Topik: autopsi

  • Sempat Kritis, Bocah SD Korban Perundungan Kakak Kelas di Subang Meninggal

    Sempat Kritis, Bocah SD Korban Perundungan Kakak Kelas di Subang Meninggal

    Jakarta

    Bocah kelas 3 SD di Subang, ARO (9), meninggal dunia usai mendapat perundungan oleh kakak kelasnya. Korban sempat koma dan mendapat perawatan di RSUD Ciereng sebelum meninggal.

    “Ini hari ke-6, kondisinya memang tidak stabil, kritis, kondisi koma, kalau dari sisi medis ini udah mati batang otak, tadi meninggal jam 16.10 WIB,” ujar Wadirut Pelayanan Medik Syamsu Riza, dilansir detikJabar, Senin (25/11/2024) malam.

    Korban dirawat selama 6 hari di rumah sakit. Syamsu menjelaskan pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk membantu korban tetap bertahan hidup.

    “Diagnosa awal terjadi pendarahan di otak, curiganya ke sana (benturan) kalo tidak ada kecurigaan lain. Belum bisa kita pastikan ada penyakit bawaan atau tidak, pemeriksaan belum kita lakukan karena pasien tidak stabil, sehingga kita tetap melakukan observasi, enggak ada luka di perut,” katanya.

    Masih kata Syamsu, kondisi pasien sejak memasuki rumah sakit ini dalam kondisi koma. Selama perawatan kondisinya terus menurun.

    “Dari awal datang sampai meninggal tidak ada perubahan, saat datang udah koma di IGD tidak sadarkan diri, kita belum bisa menentukan sudah lama atau tidak makanya dilakukan autopsi oleh pihak kepolisian, dari hasil autopsi bisa di simpulkan,” pungkasnya.

    “Dua hari itu dia muntah terus kalo makan muntah, makan muntah, perutnya sakit, sama uwaknya enggak cerita karena takut, kata saya kenapa kamu kayak gitu, sakit perutnya, dibenerin (diurut) abis di urut nggak muntah lagi,” ujar Sarti saudara korban kepada awak media saat ditemui di rumahnya, Jumat (22/11/2024).

    Sarti menjelaskan korban sempat masuk sekolah kemudian kondisi terus memburuk, bahkan korban kesulitan membuka kelopak mata dan berjalan pun merangkak.

    Baca selengkapnya di sini.

    (dek/dek)

  • Pria India Terbangun Saat Dikremasi Berujung 3 Dokter Kena Sanksi

    Pria India Terbangun Saat Dikremasi Berujung 3 Dokter Kena Sanksi

    Jakarta

    Seorang pria tiba-tiba terbangun saat jenazahnya hendak dikremasi membuat gempar warga di Rajasthan, India. Tiga orang dokter dijatuhi sanksi skorsing usai dianggap lalai dalam menjalankan tugasnya.

    Dilansir The Times of India dan Daily Mail, Senin (25/11/2024), insiden ini terjadi pada Kamis (21/11) pekan lalu ini. Seorang pria bernama Rohitash Kumar (25), yang mengalami kesulitan berbicara dan mendengar, jatuh sakit dan dibawa ke Rumah Sakit Bhagwan Das Khetan (BDK) yang dikelola pemerintah di distrik Jhunjhunu, negara bagian Rajasthan.

    Pada saat itu, Kumar disebut mengalami serangan epilepsi, dan dokter menyatakan dia sudah meninggal dunia saat tiba di rumah sakit tersebut. Namun beberapa jam kemudian, ketika Kumar telah dibaringkan di atas tumpukan kayu untuk dikremasi sesuai ritual Hindu, dia tiba-tiba terbangun.

    Usai kejadian ini, tiga dokter pada rumah sakit tersebut telah dijatuhi sanksi skorsing atas tuduhan kelalaian oleh otoritas setempat.

    Ketiga dokter itu diidentifikasi sebagai kepala petugas medis RS BDK dr Sandeep Pachar, kemudian pemeriksa medis kesehatan masyarakat dr Yogesh Jumar Jakhar dan pemeriksa medis rumah sakit dr Navneet Meel.

    Dalam pernyataan kepada AFP, kepala pemeriksa medis untuk rumah sakit di distrik Jhunjhunu, D Singh, mengatakan bahwa dokter telah “menyiapkan laporan postmortem tanpa benar-benar melakukan postmortem, dan jenazahnya kemudian dikirimkan untuk dikremasi”.

    Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ramavatar Meena, yang merupakan district collector atau pejabat yang memimpin distrik Jhunjhunu. Dia mengatakan bahwa postmortem yang dilakukan dokter itu “hanyalah di atas kertas” atau tidak dilakukan secara fisik.

    Disebutkan bahwa para dokter di RS BDK itu sempat melakukan resusitasi atau CPR pada Kumar, namun melihat detak jantungnya datar pada elektrokardiogam, maka dokter secara resmi menyatakan dia telah meninggal dunia.

    Setelah itu, bukannya melakukan pemeriksaan atau autopsi postmortem untuk memastikan penyebab kematian Kumar, dokter justru mengirimkan jenazahnya ke kamar mayat untuk selanjutnya dilakukan proses kremasi sesuai ritual Hindu.

    Singh menuturkan bahwa jenazah Kumar “mulai bergerak” sesaat sebelum tumpukan kayu yang menjadi alasnya berbaring dibakar. Disebutkan oleh Singh bahwa Kumar “masih hidup dan bernapas” saat akan dikremasi.

    Kumar kemudian dilarikan ke unit perawatan intensif di RS BDK, namun kondisinya tidak mengalami peningkatan. Kemudian dilakukan upaya untuk memindahkannya ke Rumah Sakit Sawai Man Singh (SMS) di area Jaipur yang berjarak lebih dari 160 kilometer demi mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.

    Namun, Kumar kehilangan nyawanya dalam perjalanan ke rumah sakit tersebut dan dinyatakan meninggal saat tiba di rumah sakit tersebut — kali ini, tanpa kesalahan — pada Jumat (22/11) sore waktu setempat.

    Insiden ini memicu keraguan pada diagnosis di rumah sakit di distrik Jhunjhunu.

    “Ini adalah kelalaian serius. Tindakan akan diambil terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab,” tegas Meena dalam pernyataannya.

    “Gaya kerja para dokter itu juga akan diselidiki secara menyeluruh,” ujarnya

    Dia menambahkan bahwa sebuah komite khusus telah dibentuk untuk menyelidiki insiden ini secara menyeluruh.

    (lir/lir)

  • Pria di India Hidup Lagi saat Akan Dikremasi, Tiba-tiba Gerak dan Bernapas

    Pria di India Hidup Lagi saat Akan Dikremasi, Tiba-tiba Gerak dan Bernapas

    Jakarta

    Seorang pria di India hidup lagi saat akan dikremasi. Padahal, sebelumnya dokter telah memeriksa dan menyatakannya meninggal dunia setelah mengalami serangan epilepsi.

    Kejadian ini dialami Rohitash Kumar berusia 25 tahun yang memang kesulitan berbicara dan mendengar. Ia saat itu tinggal di Maa Sewa Sansthan, sebuah panti jompo yang memiliki kebutuhan khusus.

    Pada Kamis (21/11/2024), Kumar sakit dan dibawa ke rumah sakit di Jhunjhunu di negara bagian barat Rajasthan, India. Dokter langsung melakukan CPR, tetapi melihat detak jantungnya datar pada elektrokardiogram.

    Melihat itu, dokter menyatakan Kumar telah meninggal dunia saat tiba di rumah sakit.

    Alih-alih menjalani autopsi untuk memastikan penyebab kematian, dokter di rumah sakit distrik Bhagwan Das Khetan (BDK) langsung membawanya ke kamar jenazah. Dari sana, ia dibawa dan dibaringkan di atas tumpukan kayu bakar untuk dikremasi menurut ritual Hindu.

    Namun, beberapa saat sebelum api pembakaran dinyalakan, para saksi menyadari bahwa Kumar bergerak. Ia langsung diselamatkan dan langsung dibawa ke rumah sakit.

    “Situasi itu sungguh ajaib. Kami semua terkejut. Ia dinyatakan meninggal, tetapi ia masih bernapas dan hidup,” kata seorang saksi di krematorium yang dikutip dari Daily Mail.

    Hasil Penyelidikan

    Berdasarkan hasil penyelidikan awal, dokter telah melaporkan bahwa Kumar meninggal dunia karena gagal pernapasan akibat penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

    Kepala petugas medis rumah sakit distrik Jhunjhunu, D Singh, mengatakan seorang dokter telah mempersiapkan laporan postmortem atau autopsi untuk mengetahui penyebab kematian secara pasti.

    Namun, ternyata laporan itu dibuat tanpa benar-benar melakukan autopsi. Setelah dinyatakan meninggal, jenazah kemudian dikirim untuk dikremasi.

    Hal ini dikuatkan oleh Ramavatar Meena, kolektor distrik untuk Jhunjhunu, yang mengatakan bahwa postmortem hanya ditulis pada kertas tanpa adanya pemeriksaan yang sebenarnya.

    Akibat kasus ini, tiga dokter telah diamankan dan diskors karena tuduhan kelalaian. Ketiga dokter itu adalah Dr Sandeep Pachar selaku kepala petugas medis BDK, Dr Yogesh Kumar Jakhar sebagai petugas medis kesehatan masyarakat, dan Dr Navneet Meel seorang petugas medis rumah sakit.

    Setelah diselamatkan dari kremasi, Kumar kembali dibawa ke unit intensif BDK unit perawatan. Namun, kondisinya tidak membaik.

    Berbagai upaya dilakukan untuk membawanya ke rumah sakit Sawai Man Singh di Jaipur agar Kumar mendapat perawatan lebih lanjut. Namun, ia benar-benar meninggal dunia saat tiba di rumah sakit.

    “Ini adalah kelalaian serius. Tindakan akan diambil terhadap mereka yang bertanggung jawab,” beber Meena.

    “Cara kerja para dokter juga akan diselidiki secara menyeluruh,” tegasnya.

    (sao/kna)

  • Geger Pria India Terbangun Saat Hendak Dikremasi

    Geger Pria India Terbangun Saat Hendak Dikremasi

    New Delhi

    Seorang pria di India yang sudah dinyatakan meninggal, tiba-tiba terbangun ketika akan dikremasi. Pria berusia 25 tahun ini terbangun saat dirinya sudah dibaringkan di atas tumpukan kayu dalam proses kremasi.

    Insiden ini, seperti dilansir AFP, Sabtu (23/11/2024), terjadi di wilayah Rajasthan pada Kamis (21/11) waktu setempat, setelah dokter yang menyatakan pria itu telah meninggal melewatkan pemeriksaan postmortem.

    Pria bernama Rohitash Kumar (25) ini jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit di area Jhunjhunu di negara bagian Rajasthan. Dilaporkan bahwa Kumar mengalami kesulitan berbicara dan mendengar.

    Laporan media lokal India menyebut Kumar mengalami serangan epilepsi, dan dokter menyatakan dia sudah meninggal dunia saat tiba di rumah sakit tersebut.

    Namun bukannya melakukan pemeriksaan atau autopsi postmortem untuk memastikan penyebab kematiannya, dokter justru mengirimkan jenazahnya ke kamar mayat dan kemudian dilakukan proses kremasi sesuai ritual Hindu.

    Kepala petugas medis pada rumah sakit setempat, D Singh, menuturkan kepada AFP bahwa seorang dokter telah “menyiapkan laporan postmortem tanpa benar-benar melakukan postmortem, dan jenazahnya kemudian dikirimkan untuk dikremasi”.

    Dikatakan oleh Singh bahwa “sesaat sebelum tumpukan kayu dibakar, jenazah Rohitash (Kumar) mulai bergerak”.

    Lihat juga video: Penampakan Kabut Asap Beracun Selimuti New Delhi India

  • Kasus Polisi Tembak Polisi, Kasatreskim Polres Solok Selatan Tewas Ditembak Kabag Operasional

    Kasus Polisi Tembak Polisi, Kasatreskim Polres Solok Selatan Tewas Ditembak Kabag Operasional

    Padang, Beritasatu.com – Lagi terjadi, kasus anggota polisi menembak rekannya sesama polisi. Kasus polisi tembak polisi terjadi antara Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Ulil Ryanto Anshari yang diduga ditembak oleh Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar. 

    Dari kasus polisi tembak polisi ini, Kasat Reskrim Polres Solok AKP Ulil Ryanto Anshari harus kehilangan nyawa. Saat ini jasad AKP Ulil masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar.

    Dari informasi yang diperoleh, AKP Ulil terkena 2 tembakan pada bagian kepala, yaitu pelipis sebelah kanan dan pipi kanan.

    Saat ini Polda Sumatra Barat sedang mempersiapkan upacara pelepasan jenazah korban kasus polisi tembak polisi, yang akan dibawa ke kampung halamannya dari Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar.

    Puluhan personel Polda Sumbar berbaris menunggu jenazah dikeluarkan dari ruang autopsi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar terkait kasus polisi tembak polisi.

    Sebelumnya, Kabid Humas Polda Sumbar Polres Solok Selatan Dwi Sulistyawan membenarkan kasus polisi tembak polisi. “Iya benar telah terjadi penembakan, untuk kasusnya masih tahap penyelidikan, perkembangan akan disampaikan,” katanya melalui pesan singkat, Jumat.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun, kasus polisi tembak polisi terjadi di parkiran Polres Solok Selatan Jorong Bukit Malintang Barat Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat (Sumbar).

    Polisi juga sudah memerika beberapa saksi terkait kasus polisi tembak polisi. Mereka adalah Kanit Tipidter Sat Reskrim Polres Solok Selatan Aipda Tomi Yudha T, Aspolres Solok Selatan dan Banit Tipidter Sat Reskrim Polres Solok Selatan Briptu Satryadi.

  • Pecandu Judi Online dari Thailand ‘Bersenjata’ Sianida Bunuh 14 Teman

    Pecandu Judi Online dari Thailand ‘Bersenjata’ Sianida Bunuh 14 Teman

    Bangkok

    Seorang pecandu judi online asal Thailad dijatuhi hukman mati oleh penegak hukum negara terseut. Dia dihukum mati lantaran membunuh 14 teman dengan sianida.

    Dirangkum detikcom, Kamis (21/11), perbuatan Sararat Rangsiwuthaporn terungkap setelah keluarga seorang temannya menolak untuk menerima bahwa korban meninggal secara wajar. Belakangan pihak berwenang menemukan jejak sianida pada tubuh mendiang melalui autopsi.

    Polisi menangkap perempuan berusia 36 tahun itu dan mengungkap sejumlah kematian serupa terjadi sejak 2015. Satu orang yang diduga menjadi targetnya berhasil selamat.

    Kronologi

    Pengadilan di Bangkok memvonis Sararat Rangsiwuthaporn bersalah karena menaruh racun sianida dalam makanan dan minuman seorang temannya saat mereka sedang bepergian tahun lalu.

    Sararat bepergian dengan temannya, Siriporn Khanwong, 32, ke Provinsi Ratchaburi, sebelah barat Bangkok pada April 2023. Saat itu mereka turut ambil bagian dalam ritual agama Buddha di sebuah sungai, kata polisi.

    Siriporn pingsan dan meninggal setelah makan bersama Sararat, yang tidak berusaha menolongnya, kata penyidik.

    Motif Pembunuhan

    Polisi mengatakan Sararat, yang dijuluki Am Cyanide oleh media Thailand, kecanduan judi. Menurut polisi, dia sengaja mengincar teman-teman yang meminjamkan uang kepadanya. Dia kemudian mencuri perhiasan dan barang-barang berharga milik mereka.

    Baca selengkapnya di halaman berikutnya.

  • Tukang Kebun SDN Tanjungrejo II Malang Ditemukan Meninggal di Ruang Istirahat, Sempat Ngeluh Tak Fit

    Tukang Kebun SDN Tanjungrejo II Malang Ditemukan Meninggal di Ruang Istirahat, Sempat Ngeluh Tak Fit

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Kukuh Kurniawan

    TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Suasana ramai penuh keceriaan di SDN Tanjungrejo II Kecamatan Sukun Kota Malang mendadak berubah jadi sedih dan haru,

    Pasalnya, tukang kebun di sekolah tersebut bernama Purwaji (49) ditemukan meninggal di dalam ruang istirahatnya pada Kamis (21/11/2024).

    Kasi Humas Polresta Malang Kota Ipda Yudi Risdiyanto menuturkan bahwa sebelumnya korban terlihat bekerja seperti biasa. Dimana saat itu korban sedang bekerja di bagian taman hingga halaman sekolah.

    “Sekitar pukul 06.00 WIB,, korban ini menjalankan tugas rutinnya menyapu halaman sekolah. Namun, beberapa saat kemudian, korban berjalan menyeberang jalan untuk membeli kopi,” ujarnya kepada TribunJatim.com.

    Di saat itu, si pedagang kopi menyadari bahwa kondisi korban tampak kurang sehat. Dengan segera, pedagang tersebut meminta bantuan seorang sopir angkot yang kebetulan berada di lokasi.

    Setelah itu, keduanya mengantarkan korban kembali ke sekolah dan membantu korban untuk berbaring di ruang istirahat.

    Selanjutnya, salah seorang saksi yang berada di sekolah bernama Catur melihat bahwa kondisi korban makin lemas dan lemah. Ia pun bergegas melaporkannya ke kepala sekolah.

    “Saat dicek dan dipegang, ternyata tubuh korban sudah dingin dan telah meninggal. Keluarga korban segera kami hubungi, dan mereka menyatakan keikhlasan atas meninggalnya Purwaji,”

    “Disamping itu, pihak keluarga juga menolak dilakukan visum atau autopsi terhadap jenazah,” bebernya.

    Ipda Yudi mengatakan, berdasarkan informasi dari pihak keluarga, bahwa korban tidak memiliki riwayat penyakit serius. Namun dikatakan keluarganya, bahwa kondisi korban memang kurang fit belakangan ini. 

    Selanjutnya, jenazah Purwaji dibawa ke Kamar Jenazah RSSA Malang sebelum akhirnya diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan.

    “Tentunya, kepergian korban membawa duka mendalam bagi keluarga, rekan kerja, dan para siswa di tempat korban bekerja. Oleh karenanya, kami mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga dan mengecek kesehatan,” pungkasnya.

  • Pria di Musi Banyuasin Sumsel Tewas Ditembak OTK Saat Mau Bayar Listrik

    Pria di Musi Banyuasin Sumsel Tewas Ditembak OTK Saat Mau Bayar Listrik

     

    Liputan6.com, Musi Banyuasin – Seorang warga tewas di tempat usai ditembak orang tidak dikenal (OTK) saat ingin membayar listrik di Jalan Kopral Hanfiah, Kelurahan Serasan Jaya Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel, Kamis (21/11/2024). 

    Kapolres Muba AKBP Listiyono mengatakan, korban penembakan berinisial AM (36) warga Sekayu, Musi Banyuasin, yang tewas di lokasi kejadian setelah tertembak di bagian belakang kepala pada Kamis, sekitar pukul 09.00 WIB.

    “Ya korban tewas karena tertembak OTK saat berdiri di loket pembayaran listrik saat hendak membayar tagihan listrik,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa terduga pelaku OTK tersebut memang membuntuti korban dengan berjalan kaki dan memakai helm lalu menembak korban, kemudian kabur.

    Saat korban hendak membayar kepada petugas penjaga loket pembayaran listrik, pelaku melakukan aksinya langsung menembak korban dan korban langsung terkapar bersimbah darah.

    “Korban sudah dievakuasi di rumah sakit untuk di autopsi dan personel polisi dari Reskrim langsung melakukan penyelidikan. Semoga pelaku cepat tertangkap,” katanya.

    Sejumlah warga menyaksikan dari dekat korban yang terkapar bersimbah darah di lokasi kejadian sebelum dievakuasi oleh petugas.

  • Terungkap Manusia dengan Otak Terberat di Dunia, Bobotnya Nyaris 3 Kg

    Terungkap Manusia dengan Otak Terberat di Dunia, Bobotnya Nyaris 3 Kg

    Jakarta

    Seorang pria di Belanda mencatat rekor manusia dengan otak terberat di dunia. Bobot otaknya itu bahkan dua kali lebih berat dari rata-rata orang normal.

    Dikutip dari IFL Science, pemegang rekor manusia dengan otak terberat di dunia versi Guiness World Record yakni seorang pria Belanda yang hidup di akhir abad ke-19. Setelah mengalami epilepsi dan masalah perkembangan, pria pemilik otak terbesar ini meninggal di Rumah Sakit Jiwa Meerenberg pada usia 21 tahun.

    Selama autopsi pria tersebut pada tahun 1899, ahli patologi Belanda Gerard Christiaan van Walsem mencatat berat otak sebesar 2,85 kilogram. Biasanya, berat otak manusia berkisar antara 0,9 dan 2 kilogram, dengan berat rata-rata sekitar 1,35 kilogram.

    Fakta unik lainnya, otak manusia sebenarnya telah menyusut selama beberapa ribu tahun terakhir dan para peneliti tidak sepenuhnya yakin mengapa. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2021, penyusutan ukuran otak mungkin ada hubungannya dengan “eksternalisasi pengetahuan” yang dihasilkan dari penemuan tulisan dan bentuk penyimpanan data lainnya.

    Para peneliti juga berspekulasi bahwa evolusi manusia yang kompleks mungkin telah mengurangi kebutuhan akan otak yang besar karena kita sekarang dapat mengandalkan “kognisi terdistribusi” untuk pengambilan keputusan kolektif daripada individu.

    Meski demikian, memiliki otak yang lebih kecil tidak selalu membuat seseorang kurang pintar, sama seperti otak yang lebih besar tidak selalu meningkatkan kecerdasan. Pada tahun 2019, para peneliti mengamati volume tengkorak dan kemampuan kognitif lebih dari 13.500 orang di Inggris, menyimpulkan bahwa IQ tidak ditentukan oleh ukuran atau besarnya otak.

    Sebaliknya, struktur dan konektivitas otak kemungkinan lebih penting daripada ukuran dalam hal kapasitas kognitif. Itulah sebabnya wanita dan pria memiliki tingkat kecerdasan yang sama meskipun otak pria sekitar 11 persen lebih besar, yang mencerminkan perbedaan ukuran tubuh antara kedua jenis kelamin.

    (kna/kna)

  • Kronologi Istri Bunuh Selingkuhan Suami di Medan

    Kronologi Istri Bunuh Selingkuhan Suami di Medan

    TRIBUNJATENG.COM – Selasa (12/11/2024) pagi, mayat perempuan tanpa identitas ditemukan di pinggir Jalan Ismail Harun, Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut).

    Posisi mayat miring di pinggir jalan, mengenakan kaus putih dan ceana jeans biru, memeluk sepatu hitam.

    Jalan Ismail Harun yang berada di belakang perumahan Citra Land Gama City itu kerap kali menjadi tempat pembuangan sampah.

    Terungkap, korban adalah Dameriahta Tarigan (42) yang bekerja sebagai pengasuh bayi di daerah Pasar Sukaramai.

    Dedi (37), Mariani (49), Dedi Gunawan (41) dan Sanif (36) hadir saat polisi menggelar konferensi pers di Polsek Tembung pada Sabtu (16/11/2024).

    Suami korban, Syahrum (57) baru mengetahui kematian istrinya pada Selasa (12/11/2024) sekitar pukul 10.00 WIB.

    Ia bercerita, di hari itu, istrinya seperti biasa berangkat kerja dari rumahnya di Jalan Letda Sujono sekitar pukul 06.00 WIB.

    “Dia berangkat kerja biasanya naik angkot,” kata Syahrum saat ditemui di Jalan Kapten Jamil Lubis, Rabu (13/11/2024).

    Syahrum mengaku sangat terkejut mendengar kabar kematian istrinya hanya beberapa jam setelah ia berangkat kerja.

    Ia menegaskan, tidak ada masalah yang sedang dihadapi oleh Dameriahta.

    “Saya memang sudah jarang bicara lama dengan dia karena kondisi saya yang kena stroke sejak setahun lalu.

    Terakhir, dia pamit untuk berangkat kerja,” ujar ayah dari tiga anak ini.

    Dibunuh istri selingkuhan

    Polisi yang melakukan penyelidikan kemudian berhasil menangkap empat pelaku yakni Dedi (37) dan istrinya, Mariani (49).

    Serta dua kerabatnya, yakni Dedi Gunawan (41) dan Sanif (36).

    Polisi menyebut pelaku utama pembunuhan Dameriahta Tarigan adalah Mariani yakni istri selingkuhannya.

    Diketahui, korban Dameriahta Tarigan sejak setahun belakangan menjadi tulang punggung keluarga karena sang suami yang sebelumnya bekerja sebagai tukang bangunan mengalami stroke.

    Sejak dua bulan terakhir, Dameriahta Tarigan menjalin hubungan asmara dengan Dedi.

    Sementara hubungan Dedi dengan istrinya, Mariani sedang renggang.

    Selama beberapa waktu, Mariani tinggal di rumah keluarganya di Jalan Jati, Desa Sei Mencirim.

    Sementara Dedi tetap tinggal di rumah bersama dua keluarganya yakni Dedi Gunawan dan Sanif.

    Di hari kejadian, Senin (11/11/2024) sore, Dameriahta yang pulang bekerja datang ke rumah Dedi yang ada di Jalan Sehati, Kecamatan Medan Perjuangan.

    Saat Dameriahta dan Dedi dalam satu kamar, Mariani datang ke lokasi setelah diberitahu oleh keluarganya.

    “Di situ lah korban dijambak dan dipukuli.

    Dedi ini sempat berusaha memisahkan.

    Tapi istrinya ini memegang kaki korban dan menariknya.

    Bagian kepala korban pun terantuk ke bagian meja,” ucap Kepala Unit Reskrim Polsek Tembung, AKP Japri Simamora kepada Kompas.com melalui saluran telepon pada Minggu (17/11/2024).

    “Setelah itu, korban kejang-kejang dan tak lama meninggal dunia.

    Jadi orang ini tak menyangka akan sampai seperti itu ujungnya,” sambungnya.

    Mariani dan Dedi pun panik dan berusaha menutup kejahatannya dengan cara membuang mayat korban.

    Dedi pun menyiapkan motor untuk membawa mayat korban dibantu Mariani.

    Sementara Dedi Gunawan dan Sanif membantu mengangkat mayat korban ke atas sepeda motor.

    Selanjutnya, Mariani pun naik ke sepeda motor untuk menopang mayat korban dari belakang.

    Dedi dan Mariani pun membawa mayat itu ke Jalan Ismail Harun yang kerap kali menjadi tempat pembuangan sampah masyarakat sekitar.

    Setelah itu, mereka kembali ke kediamannya masing-masing.

    Besok paginya, sekitar pukul 06.00 WIB, warga sekitar digegerkan atas penemuan mayat tersebut.

    Akhirnya, Dedi bersama dua keluarganya ditangkap pada Jumat (15/11/2024) di Jalan Sehati.

    Sementara Mariani ditangkap di Jalan Jati.

    “Pengakuan Mariani nekat melakukan hal itu ya karena cemburu.

    Hasil autopsi, korban memang meninggal karena ada pendarahan di bagian belakang kepala,” ucap Japri.

    Hal senada juga diungkapkan Kapolsek Medan Tembung, Kompol Jhonson.

    Ia mengatakan Mariani adalah tersangka utama, sedangkan 3 tersangka lain berperan membuang jasad korban.

    Menurutnya Mariani sempat berkelahi dengan korban di dalam kamar disaksikan Dedi.

    Lalu Mariani membenturkan kepala korban di meja dan lantai hingga mengalami kejang-kejang.

    “Menurut pelaku ketika korban ditarik, korban sempat kejang-kejang dan tidak lama kemudian, kejang berhenti.

    Korban meninggal dunia,” lanjutnya. (*)