Topik: APBN

  • Sri Mulyani Kenalkan Tol Batang-Semarang, Ini Sumber Dananya

    Sri Mulyani Kenalkan Tol Batang-Semarang, Ini Sumber Dananya

    Jakarta

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pembangunan Jalan Tol Batang-Semarang didukung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dan penjaminan melalui PT PII (Persero).

    Sri Mulyani mengatakan proyek yang identik dengan ciri khas berupa Jembatan Kali Kuto berwarna merah itu dapat memangkas waktu lebih singkat untuk para pemudik.

    “Dengan adanya Jalan Tol Batang-Semarang, konektivitas masyarakat semakin mudah, waktu tempuh juga jauh lebih singkat,” kata Sri Mulyani dalam unggahannya di Instagram resmi, Rabu (2/4/2025).

    Jalan Tol Batang-Semarang membentang sepanjang 75 kilometer (km) sebagai bagian dari Jalan Tol Trans Jawa. Kehadirannya menghubungkan tiga wilayah yakni Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal dan Kota Semarang.

    Sepanjang Jalan Tol Batang-Semarang, tersedia empat rest area yang membuat pemudik semakin nyaman. Proyek ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).

    Sebagai informasi, jalan tol ini diresmikan di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Proyek ini selesai sepenuhnya pada 2018.

    “Saya yakin banyak di antara kita di momen mudik ini yang sempat melintasi dan mengagumi keindahannya,” ucap Sri Mulyani.

    (kil/kil)

  • Zulhas Sebut 70.000 Koperasi Merah Putih Beroperasi Juli

    Zulhas Sebut 70.000 Koperasi Merah Putih Beroperasi Juli

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan sebanyak 70.000 koperasi desa (Kopdes) Merah Putih sudah terbentuk dan mulai beroperasi pada Juli 2025.

    Zulhas menyatakan saat ini pihaknya tengah menunggu Instruksi Presiden (inpres) terkait pembentukan kopdes Merah Putih, yang bertujuan untuk mempercepat rantai pasok dari kota ke desa.

    “Mungkin Juni-Juli udah bisa 70 ribu. Jadi, koperasi ini akan memangkas rantai pasok desa bisa langsung ke kota. Barang dari kota bisa langsung ke desa,” kata Zulhas, dikutip dari Antara, Senin (31/3/2025).

    Nantinya, pembiayaan diberikan kepada koperasi berkisar Rp3 miliar – Rp5 miliar, yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk pinjaman bagi anggota koperasi, serta untuk menyerap hasil panen para petani, sehingga dapat memacu ekonomi di level desa.

    “Tapi, dari mana sumbernya, APBD atau APBN, lagi kita matangkan,” ujar Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini.

    Menurut Zulhas, untuk inpres pembentukan kopdes Merah Putih akan rampung selama satu bulan.

    “Mudah-mudahan sebulan selesai,” kata dia pula.

    Sebelumnya, Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi memastikan koperasi desa Merah Putih dikelola dengan transparan, akuntabel, dan profesional.

    “Kita juga ingin ini prudent, karena saya berkali-kali wanti-wanti, koperasi desa Merah Putih ini harus dikelola dengan transparan, profesional, dan akuntabel,” kata Menkop.

    Lebih lanjut, Budi mengingatkan bahwa tata kelola koperasi desa Merah Putih ini nantinya harus tepat dan baik, sehingga, regulasi dan landasan hukumnya harus kuat.

    Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Tata Cara Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih. 

    Program ini merupakan inisiatif Presiden Prabowo Subianto dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional dan mempercepat pengentasan kemiskinan di desa.

    Dalam SE tersebut, Presiden Prabowo menargetkan pembentukan 70.000 koperasi desa yang akan diluncurkan secara resmi pada 12 Juli 2025, bertepatan dengan Hari Koperasi Nasional.

    “Arahan ini dipertegas dalam rapat terbatas dengan menetapkan target pembentukan 70.000 koperasi desa di seluruh Indonesia, yang akan diluncurkan secara resmi pada 12 Juli 2025 bertepatan dengan peringatan Hari Koperasi Nasional,” demikian isi SE tersebut dikutip, Rabu (19/3/2025).  

    Adapun, proses pembentukan koperasi ini telah dimulai sejak Maret 2025 dan akan berlangsung hingga Juni 2025 dengan tahapan yang diawali dengan sosialisasi dan persiapan yang  dilakukan kepada pemerintah daerah hingga tingkat desa.   

    Nantinya, akan ada musyawarah desa sehingga setiap desa yang ditargetkan mengadakan musyawarah untuk menyepakati pendirian koperasi.   

  • Apa Tugas Utusan Khusus Prabowo? Lengkap dengan Gajinya yang Bebani APBN

    Apa Tugas Utusan Khusus Prabowo? Lengkap dengan Gajinya yang Bebani APBN

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden Prabowo Subianto telah menunjuk sejumlah utusan khusus untuk membantu menjalankan tugas-tugas kepresidenan.

    Utusan khusus ini memiliki peran penting dalam menjembatani komunikasi dan melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden.

    Daftar Utusan Khusus Presiden

    Presiden Prabowo Subianto telah menunjuk beberapa tokoh sebagai utusan khusus presiden. Berikut adalah daftar Utusan Khusus Presiden yang telah dilantik pada 22 Oktober 2024:

    1. Muhamad Mardiono, sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan.

    2. Setiawan Ichlas, sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Perbankan.

    3. Raffi Farid Ahmad alias Raffi Ahmad, sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni.

    4. Ahmad Ridha Sabana, sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Ekonomi Kreatif dan Digital.

    5. Mari Elka Pangestu, sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral.

    6. Zita Anjani, sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata.  

    Utusan Khusus Presiden dapat berasal dari Pegawai Negeri Sipil atau Non-Pegawai Negeri Sipil. Pengangkatan dan tugas pokok Penasihat Khusus Presiden dan Utusan Khusus Presiden ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

    Tugas Utusan Khusus Presiden

    Tugas-tugas Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto sangat beragam, tergantung pada bidang keahlian dan penugasan yang diberikan. Secara umum, tugas-tugas mereka meliputi:

    1. Menjalin Komunikasi Internasional

    Utusan khusus bertugas untuk menjalin komunikasi dengan pemimpin negara lain, organisasi internasional, dan pihak-pihak terkait lainnya. Mereka mewakili Presiden dalam berbagai forum internasional dan pertemuan penting.

    Presiden Prabowo Subianto (kanan) memberikan selamat kepada Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni Raffi Farid Ahmad (tengah) usai upacara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Selasa (22/10/2024). Presiden Prabowo melantik Ketua Mahkamah Agung (MA) serta Kepala Badan, Gubernur Lemhanas, Utusan Khusus Presiden, Penasihat Khusus Presiden, dan Staf Khusus Presiden pada Kabinet Merah Putih 2024-2029. Antara/Sigid Kurniawan

    2. Melaksanakan Misi Khusus

    Presiden dapat menugaskan utusan khusus untuk melaksanakan misi-misi khusus, seperti negosiasi perdamaian, penyelesaian konflik, atau kerja sama ekonomi. Misi-misi ini seringkali bersifat sensitif dan membutuhkan keahlian khusus.

    3. Memberikan Masukan dan Saran

    Utusan khusus memberikan masukan dan saran kepada Presiden dalam bidang keahlian mereka.
    Mereka membantu Presiden dalam mengambil keputusan penting terkait kebijakan luar negeri, ekonomi, atau bidang lainnya.

    4. Menjaga Hubungan Bilateral

    Utusan khusus juga bertugas untuk menjaga dan mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara sahabat.

    Gaji Utusan Khusus Presiden

    Berdasarkan informasi yang tersedia, Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto menerima hak keuangan yang setara dengan menteri negara. Berikut rinciannya:

    Tunjangan: Sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 68 Tahun 2001, tunjangan jabatan seorang menteri adalah sebesar Rp13.608.000 per bulan.

    Gaji Pokok: Sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2000, gaji pokok seorang menteri adalah sebesar Rp5.040.000 per bulan.

    Total: Jika dijumlahkan, total penerimaan seorang utusan khusus presiden mencapai sekitar Rp18.648.000 per bulan.

    Perlu dicatat bahwa angka ini dapat bervariasi tergantung pada peraturan yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.

    Implikasi Anggaran

    Penunjukan Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto memang menimbulkan pertanyaan terkait implikasi anggarannya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Berikut adalah beberapa poin yang perlu diperhatikan:

    Hak Keuangan Setara Menteri

    Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2024, Utusan Khusus Presiden berhak memperoleh fasilitas dan hak keuangan yang setara dengan menteri negara. Hal ini mencakup gaji pokok, tunjangan jabatan, dan kemungkinan dana operasional.

    Beban APBN

    Dengan hak keuangan yang setara menteri, penunjukan utusan khusus tentu menambah beban APBN. Besaran beban ini tergantung pada jumlah utusan khusus yang ditunjuk dan alokasi dana operasional yang diberikan.

    Transparansi dan Akuntabilitas

    Penting untuk memastikan bahwa penggunaan anggaran ini dilakukan secara transparan dan akuntabel. Publik berhak mengetahui rincian anggaran yang dialokasikan untuk utusan khusus dan bagaimana dana tersebut digunakan.

    Pertimbangan Efektivitas

    Efektivitas kinerja utusan khusus perlu menjadi pertimbangan utama dalam menilai beban anggaran. Jika utusan khusus mampu memberikan kontribusi signifikan bagi negara, maka beban anggaran tersebut dapat dianggap sebagai investasi yang berharga.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Menko Zulhas sebut 70 ribu kopdes Merah Putih terbentuk pada Juli

    Menko Zulhas sebut 70 ribu kopdes Merah Putih terbentuk pada Juli

    Koperasi ini akan memangkas rantai pasok desa bisa langsung ke kota. Barang dari kota bisa langsung ke desa

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan sebanyak 70 ribu koperasi desa (Kopdes) Merah Putih sudah terbentuk dan mulai beroperasi pada Juli 2025.

    Saat ditemui di Jakarta, Senin, Zulhas menyatakan saat ini pihaknya tengah menunggu instruksi presiden (inpres) terkait pembentukan kopdes Merah Putih, yang bertujuan untuk mempercepat rantai pasok dari kota ke desa.

    “Mungkin Juni-Juli udah bisa 70 ribu. Jadi, koperasi ini akan memangkas rantai pasok desa bisa langsung ke kota. Barang dari kota bisa langsung ke desa,” kata Zulhas.

    Ia menyatakan untuk pembiayaan yang diberikan kepada koperasi yakni di kisaran angka Rp3-5 miliar, yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk pinjaman bagi anggota koperasi, serta untuk menyerap hasil panen para petani, sehingga dapat memacu ekonomi di level desa.

    “Tapi, dari mana sumbernya, APBD atau APBN, lagi kita matangkan,” ujarnya

    Menurut dia, untuk inpres pembentukan kopdes Merah Putih akan rampung selama satu bulan.

    “Mudah-mudahan sebulan selesai,” kata dia pula.

    Sebelumnya, Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi memastikan koperasi desa Merah Putih dikelola dengan transparan, akuntabel, dan profesional.

    “Kita juga ingin ini prudent, karena saya berkali-kali wanti-wanti, koperasi desa Merah Putih ini harus dikelola dengan transparan, profesional, dan akuntabel,” kata Menkop.

    Lebih lanjut, Budi mengingatkan bahwa tata kelola koperasi desa Merah Putih ini nantinya harus tepat dan baik, sehingga, regulasi dan landasan hukumnya harus kuat.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Nenek 75 Tahun Sukses Bangun Usaha Olahan Lidah Buaya

    Nenek 75 Tahun Sukses Bangun Usaha Olahan Lidah Buaya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kisah inspiratif datang dari berbagai pihak, termasuk Warsiti, seorang nenek berusia 75 tahun yang berhasil mengembangkan usaha olahan tanaman lidah buaya (Aloe vera) dari nol hingga berhasil menjualnya ke berbagai daerah di Indonesia.

    Meski usianya kini 75 tahun, semangat nenek Warsiti untuk terus berinovasi dan memperkenalkan produk lokal tidak pernah surut. Kegigihannya patut menjadi inspirasi, terutama bagi generasi muda, untuk tidak takut mengejar impian dan berani memulai dari yang kecil. Tekad dan usaha yang gigih membuat segala hal mungkin tercapai.

    Warsiti memulai bisnis dari usaha membuat pupuk organik dari sampah-sampah dapur rumah tangga pada 2006. Dia lalu mencoba menanam lidah buaya karena memiliki beragam manfaat. Ia tak mengira pupuk organiknya membuat tanaman lidah buaya tumbuh subur.

    “Awalnya iseng-iseng ya, dari lima pot, kemudian saya ajak tetangga juga menanam,” katanya.

    Seiring bertambahnya waktu dan banyaknya lidah buaya, Warsiti mulai berinovasi dan mencoba mengolahnya menjadi minuman sesuai dengan literatur yang ia baca.

    Warsiti yang tergabung dalam kelompok wanita tani mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan pihak kecamatan. Warsiti pun mencoba membuat serbuk lidah buaya. Dia berkali-kali gagal membuatnya hingga akhirnya berhasil. Serbuk lidah buaya pun dijual. Tak disangka, lidah buaya di tangannya laku terjual hingga menemukan harapan besar memajukan ekonominya.

    Dia pun mengajak tetangga untuk membudidayakan lidah buaya karena memiliki nilai ekonomi. Beberapa orang tertarik untuk bergabung.

    Untuk mengembangkan usahanya, Warsiti membutuhkan modal. Dia mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) ke PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebesar Rp 5 juta. Modal itu digunakan untuk membeli bahan baku dan pengemasan.

    Tidak hanya mendapat modal kerja, Warsiti mengaku kerap diajak mengikuti pameran yang digelar oleh bank BUMN tersebut. Kesempatan itu digunakan untuk menawarkan produk lidah buayanya. Akhirnya pada 2010, rekan Warsiti yang merupakan agen obat herbal bersedia mendistribusikan produk lidah buayanya.

    Semula, dia membuat kemasan serbuk lidah buaya dalam botol berukuran 150 mililiter (ml). Kemudian, ada permintaan untuk membuat kemasan 250 ml. Pasokan utama lidah buaya produksinya berasal dari tetangganya. Ia membelinya dengan harga bervariasi, tergantung kualitasnya, mulai Rp 3.000 per kg sampai Rp 7.000 per kg.

    Sertifikat HKI

    Warsiti aktif mengikuti pelatihan dan pameran UMKM yang digagas BRI serta lembaga lain. Bahkan, dia sempat mengikuti pameran produk di mancanegara, seperti di Brunei Darussalam dan Singapura. Atas pengalaman panjangnya, Warsiti mendirikan toko bernama FaFa, diambil dari nama depan kedua cucunya.

    Produk lidah buaya Warsiti telah mendapat sertifikasi Halal. Ia lalu mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat hak kekayaan intelektual (HKI) pada 2015. Masa berlakunya 10 tahun dan saat ini sedang dalam proses perpanjangan. Pada 2020, Warsiti mendirikan perseroan terbatas (PT) perorangan dengan nama PT Ummi Aloe Vera Indonesia.

    Dia pun terus berinovasi dengan lidah buaya. Produk minuman segar lidah buaya hingga beberapa jenis makanan ringan yang mengandung lidah buaya ikut dipasarkan. Serbuk instan lidah buaya dijual dengan harga Rp 30.000, sari lidah buaya ukuran 0,5 kg Rp 20.000, dan minuman Rp 10.000 per botol.

    “Penghasilan dari serbuk lidah buaya sekitar Rp20 juta per bulan,” katanya.

    Warsiti juga sudah mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2023. Izin edar ini berlaku selama 5 tahun. 

    Nenek berusia 75 tahun ini ingin mewarisi bisnis lidah buaya kepada cucu pertamanya. Saat ini, sang cucu kerap mendampinginya dalam berbagai pertemuan UMKM. Bahkan, cucunya pernah mengikuti pameran produk UMKM di Turki pada 2020.

    Peran UMKM

    Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut UMKM memiliki peran penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8 persen yang menjadi target Presiden Prabowo Subianto. Jumlah UMKM saat ini mencapai 99 persen atau 64 juta unit usaha, dan kontribusinya mencapai 60 persen terhadap PDB dengan penyerapan tenaga kerja 97 persen.

    Sebagai upaya mendongkrak geliat ekonomi, pada 2025 pemerintah akan mengucurkan KUR sampai Rp 300 Triliun. Hal itu dilakukan sebagai upaya mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen.

    “Kerja sama perlu dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2028,” jelasnya.

    Pada kesempatan lain, Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, menyebut masih ada pekerjaan rumah untuk mengembangkan UMKM. Salah satunya, data yang belum terintegrasi. Saat ini belum ada data sentral untuk mendiagnosis masalah yang ada pada tubuh UMKM.

    Maman juga menyebutkan peluang besar bagi UMKM, termasuk usaha lidah buaya nenek berusia 75 tahun, yang dijamin pemerintah.  Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Dalam PP 7/2021, negara mewajibkan porsi belanja sebesar 40% bagi UMKM dari APBN/APBD.

  • Idul Fitri, Saba, dan Solidaritas Kebangsaan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        31 Maret 2025

    Idul Fitri, Saba, dan Solidaritas Kebangsaan Nasional 31 Maret 2025

    Idul Fitri, Saba, dan Solidaritas Kebangsaan
    Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI), Penulis Buku Politik Untuk Kemanusiaan
    LAKSANA
    musafir yang meniti gurun dengan kesabaran, kita baru saja melewati bulan penuh ujian, menahan diri dari hawa nafsu, dan membersihkan jiwa.
    Dalam suasana hari kemenangan, kita tidak sekadar merayakan pencapaian, tetapi juga menata rencana kemana akan melangkah setelah menjalani festival spiritual sepanjang bulan puasa.
    Idul Fitri
    adalah momen kembali suci. Kita telah melalui etape purifikasi. Pemurnian yang ditempuh sebulan penuh.
    Asabiyyah
    atau
    solidaritas
    sosial, adalah energi kolektif yang menjadi khazanah nilai Ramadhan.
    Kita menahan diri dari lapar dan dahaga bukan sekadar sebagai ritual fisik, tetapi untuk melatih kesabaran, mengekang ego, dan mengasah kepekaan. Kita berpuasa bukan semata untuk memetik benefit kesehatan, tetapi juga agar bisa merasakan keterbatasan orang lain.
    Kita menahan diri bukan hanya untuk mengendalikan hawa nafsu, tetapi agar memahami bahwa kita bukan pusat semesta. Dunia ini tidak selalu harus ditaklukkan dengan kekuatan, tetapi sering kali dengan kesabaran dan ketulusan.
    Sejarah menunjukkan bahwa kebangkitan dan kehancuran suatu peradaban selalu memiliki pola yang sama.
    Menyitir Ibnu Khaldun, kejayaan bangsa lahir dari
    asabiyyah
    atau solidaritas kolektif yang mengikat dan menggerakkan. Dengan semangat ini, peradaban besar lahir, membangun fondasi sosial yang kokoh, dan menorehkan namanya di panggung sejarah.
    Namun sejarah juga mencatat, kejayaan seringkali menjadi awal dari benih kejatuhan. Ibnu Khaldun memperingatkan bahwa kemakmuran, jika tidak dikelola dengan kebijaksanaan dan kesadaran kolektif, justru bisa menjadi awal kehancuran.
    Ketika suatu generasi terlena dengan kenyamanan, asabiyyah pun melemah. Rasa kebersamaan yang dahulu menjadi fondasi peradaban perlahan luntur, digantikan oleh individualisme, ketamakan, dan kemalasan.
    Tanpa disadari, peradaban mulai keropos sebelum akhirnya runtuh dari dalam.
    Ramadhan mengajarkan kita untuk kembali menguatkan solidaritas ini, agar kita tidak mengulang kesalahan sejarah.
    Kita diajak untuk menata kembali diri, memperbarui kebersamaan, dan menanamkan kembali semangat perjuangan. Sebab kejayaan sejati bukanlah sekadar soal kemakmuran, tetapi bagaimana kemakmuran itu dikelola dengan nilai-nilai yang menjaga peradaban tetap hidup.
    Lihatlah bagaimana negeri Saba’, yang digambarkan Al-Qur’an sebagai negeri yang makmur, kaya raya dan berlimpah sumber daya, akhirnya hancur karena kesombongan dan kehilangan solidaritas.
    Saba’ diberkahi dengan tanah subur, kebun-kebun anggur dengan hasil panen melimpah, dan kehidupan aman dan tenteram. Namun, penduduk negeri Saba’ kehilangan dimensi spiritual.
    Situasi kehidupan yang bergelimang kemewahan sumber daya alam membuat mereka lupa diri. Penduduk Saba’ mengabaikan nubuat. Mereka terlena. Lalu mulai berbuat melampaui batas.
    Perilaku itu diilustrasikan dalam Al-Qur’an pada Surah Saba’ ayat 15-17. Mereka dikaruniai dua kebun yang subur di kanan dan kiri, tetapi ketika mereka enggan bersyukur dan menjaga harmoni sosial, Allah menimpakan banjir besar (
    sail al-arim
    ), yang menghancurkan infrastruktur pertanian mereka dan mengubah tanah yang dahulu subur menjadi wilayah gersang.
    Kita teringat dengan apa yang disebut oleh Richard Auty sebagai kutukan sumber daya alam (
    resource curse
    ). Yaitu situasi keberlimpahan yang menjelma menjadi bencana.
    Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah mengidentifikasi ini sebagai fase kemunduran. Ketika kemewahan melahirkan sikap malas, rakus, dan kehilangan daya juang.
    Inilah yang terjadi pada Saba’. Kesejahteraan tak lagi dipandang sebagai tanggung jawab, tetapi sebagai hak yang
    taken for granted
    , penduduknya mulai berfoya-foya, korupsi merajalela, penyimpangan moral dinormalisasi, dan semangat gotong royong terkikis oleh individualisme.
    Sejarawan Arnold J. Toynbee yang telah meneliti 26 peradaban sepanjang sejarah umat manusia, dalam karyanya
    A Study of History
    juga menyoroti pola serupa.
    Menurutnya, deklinasi suatu peradaban tidak semata disebabkan ancaman eksternal, tetapi lebih sering berakar pada dekadensi internal. Etos kerja yang hilang, penyimpangan moral, dan ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan tantangan zaman.
    Saba’ adalah contoh nyata dari apa yang Toynbee sebut sebagai
    suicidal state
    . Yaitu situasi di mana peradaban secara perlahan menghancurkan dirinya sendiri.
    Self destruction
    , karena kehilangan daya rekat solidaritas sosial serta nilai-nilai kebersamaan.
    Maka, sejarah Saba’ bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan peringatan bagi kita semua. Sebuah negeri yang makmur bisa saja jatuh dalam kehancuran yang perih jika rakyat dan pemimpinnya gagal menjaga keseimbangan antara kesejahteraan dan moralitas.
    Jika asabiyyah melemah, jika rasa syukur tergantikan oleh kesombongan, dan jika kemewahan melahirkan ketamakan, maka kehancuran hanyalah soal waktu.
    Lihatlah pula bagaimana kekaisaran besar seperti Romawi, Abbasiyah, dan Utsmaniyah meredup. Mereka tidak runtuh dalam semalam, tetapi melemah perlahan.
    Bukan karena serangan musuh, tapi lagi-lagi terjadi dari dalam. Dipicu oleh demoralisasi yang meruntuhkan spirit solidaritas.
    Bangsa yang dulu tangguh karena persatuan, akhirnya tercerai-berai oleh pertikaian. Mereka yang dulu memimpin dunia dengan ilmu dan kekuatan, pada akhirnya menjadi catatan kaki dalam sejarah. Tertinggal sebagai kenangan.
    Sejarah telah berulang kali membuktikan bahwa kejayaan tanpa penguatan solidaritas hanya akan menjadi ilusi.
    Hari ini, kita harus bertanya, di manakah asabiyyah kita sebagai bangsa? Apakah kita akan menjaga persatuan agar kekayaan anugerah sumber daya alam tetap lestari?
    Kita adalah bangsa yang dihadiahi anugerah melimpah. Jika Al Qur’an mengisahkan Saba’ dengan begitu indah sebagai negeri kaya raya, maka bangsa kita tidak perlu berimajinasi untuk membayangkan bagaimana wujud negeri Saba’. Karena Indonesia, lebih dari Saba’.
    Indonesia bukan hanya sekadar wilayah geografis, tetapi ekosistem raksasa yang menyimpan kekayaan alam tiada tara.
    Salah satu karunia terbesar yang dimiliki negeri ini adalah hutan tropisnya, hutan dengan biodiversitas terbesar di dunia, yang menjadi paru-paru planet biru ini. Menjadi rumah bagi kehidupan yang tak terhitung jumlahnya.
    Bayangkanlah, di jantung negeri ini, terbentang lebih dari 126 juta hektare hutan tropis yang menyimpan sekitar 15 persen seluruh spesies yang ada di dunia. Luas hutan tropis itu, setara dengan 59 persen luas daratan Indonesia.
    Setiap helai daun di hutan tropis itu, laboratorium alami yang menyimpan perbendaharaan misteri kehidupan. Setiap pohonnya adalah penjaga keseimbangan ekosistem global yang menyerap karbon dan menghasilkan oksigen. Dihirup manusia di seluruh dunia.
    Zamrud khatulistiwa ini adalah rumah yang ramah bagi lebih dari 300.000 spesies fauna dan flora. Dari orangutan yang lembut di Kalimantan, harimau Sumatera yang gagah, hingga burung cendrawasih yang anggun di Papua.
    Namun, lebih dari sekadar keanekaragaman hayati, hutan kita juga menjadi sumber kehidupan bagi jutaan penduduk yang bergantung pada hasil hutan. Mulai dari rotan, kayu, rempah-rempah, hingga obat-obatan herbal yang belum terungkap seluruh potensinya.
    Gunung-gunungnya tegak perkasa, menjulang laksana pilar raksasa yang menopang langit, menyimpan kekayaan yang tak terhitung nilainya. Emas, nikel, gas bumi, dan aneka mineral berharga terpendam di perut bumi Indonesia, menunggu untuk dikelola dengan kearifan.
    Namun, sebagaimana peradaban besar yang pernah ada, kekayaan ini juga membawa tantangan tersendiri.
    Seperti negeri Saba’ yang runtuh karena ketamakan dan hilangnya solidaritas, hutan tropis kita pun berada di bawah bayang-bayang ancaman.
    Pembalakan liar, kebakaran hutan, alih fungsi lahan, dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali mengancam kelangsungan ekosistem ini. Sinyal tentang kerusakan ekosistem semakin intens berdenting. Banjir, longsor dan gejala perubahan iklim makin sering terjadi.
    Indonesia saat ini berada di puncak kemakmuran ekologis. Kita tidak boleh melewatkan momentum tersebut. Namun, jika kita tidak bijak mengelolanya, maka berkah ekologis bisa berubah menjadi kutukan.
    Ibnu Khaldun mengingatkan, peradaban yang tidak mampu menjaga keseimbangan antara kemakmuran dan keberlanjutan akan menghadapi kehancuran.
    Di sinilah peran kepemimpinan menjadi kunci. Visi besar diperlukan untuk memastikan bahwa kekayaan alam Indonesia benar-benar digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 UUD 1945.
    Visi ini harus diwujudkan melalui strategi nyata, bukan sekadar retorika. Sejarah mengajarkan bahwa pemimpin bijak bukan hanya yang mampu mengelola kekayaan, tetapi juga yang mampu menjaga harmoni sosial dan solidaritas rakyatnya.
    Nabi Sulaiman, misalnya, tidak hanya dikenal karena kekuasaannya, tetapi juga karena kemampuannya mengintegrasikan teknologi, kesejahteraan, dan kebijaksanaan dalam satu kesatuan.
    Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, dalam semangat menjaga keberlanjutan peradaban, telah menginisiasi jihad konstitusional melalui Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Perubahan Iklim dan RUU Masyarakat Hukum Adat.
    Dua regulasi yang akan menjadi benteng bagi sumber daya alam Indonesia agar benar-benar dikelola untuk kepentingan bersama.
    Presiden menyadari bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa, bahkan melebihi negeri Saba’. Jika dikelola dengan baik dan berlandaskan prinsip keadilan, kesejahteraan rakyat bukan sekadar impian, melainkan keniscayaan.
    Dengan kekayaan alam melimpah, Indonesia seharusnya menjadi negeri yang mampu menjamin kebutuhan dasar seluruh warganya. Tidak ada lagi kelaparan, tidak ada lagi rakyat yang hidup dalam kemiskinan ekstrem.
    Gagasan itu merefleksikan visi besar Presiden Prabowo, menjadikan Indonesia sebagai negeri yang
    Baldatun Thayyibatun Warobbun Ghofur
    . Sebuah negara yang makmur dan diberkahi.
    Visi itu lantang dikumandangkan saat Presiden menyampaikan pidato perdana dalam momen pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, 20 Oktober 2024.
    Visi ini tidak hanya sekadar slogan, tetapi diterjemahkan dalam kebijakan konkret yang bertujuan mengentaskan kemiskinan, mempersempit jurang ketimpangan ekonomi, dan memastikan bahwa kesejahteraan bukan hanya dinikmati oleh segelintir kelompok elite, tetapi oleh seluruh rakyat Indonesia.
    Kita harus jujur mengakui, realitas yang terjadi selama bertahun-tahun menunjukkan jika kekayaan alam Indonesia justru seringkali menjadi sumber ketimpangan.
    Sebagian kecil kelompok menikmati keuntungan luar biasa dari eksploitasi sumber daya alam, sementara sebagian besar rakyat masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar.
    Pemerintahan Prabowo telah menabuh strategi kemakmuran yang berkeadilan, yaitu membangun Indonesia berdaulat secara ekonomi, sejahtera secara sosial, dan kokoh dalam solidaritas kebangsaan.
    Kesadaran akan pentingnya distribusi kekayaan yang lebih adil mendorong lahirnya kebijakan strategis yang menitikberatkan pada reformasi fiskal dan redistribusi sumber daya.
    Kedua langkah ini tidak hanya merupakan solusi teknokratis dalam pengelolaan ekonomi, tetapi juga merupakan manifestasi dari gagasan besar tentang keadilan sosial yang menjadi pondasi utama dalam membangun bangsa yang kuat dan mandiri.
    Reformasi kebijakan fiskal yang dijalankan oleh Presiden Prabowo bertumpu pada efisiensi anggaran sebagai pilar utama pembangunan inklusif.
    Selama ini, belanja negara kerap tersedot ke dalam birokrasi yang gemuk, program-program tumpang tindih, serta pengeluaran yang tidak selalu berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.
    Oleh karena itu, setiap rupiah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kini diarahkan dengan strategi lebih tepat guna agar menghasilkan manfaat maksimal bagi masyarakat luas.
    Salah satu wujud konkret dari kebijakan ini adalah program makan bergizi gratis, langkah revolusioner yang bertujuan memastikan bahwa setiap anak Indonesia mendapatkan akses gizi memadai.
    MBG bukan sekadar bentuk intervensi sosial jangka pendek, tetapi investasi besar bagi masa depan bangsa, karena kualitas gizi pada anak-anak terbukti berpengaruh langsung terhadap kecerdasan, produktivitas, dan daya saing mereka di masa depan.
    Efisiensi anggaran untuk menopang program ini dilakukan dengan memotong belanja yang tidak produktif, mengoptimalkan penerimaan negara melalui perbaikan sistem perpajakan, serta meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana publik.
    Dengan pendekatan ini, setiap pengeluaran diarahkan untuk bermanfaat bagi rakyat, bukan sekadar menggerakkan roda birokrasi.
    Prinsip pembangunan berbasis keadilan ditekankan, di mana negara hadir sebagai pihak yang menjamin bahwa setiap anak Indonesia, tanpa memandang latar belakang ekonomi, memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dengan sehat dan cerdas.
    Namun efisiensi anggaran saja tidak cukup jika struktur ekonomi masih tetap dikuasai oleh segelintir elite yang menikmati keuntungan besar dari kekayaan alam bangsa.
    Maka Presiden Prabowo mendorong kebijakan redistribusi sumber daya dengan cara yang lebih progresif.
    Salah satunya melalui pendistribusian izin usaha pertambangan kepada organisasi kemasyarakatan dan entitas sosial yang berkontribusi bagi pembangunan nasional.
    Demikian juga program terbaru Koperasi Merah Putih, diarahkan untuk menopang pilar distribusi ekonomi.
    Langkah ini merupakan koreksi terhadap ketimpangan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, di mana sektor pertambangan dan ekonomi lebih banyak dikuasai oleh korporasi besar, sementara masyarakat sekitar hanya menjadi penonton di tanah mereka sendiri.
    Dengan mengalihkan izin pengelolaan sumber daya alam kepada koperasi dan organisasi berbasis komunitas, pemerintah memastikan bahwa hasil kekayaan negara benar-benar kembali kepada rakyat.
    Kebijakan redistribusi ini tidak hanya sebatas mengeser kepemilikan, tetapi juga mencerminkan tekad untuk memberdayakan masyarakat lokal agar memiliki kendali yang lebih besar terhadap sumber daya di wilayah mereka.
    Dengan demikian, sumber daya alam tidak lagi menjadi alat eksploitasi segelintir kelompok, melainkan menjadi instrumen pemerataan kesejahteraan.
    Kombinasi antara reformasi fiskal dan redistribusi sumber daya menopang arsitektur kebijakan strategis yang saling melengkapi dalam agenda pembangunan Prabowo Subianto.
    Ketika anggaran negara dikelola dengan lebih efisien dan kekayaan alam didistribusikan secara lebih merata, hasilnya adalah perekonomian yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akan meningkat.
    Pada akhirnya, kebijakan ini bukan hanya soal angka dan statistik, tetapi juga tentang membangun kembali solidaritas kebangsaan.
    Ketika rakyat merasakan bahwa negara benar-benar berpihak kepada mereka, rasa cinta terhadap bangsa ini akan semakin kuat, dan asabiyyah yang menjadi pilar utama dalam teori peradaban Ibnu Khaldun, akan semakin kokoh.
    Dengan fondasi ekonomi yang lebih adil dan sistem sosial lebih solid, Indonesia dapat melangkah menuju masa depan sebagai negeri yang benar-benar makmur dan berkeadaban.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tol Padang-Sicincin Gratis buat Mudik Lebaran

    Tol Padang-Sicincin Gratis buat Mudik Lebaran

    Jakarta

    Pemerintah secara resmi membuka Tol Padang-Sicincin secara fungsional sebagai upaya mendukung mobilitas pada pemudik. Menteri Keuangan (Menkeu) mengungkapkan hingga 20 Maret 2025 realisasi anggaran pembangunan ruas Tol Padang-Sicincin sebesar Rp906,24 miliar.

    “Kini, jalan tol Padang-Sicincin sudah dibuka secara fungsional. Para pemudik yang menggunakan jalur darat menuju wilayah Sumatera Barat, bisa memilih opsi melewati jalan tol ini,” tulis keterangan unggahan Instagram resmi @smindrawari dikutip, Minggu (30/3/2025).

    Sri Mulyani mengatakan, tol sepanjang 35,9 kilometer ini dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan pendanaan dari Badan Layanan Umum (BLU). Hingga 20 Maret 2025, realisasi anggaran pembangunan proyek Tol ini mencapai Rp906, 24 miliar.

    “Jalan tol ini dibangun dengan APBN #UangKita melalui pendanaan dari @blu.Iman dengan realisasi anggaran sebesar Rp906,24 miliar hingga 20 Maret 2025,” katanya.

    Sri Mulyani mengabarkan bahwa pemerintah memberikan kebijakan khusus dengan menggratiskan penggunaan jalan tol ini selama periode Lebaran. Hal ini untuk meringankan biaya perjalanan serta memberikan kenyamanan lebih bagi pemudik yang menuju Sumatera Barat.

    “Kabar baiknya, para pemudik bisa melewati jalan tol Padang-Sicincin secara GRATIS pada periode mudik lebaran kali ini,” katanya.

    (kil/kil)

  • Pengamat Pastikan Wali Kota Depok Keliru soal Mobil Dinas Buat Mudik, Sebut Dedi Mulyadi Bisa Sanksi

    Pengamat Pastikan Wali Kota Depok Keliru soal Mobil Dinas Buat Mudik, Sebut Dedi Mulyadi Bisa Sanksi

    TRIBUNJAKARTA.COM – Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, memastikan kebijakan Wali Kota Depok, Supian Suri, soal izin mobil dinas dipakai aparataur sipil negara (ASN) mudik keliru.

    Diberitakan sebelumnya, Supian mengizinkan bawahannya menggunakan mobil dinas untuk mkudik.

    Menurut Agus, mobil dinas jelas fungsinya untuk menunjang pekerjaan dinas, bukan untuk urusan pribadi.

    Terlebih, pengadaan dan pemeliharaan mobil dinas dibiayai negara.

    “Jadi ini itu di mana-mana mobil dinas dibeli dengan APBN atau APBD, dan diperuntukkan hanya untuk pulang pergi ke kantor atau ke tempat yang urusannya dinas. Tidak boleh dipakai untuk urusan keluarga ke mana-mana, apalagi dipakai orang lain dipinjamkan,” ujar Agus saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Sabtu (29/3/2025).

    Selain itu, menurut Agus, jika terjadi kerusakan mobil dinas memiliki anggaran perawatan dari APBD.

    “Kalau untuk keluar kota untuk Lebaran ya jangan, nanti yang nanggung sparepart kalau rusak siapa? Masa negara?” katanya.

    Agus mengatakan, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bisa menyanksi Supian.

    “Karena itu kan Walikota, ya gubernurnya aja (yang memberikan sanksi). Ya Dedi aja cukup (untuk memberikan saksi),” ujar Agus.

    Alasan Supian Suri

    Sebelumnya diberitakan, alasan Supian mengizinkan mobil dinas dipakai mudik adalah sebagai apresiasi terhadap ASN penggunanya.

    “Kami mengizinkan kepada teman-teman yang memang dipercaya memegang kendaraan dinas (untuk dipakai bermudik),” kata Supian saat dikonfirmasi, Jumat (28/3/2025), dikutip dari Kompas.com.

    Supian menyampaikan, keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor, salah satunya kepemilikan kendaraan pribadi di kalangan ASN.

    Menurut Supian, sejumlah ASN tidak memiliki mobil sehingga kebijakannya itu diharapkan dapat membantu.

    “Pertama, ya enggak semua dari mereka (ASN) punya kendaraan, jadi diharapkan itu bisa membantu sebagai apresiasi pengabdian mereka selama ini, sehingga kami izinkan,” ungkap Supian.

    Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk memastikan para ASN dapat kembali ke Depok tepat waktu tanpa beralasan terkendala masalah transportasi.

    Di sisi lain, Supian menilai bahwa jika mobil dinas tidak dibawa, hal itu akan menambah beban pekerjaan karena mobil tersebut akan lepas dari pengawasan.

    Supian menegaskan bahwa mobil dinas yang hilang saat dibawa mudik menjadi tanggung jawab ASN yang membawanya.

     “Jika terjadi hal yang tidak diinginkan seperti hilang atau apa, ya itu tanggung jawab mereka, sehingga harus mengembalikan kerugian negara jika semisal itu terjadi,” kata Supian.

    Beda Sikap dengan Dedi Mulyadi

    Sikap Supian itu berbeda dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

    Dedi melarang ASN menggunakan mobil dinas untuk mudik lebaran.

    “Disarankan tidak bawa mobil kendaraan dinas ke kampungnya. Tapi kendaraannya disimpan di rumah, itu yang pertama,” ujar Dedi Mulyadi, Kamis (20/3/2025), dikutip dari TribunJabar.

    Dikatakan Dedi, saat mobil dinas tidak boleh digunakan mudik, maka pegawai pemerintah itu harus menggunakan kendaraan pribadinya.

    “Tapi kalau tidak punya mobil pribadi, saya ada kalimat berikutnya, tidak mungkin juga Kepala Dinas tidak punya mobil pribadi. Ngerti, kan?,” katanya.

    Saat mobil dinas itu tidak digunakan, kata Dedi, sebaiknya tidak diparkir di sembarang tempat yang dapat berisiko kehilangan.

    “Ketika disimpan di rumahnya rawan enggak, karena banyak kejadian ketika Lebaran kendaraan dinas tinggal di rumahnya, kendaraan dinasnya hilang,” ucapnya.

    Dedi pun menyarankan agar mobil dinas selama mudik Lebaran diparkiran di tempat yang aman.

    “Misalkan, disimpan di parkirnya di kantor Polres, di kantor Kodim, di kantor Kodam, di kantor Polda. Karena kalau di rumah takut tidak aman. Karena rumahnya, perumahannya sepi, semua orang mudik, mobilnya terparkir. Ini kejadian saya waktu jadi Bupati dulu,” katanya.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Video: Banggar DPR: Investasi Danantara Akan Dorong Penerimaan Pajak

    Video: Banggar DPR: Investasi Danantara Akan Dorong Penerimaan Pajak

    Jakarta, CNBC Indonesia- Wakil Ketua Banggar DPR RI, Wihadi Wiyanto melihat kondisi defisit Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang pada akhir Februari 2025 mencapai Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih terkontrol.

    Terjaganya defisit APBN menjadi cermin pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih terjaga dan pemulihan sektor bisnis akan terus berlangsung ditopang peningkatan konsumsi di Ramadan dan Lebaran.

    Hingga saat ini angka defisit masih dalam kendali dan penerimaan negara masih bisa ditingkatkan sehingga pada akhir tahun defisit masih dalam proyeksi. Diharapkan upaya pemerintah mendorong hilirisasi pangan dan perkebunan hingga pertambangan bisa menjadi pendorong penguatan ekonomi dan penerimaan negara.

    Selai itu pembentukan Danantara akan menjadi dana investasi yang bisa mendorong investasi sehingga bisa menggerakkan ekonomi dan mendorong penerimaan pajak

    Seperti apa Banggar DPR melihat daya tahan APBN menghadapi gejolak 2025? Selengkapnya simak dialog Anneke Wijaya dengan Wakil Ketua Banggar DPR RI, Wihadi Wiyanto dalam Power Lunch,CNBCIndonesia (Jum’at, 14/03/2025)

  • Wali Kota Depok Izinkan ASN Mudik Pakai Mobil Dinas, Pengamat Nilai Keliru karena Dibeli Pakai APBD

    Wali Kota Depok Izinkan ASN Mudik Pakai Mobil Dinas, Pengamat Nilai Keliru karena Dibeli Pakai APBD

    Wali Kota Depok Izinkan ASN Mudik Pakai Mobil Dinas, Pengamat Nilai Keliru karena Dibeli Pakai APBD
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menilai bahwa kebijakan
    Wali Kota Depok
    , Supian, Suri yang mengizinkan aparatur sipil negara (
    ASN
    )-nya mudik menggunakan mobil dinas adalah langkah yang keliru.
    Agus mengatakan, mobil dinas dibeli dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga tak seharusnya digunakan untuk kepentingan pribadi.
    “Jadi ini itu di mana-mana mobil dinas dibeli dengan APBN atau APBD, dan diperuntukkan hanya untuk pulang pergi ke kantor atau ke tempat yang urusannya dinas. Tidak boleh dipakai untuk urusan keluarga ke mana-mana, apalagi dipakai orang lain dipinjamkan,” ujar Agus saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (29/3/2025).
    Selain itu, menurut Agus, jika terjadi kerusakan mobil dinas memiliki anggaran perawatan dari APBD.
    “Kalau untuk keluar kota untuk Lebaran ya jangan, nanti yang nanggung
    sparepart
    kalau rusak siapa? Masa negara?” katanya.
    Oleh karena itu, Agus berharap agar Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bisa memberikan sanksi kepada Wali Kota Depok atas kebijakannya yang keliru tersebut.
    “Karena itu kan Walikota, ya gubernurnya aja (yang memberikan sanksi). Ya Dedi aja cukup (untuk memberikan saksi),” ujar Agus.
    Sebelumnya, Wali Kota Depok mengungkapkan alasannya mengizinkan ASN di pemerintah kota Depok menggunakan mobil dinas untuk
    mudik lebaran
    .
    Supian mengatakan, mobil dinas yang digunakan untuk mudik bentuk apresiasi pengabdian kepada mereka selama menjadi ASN.
    “Enggak semua dari mereka (ASN) punya kendaraan, jadi diharapkan itu bisa membantu sebagai apresiasi pengabdian mereka selama ini, sehingga kami izinkan,” kata
    Supian Suri
    saat dihubungi pada Jumat, 28 Maret 2025.
    Dia juga menerangkan bahwa mobil dinas yang dimiliki beberapa pejabat ASN menjadi tanggung jawab melekat meski mereka bepergian.
    Hal itu yang menjadi salah satu dasar Supian Suri mengizinkan pegawainya menggunakan mobil dinas untuk mudik.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.