” pungkasnya. (end/kun)

  • Cuaca Ekstrem di Kota Malang: Terjadi Pohon Tumbang di 9 Lokasi

    Cuaca Ekstrem di Kota Malang: Terjadi Pohon Tumbang di 9 Lokasi

    Malang (beritajatim.com) – Cuaca ekstrem melanda sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Kota Malang, pada Kamis (30/1/2025). Angin kencang yang menyertai cuaca buruk ini menyebabkan pohon tumbang di beberapa titik di kota tersebut.

    Menurut Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Prayitno, laporan dari lapangan menyebutkan ada 9 titik kejadian pohon tumbang.

    “Untuk sementara informasi yang masuk kepada kami, ada 9 titik terjadinya pohon tumbang. Tersebar di Kecamatan Blimbing, Lowokwaru, dan Kecamatan Kedungkandang,” ujar Prayitno.

    Tim gabungan dari BPBD Kota Malang dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang langsung bergerak untuk menangani insiden ini. Faktor utama penyebabnya adalah angin kencang dan kondisi pohon yang sudah lapuk.

    “Enam titik penanganan dilakukan oleh URC BPBD Kota Malang. Sedangkan 3 titik lainnya ditangani oleh DLH Kota Malang. Rata-rata kondisi pohon lapuk, dipicu angin kencang sesaat,” tambah Prayitno.

    Meskipun cuaca ekstrem ini menimbulkan kerusakan, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. “Untuk korban jiwa nihil,” ujarnya.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur memperingatkan bahwa hujan lebat hingga ekstrem berpotensi terjadi di Jawa Timur hingga 5 Februari 2025. Cuaca ekstrem seperti ini rentan memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan bahkan hujan es. [luc/suf]

  • Pengendara Motor di Kediri Meninggal Tertimpa Pohon Tumbang

    Pengendara Motor di Kediri Meninggal Tertimpa Pohon Tumbang

    Kediri (beritajatim.com) – Sebuah kecelakaan lalu lintas terjadi di Jalan Plosoklaten – Gurah, tepatnya di Dusun Blimbing Timur, Desa Blimbing, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, pada Kamis (30/1/2025) sekitar pukul 08.00 WIB. Insiden ini melibatkan satu unit sepeda motor yang tertimpa pohon sengon tumbang.

    Kecelakaan ini melibatkan sepeda motor Honda Tiger warna putih dengan nomor polisi AG 2207 EAA. Pengendara motor tersebut diketahui bernama Surya Adyf Pratama (17), seorang pelajar asal Desa Candimulyo, Kabupaten Jombang.

    Akibat kejadian tersebut, Surya meninggal dunia di lokasi kejadian dengan luka di bagian kepala. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, jenazah dibawa ke RSUD Simpang Lima Gumul (SLG) Kediri.

    Kanit Gakkum Polres Kediri Iptu Budi Winariyanto mengatakan, awalnya korban mengendarai sepeda motor Honda Tiger berwarna putih melaju dari arah Utara ke Selatan. Namun, saat melintas di lokasi kejadian, tiba-tiba pohon sengon tumbang dan menimpa korban.

    “Insiden ini mengakibatkan pengendara terjatuh dan meninggal dunia,” ujar Kanit Gakkum Polres Kediri Kota Iptu Budi Winariyanto.

    Hingga saat ini, pihak berwenang masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kejadian ini, termasuk kemungkinan faktor cuaca atau kondisi pohon yang menyebabkan tumbangnya pohon sengon tersebut.

    Sementara itu, BMKG Juanda Sidoarjo memberikan peringatan dini terhadap kewaspadaan bencana alam di Jawa Timur pada 27 Januari – 5 Februari 2025. Sejumlah daerah berpotensi terjadi bencana hidrometeorologi (hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung dan hujan es).

    Wilayah yang berpotensi diantaranya, Kota dan Kabupaten Kediri. Saat ini di wilayah Jawa Timur berada di musim hujan dan sebagian besar sudah memasuki puncak musim hujan. [nm/beq]

  • Delapan Dukuh di Petungkriyono Masih Terisolir, 13 Jembatan Putus dan Jalan Tertutup Longsoran

    Delapan Dukuh di Petungkriyono Masih Terisolir, 13 Jembatan Putus dan Jalan Tertutup Longsoran

    TRIBUNJATENG.COM, KAJEN — Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar menyebutkan bahwa ada 8 dukuh, di 4 Desa yang ada di Kecamatan Petungkriyono, masih terisolir.

    Hal itu dikatakan, saat rapat bersama tanggap bencana di kantor DPRD Kabupaten Pekalongan.
    “Akibat tanah longsor dan banjir bandang yang menghantam Kecamatan Petungkriyono, ada 8 dukuh, di 11 Desa yang ada di kecamatan masih terisolir.

    Terisolir karena akses jalan masih tertutup longsoran, dan jembatan juga putus,” kata Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar, Selasa (28/1/2025).

    Kemudian, setelah dihentikannya operasi pencarian korban tanah longsor, di masa sisa hari darurat ini Pemkab Pekalongan masih memfokuskan untuk pembukaan akses jalan di Petungkriyono.

    “Masa darurat sampai tanggal 3 Februari 2025, target semua akses jalan di Petungkriyono terbuka,” imbuhnya.

    Lalu, untuk membuka akses ke Petungkriyono yang terisolir akibat putusnya Jembatan Tembelan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemkab Pekalongan akan bangun jembatan bailey.

    “Akses menuju ke Kecamatan Petungkriyono dari arah bawah atau Doro putus total. Sebab, ada jembatan putus di Desa Kayupuring. Bina Marga Provinsi Jawa Tengah dan PU telah survei ke lokasi. Kita akan buat jembatan bailey di sana agar akses kembali bisa dilalui,” ujarnya.

    Lalu, untuk bencana yang dibawah seperti di Kecamatan Kedungwuni, Wonopringgo, Tirto, dan Wonokerto. “Saat ini masih konsentrasi untuk pembersihan lumpur. Satu hingga 3 hari ini untuk pembersihan lumpur selesai,” katanya.

    13 Jembatan Putus

    Sementara itu, Hadi Surono Camat Petungkriyono mengatakan, berdasarkan data ada 13 jembatan yang putus di wilayah Kecamatan Petungkriyono. Lalu, ada tiga jembatan yang harus diganti jembatan baru, dan ada tiga jembatan yang harus diperbaiki.

    “Saat ini akses masih lewat Banjarnegara, butuh waktu 3-4 jam. Apabila, jembatan bailey dibangun hanya waktu 1,5 jam bisa sampai Petungkriyono,” katanya.

    Saat ini tim gabungan masih melakukan kerja bakti untuk membuka akses jalan yang masih tertutup dengan menggunakan alat seadanya.

    “Alat berat saat ini di Kecamatan Petungkriyono ada 10 unit, 8 alat berat menangani jalur ke arah Doro, dan membuka jalan darurat. Untuk dua alat berat ke Desa Yosorejo, Sawangronggo, dan Sangodadi yang masih terisolir,” tambahnya.

    Ditinjau Menteri PU

    Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo meninjau penanganan pascabencana longsor dan banjir bandang di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (29/1/2025).

    Tinjauan Menteri PU untuk melihat langsung kondisi di lapangan, baik mengenai kerusakan infrastruktur, termasuk dukungan sarana dan prasarana bagi masyarakat terdampak longsor dan banjir.

    Menteri Dody mengatakan, penanganan bencana longsor dan banjir di Pekalongan diprioritaskan pada pembersihan material longsor serta, penanganan pohon tumbang untuk membuka akses masyarakat.

    “Pertama kita lakukan dulu pemetaan secara detail, nanti tim BBPJN (Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional) Jawa Tengah-DI Yogyakarta menggunakan drone, tetapi menunggu cuaca tidak hujan dulu.

    Kita prioritaskan, pembukaan akses dulu agar masyarakat tidak ada yang terisolir,” kata Menteri Dody.

    Guna membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan, BBPJN Jateng-DI Yogyakarta telah mengerahkan berbagai alat berat, termasuk mini excavator PC-50 sebanyak 1 unit, PC 75 sebanyak 2 unit, dan PC 70 breaker untuk membantu membuka ruas jalan dari Desa Kasimbar menuju kafe Allo, hingga Jembatan Jimat 2 di Desa Petungkriyono yang terputus untuk membuka akses mobilisasi material jembatan.

    Jembatan Darurat

    Selain pembukaan akses jalan, Kementerian PU juga memprioritaskan pemasangan jembatan darurat (jembatan bailey) untuk penghubung sementara antar desa yang roboh diterjang banjir bandang dari Sungai Welo dan Sungai Kasimpar.

    “Saat ini telah disiapkan 1 unit Jembatan Bailey dari BBPJN Jawa Tengah-DI Yogyakarta yang sudah dimobilisasi ke Pekalongan, dengan panjang 30 meter yang akan digunakan untuk jembatan darurat di Jembatan Jimat 2 di Desa Kayupuring.

    “Jembatan Bailey sudah siap, cuman akses membawanya pakai alat berat masih belum bisa, masih ada batu-batu besar yang harus dibersihkan,” imbuhnya.
    Perakitan hingga pemasangan Jembatan Bailey oleh BBPJN Jateng-DI Yogyakarta akan dibantu oleh TNI AD.

    Dengan selesainya pemasangan jembatan bailey, sambil menunggu pembangunan jembatan permanen.

    “Diharapkan dapat membantu masyarakat, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari pasca bencana banjir di wilayah Kecamatan Petungkriyono,” imbuhnya.

    Kemudian, selain mengerahkan alat berat untuk penanganan jalan dan sungai, Kementerian PU juga mendukung pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi bagi masyarakat terdampak.

    Saat ini, satuan tugas tanggap darurat Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jateng tengah melakukan assessment kebutuhan sarana dan prasana (sarpras) yang dibutuhkan untuk mendukung masyarakat terdampak, operasional relawan, dan dapur umum di Posko Yosorejo.

    “Kami mengerahkan 6 unit hidran umum kapasitas 2.000 liter, 6 unit toilet portable, 2 unit mobil tanki air kapasitas 4.000 liter,” terangnya.

    Sementara itu, Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar menyampaikan, bahwa Pemerintah Kabupaten Pekalongan akan segera menindaklanjuti arahan Menteri PU untuk mempercepat pembukaan akses untuk warga yang masih terisolir.

    “Pak Menteri sudah meminta Balai PJN untuk membuat akses baru. Setelah cuaca membaik, akan dilakukan survei untuk menentukan langkah teknis yang diperlukan. Fokus utama ada di dua titik, yakni Dukuh Dranan dan Jembatan Tembelan, agar akses bisa segera terbuka,” katanya.
    Lewat Banjarnegara

    Warga Dukuh Tembelan, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan masih terisolir pasca bencana longsor dan banjir bandang yang menimpa di daerah tersebut.
    Mereka terisolir, dikarenakan Jembatan Tembelan Kali Welo yang merupakan akses utama warga Petungkriyono ini terputus. Jembatan ini juga merupakan akses warga Doro dan sekitarnya yang akan ke Petungkriyono. Tidak adanya jembatan ini, mereka harus memutar dengan melintasi jalur Banjarnegara.

    Oleh karena itu, warga dan kepolisian sejak kejadian itu membuat jembatan bambu sementara, agar pengirimanlogistik masih terus dilakukan.

    Pantauan Tribunjateng.com di lokasi, jembatan sementara masih ada akan tetapi cuaca hujan, Rabu (29/1/2025) di Petungkriyono. Bahkan, ketika warga hendak melintasi jembatan itu harus turun ke sungai dengan ketinggian 50 meter. Tidak hanya itu, jalan yang curam dan berbatuan juga membahayakan warga ketika melintasi jembatan darurat.

    Kapolsek Talun Iptu Adi Agung mengatakan, usai kejadian besar tersebut anggota Polsek Talun dan masyarakat membuat jembatan darurat menggunakan bambu.

    “Jembatan darurat ini dibuat di aliran sungai yang menghubungkan Desa Kayupuring dan Desa Kasimpar Kecamatan Petungkriyono,” kata Kapolsek Talun Iptu Adi Agung. Tidak hanya itu, anggota yang di sana pun membantu pengiriman logistik dengan cara digendong.

    Bambang Prasetyo warga sekitar menceritakan, pengiriman logistik secara khusus untuk Dukuh Tembelan masih menggunakan secara manual yaitu melewati jembatan darurat bambu yang berlokasi di bawah jembatan putus.

    “Jadi, warga laki-laki perempuan sama saja, jalan kaki naik turun dibawah jembatan membawa logistik, sehingga membutuhkan extra kehati-hatian karena aliran sungai tidak bisa diduga, dan melewati jembatan darurat menggunakan bambu,” katanya. (dro)

  • Jalan di Petungkriyono Pekalongan Ambles, Ismail: Satu-satunya Jalan Utama yang Masih Tersisa

    Jalan di Petungkriyono Pekalongan Ambles, Ismail: Satu-satunya Jalan Utama yang Masih Tersisa

    TRIBUNJATENG.COM, KAJEN – Jalan yang berada di daerah Kliweran, Desa Yosorejo, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan mengalami ambles.

    Jalan yang ambles itu, adalah jalan utama Petungkriyono ke Banjarnegara, dan saat ini jalan tersebut digunakan  untuk aktivitas pengiriman logistik ke korban tanah longsor dan banjir bandang Kecamatan Petungkriyono.

    Pengiriman bantuan logistik, dan alat berat tidak bisa melewati Kecamatan Doro. Karena, jembatan Tembelan Kali Welo saat ini terputus. Sehingga, akses ke Petungkriyono harus melalui Banjarnegara, Wanayasa.

    Slamet warga sekitar mengatakan, kejadian jalan amblas ini diketahui sekitar pukul 10.00 WIB.

    Jalan amblas ini diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi dari kemarin.

    “Jalan ambles ini menghubungkan, Desa Yosorejo-Gumelem Kecamatan Petungkriyono. Amblasnya jalan karena, hujan yang deras di wilayah Petungkriyono sejak Rabu (29/1/2025) hingga saat ini,” kata Slamet saat dihubungi Tribunjateng.com, Kamis (30/1/2025).

    Sementara itu, Ismail Kabid Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Kabupaten Pekalongan mengatakan, terkait jalan ambles tersebut adalah jalan utama yang masih tersisa di Kecamatan Petungkriyono.

    “Jalan yang ambles kurang lebih 30-50 cm, dengan lebar 4 meter dan panjang 10 meter,” katanya.

    Saat ini untuk kendaraan roda dua masih bisa lewat, tetapi untuk roda empat dengan muatan berat akan sangat membahayakan.

    Untuk kendaraan roda empat, muatan ringan masih bisa lewat tapi harus extra hati-hati.

    “Melihat kondisi cuaca saat ini, dimana Petungkriyono masih hujan dengan intensitas tinggi, dimungkinkan kondisi amblesan di jalan Kliweran belum stabil dan bisa semakin dalam bahkan longsor,” imbuhnya.

    Pihaknya mengimbau, bagi para pengendara motor dan roda empat dari arah ke Petungkriyono via gumelem ataupun sebaliknya harap berhati-hati ketika melintas jalan tersebut. (Dro)