Topik: Banjir Bandang

  • Kebanjiran Warga Gunungputri Santuy Terjebak di Atap Genteng Pos Satpam: Halo tim SAR, jemput dong – Halaman all

    Kebanjiran Warga Gunungputri Santuy Terjebak di Atap Genteng Pos Satpam: Halo tim SAR, jemput dong – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BOGOR – Beredar poto dua warga di Gunungputri, Kabupaten Bogor terjebak di atap genteng sebuah pos satpam.

    Dua warga ini terjebak dan memilih bertahap di atap genteng pos satpam gegara banjir bandang yang mengepung.

    Peristiwa ini terjadi di kawasan perumahan Vila Nusa Indah yang terendam banjir.

    Diketahui, imbas hujan deras, banjir mengepung beberapa area perumahan itu pada Selasa (4/3/3035) dini hari.

    Kabar dan foto penampakan warga yang terjebak itu beredar melalui grup WhatsApp komunitas peduli sungai.

    Pertama kali disampaikan berdasarkan laporan warga sekitar pukul 04.00 WIB subuh.

    Dalam foto yang beredar terlihat suasana di lokasi banjir masih gelap.

    Ketinggian banjir terlihat menenggelamkan lantai satu rumah warga.

    Kemudian foto selanjutnya memperlihatkan orang yang terjebak di atas genteng ketika langit menunjukan sudah terang.

    Dalam foto yang beredar itu tertulis, “lokai VNI 2, RT 05/RW 22, dua orang terjebak di atas pos satpam. Halo tim SAR, jemput dong.”

    Selain kedua orang pria ini, dikabarkan masih ada warga lain yang juga terjebak di dalam rumahnya karena banjir.

    Petugas gabungan telah diterjunkan ke lokasi untuk mengevakuasi korban.

    “Saat ini di lapangan ada 14 tim perahu karet yang sedang bekerja. Mudah-mudahan teratasi,” kata Puarman, Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) saat dikonfirmasi, Selasa.

    Puarman menjelaskan bahwa banjir ini berasal dari luapan Sungai Cileungsi dan Cikeas setelah Bogor diguyur hujan deras semalaman.

    Berdasarkan pantuan CCTV dari KP2C, pukul 22.30 WIB status tinggi muka air (TMA) hulu Cileungsi berstatus siaga 1 di angka TMA 250 cm.

    TMA ini terus meningkat hingga 500 cm sekitar pukul 24.00 WIB kemudian perlahan menurun kembali.

    Namun pada pagi hari, giliran hulu Cikeas yang berstatus siaga 1 sekitar pukul 06.30 WIB.

    Luapan air sungai ini masuk ke pemukiman di wilayah Bogor hingga Bekasi.

     

    Status Tanggap Darurat Bencana

    Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan status tanggap darurat bencana setelah wilayah Bogor dilanda cuaca buruk dan bencana terjadi di sejumlah wilayah.

    Hal ini disampaikan Rudy Susmanto dalam unggahan media sosialnya pada Selasa (4/3/2025).

    “Status Kabupaten Bogor kita sudah menetapkan setelah berdiskusi dengan ketua BNPB ditetapkan status Kabupaten Bogor sebagai tanggap darurat bencana,” kata Rudy.

    “Kita berharap seluruh proses penanganan kebencanaaan ini dapat berjalan lebih cepat, memangkas beberapa proses birokrasi agar masyarakat yang terdampak tidak menunggu terlalu lama,” ungkapnya.

     

  • Hulu Sungai Ciliwung di Cisarua Banjir dan Jembatan Putus, Ini Penyebabnya – Page 3

    Hulu Sungai Ciliwung di Cisarua Banjir dan Jembatan Putus, Ini Penyebabnya – Page 3

    Sebelumnya, banjir bandang yang melanda Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu malam, (2/3/2025) merusak tujuh jembatan di Kecamatan Cisarua.

    Kerusakan tersebut membuat akses jalan terputus, memengaruhi mobilitas warga, dan mengancam kelancaran arus mudik menjelang Lebaran Idul Fitri 1446 Hijriyah. 

    Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menargetkan menyelesaikan perbaikan jempatan tersebut sebelum Lebaran.

    “BNPB tidak ingin masyarakat terlalu lama mengalami kesulitan dalam mobilisasi, terlebih beberapa minggu lagi hari raya Idul Fitri akan tiba,” ujar Suharyanto dikutip dari Antara, Selasa, (4/3/2025).

    Berdasarkan hasil rapat koordinasi BNPB dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, diketahui bahwa tujuh jembatan di Kecamatan Cisarua rusak berat, bahkan ada yang hilang akibat hantaman arus deras banjir bandang.

    BNPB pun meminta bantuan TNI untuk membangun jembatan rangka baja (bailey) sebagai solusi sementara agar jalan-jalan yang terputus bisa kembali dilalui masyarakat.

    Suharyanto optimistis pembangunan jembatan bailey oleh personel TNI dapat selesai dalam waktu kurang dari tiga minggu, menjelang libur Lebaran.

    “Kita pastikan nanti dalam waktu tidak terlalu lama, tiga minggu ini krusial, menjelang libur Idul Fitri dan libur nasional ini jangan sampai jembatan ini masih putus,” kata Suharyanto, yang juga melakukan peninjauan langsung di salah satu lokasi jembatan putus di Desa Tugu Selatan, Cisarua.

  • Banjir Parah Landa Jabodetabek, Ribuan Warga Terdampak – Page 3

    Banjir Parah Landa Jabodetabek, Ribuan Warga Terdampak – Page 3

    Banjir bandang yang melanda Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu malam, (2/3/2025) merusak tujuh jembatan di Kecamatan Cisarua.

    Kerusakan tersebut membuat akses jalan terputus, memengaruhi mobilitas warga, dan mengancam kelancaran arus mudik menjelang Lebaran Idul Fitri 1446 Hijriyah. 

    Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menargetkan menyelesaikan perbaikan jempatan tersebut sebelum Lebaran.

    “BNPB tidak ingin masyarakat terlalu lama mengalami kesulitan dalam mobilisasi, terlebih beberapa minggu lagi hari raya Idul Fitri akan tiba,” ujar Suharyanto dikutip dari Antara, Selasa, (4/3/2025).

    Berdasarkan hasil rapat koordinasi BNPB dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, diketahui bahwa tujuh jembatan di Kecamatan Cisarua rusak berat, bahkan ada yang hilang akibat hantaman arus deras banjir bandang.

    BNPB pun meminta bantuan TNI untuk membangun jembatan rangka baja (bailey) sebagai solusi sementara agar jalan-jalan yang terputus bisa kembali dilalui masyarakat.

    Suharyanto optimistis pembangunan jembatan bailey oleh personel TNI dapat selesai dalam waktu kurang dari tiga minggu, menjelang libur Lebaran.

    “Kita pastikan nanti dalam waktu tidak terlalu lama, tiga minggu ini krusial, menjelang libur Idul Fitri dan libur nasional ini jangan sampai jembatan ini masih putus,” kata Suharyanto, yang juga melakukan peninjauan langsung di salah satu lokasi jembatan putus di Desa Tugu Selatan, Cisarua.

  • 6 Jembatan Putus Imbas Banjir Bandang Cisarua, Wamen PU Wanti-wanti Hal Ini

    6 Jembatan Putus Imbas Banjir Bandang Cisarua, Wamen PU Wanti-wanti Hal Ini

    Jakarta

    Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti menemukan terdapat enam jembatan yang putus akibat bencana banjir di Desa Tugu, Cisarua, Kabupaten Bogor. Salah satu di antara keenam jembatan tersebut ialah Jembatan Hankam.

    Jembatan Hankam berada di jalan kabupaten yang menjadi akses utama penghubung Desa Lewimalang dan Jogjogan. Diana mengingatkan, pembangunan jembatan yang menyeberangi sungai harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PU.

    “Terdapat 6 jembatan yang putus,” kata Diana, dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (4/2/2025).

    “Saya juga menghimbau dalam membangun jembatan yang menyeberangi aliran air/sungai, harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU. Saya lihat sungai-sungai ini terhalang oleh konstruksi jembatan,” sambungnya.

    Hal ini disampaikan Diana saat meninjau lokasi pengungsian masyarakat terdampak bencana banjir di Desa Tugu, Cisarua, Kabupaten Bogor. Intensitas hujan yang tinggi di wilayah Puncak Bogor mengakibatkan debit air di wilayah hulu Sungai Ciliwung terus meningkat sehingga sungai air menggenangi permukiman warga dan merusak beberapa jembatan.

    Diana juga menyampaikan rasa prihatin atas peristiwa bencana banjir yang menimpa masyarakat karena hujan deras yang cukup tinggi mengakibatkan banjir bandang dan kerusakan jembatan sebagai akses warga.

    “Saya mengucapkan prihatin kepada masyarakat yang terdampak bencana, baik yang masih di pengungsian atau pun yang sudah pulang ke rumah,” ujar Diana.

    Ia juga menaruh perhatian pada penyempitan sungai lantaran banyak rumah di kawasan tersebut. Ia pun mengimbau kepada warga agar tidak tinggal di bantaran sungai karena akan mempersempit badan sungai.

    “Saya melihat bahwa sungai yang dulunya lebar, sekarang menjadi sempit karena banyak sekali rumah-rumah di bantaran sungai. Air itu tentunya mencari jalannya sendiri, sehingga harapan saya jangan dihuni,” katanya.

    Menurutnya, langkah-langkah penanganan pasca banjir Sungai Ciliwung di wilayah Cisarua ini harus segera dilakukan dengan berkoordinasi lintas sektoral bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten Bogor, termasuk upaya relokasi warga yang tinggal di badan sungai.

    Lihat juga Video: Banjir Bandang-Longsor Terjang Kawasan Puncak Bogor

    (shc/kil)

  • Hujan Lebat dan Banjir Mengancam, BMKG Tekankan Ini

    Hujan Lebat dan Banjir Mengancam, BMKG Tekankan Ini

    JABAR EKSPRES – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan pentingnya respons cepat dari pemerintah daerah dalam menindaklanjuti peringatan dini cuaca ekstrem yang telah dikeluarkan.

    Dalam beberapa hari terakhir, hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem telah terjadi di sejumlah wilayah, termasuk Provinsi Jawa Barat.

    Bahkan, hujan deras yang terjadi menyebabkan luapan air di beberapa daerah, seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kota Cirebon, Kota Bandung, hingga Kabupaten Bogor.

    Menanggapi hal tersebut, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati melalui Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, peran serta pemerintah daerah dalam mitigasi bencana sangat krusial.

    BACA JUGA: Kali Ciliwung Meluap! Permukiman di Kampung Melayu Jakarta Timur Terendam Banjir Setinggi 1-2 Meter

    “Terutama dalam memastikan bahwa setiap peringatan dini ditindaklanjuti dengan langkah antisipatif di lapangan,” katanya melalui keterangan tertulis, Selasa (4/3).

    Diketahui, belum lama ini musibah bencana banjir bandang menerjang wilayah Kampung Pensiunan, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor pada Minggu, 2 Maret 2025 kemarin.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Jabar Ekspres, banjir bandang terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut. Adapun data korban tercatat, sebanyak 119 kepala keluarga (KK) dan 423 jiwa yang terdampak bencana.

    Rahayu atau akrab disapa Ayu menerangkan, peringatan dini bukan sekadar informasi, tetapi juga seruan untuk tindakan nyata.

    Menurutnya, kecepatan dan kesiapan dalam merespons peringatan dini cuaca ekstrem sangat menentukan upaya mitigasi risiko, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian materiil.

    “Kami terus menyampaikan peringatan dini cuaca ekstrem melalui berbagai kanal komunikasi resmi, termasuk website, aplikasi mobile, sms blasting dan media sosial BMKG,” terang Ayu.

    “Namun, efektivitas peringatan dini ini sangat bergantung pada kesiapan daerah dalam meresponsnya dengan langkah konkret,” tambahnya.

    Dalam keterangan tertulisnya, Ayu memaparkan, diperlukan koordinasi yang lebih erat antara pemerintah daerah dan masyarakat guna meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi secara lebih cepat dan efektif.

    “Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan,” pungkasnya. (Bas)

  • 5 Cerita Warga Jakarta yang Rumahnya Kebanjiran, Ani: Awalnya Saya Pikir Nggak Usah Ngungsi – Halaman all

    5 Cerita Warga Jakarta yang Rumahnya Kebanjiran, Ani: Awalnya Saya Pikir Nggak Usah Ngungsi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah warga menceritakan kisahnya yang terdampak banjir di wilayah Jakarta.

    Saat ini, Jakarta tengah diterjang banjir kiriman yang melanda sejumlah wilayah, termasuk sekitar Kali Ciliwung, pada Senin (3/3/2025) pagi.

    Sebelumnya, hujan deras yang mengguyur kawasan Bogor pada Minggu (2/3/2025) malam, yang menyebabkan kenaikan air Bendung Katulampa.

    Kondisi tersebut, memicu luapan Kali Ciliwung hingga merendam permukiman warga. 

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mencatat, sebanyak 59 RT terdampak banjir hingga Senin pukul 10.00 WIB.

    Seorang warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, pun merasakan rumahnya terdampak banjir. 

    Tepatnya, di Kebon Pala RT 15 RW 08, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.

    Sudah beberapa hari puasa Ramadhan ini, Ani (55) harus menghadapi banjir yang masuk ke rumahnya 

    “Iya udah kebanjiran rumah saya dari hari pertama puasa karena air kiriman dari Bogor,” kata Ani ditemui di SDN Kampung Melayu 01, lokasi pengungsian, Senin (3/3/2025), dilansir TribunJakarta.com. 

    Pada awal puasa, Ani mengaku tetap bertahan di rumahnya. Sebab, ia merasa banjir masih dalam batas wajar.

    “Hari pertama puasa itu awalnya cuma sebetis makanya biasa aja,” kata Ani.

    Namun, ia dan memutuskan mengungsi ketika air sudah menggenangi empat anak tangga di dalam rumahnya.

    “Rumah saya kan tingkat, awalnya saya pikir gausah ngungsi tapi udah empat anak tangga kebanjiran akhirnya saya jalan keluar gapake perahu karet,” cerita Ani.

    Meski menghadapi banjir berulangkali, Ani dan warga lainnya merasa sudah betah tinggal di kawasan tersebut.

    Sebab, ia merupakan asli warga Kebon Pala dan sudah tinggal sejak zaman orang tuanya.

    “Makanya udah biasa aja,” imbuhnya. 

    Hal senada juga disampaikan warga Kebon Pala lainnya, yakni Imas (63). 

    “Pas hari pertama puasa itu yang banjirnya cuma yang di dekat kali aja. Tapi kalau dari semalam, rumah saya udah kemasukan air,” kata Imas.

    Diketahui, Senin (3/3/2025) siang, banjir hingga ketinggian lebih dari satu meter masing menggenangi wilayah bantaran Kali Ciliwung.

    Petugas dan perahu karet disiagakan jika ada warga yang minta dievakuasi.

    Sebagian dari warga masih memilih bertahan di lantai dua rumah masing-masing, sedangkan warga yang ingin mengungsi ditempatkan di SDN 01 Kampung Melayu.

    Warga Jaksel Terdampak Banjir

    Tak hanya Jaktim, Sudrajat (58) yang merupakan salah satu warga RW 08, Pejaten Timur, Jakarta Selatan, rumahnya turut terendam banjir.

    Banjir di area rumahnya ini imbas luapan Kali Ciliwung, Senin.

    Awalnya, Sudrajat mengaku mendapat informasi, wilayah Pejaten Timur berstatus waspada setelah Bendung Katulampa ditetapkan dalam status Siaga 1.

    “Saya juga enggak ngeh. Kirain bohong atau apa. Pas saya melihat Google, di daerah Bogor ada banjir bandang. Saya percaya atau enggak percaya,” kata Sudrajat saat ditemui di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta, Senin (3/3/2025). 

    “Akhirnya saya setel televisi, ‘oh benar’. Makanya air yang banjir bandang itu tumpah ke Kali Ciliwung semua, ke situ,” lanjutnya. 

    Setelah memastikan kebenaran informasi tersebut, Sudrajat dan keluarganya bergegas mengamankan barang-barang berharga. 

    Sudrajat memindahkan barang-barang dari lantai satu ke lantai dua untuk menghindari banjir

     “Alhamdulillah, barang-barang sudah diselamatkan ke atas, ke ranjang, tempat tidur. Naik-naikin saja, sementara gitu. Di lantai dua di semua barang. Karena barang itu kan barang warung,” jelasnya.

    Banjir juga merendam sejumlah titik di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

    Ketinggian air di beberapa titik mencapai empat meter, terutama di RW 07 dan RW 08, Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu.

    Bahkan, akses Jembatan Condet yang menghubungkan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur sempat lumpuh.

    Sementara itu, banjir setinggi 1,2 meter yang sempat merendam permukiman warga di Jalan Kemang Selatan X A, Jakarta Selatan, mulai surut pada Sabtu (1/3/2025). 

    Menurut Tomi (48), warga setempat, banjir mulai meluap ke rumah-rumah warga sejak Jumat (28/2/2025) sore sekitar pukul 18.00 WIB. 

    Lantas, banjir baru mulai surut pada Sabtu dini hari, sekitar pukul 03.30 WIB. 

    “Air surut sudah dari sekitar pukul 02.00 WIB kali ya, tapi air sudah enggak menggenang di dalam rumah tuh ya baru pas sahur,” kata Tomi, Sabtu.

    Namun, saat banjir terjadi, Sunayah yang merupakan warga Kemang mengaku, tidak bisa melaksanakan shalat Tarawih lantaran terjebak semalaman di rumahnya. 

    “Saya tuh abis shalat Isya mau Tarawih di mushala, tapi tinggi air masih setinggi dada saya, ya masa saya paksain?” ucap Sunayah saat ditemui Kompas.com di lokasi, Sabtu.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Cerita Warga Kebon Pala Rumahnya Kebanjiran Sejak Awal Ramadan, Baru Ngungsi Saat Air Lewati Tangga

    (Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra, Kompas.com)

  • Permukiman di Kampung Melayu Jakarta Timur Terendam Banjir

    Permukiman di Kampung Melayu Jakarta Timur Terendam Banjir

    JABAR EKSPRES – Permukiman warga di Jalan Kebon Pala II, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, masih terendam banjir dengan kedalaman 1 hingga 2 meter pada Selasa pagi, akibat luapan Kali Ciliwung.

    Banjir yang melanda sejak dini hari Senin (3/3) tersebut belum juga surut, menyebabkan aktivitas warga terganggu. Sejak pukul 08.00 WIB, warga terlihat bolak-balik menyelamatkan pakaian dan dokumen penting dari rumah ke permukiman yang lebih tinggi. Beberapa warga bahkan harus menggunakan perahu karet atau mengenakan pelampung untuk menuju rumah mereka.

    “Begini keadaannya, kalau mau kemana-mana harus basah, pakai perahu karet, makin ke sana makin dalam. Yang mau kerja juga terhambat, motor harus diparkir di atas,” kata Ketua RT 12/RW 04, Rukimah (53), saat ditemui di lokasi pada Selasa pagi.

    Beberapa warga masih bertahan di rumah mereka, sementara petugas terus berusaha mengevakuasi warga yang hendak pindah ke pengungsian atau mengambil barang dari rumah mereka. Tim dari kepolisian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat telah bersiaga dengan perahu karet untuk membantu evakuasi.

    BACA JUGA: Sempat Dinyatakan Hilang, Korban Banjir Bandang di Puncak Ditemukan Meninggal Dunia

    BACA JUGA: Malang! Seorang Warga Harus Kehilangan 20 Ekor Kambingnya Akibat Banjir di Puncak Bogor 

    Beberapa warga yang terpaksa mengungsi, terutama ibu-ibu, anak-anak, dan lansia, kini berteduh di SDN 01 Kampung Melayu.

    Hujan yang mengguyur DKI Jakarta dan sekitarnya pada Minggu (2/3) memicu kenaikan debit air di Bendung Katulampa, Bogor, Jawa Barat. Pada pukul 20.20 WIB, status Bendung Katulampa mencapai Siaga 3 (Waspada), dan pada pukul 21.30 WIB meningkat menjadi Siaga 1 (Bahaya).

    Selain itu, pada Pos Pantau Depok, status Siaga 3 terpantau pada pukul 21.40 WIB, berlanjut menjadi Siaga 2 pada tengah malam, dan Siaga 1 pada pukul 00.30 WIB.

    Pos Pantau Angke Hulu juga terpantau pada status Siaga 3 pada pukul 23.00 WIB, yang menyebabkan banjir di beberapa wilayah DKI Jakarta.

    Hingga saat ini, tujuh RT di Jakarta Timur masih terendam banjir, dengan tiga RT di Kelurahan Bicara Cina terendam air setinggi 90-100 cm, dan empat RT di Kelurahan Kampung Melayu dengan ketinggian air mencapai 95 cm.

  • Dedi Mulyadi Dorong Pengembalian Fungsi Resapan Air di Kawasan Puncak Bogor

    Dedi Mulyadi Dorong Pengembalian Fungsi Resapan Air di Kawasan Puncak Bogor

    JABAR EKSPRES — Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terkait keberadaan sarana rekreasi dan bangunan-bangunan yang berada di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.

    Menurut Dedi, adanya alih fungsi lahan di Kawasan Puncak diduga menjadi salah satu penyebab bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Bogor kemarin. Karenanya, Kawasan Puncak harus kembali kepada fungsi semestinya, yakni sebagai areal resapan air.

    Selain itu, Dedi juga menyatakan bahwa pihaknya akan mengevaluasi BUMD Jabar yang mengelola salah satu objek wisata di Kawasan Puncak.

    Baca juga : Dedi Mulyadi Bahas Realokasi APBD 2025 bersama Badan Anggaran

    “Ada Jaswita, itu membangun sarana rekreasi di puncak, keterangan Bupati Bogor ada salah satu kubah terjatuh masuk sungai menyumbat menjadi luapan air. Itu berdasarkan Bupati Bogor ngomong di telpon dengan saya. Ini yang harus segera dibenahi,” ucap Dedi, Senin (3/3/2025).

    “Hari kamis saya bersama Menteri Lingkungan Hidup akan inspeksi, kemudian nanti mengambil keputusan-keputusan penting,” imbuhnya.

    Dedi pun menyayangkan alih fungsi lahan yang dilakukan secara masif. Padahal, Kawasan Puncak semestinya dimanfaatkan untuk perkebunan teh maupun perhutanan, sehingga punya daya resapan air yang baik, dan tidak memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.

    Baca juga : Gubernur Dedi Mulyadi Bakal Evaluasi Proyek Anak PT Jaswita di Puncak Bogor

    “Kalau areal itu mengurangi daya resapan air dan mengakibatkan bencana, kita evaluasi. Mana yang lebih didahulukan keselamatan warga atau sekedar kesenangan beberapa orang saja? Keselamatan warga penting lebih penting dari apapun,” tuturnya.

  • Seorang Lansia Selamat dari Banjir Bandang Bogor: Saya Keluar Loncat Tembok – Halaman all

    Seorang Lansia Selamat dari Banjir Bandang Bogor: Saya Keluar Loncat Tembok – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BOGOR –  Kumun (68) mengungkapkan betapa mengerikannya banjir bandang yang terjadi di Kampung Pensiunan, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (2/3/2025) malam.

    Saat banjir bandang datang, Kumun sedang berada di dalam rumah yang tak jauh dari bibir sungai.

    “Kejadiannya mau taraweh, udah buka puasa, saya mau taraweh teh enggak jadi berangkat, kan ujannya deres terus airnya banyak,” ujarnya saat dijumpai TribunnewsBogor.com, Senin (3/3/2025).

    Air yang dengan cepatnya naik ke permukaan hingga  merendam rumah membuatnya harus sesegera mungkin keluar menyelamatkan diri.

    Dengan kondisi fisiknya yang tak lagi muda, Kumun pun berhasil meloloskan diri dari terjangan banjir yang begitu cepat merendam rumahnya.

    Namun ia harus melewati gang-gang sempit agar bisa keluar dari genangan mencari tempat yang lebih aman.

    “Saya ada di rumah, disuruh keluar sama si teteh udah engga bisa keluar, saya enggak bisa jalan sini (depan), akhirnya lewat ke samping udah segini (mencapai leher), saya juga keluar loncat tembok yang belakang,” ungkapnya.

    Sementara itu, saat ini ia sedang disibukkan dengan membersikan rumahnya dari material banjir berupa lumpur.

    Kumun mengaku lebih memilih tetap meninggali rumahnya daripada mengungsi ke tempat yang lebih aman.

    “Saya mah tinggal aja di sini kan ada anak, berdua aja sama anak laki-laki, bagaimana atuh kalau ditinggalin barang-barang saya ini semua, abis (terendam),” katanya.

    Korban tewas terjepit berbatuan

    Asep Mulyana (59) tewas akibat hanyut saat banjir bandang di Kampung Pasanggrahan, RT 03 RW 01 Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (3/3/2025).

    Korban ditemukan di Bendungan Ciawi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor pada pukul 10.00 WIB.

    Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor, Aris Nur Jatmiko, mengatakan korban ditemukan dalam kondisi tengkurap dan terjepit berbatuan.

    “Jasad Asep Mulyana ditemukan dengan kondisi luka memar,” kata Aris kepada wartawan di Cisarua, Senin (3/3/2025).

    Dia menjelaskan jasad Asep Mulyana ditemukan oleh tim SAR gabungan dari BPBD Kabupaten Bogor, Basarnas, Tagana, Kepolisian dan TNI.

    Saat ditemukan, korban mengenakan baju abu-abu lengan coklat dan celana jeans pendek.

    Sebagai informasi, Asep hanyut saat menyelamatkan istrinya Yuyun dari terjangan banjir bandang. Ketika istrinya selamat, Asep malah hanyut terbawa arus air sungai.

    Berdasarkan informasi dari saksi mata, pada saat hujan turun air Kali Cisarua meluap setinggi semata kaki. Tidak lama kemudian, air meluap setinggi hingga lutut dengan arus yang deras.

    “Saat itu warga yang berada di lokasi tersebut panik dan menyelamatkan diri masing masing,” kata Cepi, seorang saksi mata di Cisarua, Senin (3/3/2025).

    Cepi mengungkapkan Yuyun (istri Asep) sempat melakukan penyeberangan menggunakan seprai menyelamatkan diri. Namun kain seprai tersebut terlepas dan terbawa arus. 

    “Lalu suaminya Asep Mulyana melompat untuk menolong istrinya. Saat Yuyun bisa tertolong dan dapat menepi ke pinggir, Asep malah terbawa arus,” tandas Cepi.

  • Terjebak dan Bertahan di Tengah Kepungan Banjir…
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Maret 2025

    Terjebak dan Bertahan di Tengah Kepungan Banjir… Megapolitan 3 Maret 2025

    Terjebak dan Bertahan di Tengah Kepungan Banjir…
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Banjir merendam wilayah Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sejak Minggu (2/3/2025) malam.
    Sudrajat (58), salah satu warga terdampak, mengungkapkan bahwa ketinggian banjir di RW 07 dan RW 08 mencapai empat meter.
    Pada pukul 21.00 WIB, air mulai masuk ke dalam rumahnya, merendam lantai satu. Ia berharap air tak naik lebih tinggi, tetapi harapan itu pupus saat pagi tiba.
    “Di lantai dua rumah saya, air itu sudah setinggi 40 sentimeter,” kata Sudrajat pada Senin (3/3/2025).
    Rumah Sudrajat yang setinggi empat meter, yang selama ini menjadi tempat berlindung paling aman, kini tak lagi kebal dari kepungan banjir.
    Pagi buta, Sudrajat membuka ponselnya. Informasi tentang banjir bandang di Bogor membuatnya tercekat. Ia sempat tak percaya, hingga akhirnya melihat berita di televisi.
    “Ternyata benar, air dari Bogor sudah sampai ke Ciliwung,” ujarnya.
    Banjir kali ini bukan sekadar genangan biasa. Di RT 16 RW 07, air hampir menelan habis gapura selamat datang.
    Rumah-rumah satu lantai lenyap, hanya menyisakan atapnya yang kini menjadi tempat bertengger bagi burung dan ayam yang selamat.
    Sepeda motor terendam hingga hanya menyisakan setang, berdiri diam seperti saksi bisu dari bencana ini.
    Namun, di tengah muramnya suasana, ada pemandangan yang kontras. Beberapa anak kecil berenang riang di air yang berwarna cokelat pekat.
    Bertelanjang dada dan tanpa alas kaki, mereka bermain seolah lupa bahwa rumah mereka tengah terendam.
    Di sisi lain, di tepi Jalan Al-Makmur, sejumlah warga memilih berlindung dari terik matahari.
    Dengan tikar dan kain seadanya, mereka duduk bersandar di depan ruko, mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah semalaman berjibaku dengan air.
    Banjir ini bukan yang pertama, dan mungkin bukan yang terakhir bagi warga Pejaten Timur.
    Namun, setiap kali air datang, mereka selalu dihadapkan pada pilihan yang sama, bertahan atau mengungsi.
    Dan kali ini, sebagian dari mereka memilih tetap tinggal, berharap air segera surut dan kehidupan bisa kembali seperti sedia kala.
    (Reporter: Baharudin Al Farisi | Editor: Larissa Huda)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.