Keluarga Akan Bawa Dokter Forensik Tandingan untuk Periksa Ulang Jasad Arya Daru
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pihak keluarga almarhum Arya Daru Pangayunan (ADP) berencana menghadirkan ahli forensik “tandingan” untuk menguji temuan terkait penyebab kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) tersebut.
Langkah ini akan diambil tim kuasa hukum dalam proses gelar perkara untuk menguatkan penyebab terjadinya luka memar yang ditemukan pada sejumlah bagian tubuh ADP.
Anggota tim kuasa hukum keluarga, Firza Benzani, menyebut kehadiran ahli pembanding diperlukan karena dokter forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang melakukan autopsi awal tidak dapat memastikan apakah luka benda tumpul tersebut disebabkan pukulan atau benturan pasif.
“Kita akan nanti carikan pembanding dokter forensik. Itu dalam ketika gelar perkara itu boleh-boleh saja, karena apa? Gelar perkara itu tujuannya untuk mencari kebenaran,” ujar Firsa dalam konferensi pers, Kamis (27/11/2025).
Rencana membawa ahli lain ini muncul setelah tim kuasa hukum merasa ada penyidik berkeras menyebut luka memar korban terjadi karena menyandarkan tubuh ke tembok dan mengarah pada dugaan bunuh diri.
Padahal, menurut hasil audiensi keluarga dengan dokter forensik RSCM, dokter tidak pernah menyimpulkan bahwa luka itu dipastikan akibat benda tumpul pasif.
“Selama ini selalu diarahkan bahwa almarhum ini luka yang ada di tubuh itu dikarenakan adalah benda tumpul. Kalau kita katakan pasif, dia sampaikan tadi menyender ke tembok seolah-olah berusaha untuk melakukan bunuh diri. Nah, itu terbantahkan kemarin dari keterangan dokter yang melakukan autopsi,” ujar Firza.
Menurut dia, ketidakmampuan dokter forensik menentukan mekanisme timbulnya luka, harus dijawab secara ilmiah oleh ahli lain sebagai pembanding.
“Dokter tidak bisa menentukan luka yang ada itu apakah karena benda tumpul yang sifatnya aktif, atau yang pasif. Nah, kita akan berusaha di sini adalah untuk sebagai pembanding nantinya, dengan ahli yang akan kita tentukan,” sambung dia.
Sebelumnya, Ketua tim kuasa hukum keluarga ADP, Nicolay Aprilindo, mengungkap adanya luka memar akibat benda tumpul memang ditemukan di dada dan beberapa bagian tubuh lainnya.
Namun, asal muasal dan penyebab luka ini masih menjadi misteri.
“Kami menanyakan terkait kekerasan akibat benda tumpul itu. Apakah itu benda tumpul yang pasif atau aktif? Ini pun tidak bisa dijawab oleh pihak penyidik. Tentang benda tumpul yang ada luka benda tumpul yang ada di dada korban,” kata Nicolay.
Nicolay menegaskan pentingnya mengetahui apakah benda tumpul itu merupakan hantaman aktif atau pasif, untuk memastikan penyebab kematian.
“Kalau benda tumpul itu pasif, itu si korban yang datang membenturkan dirinya di benda tumpul, sehingga timbullah luka akibat benda tumpul. Kalau benda tumpul itu aktif, benda tumpul itu dilakukan oleh seseorang untuk menghantam almarhum,” jelas dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: autopsi
-
/data/photo/2025/11/27/692820d71837e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Keluarga Akan Bawa Dokter Forensik Tandingan untuk Periksa Ulang Jasad Arya Daru Megapolitan 27 November 2025
-

Temuan Gas Pembasmi Hama di Balik Kematian 4 Turis Jerman
Jakarta –
Sekeluarga asal Jerman ditemukan tewas saat berlibur di Istanbul, Turki. Penyebab kematian 4 orang turis Jerman itu diduga karena keracunan gas insektisida atau pembasmi hama.
Dilansir AFP, Rabu (26/11/2025), kasus yang menggegerkan publik ini awalnya dicurigai sebagai kematian akibat keracunan makanan. Namun belakangan terungkap bahwa keempat turis yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anaknya yang masih kecil itu kehilangan nyawa akibat keracunan zat kimia.
Laporan stasiun televisi independen Halk TV dan situs berita T24, yang mengutip laporan autopsi yang diserahkan ke kantor kejaksaan Istanbul, pada Selasa (25/11) menyebutkan bahwa meskipun tidak ditemukan zat berbahaya dalam makanan yang mereka santap, penyelidikan telah “mendeteksi keberadaan gas fosfin yang kuat”.
Temuan ini tampaknya mengonfirmasi teori bahwa turis sekeluarga itu meninggal setelah terpapar insektisida beracun akibat perawatan pengendalian hama yang digunakan oleh hotel tempat mereka menginap.
“Bukti telah ditemukan bahwa produk kimia ini digunakan oleh hotel,” sebut laporan tersebut, yang mengindikasikan adanya “bukti solid” bahwa keluarga itu “meninggal akibat gas fosfin”.
Gas fosfin merupakan gas yang sangat beracun, yang biasa digunakan dalam sintesis industri dan fumigasi untuk membasmi hama.
Setelah jatuh sakit bersama-sama pada 12 November lalu, empat turis itu meninggal dunia dalam rentang beberapa hari. Dua anak berusia tiga tahun dan enam tahun menjadi yang pertama meninggal, diikuti oleh sang ibu dan kemudian sang ayah.
Para penyelidik Turki awalnya mencurigai adanya keracunan makanan, karena keluarga itu jatuh sakit setelah mengunjungi kawasan wisata Ortakoy untuk membeli jajanan kaki lima.
Namun kecurigaan itu meluntur setelah laporan media lokal Turki menyebut hotel yang menjadi tempat keluarga itu menginap sedang dilanda infestasi kutu busuk, dengan gas insektisida yang diyakini merembes ke dalam kamar mereka melalui saluran ventilasi di kamar mandi.
Hotel yang tidak disebut namanya itu telah ditutup, dan setidaknya 11 orang terkait kasus itu telah ditangkap oleh Kepolisian Turki.
Para penyelidik Kepolisian Istanbul, seperti dilaporkan Hurriyet News, juga menemukan bahwa sebuah kamar yang ada di lantai dasar hotel yang menjadi tempat keluarga itu menginap baru-baru ini disemprot pestisida.
Dua turis lainnya yang menginap di hotel yang sama, menurut laporan surat kabar lokal BirGun, telah dilarikan ke rumah sakit setempat pada Sabtu (15/11) setelah mengalami mual-mual dan muntah.
Surat kabar Turki lainnya, Cumhuriyet, melaporkan kedua turis yang dibawa ke rumah sakit itu berasal dari Italia dan Maroko. Sedangkan kantor berita Anadolu Agency menyebut kondisi keduanya tidak dalam bahaya.
Lihat juga Video: Aksi Sniper Senapan Angin Berburu Hama Tikus Penyebab Gagal Panen
Halaman 2 dari 2
(lir/lir)
-

Polisi Kuak Identitas Kerangka yang Ditemukan Petani di Hutan Temon Ponorogo
Ponorogo (beritajatim.com) – Sunyi hutan Desa Temon, Kecamatan Sawoo, mendadak berubah mencekam ketika seorang petani yang pulang dari ladang menemukan sesosok kerangka manusia tergeletak di antara daun kering. Temuan pada awal bulan atau tepatnya pada hari Jumat (7/11/2025) itu, langsung memantik tanda tanya besar. Yakni siapakah sosok yang telah lama menjadi bagian dari misteri hutan tersebut.
Wakapolres Ponorogo, Kompol Ari Bayuaji, memastikan temuan itu bukan sekadar kabar angin. Setelah melalui rangkaian identifikasi, kerangka tersebut dipastikan adalah Wagiman (67), petani asal Desa Suru, Kecamatan Sooko, yang dilaporkan hilang sebulan sebelumnya.
“Saksi yang pulang dari berladang melihat kerangka manusia tergeletak di tanah. Temuan itu kemudian dilaporkan kepada warga lain dan ke Polsek Sawoo serta Puskesmas Sawoo,” kata Kompol Ari, ditulis Rabu (26/11/2025).
Begitu laporan masuk, tim dari Satreskrim, Polsek Sawoo, dan Unit Identifikasi langsung bergerak ke lokasi. Di bawah rimbun pepohonan, mereka menemukan rangka manusia yang masih lengkap, ditemani sejumlah pakaian—baju batik, celana pendek hitam, jaket, dan sandal jepit. Penemuan benda-benda itu pun kemudian menjadi petunjuk awal penyelidikan.
Keesokan harinya, pencarian lanjutan membuka satu bukti tambahan. Yakni sebuah topi bergambar Spiderman yang tergeletak tak jauh dari lokasi awal. Bagi polisi, ini bukan sekadar barang, melainkan bagian penting untuk mengurai misteri identitas korban.
“Barang-barang itu kemudian dicocokkan dengan keterangan keluarga korban. Anak korban mengakui seluruh barang tersebut adalah milik almarhum yang hilang sejak sekitar satu bulan lalu,” jelas Ari.
Jejak hilangnya Wagiman sebenarnya sudah tercium sejak 7 Oktober 2025. Sang anak, Sugiyono, melapor ke Polsek Sooko pada 18 Oktober karena ayahnya tak kunjung pulang. Warga sekitar hutan Temon bahkan sempat beberapa kali melihat seorang pria tua berjalan sendirian di jalur hutan. Sosok itu belakangan yang kini diyakini sebagai Wagiman.
Ketika kerangka akhirnya ditemukan, misteri pun semakin menuju titik terang. Polisi kemudian membawa jasad tersebut ke RSUD dr. Harjono Ponorogo untuk diautopsi oleh tim forensik dari RS Bhayangkara Polda Jatim. Dari pemeriksaan medis, teka-teki terkait dugaan kekerasan langsung terjawab.
“Struktur tulang lengkap, jenis kelamin laki-laki, usia diperkirakan 50–70 tahun, tinggi badan 164–168 cm, dan tidak ditemukan bekas penganiayaan,” ujar Ari.
Tim identifikasi juga menemukan kecocokan dengan ciri fisik Wagiman. Yakni postur sedikit bungkuk, gigi ompong, dan bekas patah tulang pada iga kanan. Semua detail itu memperkuat kesimpulan polisi. Polisi pun memastikan kasus ini tidak mengarah pada tindak pidana. Wagiman diduga meninggal secara alami ketika berada di dalam hutan.
Lebih lanjut, kerangka Wagiman itu akhirnya resmi diserahkan kepada keluarga. Bagi mereka, ini adalah akhir dari pencarian panjang dan awal dari penerimaan kenyataan. “Keluarga sudah memastikan ciri-cirinya dan menerima hasil autopsi. Kerangka itu dipastikan adalah Saudara Wagiman,” pungkas Ari. (end/kun)
-

Fakta-fakta Pria Tewas gegara Sembelit Parah, Perutnya Dipenuhi 9 Kg Tinja
Jakarta –
James Stewart, pria berusia 41 tahun yang tinggal di rumah perawatan Clear Skies Ahead di Bazetta Township, Ohio, Amerika Serikat, meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan. Perutnya dipenuhi tinja yang telah mengeras dan menumpuk.
James diketahui memiliki disabilitas intelektual, riwayat sembelit kronis, serta mengonsumsi obat-obatan dengan efek samping gastrointestinal yang berat. Pihak keluarga menuding staf rumah perawatan lalai dalam menjalankan tugas, karena diduga mengabaikan tanda-tanda yang dialami James, mulai dari perut yang terus membesar, nyeri berulang, hingga munculnya memar.
Menurut hasil penyelidikan, James sudah sebulan penuh tidak bisa buang air besar. Pada 15 November 2024, ia ditemukan pingsan di kamar tidurnya.
Saat dilarikan ke rumah sakit, kondisi James sudah kritis. Tim medis mendapati perubahan warna kulit pada perutnya, pembengkakan signifikan, serta perut yang teraba sangat keras.
Hasil autopsi menyebutkan usus besar James tersumbat tinja yang mengeras seberat lebih dari 9 kg. Kondisi ini memicu terjadinya tension pneumoperitoneum, yakni udara yang menumpuk di rongga perut akibat robekan kecil pada dinding ususnya.
“Tekanan di usus mendorong udara keluar ke rongga tubuhnya, dan itulah yang membunuhnya. James tidak seharusnya mati,” kata pengacara keluarga James, Matt Mooney, dikutip dari The Sun.
“Jika ia (James) diperlakukan dengan baik dan sesuai dengan perawatan, hal ini tidak akan terjadi,” sambungnya.
Kata Dokter soal Sembelit
Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, menjelaskan sembelit bisa disebabkan berbagai faktor, mulai dari pola makan, kurang asupan serat, kurang aktivitas. Bisa juga karena terlalu sering menahan buang air besar (BAB), mengonsumsi obat-obatan tertentu, kehamilan, stres, dan penyakit lain yang bisa memicu sembelit.
“Bila seseorang mengalami sembelit, sebaiknya segera datang ke dokter atau RS terdekat untuk mencari tahu apa penyebabnya dan dilakukan tatalaksana sesuai penyebabnya,” katanya pada detikcom, Senin (24/11/2025).
Bisakah Sembelit Memicu Kematian?
dr Aru mengungkapkan sembelit bisa saja menyebabkan kematian. Terlebih jika terjadi komplikasi, salah satunya penyumbatan usus yang parah.
“Terutama bila terjadi komplikasi, seperti penyumbatan usus yang parah, perforasi (usus robek), atau infeksi yang mengancam jiwa. Dan komplikasi ini sangat berisiko, terutama pada lansia,” jelasnya.
Saat sembelit, seseorang akan kesulitan untuk BAB. Jika terjadi dalam waktu yang lama, akan terjadi penumpukan feses di usus karena tidak bisa dikeluarkan.
“Feses yang menumpuk tidak bisa keluar, lama-kelamaan akan menimbulkan obstruksi atau sumbatan yang bisa menyebabkan kematian,” tambah dr Aru.
Banyaknya feses yang menumpuk di perut dapat memicu terjadinya tension pneumoperitoneum. Itu merupakan kondisi saat udara terperangkap di rongga perut hingga menimbulkan tekanan tinggi.
“Sembelit yang kronis juga bisa menyebabkan perforasi, yang akibatnya menjadi tension pneumoperitoneum. Dan kondisi seperti ini sangat mengancam jiwa,” beber dr Aru.
Sebenarnya, kondisi ini masih bisa diselamatkan. Tentunya jika segera ditangani, salah satunya melalui tindakan operasi.
Tanda-tanda Sembelit Kronis
dr Aru juga mengingatkan tanda-tanda sembelit yang sudah kronis atau parah dan perlu segera ditangani. Mulai dari feses yang keras.
“Tanda-tandanya sembelit kronis adalah BAB yang kurang dari 3 hari sekali dalam seminggu, dan sudah dialami lebih dari 3 bulan. Di mana fesesnya keras dan kadang tidak tuntas, sebaiknya segera diwaspadai,” pungkasnya.
Halaman 2 dari 3
Simak Video “Video: Konsumsi Yogurt Dapat Turunkan Risiko Kanker Usus”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc) -

Turis China yang Tewas di Bali Dipastikan Tak Keracunan, Ini Dugaan Sementara
Badung –
Polres Badung telah melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap turis China, Deqinzuoga, yang tewas di Clandestino Hotel, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Bali. Polisi memastikan korban tidak keracunan.
“Setelah dilakukan pemeriksaan laboratoris kriminalistik bahwa bahasa racun itu sudah tidak terdeteksi dalam pemeriksaan laboratoris kriminalistik. Jadi, racun, pestisida, arsen, sianida maupun metanol, dan alkohol tidak terdeteksi. Sehingga, bahasa yang berkembang, racun itu sudah terpatahkan secara scientific investigation,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Badung, AKP Azarul Ahmad, di kantornya, dilansir detikBali, Senin (24/11/2025).
Dokter Instalasi Forensik dan Pemulasaraan Jenazah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah, Denpasar, Kunthi Yulianti, menjelaskan telah mengambil sampel dari beberapa organ korban, termasuk darah, urine, cairan lambung, hati, paru-paru, dan ginjal, untuk diperiksa di Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Bali. Hasilnya, tidak ditemukan senyawa beracun.
“Tidak ditemukan adanya pestisida pada seluruh sediaan. Juga pada seluruh sediaan tidak ditemukan atau tidak terdeteksi adanya narkoba. Untuk metanol dan etanol juga tidak ditemukan pada seluruh sediaan,” ujar Kunthi.
“Maka saya menyimpulkan bahwa secara pasti sebab kematian ini memang masih abu-abu begitu ya. Tetapi, secara pemeriksaan makroskopis saya dari autopsi bahwa sebab kematian karena iritasi saluran pencernaan yang menimbulkan diare dan mengakibatkan kekurangan cairan dan elektrolit tidak dapat disingkirkan,” jelas Kunthi.
Baca selengkapnya di sini
(idh/idn)
-

Tension Pneumoperitoneum, Kondisi Dialami Pria Tewas dengan 9 Kg Tinja di Perutnya
Jakarta –
James Stewart (41), pria asal Ohio, Amerika Serikat, meninggal dengan 9 kg tinja yang memenuhi perutnya. Saat diperiksa, perutnya tampak memar, membengkak, dan terasa sangat keras.
Ia diketahui memiliki riwayat sembelit parah serta mengonsumsi obat-obatan yang dapat menimbulkan efek samping gastrointestinal berat. Hasil autopsi menunjukkan bahwa usus besarnya tersumbat tinja yang mengeras, hingga akhirnya memicu tension pneumoperitoneum. Sebenarnya, kondisi apakah itu?
Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, menjelaskan tension pneumoperitoneum adalah kondisi ketika udara terperangkap di rongga perut hingga menimbulkan tekanan tinggi. Salah satu penyebabnya adalah perforasi atau robeknya usus.
“Sembelit yang kronis juga bisa menyebabkan perforasi, yang akibatnya menjadi tension pneumoperitoneum. Dan kondisi seperti ini sangat mengancam jiwa,” tuturnya saat dihubungi detikcom, Senin (24/11/2025).
Menurut dr Aru, kondisi ini sebenarnya masih dapat diselamatkan jika ditangani segera oleh tim medis, salah satunya melalui tindakan operasi.
“Ya masih bisa, asal tidak terlambat,” tegasnya.
Tension pneumoperitoneum merupakan kondisi yang jarang terjadi, tetapi sangat berbahaya. Dikutip dari laman Cureus, udara yang terakumulasi di rongga perut di bawah tekanan tinggi dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen, mengganggu aliran darah, serta menghambat fungsi organ.
Gejalanya dapat berupa distensi perut mendadak, nyeri hebat, hingga ketidakstabilan hemodinamik seperti hipotensi (tekanan darah rendah).
dr Aru juga mengingatkan tanda-tanda sembelit kronis yang perlu diwaspadai, termasuk feses yang sangat keras.
“Tanda-tandanya sembelit kronis adalah BAB yang kurang dari 3 hari sekali dalam seminggu, dan sudah dialami lebih dari 3 bulan,” beber dr Aru.
“Di mana fesesnya keras dan kadang tidak tuntas. Sebaiknya segera diwaspadai,” sambungnya.
(sao/suc)
-

Pria Meninggal dengan 9 Kg Tinja di Perutnya, Dokter Ungkap Kemungkinan Penyebabnya
Jakarta –
Seorang pria berusia 41 tahun di Ohio, Amerika Serikat, meninggal dunia akibat sembelit ekstrem yang terjadi selama satu bulan. Kondisi itu menyebabkan adanya penyumbatan pada usus besar, dengan massa atau berat feses (tinja) mencapai 9 kg.
Pria bernama James Stewart meninggal dunia pada 15 November 2024. Tim medis melihat adanya perubahan warna pada perut, pembengkakan ekstrem, dan terasa kaku saat disentuh.
Menurut hasil autopsi, usus besar James tersumbat tinja yang mengeras seberat 9 kg. Benarkah sembelit bisa menyebabkan kematian?
Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, menjelaskan sembelit bisa saja menyebabkan kematian. Terutama bila terjadi komplikasi, seperti penyumbatan usus yang parah.
“Sembelit bisa menyebabkan kematian, terutama bila terjadi komplikasi, seperti penyumbatan usus yang parah, perforasi (usus robek), atau infeksi yang mengancam jiwa,” jelas dr Aru saat dihubungi detikcom, Senin (24/11/2025).
“Dan komplikasi ini sangat berisiko, terutama pada lansia,” lanjutnya.
dr Aru mengungkapkan saat sembelit, seseorang akan kesulitan untuk buang air besar atau mengeluarkan tinja. Jika terjadi dalam waktu yang lama, akibatnya akan terjadi penumpukan feses di usus akibat tidak bisa dikeluarkan yang dapat menyebabkan kematian.
“Feses yang menumpuk tidak bisa keluar, lama-kelamaan akan menimbulkan obstruksi atau sumbatan,” kata dr Aru.
Penyebab Sembelit
dr Aru mengatakan sembelit bisa disebabkan berbagai faktor. Mulai dari pola makan, kurang asupan serat, kurang aktivitas atau gerak.
Bisa juga karena terlalu sering menahan keinginan untuk buang air besar (BAB), obat-obatan tertentu, kehamilan, beberapa, stres, dan beberapa penyakit yang bisa memicu sembelit.
Jika itu terjadi, dr Aru menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit terdekat.
“Ini dilakukan untuk mencari apa penyebabnya dan dilakukan tatalaksana sesuai dengan penyebab sembelit tersebut,” pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
(sao/suc)
-
/data/photo/2025/11/24/6923ec765f1e9.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Update Kematian Dosen Muda Untag, Istri Sah AKBP Basuki Disebut Memberikan Kesaksian Regional 24 November 2025
Update Kematian Dosen Muda Untag, Istri Sah AKBP Basuki Disebut Memberikan Kesaksian
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com –
Istri sah AKBP Basuki dikabarkan memberikan kesaksian ke Polda Jawa Tengah setelah kasus meninggalnya Dwinanda Linchia Levi (35) menyita perhatian publik.
Levi, dosen Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, ditemukan tewas di sebuah kostel kawasan Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11/2025).
Dosen muda tersebut ditemukan tanpa busana di kamar yang juga dihuni oleh
AKBP Basuki
, yang diketahui telah berkeluarga.
Kabid Humas
Polda Jawa Tengah
, Kombes Pol Artanto, tidak membantah kabar mengenai pemeriksaan terhadap istri sah AKBP Basuki.
“Untuk saat ini saya belum mendapatkan informasi tersebut, saya harus konfirmasi dengan penyidik apakah sudah dilakukan pemeriksaan terhadap istri dari AKBP B ini dan tentunya ini kita menunggu hasil dari penyidik,” kata Artanto di kantornya, Senin (24/11/2025).
Artanto memastikan sudah ada tiga orang yang diperiksa, termasuk AKBP Basuki sebagai saksi kunci.
“Kemudian dari penjaga kostel dan kakak almarhumah itu sendiri,” ujarnya.
Penyidik juga menganalisis rekaman CCTV kostel yang dinilai memiliki peran penting untuk mengungkap penyebab kematian dosen tersebut.
“Termasuk ponsel korban dan ponsel AKBP B,” ungkap Artanto.
Ketua tim hukum korban dari Untag, Agus Widodo, mengatakan pihak kampus terpukul atas kabar kematian Levi.
Informasi meninggalnya dosen itu baru diterima kampus sekitar pukul 14.30 WIB, padahal korban ditemukan sekitar pukul 05.30 WIB.
“Karena ditemukan sejumlah kejanggalan dalam kematian almarhumah, Dekan FH Untag lalu meminta kepolisian melakukan autopsi lengkap, termasuk pemeriksaan forensik digital,” ujar Agus.
Levi telah mengajar di
Untag Semarang
sejak 2022 dan tinggal di kostel tersebut selama dua tahun terakhir.
Tim hukum dibentuk untuk mencari keadilan dan mengungkap penyebab kematiannya.
Anggota Tim Hukum, Edi Pranoto, menyoroti selisih waktu hampir sembilan jam antara ditemukannya Levi dan penyampaian informasi kepada kampus.
Menurutnya, jeda tersebut memunculkan dugaan yang harus diuji secara hukum. Ia menegaskan pentingnya pemeriksaan menyeluruh, termasuk forensik dan digital forensik.
“Kami ingin memastikan seluruh proses tidak berhenti di satu titik, tetapi ditangani secara menyeluruh hingga benar-benar terang,” kata Edi.
Edi menyebut pemeriksaan digital diperlukan untuk menelusuri rekam jejak komunikasi Levi, aktivitas terakhir di lokasi, serta pihak-pihak yang berinteraksi dengannya.
Tim hukum juga menyoroti penempatan AKBP Basuki di tempat khusus (patsus) oleh Propam Polda Jawa Tengah. Menurut mereka, langkah tersebut perlu ditelusuri karena diduga berkaitan dengan penyelidikan kasus Levi.
“Kami tidak bisa begitu saja percaya pada hasil visum luar maupun dalam. Tujuan tim hukum ini dibentuk untuk mengawal dan menuntut kebenaran secara objektif dan materiil,” tegas Kastubi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5423769/original/087203200_1764082267-1000786924.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)