Topik: autopsi

  • Mandi dan Bermain di Pinggir Laut, Tiga Warga Sampang Ditemukan Tewas Usai Diseret Ombak

    Mandi dan Bermain di Pinggir Laut, Tiga Warga Sampang Ditemukan Tewas Usai Diseret Ombak

    ERA.id – Tiga warga ditemukan tewas akibat terseret arus ombak laut yang tinggi di perairan utara Desa Sokobanah Daya, Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Minggu (8/12/2024).

    Tiga korban yakni diantaranya dua anak berinisial Y (11) dan H (11) yang berasal dari Desa Sokobanah Daya, serta seorang pria lanjut usia berinisial M (70) dari Desa Sokobanah Tengah.

    “Ketiga korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia setelah dilakukan pencarian bersama warga dan petugas kepolisian,” kata Kapolres Sampang, AKBP Hendro Sukmono, kepada awak media.

    AKBP Hendro menjelaskan berdasarkan keterangan sejumlah saksi, insiden bermula ketika Y dan H bermain dan mandi di pinggir laut pada Minggu pagi. 

    Namun, kondisi cuaca buruk disertai angin kencang menyebabkan ombak tinggi yang menyeret kedua anak tersebut ke tengah laut.

    Melihat kejadian itu, M, seorang warga yang berada di lokasi, mencoba menolong kedua anak tersebut. Sayangnya, upaya tersebut tidak berhasil, dan M juga terseret ombak besar. 

    “Warga sekitar yang menyaksikan insiden ini segera melaporkan kejadian ke Polsek Sokobanah,” ujarnya.

    Kemudian, Kapolsek Sokobanah beserta tim kepolisian dan warga setempat melakukan pencarian hingga akhirnya ketiga korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.

    Sekira Pukul 06.50 WIB, korban M ditemukan terapung di laut dan dievakuasi ke Puskesmas Tamberu Barat, tetapi nyawanya tidak tertolong.

    Kemudian, Pukul 07.05 WIB, korban H ditemukan dalam kondisi serupa dan dievakuasi ke klinik terdekat, namun juga tidak dapat diselamatkan.

    Lalu Pukul 07.15 WIB, korban Y ditemukan mengapung dan dibawa ke Puskesmas Tamberu Barat, tetapi nyawanya tidak tertolong.

    Setelah itu, jenazah ketiga korban diantar ke rumah duka masing-masing. Keluarga korban menyatakan bahwa kejadian ini adalah musibah dan menolak dilakukan autopsi, yang disertai dengan surat pernyataan resmi.

    “Kami mengimbau kepada seluruh orang tua agar lebih waspada terhadap aktivitas anak-anaknya, terutama saat bermain di lokasi yang memiliki potensi bahaya seperti pantai. Kondisi alam harus menjadi perhatian utama,” pungkasnya.

    Rekomendasi

  • Anak 5 Tahun di Jakarta Timur Diduga Dicabuli Hingga Tewas, Keluarga Tak Curiga, Dikira Infeksi – Halaman all

    Anak 5 Tahun di Jakarta Timur Diduga Dicabuli Hingga Tewas, Keluarga Tak Curiga, Dikira Infeksi – Halaman all

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seorang anak perempuan berinisial AG (5) warga Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur diduga menjadi korban pencabulan hingga meninggal dunia pada Selasa (3/12/2024).

    Belum diketahui pasti penyebab kematian korban, namun dari hasil pemeriksaan sementara tim dokter forensik RS Polri Kramat Jati ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada jasad.

    Kepala Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur, AKBP Armunanto Hutahean, mengatakan, sebelum meninggal korban sempat dirawat di RSUD Pasar Rebo.

    “Almarhum tanggal 1 Desember kondisi demam, tanggal 2 sudah mulai kritis, ada beberapa infeksi, tanggal 3 dinyatakan meninggal,” kata Armunanto di Jakarta Timur, Minggu (8/12/2024).

    Kala itu awalnya pihak keluarga tidak curiga bahwa AG diduga menjadi korban pencabulan, mereka hanya mengira bahwa korban sakit dan membutuhkan perawatan medis lebih lanjut.

    Mereka baru mengetahui dugaan AG dicabuli saat tim dokter RSUD Pasar Rebo yang menangani perawatan korban mendapati adanya hal janggal pada tubuh anak lima tahun itu.

    Lantaran diduga meninggal dunia dalam keadaan tidak wajar, pihak RSUD Pasar Rebo lalu melaporkan kasus ke Polres Metro Jakarta Timur untuk proses penyelidikan lebih lanjut.

    “Pada tanggal 3 Desember kami menerima telpon dari pihak rumah sakit di Jakarta Timur terkait adanya seorang balita meninggal dunia diduga tidak wajar. Kemudian kami ke rumah sakit,” ujarnya.

    Armunanto menuturkan setelah mendapat laporan pihaknya membawa jenazah AG ke RS Polri Kramat Jati untuk proses autopsi atau Visum et Repertum memastikan penyebab kematian.

    Pada 3 Desember 2024 malam pun pihak keluarga secara resmi melaporkan kasus dugaan pencabulan dialami AG ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Metro Jakarta Timur.

    “Pasal 76D juncto Pasal 81, dan atau Pasal 76E juncto Pasal 82 UU Perlindungan Anak. Terkait hal tersebut kami sudah melakukan penyelidikan. Jenazah juga sudah kami lakukan autopsi,” tuturnya.

    Mengacu UU Nomor 35 Tahun 2014, Pasal 76D berisi setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya, atau orang lain.

    Lalu Pasal 76E mengatur setiap orang dilarang melakukan kekerasan, memaksa, tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan atau membiarkan perbuatan cabul.

    Namun Polres Metro Jakarta Timur menyatakan masih perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut, dan menunggu hasil pemeriksaan forensik untuk memastikan.

    “Saksi yang sudah kami periksa sebanyak tujuh orang, saat ini masih penyelidikan. Pokoknya yang bisa memberikan keterangan terkait peristiwa kami mintai keterangan,” lanjut Armunanto.

    Jenazah AG sendiri sudah diserahkan kepada pihak keluarga, dan dimakamkan pada Rabu (4/12/2024) di pemakaman di wilayah Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

    Kabid Yandokpol RS Polri Kramat Jati, Kombes Hery Wijatmoko menuturkan dari hasil pemeriksaan sementara memang ditemukan tanda-tanda kekerasan pada jasad korban.

    Tapi untuk memastikan penyebab kematian AG, RS Polri Kramat Jati menyatakan masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium forensik patologi anatomi untuk memastikan.

    “Ada kekerasan fisik. Sekarang ini sedang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk menentukan sebab kematian, dan temuan lainnya dikonfirmasi dengan pemeriksaan yang lain,” tutur Hery

     

  • Pelaku Curanmor Tewas Ditembak Polisi di Depan Anak Istri, Keluarga Tuntut Keadilan

    Pelaku Curanmor Tewas Ditembak Polisi di Depan Anak Istri, Keluarga Tuntut Keadilan

    Lampung, Beritasatu.com – Romadon, warga Desa Batu Badak, Kecamatan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur, Lampung, tewas ditembak polisi di depan istri dan anak-anaknya. Peristiwa tragis ini terjadi pada akhir Maret 2024 sekitar pukul 15.00 WIB, saat Romadon, pria 31 tahun yang memiliki dua anak, diduga terlibat dalam kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor).

    Menurut saksi keluarga yang enggan disebutkan namanya, peristiwa ini berawal ketika tiga anggota polisi dari Jatanras Polda Lampung mendatangi rumah Romadon dengan mengendarai sebuah minibus. Dua polisi turun dari mobil dan mendekati rumah, sementara satu polisi tetap berada di mobil. Ketika Romadon keluar untuk merespons panggilan orang tuanya, ia ditembak oleh polisi yang berdiri di depan rumah.

    Romadon terkapar dengan luka tembakan di bagian perut yang tembus hingga pinggul. Meskipun sempat berteriak meminta pertolongan, ia akhirnya pingsan karena kehilangan banyak darah. Setelah itu, polisi terlibat dalam aksi kekerasan terhadap istri dan ibu Romadon, mendorong dan menendang keduanya.

    Dalam kondisi pingsan, tubuh Romadon diseret dan dimasukkan ke mobil polisi dengan terburu-buru. Saat pintu mobil ditutup, tangan Romadon tertahan di luar. Pada sekitar pukul 19.00 WIB hari yang sama, keluarga Romadon diberitahu untuk datang ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung, di mana mereka menemukan Romadon telah meninggal.

    Adik Romadon, yang trauma dengan kejadian itu, menandatangani berkas yang disodorkan polisi tanpa membacanya. Keesokan harinya, polisi datang untuk melakukan olah tempat kejadian perkara dan mencari selongsong peluru.

    Keluarga korban kemudian menemukan luka jahitan pada jenazah Romadon setelah autopsi. Keluarga melaporkan kejadian ini ke Divisi Propam Mabes Polri dengan bantuan tim advokasi dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung, menuntut keadilan atas tindakan berlebihan yang dilakukan oleh tiga polisi tersebut.

    Kepala Divisi Advokasi LBH Bandar Lampung, Prabowo Pamungkas, mengungkapkan pemeriksaan oleh Propam Mabes Polri menunjukkan pelanggaran kode etik profesi kepolisian. Kasus ini telah dilimpahkan ke Propam Polda Lampung untuk pemeriksaan lebih lanjut.

    “Berdasarkan hasil gelar perkara, kasus ini telah dilimpahkan kepada Bid Propam Polda Lampung untuk pemeriksaan lebih lanjut,” kata Prabowo saat dikonfirmasi pada Jumat (6/12/2024).

    Prabowo juga menyatakan pihaknya menduga ada penyiksaan dan penggunaan kekerasan berlebihan oleh oknum polisi yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009. Ia mendesak agar Komnas HAM dan pihak terkait lainnya segera mengusut tuntas dugaan pembunuhan di luar hukum (extra judicial killing) ini.

    “Keluarga korban ingin ada keadilan. Artinya kasus penembakan polisi yang menewaskan korban tidak hanya pada putusan sidang etik kepolisian tetapi sampai penegakan hukum supaya tidak terjadi kejadian berulang,” ungkap Prabowo.

    Saat ini, keluarga korban, terutama anak dan orang tua Romadon, masih mengalami trauma berat. LBH Bandar Lampung juga mendorong agar lembaga terkait memberikan trauma healing untuk keluarga yang terkena dampak.

    Kasus pelaku curanmor yang tewas ditembak polisi ini, menurut Prabowo, telah mencoreng citra penegakan hukum di Indonesia dan melanggar prinsip dasar hak asasi manusia. Ia menegaskan polisi harus menjalankan tugasnya berdasarkan hukum yang berlaku, tanpa membedakan perlakuan terhadap masyarakat.

  • Anak 5 Tahun Tewas Diduga Usai Diperkosa Keluarga Terdekat di Jaktim, Ayah Korban Diperiksa

    Anak 5 Tahun Tewas Diduga Usai Diperkosa Keluarga Terdekat di Jaktim, Ayah Korban Diperiksa

    ERA.id – Seorang anak berusia lima tahun meninggal dunia diduga setelah diperkosa di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur (Jaktim).

    Akun Instagram @kabar_cijantung menjelaskan korban sebelumnya mengeluhkan sakit pada alat vitalnya. Dia lalu demam dan dibawa ke rumah sakit. Usai dirawat tiga hari, korban meninggal dunia.

    “Seorang perempuan berusia lima tahun mengalami rudapaksa hingga tewas diduga oleh ayah kandungnya sendiri,” demikian narasi di video yang diunggah akun Instagram @kabar_cijantung.

    Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Armunanto Hutahean mengatakan pihaknya masih mengusut kasus ini. Sejumlah saksi telah dimintai keterangan termasuk ayah korban.

    “Kami sudah mintai klarifikasi (ke ayah korban),” kata Armunanto kepada wartawan, Jumat (6/12/2024).

    Penyebab pasti kematian korban belum diketahui, sebab polisi masih menunggu hasil autopsi. Terkait betul tidaknya anak itu diduga diperkosa ayahnya sendiri, juga belum dapat dipastikan.

    “Nanti kalau sudah terang kita (sampaikan). Kami masih menunggu hasil dari autopsi,” ucap dia.

  • Wartawan di Sabu Raijua NTT Ditemukan Tewas, Pihak Keluarga Korban Anggap sebagai Musibah – Halaman all

    Wartawan di Sabu Raijua NTT Ditemukan Tewas, Pihak Keluarga Korban Anggap sebagai Musibah – Halaman all

    Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

    TRIBUNNEWS.COM, KUPANG – Seorang pria yang ditemukan meninggal dunia di Desa Keliha, Kecamatan Sabu Timur, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur diduga tersengat aliran listrik.

    Dari hasil olah TKP berdasarkan pemeriksaan luar terkait penyebab kematian korban yang dilakukan dr Runiyuftari Lobo Huki dari Puskesmas Bolou, Sabu Timur ditemukan luka bakar pada ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. 

    Polres Sabu Raijua, AKBP Paulus Naatonis melalui Kasat Reskrim Polres Sabu Raijua, Iptu Deflorentus M. Wee mengatakan,  diduga korban meninggal dunia karena tersengat arus listrik.

    Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya tiga (3) titik aliran listrik masuk ke telapak tangan kiri. 

    “Kemudian tiga titik aliran listrik di dada kanan, serta luka lecet dan cairan mani,” katanya.

    Polisi mengungkapkan tidak ditemukannya tanda kekerasan lain.

    “Kesimpulannya bahwa Korban mengalami henti jantung akibat sengatan listrik,” ungkap Deff pada Jumat, 6 Desember 2024.

    Lukas Gersoni Djaga (42) merupakan kontributor Flobamora News dari Sabu Raijua ditemukan meninggal dunia di rumah Dimu Mangngi (71).

    Selama ini korban sering berpindah-pindah tempat domisili mulai dari Mesara, Desa Tada di Kecamatan Sabu Tengah, Desa Matei di Kecamatan Sabu Tengah kemudian pindak ke Desa Keliha di Kecamatan Sabu Timur tempat ditemukannya sudah tak bernyawa.

    “Keluarga menerima kematian korban sebagai suatu  musibah sehingga keluarga siap menandatangani  Pernyataan Penolakan autopsi,” ungkap Deff pada Jumat, 6 Desember 2024.

    Jenazah korban kemudian dibawa ke rumah keluarga korban di Ledemanu, Kecamatan Sabu Barat untuk disemayamkan dan juga proses pemakaman selanjutnya. (dhe)

     

     

  • Bocah Lima Tahun di Pasar Rebo Jaktim Tewas, Diduga Korban Rudapaksa Ayah Kandung – Halaman all

    Bocah Lima Tahun di Pasar Rebo Jaktim Tewas, Diduga Korban Rudapaksa Ayah Kandung – Halaman all

    Seorang bocah yang baru berusia lima tahun meninggal dunia di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Korban diduga dirudapaksa ayah kandung.

    Tayang: Jumat, 6 Desember 2024 12:29 WIB

    freepik

    ilustrasi rudapaksa – Seorang bocah yang baru berusia lima tahun meninggal dunia di Pasar Rebo, Jakarta Timur. 

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seorang bocah yang baru berusia lima tahun meninggal dunia di Pasar Rebo, Jakarta Timur.

     

    Tidak diketahui pasti di mana lokasi dan kapan peristiwa yang viral di media sosial tersebut.

     

    Kabar yang beredar bocah itu diduga korban rudapaksa yang dilakukan ayah kandungnya.

    Pun demikian terkait identitas yang belum diketahui.

     

    Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Armunanto Hutahean mengatakan masih menyelidki kasus tersebut.

     

    Kasus kematian bocah tersebut diterima dari pihak rumah sakit RSUD Pasar Rebo.

    “Kami mendapat info dari RSUD Pasar Rebo tentang adanya anak meninggal dunia,” kata Armunanto saat dikonfirmasi Jumat (6/12/2024)

     

    Armunanto memastikan saat ini pihaknya melakukan penyelidikan. 

     

    Belum dapat dipastikan penyebab korban meninggal dunia karena rudapaksa atau bukan.

     

    Kekinian polisi tengah menunggu hasil autopsi jenazah.

     

    “Untuk penyebab meninggalnya kami masih menunggu hasil autopsi ya, ini masih melakukan penyelidikan,” imbuh dia.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’2′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Kapolres Kediri Menangis di Sudut Rumah Sakit Saksikan Bocah Selamat dari Pembunuhan Satu Keluarga

    Kapolres Kediri Menangis di Sudut Rumah Sakit Saksikan Bocah Selamat dari Pembunuhan Satu Keluarga

    GELORA.CO – Di salah satu sudut sunyi Rumah Sakit Bhayangkara Kota Kediri, AKBP Bimo Ariyanto, sosok tegas yang kerap hadir dalam balutan seragam lengkap, kini terlihat berbeda. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar, menahan gejolak rasa yang tampak sulit dibendung. Di hadapannya, terbaring bocah lelaki berusia delapan tahun, SPY, satu-satunya yang selamat dari tragedi pembunuhan keji yang menimpa keluarganya. Luka fisik di tubuh mungil itu seolah tak ada apa-apanya dibanding luka di hatinya.

    Bocah itu—yang belum lama kehilangan ayah, ibu, dan kakaknya—memandang tanpa kata. Di sebelahnya, selang infus bergoyang pelan, mengikuti gerakan tangan kecil yang lemah. Tangis AKBP Bimo pecah, sejenak melupakan atributnya sebagai seorang Kapolres, menunjukkan sisi manusiawi yang terpendam di balik tugas beratnya.

    “Alhamdulillah, kondisinya membaik,” ujar Bimo, mencoba tegar saat diwawancarai setelah menjenguk SPY. Namun, nada suaranya tak bisa menyembunyikan kegetiran mendalam. Ia tahu, meskipun fisik anak itu pulih, bayang-bayang malam kelam di rumahnya di Dusun Gondanglegi, Ngancar, takkan pernah benar-benar hilang.

    Bimo bukan sekadar penegak hukum yang mengejar keadilan di balik kasus ini. Ada simpul emosi yang terjalin erat antara dirinya dan bocah tersebut. Melihat SPY, Bimo seperti melihat putranya sendiri, dan itu menghantam hatinya dengan keras. Sebuah tanggung jawab moral pun terpatri dalam dirinya: memberikan keadilan untuk SPY.

    Tragedi ini bermula pada pagi Kamis, 5 Desember 2024, sekitar pukul 08.30 WIB. Warga di Dusun Gondanglegi, Kecamatan Ngancar, merasa curiga karena Agus Komarudin (38), seorang guru yang dikenal disiplin, tidak hadir mengajar tanpa pemberitahuan.

    Kecurigaan semakin kuat ketika salah satu kerabatnya, Supriono, mencoba mengetuk pintu rumah Agus. Tak ada jawaban, tak ada tanda kehidupan. Dengan perasaan cemas, Supriono mengintip melalui jendela kamar dan dikejutkan oleh bercak darah di atas kasur. Ia tak berani masuk, tapi segera memanggil warga lain dan perangkat desa untuk memastikan keadaan.

    Saat salah satu saksi mengintip melalui lubang kayu di dapur, pemandangan mengerikan terlihat: tangan seseorang tergeletak di lantai dapur. Polisi segera dipanggil, dan olah TKP pun dilakukan begitu mereka tiba di lokasi.

    Di dalam rumah, petugas menemukan Agus Komarudin dan istrinya, Kristina (34), tergeletak tak bernyawa. Sang putri sulung mereka, CAW (12), juga ditemukan dalam kondisi serupa. Tubuh-tubuh mereka menunjukkan tanda-tanda kekerasan brutal.

    Namun, harapan muncul di tengah duka ketika SPY, putra bungsu keluarga itu, ditemukan masih bernapas, meski dalam kondisi terluka parah. Ia segera dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk mendapatkan perawatan intensif.

    “Dugaan awal kami adalah pencurian dengan kekerasan yang berujung pembunuhan. Mobil korban, sebuah Avanza putih, diketahui hilang dari tempat kejadian,” ujar AKBP Bimo Ariyanto. Selain itu, sejumlah barang berharga di rumah korban juga dilaporkan hilang.

    Autopsi dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 18.00 WIB, untuk mengungkap penyebab pasti kematian para korban. Dari hasil awal, ditemukan bahwa kekerasan menggunakan benda tumpul menjadi penyebab utama.

    Tanggung Jawab Seorang Kapolres

    Bimo, yang dikenal sebagai sosok tegas dengan karier panjang di bidang reserse, kini menghadapi salah satu kasus paling mengharukan dalam tugasnya. Usai menjenguk SPY, ia langsung menuju lokasi kejadian, memimpin olah TKP, dan memberikan pernyataan kepada media.

    “Kami tidak hanya mengejar pelaku, tetapi juga memastikan korban selamat ini mendapatkan perawatan medis dan psikologis yang diperlukan,” tegas Bimo.

  • Kata Teman Seprofesi Tentang Sosok Guru Korban Perampokan dan Pembunuhan di Kediri

    Kata Teman Seprofesi Tentang Sosok Guru Korban Perampokan dan Pembunuhan di Kediri

    Kediri (beritajatim.com) – Kematian Kristina (34) sekeluarga warga Dusun Gondanglegi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri dalam aksi perampokan dan pembunuhan di rumahnya meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan teman-temannya . Bagaimana tidak dirinya bersama suaminya Agus Komarudin (38) serta anak sulung mereka Christian Agusta Wiratmaja Putra (9) sama sama meninggal dalam peristiwa tragis ini.

    Guru SDN 1 Batangsaren, Kauman, Tulungagung tersebut dikenal sangat aktif di kegiatan sekolah sekaligus di tempat ibadah.

    “Semua teman-teman merasa kehilangan dengan kepergian almarhumah bersama suami dan anaknya. Mereka orang-orang baik,” ungkap Yulis, teman sesama guru Kristina, pada Jumat pagi 6 Desember 2024.

    Menurut Yulis, Kestina dan keluarga dikenal rajin beribadah. Mereka selalu pergi ke gereja.

    Kristina diangkat menjadi ASN pada 2019 lalu dengan penempatan di Tulungagung. Setiap hari pulang pergi dari Ngancar, Kediri ke Tulungagung untuk mengajar.

    Agus Komarudin, suami Kristina juga berprofesi sebagai guru di SDN 1 Babadan Ngancar. Bapak dua anak itu berstatus sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

    Fetri, guru SDN di Tulungagung juga ikut merasakan kesedihan. Dia berharap pelaku bisa segera ditangkap oleh polisi.

    “Perbuatannya sungguh sadis. Bukan hanya Bu Kristina dan suami, anak mereka juga dianiaya,” kata Fetri, teman seprofesi Kristina.

    Jenazah ketiga korban sudah dibawa ke rumah duka setelah selesai proses autopsi. Sementara anak bungsu mereka Samuel (8) yang selamat dari tragedi berdarah di lereng Kelud Kediri itu kini masih menjalani perawatan.

    Warga lereng Gunung Kelud tepatnya di Dusun Gondanglegi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, pada Kamis (5/12/2024) geger. Sekeluarga yang tinggal di RT 02 RW 05 ditemukan tewas mengenaskan di dalam rumahnya.

    Mereka, Agus Komarudin (38), seorang guru SD bersama istrinya Kristina (34) dan anak pertamanya Christian Agusta Wiratmaja Putra (9). Sementara anak kedua mereka, Samuel Putra Yordaniel (8) dalam kondisi kritis. [nm/aje]

  • Misteri Kematian Wanita Muda di Kamar Indekos Manado

    Misteri Kematian Wanita Muda di Kamar Indekos Manado

    Liputan6.com, Manado – Polsek Malalayang mengamankan Tempat Kejadian Perkara (TKP) terkait penemuan sesosok mayat di kamar Kos Karaeng, Kelurahan Bahu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, Sulut.

    Korban teridentifikasi seorang wanita berusia 21 tahun bernama Juita Apena, ditemukan dalam kondisi terlentang di atas kasur dengan darah mengalir dari mulut dan mata, pada, Selasa (3/12/2024), sekitar pukul 10.00 Wita.

    Menurut keterangan saksi, Meidi Tehamen, yang pertama kali mencium bau tidak sedap pada 2 Desember 2024, mendatangi lokasi tersebut bersama pemilik kos, Bonga Karaeng, untuk mencari sumber bau tersebut.

    Mereka menemukan korban setelah melihat melalui jendela kamar dengan bantuan penerangan menggunakan kamera ponsel. Mereka segera melaporkan penemuan ini ke Polsek Malalayang.

    Selain itu, beberapa saksi lain juga memberikan keterangan mengenai interaksi terakhir mereka dengan korban sebelum penemuan mayat tersebut. Di antaranya, saksi Leydi Aramana yang mencium bau tidak sedap pada 2 Desember malam, dan saksi Melan Poae yang terakhir kali melihat korban pada 29 November 2024.

    Setelah penemuan tersebut, tim Bidang Dokkes Polda Sulut melakukan evakuasi terhadap jenazah korban ke RS Bhayangkara Polda Sulut. Pemeriksaan awal oleh Tim Identifikasi mengungkapkan bahwa korban mengalami pendarahan yang menyebabkan darah keluar dari mata dan mulut. Pihak keluarga korban menolak dilakukan autopsi, dan sebuah surat penolakan autopsi pun telah disiapkan.

    Polsek Malalayang, yang dipimpin oleh Kanit Reskrim IPDA Yamin Pilomonu, segera mengamankan TKP, memasang garis polisi, dan melakukan pendataan serta pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang ada di lokasi kejadian.

    “Hingga saat ini, penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung untuk mengungkap penyebab kematian korban,” ungkap Kapolresta Manado Kombes Pol Julianto P Sirait melalui Kasie Humas Ipda Agus Haryono.

  • Detik-detik Penemuan 3 Jenazah Korban Pembunuhan di Kediri, Ditemukan di Dapur dan Ruang Tengah – Halaman all

    Detik-detik Penemuan 3 Jenazah Korban Pembunuhan di Kediri, Ditemukan di Dapur dan Ruang Tengah – Halaman all

     Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

    TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI – Warga di Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur dikejutkan dugaan penemuan 3 mayat yang diduga korban penganiayaan, Kamis (5/12/2024) pagi.

    Tiga anggota keluarga ditemukan tewas tergeletak bersimbah darah di rumah mereka, sementara satu anak berhasil selamat meskipun dalam kondisi kritis.

    Dari informasi yang dihimpun, kejadian itu diketahui sekitar pukul 08.30 WIB.

    Sejumlah saksi yang datang untuk mengecek kondisi Agus Komarudin (38), warga setempat yang tidak masuk sekolah setelah izin pada Rabu sebelumnya. 

    Saat dicek, pintu rumah Agus tertutup rapat dan tidak ada yang keluar meski telah diketuk beberapa kali.

    Setelah beberapa kali mencoba menghubungi korban tanpa hasil, salah satu anggota keluarga, Supriono, memutuskan untuk membuka jendela kamar. 

     Ia terkejut menemukan bercak darah di atas kasur, namun tidak berani masuk ke dalam rumah.

    Kecurigaan semakin menguat ketika salah satu saksi yang melihat melalui lubang tembok kayu di dapur melaporkan adanya pemandangan mengerikan.

     Sebuah tangan tergeletak di lantai dapur yang diduga milik korban Kristiani (37), istri Agus. 

    Kejadian ini segera dilaporkan ke perangkat desa setempat dan diteruskan ke Polsek Ngancar.

    Setelah petugas kepolisian tiba di lokasi, dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). 

    Dua korban ditemukan tergeletak di dapur dalam kondisi berlumuran darah, yaitu Agus Komarudin dan Kristiani.

    Sementara itu, Christian Agusta Wiratmaja, anak pertama pasangan tersebut yang masih duduk di bangku SMP, ditemukan tergeletak di ruang tengah dengan kondisi serupa.

    Anak bungsu pasangan tersebut, Samuel Putra Yordaniel, yang masih duduk di bangku SD, ditemukan dalam keadaan terluka parah namun masih hidup.

    Kapolres Kediri AKBP Bimo Ariyanto memastikan insiden tersebut diduga merupakan kasus pembunuhan dengan pencurian disertai kekerasan atau 365. 

     Setelah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan bahwa korban mengalami kekerasan fisik sebelum meninggal dunia.

    “Dari keterangan beberapa saksi dan hasil olah TKP, kejadian ini kami duga sebagai kasus pencurian dengan kekerasan yang berujung pada pembunuhan. Kami juga sudah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Bhayangkara untuk melihat kondisi salah satu korban yang masih selamat, dan alhamdulillah kondisinya stabil,” kata AKBP Bimo Ariyanto. 

    Dilakukan Otopsi

    AKBP Bimo menambahkan, autopsi akan dilakukan pada hari ini sekitar pukul 18.00 WIB, untuk mengetahui lebih lanjut penyebab kematian korban. 

    Hasil sementara dari olah TKP menunjukkan bahwa para korban mengalami kekerasan fisik, berupa pukulan menggunakan benda tumpul.

    Namun, penjelasan lebih lengkap akan disampaikan setelah hasil autopsi keluar.

    “Selain itu, dari hasil olah TKP, kami juga menemukan bahwa mobil milik korban hilang, serta beberapa barang lainnya yang juga tidak ada di tempatnya,” bebernya.

     Sementara itu, korban yang selamat, Samuel Putra Yordaniel, yang merupakan anak terakhir dari keluarga tersebut, saat ini masih dalam perawatan medis di Rumah Sakit Bhayangkara. 

    AKBP Bimo Ariyanto menjelaskan bahwa kondisi Samuel sudah dalam keadaan sadar, namun masih memerlukan observasi lebih lanjut dari tim medis. 

    “Saat ini korban yang selamat sedang dalam masa pemulihan. Kami akan memberikan informasi lebih lanjut setelah hasil rontgen dan CT scan keluar,” tambahnya.

    Sementara itu, tim gabungan dari Polres Kediri kini sedang bergerak cepat untuk memburu pelaku. 

    “Saat ini tim gabungan dari Polres Kediri telah bergerak mohon doanya untuk semua untuk pelaku bisa segera tertangkap,” tegas Kapolres.

    Dari hasil olah TKP, dua orang korban ditemukan di ruang belakang rumah, sementara anak mereka ditemukan tergeletak di ruang tengah. 

    “Untuk korban yang selamat saat ini dalam keadaan sadar dan masa pemulihan,” tandasnya. 

    Kondisi Korban Selamat Membaik 

    Kapolres Kediri AKBP Bimo Ariyanto langsung mengunjungi Samuel Putra Yordaniel (8), anak yang selamat dari tragedi dugaan pembunuhan satu keluarga tewas di Dusun Gondanglegi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Kamis (5/12/2024) sore.

    Samuel saat ini tengah dirawat intensif di RS Bhayangkara Kota Kediri.

     “Setelah mengetahui bahwa satu anak selamat dari peristiwa pembunuhan ini, kami segera membawa korban ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk mendapatkan perawatan medis. Alhamdulillah, kondisinya semakin membaik meski masih mengalami luka,” jelasnya.

    Samuel adalah anak dari pasangan suami istri, Agus Komarudin (38) dan Kristiani (34), yang keduanya bekerja sebagai guru di SDN Babatan 1 dan SDN Barangsaren 1 Kauman Tulungagung.

    Mereka bersama anak pertama Christian Agusta Wiratmaja (9), menjadi korban dalam peristiwa tragis tersebut.

    AKBP Bimo menambahkan, meski kondisi Samuel berangsur membaik, pihak kepolisian belum dapat memintai keterangan lebih lanjut. 

    “Kami akan memberikan pendampingan psikologis agar korban merasa lebih nyaman. Saat ini, belum bisa dimintai keterangan karena kondisi korban yang masih dalam masa pemulihan,” jelas AKBP Bimo.

     

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kondisi Anak Bungsu dalam Tragedi Satu Keluarga Tewas di Kediri, Kapolres Singgung Pendampingan