Topik: badai Seroja

  • Wilayah Lumajang Masuk Kawasan Siaga 1 Ancaman La-Nina dan Badai Mirip Seroja, BPBD Imbau Masyarakat Waspada

    Wilayah Lumajang Masuk Kawasan Siaga 1 Ancaman La-Nina dan Badai Mirip Seroja, BPBD Imbau Masyarakat Waspada

    Lumajang (beritajatim.com) – Wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur ditetapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai salah satu kawasan di Indonesia yang masuk siaga 1 ancaman La-Nina dan Badai Mirip Seroja.

    Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Isnugroho.

    Menurutnya, berdasarkan keterangan yang diterima dari BMKG, mulai 1 November 2025 sampai Maret 2026 Indonesia di tetapkan masuk dalam kondisi siaga satu.

    “Siaga satu itu akibat suhu di permukaan laut Jawa meningkat. Sehingga dimungkinkan terjadinya kondisi el-nina dan siklon yang menyerupai siklon seroja (badai seroja),” terangnya, Kamis (6/11/2025).

    Isnugroho menyampaikan, siklon tropis seroja diketahui sebagai sebuah siklon yang dapat memberi dampak besar pada cuaca ekstrem.

    Sebab, siklon tropis seroja ini membawa bencana bawaan berupa angin kencang, banjir hingga tanah longsor bagi wilayah terdampak.

    “Siklon seroja itu saya membaca referensi dari BMKG itu bahaya lah karena yang menyerupai itu (seroja, Red kan sudah menyerang Karibia ya, seperti itu kondisi puting beliungnya. Lah ini sudah ditetapkan BMKG bahwa Indonesia sekarang sudah siaga satu,” tambah Isnugroho.

    Diketahui, ancaman La-Nina dan siklon seroja ini berpotensi melanda wilayah Provinsi Lampung hingga Jawa Timur. Termasuk kawasan pesisir selatan Kabupaten Lumajang.

    “Mulai dari Provinsi Lampung-Jawa Timur, termasuk juga Kabupaten Lumajang karena kita ada di wilayah selatan,” ucapnya.

    Menyikapi masalah ini, masyarakat diimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan dengan semua potensi bencana yang ada.

    Di sisi lain, Isnugroho mengaku, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar ada alat deteksi dini terhadap potensi siklon seroja.

    “Imbauan kita harus tetap waspada, karena kita alat deteksi untuk kejadian itu kan masih belum memadai ya. Saya pernah sampaikan kepada BNPB untuk memberikan alat EWS sebagai pemberitahuan awal,” ungkapnya. (has/ian)

  • Siklon Tropis Tiba di Indonesia, BMKG Peringatkan Dampaknya

    Siklon Tropis Tiba di Indonesia, BMKG Peringatkan Dampaknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi adanya siklon tropis di Indonesia. Aktivitas ini terjadi di wilayah pesisir selatan, yakni Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga Maluku bagian selatan.

    Siklon tropis akan terjadi pada bulan November hingga Februari. Kepala BMKG, Dwikorita mengatakan periode itu bisa terjadi lebih panjang hingga Maret atau April 2026 mendatang.

    “Mulai bulan November, wilayah selatan Indonesia telah memasuki periode aktifnya siklon tropis yang berpotensi mempengaruhi pola cuaca nasional dan meningkatkan risiko cuaca ekstrim di berbagai daerah,” jelasnya dikutip Senin (3/11/2025).

    “Aktifitas siklon tropis dari arah selatan dapat membawa angin kencang, hujan deras, dan badai besar, terutama di wilayah pesisir selatan Indonesia seperti di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Maluku bagian selatan,” dia menambahkan.

    Dwikorita menjelaskan siklin tropis berpotensi meningkatkan curah hujan secara signifikan. Termasuk dapat memicu banjir besar, banjir bandang, longsor, bencana hidrometeorologi, kerusakaan, hingga angin kencang.

    “Jadi ini mohon untuk disiagakan bagaimana kita semua siaga untuk menghadapi berbagai potensi bencana hidrometeorologi yang akan semakin meningkat di masa-masa puncak musim hujan di bulan November hingga Februari nanti,” kata Dwikorita.

    Dia menambahkan jika fenomena badai seroja juga akan meningkat frekuensinya pada periode yang sama nanti. Badai tersebut sebelumnya juga pernah terjadi pada sekitar tahun 2021 lalu.

    Pada kesempatan yang sama, Dwikorita mengatakan BMKG telah mendeteksi adanya La Nina lemah. Fenomena tersebut terjadi sejak November ini hingga Februari mendatang.

    La Nina lemah, dia menjelaskan dipengaruhi adanya perbedaan suhu pada Samudera Pasifik dengan kepulaua Indonesia. Indeksnya mencapai -0,61 atau lebih tinggi dari batasannya -0,5.

    “Nah, pemantauan BMKG terhadap suhu muka laut di Samudera Pasifik menunjukkan bahwa dalam 2 bulan terakhir, yaitu tadi September, Oktober mulai terdeteksi adanya La Nina lemah tersebut,” ungkapnya.

    Namun La Nina lemah ini tidak membuat curah hujan meningkat. Peningkatan itu terjadi karena semakin hangatnya suhu muka air laut.

    “Memang di sebagian wilayah Indonesia telah diprediksi curah hujannya akan berada di atas rata-rata normal, namun menurut para ahli klimatologi di BMKG, peningkatan itu bukan karena La Nina lemah ini, namun lebih disebabkan karena semakin hangatnya suhu muka air laut tadi,” dia menuturkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • RI Siaga 1! BMKG Ingatkan Ancaman Badai Mirip Seroja, La Nina OTW

    RI Siaga 1! BMKG Ingatkan Ancaman Badai Mirip Seroja, La Nina OTW

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia bersiap menghadapi aktivitas La Nina dan aktivitas badai Seroja dalam beberapa tahun ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi aktivitas tersebut bakal terjadi selama periode November 2025 hingga Maret 2026 mendatang.

    Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan pihaknya mendeteksi adanya potensi La Nina lemah. Aktivitas ini dipengaruhi karena adanya perbedaan suhu di Samudera Pasifik dan wilayah kepulauan Indonesia.

    Suhu La Nina juga telah melewati ambang batas, dan juga adanya kondisi atmosfer penguatan angin timuran.

    Meski begitu, La Nina lemah ini tak berdampak signifikan pada curah hujan di tanah air. Kondisi musim hujan nantinya masih dalam kategori normal.

    “Bukan berarti curah hujan akan meningkat signifikan. Memang di sebagian Indonesia curah hujannya di atas rata-rata normal. Namun menurut ahli klimatologi BMKG, peningkatan bukan karena La Nina lemah. Namun disebabkan karena semakin hangatnya suhu muka air laut tadi,” jelasnya, dalam konferensi pers, Sabtu (1/11/2025).

    Potensi Badai Meningkat dan Semakin Sering

    Aktivitas lain yang perlu diwaspadai adalah adanya siklon tropis di wilayah selatan tanah air mulai bulan November ini. Siklon tropis akan meningkatkan risiko cuaca ekstrem di berbagai daerah Indonesia, dari angin kencang, hujan deras, hingga banjir bandang.

    Ini akan terjadi di sejumlah wilayah pesisir selatan Indonesia, termasuk Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga sebagian Maluku bagian selatan.

    “Jadi ini mohon disiagakan bagaimana kita semua siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang akan semakin meningkat di masa-masa puncak musim hujan bulan November-Februari,” dia menambahkan.

    Fase siklon tropis ini akan terjadi November 2025 hingga Februari 2026, namun tak menutup kemungkinan akan berlanjut hingga Maret atau April 2026 mendatang.

    Dwikorita juga menyebutkan bakal ada fenomena seperti Badai Seroja. Frekuensinya akan makin meningkat dalam periode yang sama.

    “Fenomena semacam Badai Seroja itu pun akan makin meningkat frekuensi kejadiannya di fase bulan November hingga Februari atau bahkan Maret dan April,” ungkapnya.

    Seperti diketahui, Badai Seroja menghantam wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia pada April 2021 lampau. Bencana ini menyebabkan setidaknya 181 orang meninggal dunia.

    Kepala BMKG Minta Siaga

    Dwikorita mengatakan, dengan potensi peningkatan curah hujan yang akan melanda wilayah Indonesia di bulan-bulan musim hujan 2025/2026 ini, semua pihak, masyarakat dan pemerintah diminta siap siaga.

    “Mohon untuk disiagakan bagaimana kita semua siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang akan semakin meningkat di masa-masa puncak musim hujan, bulan November (2025) hingga Februari nanti (2026,” katanya.

    “Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia kerap kena dampak Siklon Tropis. Kewaspadaan dan kesiap-siagaan perlu terus ditingkatkan. Jadi ingat, fasenya itu mulai bulan November sampai Februari nanti, juga bisa berlanjut Maret hingga April (2026). Seperti tahun 2021 lalu, kejadiannya terakhir itu bulan April, Badai Seroja,” tegas Dwikorita.

    Dia pun meminta masyarakat aktif memantau peringatan dini dari BMKG.

    Foto: Materi paparan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers Kesiapsiagaan Hadapi Puncak Musim Hujan 2025/2026 pada Sabtu (1/11/2025). (Tangkapan Layar Youtube/Info BMKG)
    Materi paparan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers Kesiapsiagaan Hadapi Puncak Musim Hujan 2025/2026 pada Sabtu (1/11/2025). (Tangkapan Layar Youtube/Info BMKG)

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]