Topik: APBN

  • Ketidakpastian Global Ancam Stabilitas Ekonomi Indonesia – Page 3

    Ketidakpastian Global Ancam Stabilitas Ekonomi Indonesia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia terus memantau dampak dari eskalasi konflik global terhadap kondisi ekonomi nasional. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah, disertai perang dagang, telah memicu tekanan pada ekspor nasional, nilai tukar rupiah, dan harga komoditas global.

    Dalam konferensi pers “APBN Kita” edisi Juni 2025, Sri Mulyani menyatakan bahwa kombinasi inflasi tinggi dan perlambatan ekonomi global menciptakan risiko serius bagi Indonesia.

    Ia menyoroti bahwa pelemahan permintaan global akan berpengaruh langsung terhadap sektor ekspor Indonesia.

    “Harga komoditas naik bukan karena mekanisme pasar biasa, tetapi karena disrupsi,” tegasnya, ditulis Rabu (2/7/2025).

    Sektor Infrastruktur Hadapi Tantangan Baru

    Dalam konteks ketidakstabilan global, sektor pembangunan infrastruktur nasional turut merasakan dampaknya. PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menekankan pentingnya menjaga arah pembangunan berkelanjutan di tengah situasi ini.

    Perusahaan tersebut menggarisbawahi perlunya mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan mempercepat transisi menuju infrastruktur hijau.

    Chief Investment Officer IIF, M. Ramadhan Harahap (Idhan), menjelaskan bahwa konflik di Timur Tengah menciptakan tekanan langsung terhadap harga minyak global dan menyebabkan volatilitas tinggi di sektor pembiayaan.

    “Cost of capital meningkat, terutama untuk proyek-proyek yang masih tergantung pada energi fosil atau komponen impor,” ungkapnya, Rabu (2/7/2025).

     

  • Pemerintah catat defisit Rp197 triliun pada semester I 2025

    Pemerintah catat defisit Rp197 triliun pada semester I 2025

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Pemerintah catat defisit Rp197 triliun pada semester I 2025
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 01 Juli 2025 – 22:10 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp197 triliun hingga semester I 2025.

    Jumlah tersebut setara 0,81 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), melebar dibandingkan defisit periode sama tahun lalu yang tercatat Rp77,3 triliun atau 0,34 persen dari PDB.

    Dalam rapat kerja (raker) bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Jakarta, Selasa, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pelebaran defisit disebabkan oleh penurunan penerimaan negara, khususnya pada periode Januari dan Februari 2025.

    “Namun kita berharap di semester II 2025 akan recovery,” ujarnya.

    Selain itu, Kementerian Keuangan mencatat realisasi pendapatan negara hingga semester I 2025 mencapai Rp1.210,1 triliun, atau 40 persen dari target tahun ini. Realisasi ini turun 9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1.320,7 triliun.

    Penurunan ini dipengaruhi oleh tren melemahnya harga minyak mentah Indonesia (ICP), pengalihan dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), serta penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) secara terbatas atas barang mewah.

    Di sisi lain, belanja negara tetap mengalami pertumbuhan sebesar 0,6 persen secara tahunan (yoy), dengan total realisasi mencapai Rp1.407,1 triliun atau 38,8 persen terhadap APBN.

    Bendahara Negara itu menuturkan, belanja negara difokuskan untuk mendukung pembangunan di sektor prioritas seperti pendidikan dan kesehatan, memperkuat ekonomi daerah melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pemberdayaan desa, serta mendanai ketahanan pangan, energi, pertahanan semesta, hingga hilirisasi industri.

    Meskipun mencatat defisit, pemerintah masih mampu menjaga surplus keseimbangan primer sebesar Rp52,8 triliun hingga semester I. Keseimbangan primer merupakan indikator penting dalam pengelolaan fiskal karena mencerminkan kemampuan pemerintah membiayai belanjanya di luar pembayaran bunga utang.

    Adapun Pemerintah memproyeksikan defisit APBN 2025 hingga akhir tahun akan mencapai 2,78 persen terhadap PDB, atau sekitar Rp662 triliun.

    Sumber : Antara

  • Sri Mulyani ungkap saldo anggaran lebih 2024 sebesar Rp457,5 triliun

    Sri Mulyani ungkap saldo anggaran lebih 2024 sebesar Rp457,5 triliun

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Sri Mulyani ungkap saldo anggaran lebih 2024 sebesar Rp457,5 triliun
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 01 Juli 2025 – 23:47 WIB

    Elshinta.com – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengungkap, Saldo Anggaran Lebih (SAL) dari pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar Rp457,5 triliun.

    Jumlah ini turun tipis jika dibandingkan dengan tahun 2023 yang nilainya mencapai Rp459,5 triliun.

    “Memasuki Tahun Anggaran 2024, posisi Saldo Anggaran Lebih (SAL) berada pada angka Rp459,5 triliun. Setelah dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan APBN, dan memperhitungkan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) serta penyesuaian lainnya, Saldo Akhir Tahun tercatat sebesar Rp457,5 triliun,” ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja (raker) bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Jakarta, Selasa.

    Dirinya menyampaikan bahwa saldo ini tetap berada pada level yang memadai dan berfungsi sebagai penyangga fiskal dalam menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian ke depan.

    Sementara itu, Sri Mulyani menyampaikan neraca pemerintah per 31 Desember 2024 turut mencerminkan posisi keuangan yang solid, dengan total aset mencapai Rp13.692,4 triliun, kewajiban Rp10.269,0 triliun, dan ekuitas Rp3.423,4 triliun.

    Menurutnya, posisi ini menggambarkan kekayaan bersih negara dan kapasitas fiskal yang dapat diandalkan guna mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

    Sedangkan dari sisi operasional, ia mengatakan bahwa pendapatan yang dihimpun sepanjang tahun 2024 tercatat Rp3.115,3 triliun, lebih rendah dari beban operasional sebesar Rp3.353,6 triliun.

    “Dengan demikian, terdapat defisit sebesar Rp238,3 triliun. Di sisi lain, kegiatan non-operasional mencatatkan surplus Rp22,7 triliun, sehingga defisit operasional secara keseluruhan tercatat Rp215,7 triliun,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Bendahara Negara itu menyampaikan bahwa laporan arus kas tahun 2024 menunjukkan aktivitas pendanaan dan aktivitas transitoris mencatat arus kas positif.

    Sementara itu, aktivitas operasi dan aktivitas investasi mencatatkan arus kas negatif.

    “Namun, arus kas negatif dari aktivitas investasi mencerminkan komitmen Pemerintah untuk terus melakukan investasi produktif guna mendorong akselerasi pembangunan nasional,” tegasnya.

    Sumber : Antara

  • Ambisi Badan Gizi Tambah Anggaran kala Realisasi MBG Masih Mini

    Ambisi Badan Gizi Tambah Anggaran kala Realisasi MBG Masih Mini

    Bisnis.com, JAKARTA— Badan Gizi Nasional (BGN) berambisi menambah anggaran kendati realisasi pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih mini.

    Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi anggaran program MBG baru mencapai Rp5 triliun hingga semester I/2025. Realisasi itu setara 7,1% dari total pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar Rp71 triliun.

    Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan masih membutuhkan dana tambahan untuk mendukung MBG hingga pengujung tahun ini. Dia menyebut tambahan dana Rp50 triliun akan menutup kebutuhan dana pada dua bulan terakhir.

    “Makanya harus ada tambahan Rp50 triliun untuk dua bulan tersisa, November dan Desember [2025],” ungkap Dadan kepada awak media di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (1/7/2025).

    Lebih lanjut, dia menyebut anggaran yang akan terserap untuk program MBG diperkirakan sekitar Rp8 triliun dengan total perkiraan 8.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan 20 juta penerima di Agustus 2025. 

    Jumlah serapan itu diperkirakan terus meningkat, bahkan diproyeksi mencapai Rp20 triliun pada Oktober 2025, seiring bertambahnya jumlah SPPG dan penerima program. Dengan perkiraan tersebut, Dadan menyebut diperlukan tambahan anggaran sekitar Rp50 triliun, sehingga total anggaran untuk program MBG hingga akhir tahun diproyeksi mencapai Rp121 triliun.

    Rencana pengajuan tambahan anggaran untuk program MBG disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (1/7/2025). Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan serapan anggaran per 1 Juli 2025 sejalan dengan dukungan 1.863 SPPG yang tersebar di 38 provinsi. Dia meyakini bahwa penambahan anggaran akan mendorong jumlah SPPG.

    “Jadi kalau serapan hari ini baru Rp5 triliun, itu karena memang penyerapan yang kami lakukan sesuai dengan jumlah SPPG yang ada,” kata Dadan.

    Untuk diketahui, total penerima manfaat program MBG per 1 Juli 2025 sudah mencapai 5,59 juta penerima. Secara terperinci, total 5,59 juta penerima itu mencakup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 81.649 penerima, Raudhatul Athfal (RA) 33.643 penerima, dan Taman Kanak-kanak (TK) 205.860 penerima.

    Kemudian, jenjang Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2,19 juta penerima, Madrasah Ibtidaiyah (MI) 205.595 penerima, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1,31 juta penerima, Madrasah Tsanawiyah (MTs) 217.996 penerima, Sekolah Menengah Atas (SMA) 638.383 penerima, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 416.973 penerima, Madrasah Aliyah (MA) 111.910 penerima, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) 8.706 penerima.

    Selanjutnya, Ponpes 27.480 penerima, PKBM 1.207 penerima, ibu menyusui 30.672 penerima, ibu hamil 18.031 penerima, balita 85.920 penerima, dan seminari 802 penerima. Dengan demikian, total penerima MBG per 1 Juli 2025 mencapai 5.592.745 penerima.

     

  • SKK Migas optimistis target lifting minyak 2025 tercapai

    SKK Migas optimistis target lifting minyak 2025 tercapai

    Jakarta (ANTARA) – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) optimistis target lifting minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 605.000 barel per hari (bph) akan tercapai, didorong oleh kontribusi Medco dan Blok Cepu.

    Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR RI, yang membidangi energi, lingkungan hidup, dan investasi, di Jakarta, Selasa, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa realisasi lifting minyak per Mei 2025 sudah mencapai 567.900 bph (brel per hari), atau 94 persen dari target APBN.

    “Kemarin baru diresmikan Cepu, itu akan naik di bulan Juli tambahannya 30.000 barel per hari sehingga sudah bisa melebihi target APBN pada Juli dan seterusnya,” kata Djoko.

    Djoko menjelaskan bahwa proyeksi produksi minyak hingga akhir tahun akan beragam, bergantung pada skenario yang terjadi.

    Berdasarkan proyeksi SKK Migas, untuk skenario terendah (low case), produksi diperkirakan mencapai 601.296 bph. Sementara itu, dalam skenario menengah (mid case), produksi berpotensi menyentuh 634.807 bph. Jika kondisi sangat optimal dalam skenario tinggi (high case), produksi bahkan bisa mencapai 641.807 bph.

    Menurut Djoko, jika sosialisasi Peraturan Menteri (Permen) mengenai sumur masyarakat berhasil dan proyek terkait bisa onstream pada September, target 605.000 bph dapat tercapai.

    “Kami berharap kalo di bulan September (sumur masyarakat) onstream, maka sudah bisa mencapai 605.000 barel oil per hari,” ujar Djoko.

    Untuk menjaga momentum peningkatan ini, Djoko berharap dukungan Komisi 12 DPR RI agar dapat berdiskusi dengan ExxonMobil untuk menunda jadwal perawatan hingga Januari tahun depan.

    “Jika perawatan di ExxonMobil dilakukan saat ini, produksi dapat turun drastis hingga 580.000 bph karena semua produksi harus dihentikan sementara,” ujar Djoko.

    Penundaan ini dianggap krusial agar produksi dapat tetap maksimal hingga akhir tahun, terutama menjelang Januari 2026. Pada bulan tersebut, diharapkan semua sumur masyarakat sudah dapat berproduksi secara maksimal, yang akan membantu menjaga kesinambungan produksi pada 2026.

    Selain itu, Djoko juga membeberkan strategi “fill the gap” untuk mencapai target 605.000 bph pada 2025. Salah satu upaya adalah dengan membuka kembali sumur-sumur ExxonMobil.

    “Alhamdulillah, ExxonMobil sudah mulai membuka sumurnya. Dari empat sumur, minggu ini akan dibuka semua sehingga bisa menambah 30.000 bph. Ini akan sangat membantu ‘fill the gap’ untuk mencapai target APBN, terutama jika sumur-sumur masyarakat bisa berproduksi pada bulan Agustus,” pungkasnya.

    Pewarta: Shofi Ayudiana
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • SKK Migas optimistis target lifting minyak 2025 tercapai

    SKK Migas optimistis target lifting minyak 2025 tercapai

    Jakarta (ANTARA) – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) optimistis target lifting minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 605.000 barel per hari (bph) akan tercapai, didorong oleh kontribusi Medco dan Blok Cepu.

    Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR RI, yang membidangi energi, lingkungan hidup, dan investasi, di Jakarta, Selasa, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa realisasi lifting minyak per Mei 2025 sudah mencapai 567.900 bph (brel per hari), atau 94 persen dari target APBN.

    “Kemarin baru diresmikan Cepu, itu akan naik di bulan Juli tambahannya 30.000 barel per hari sehingga sudah bisa melebihi target APBN pada Juli dan seterusnya,” kata Djoko.

    Djoko menjelaskan bahwa proyeksi produksi minyak hingga akhir tahun akan beragam, bergantung pada skenario yang terjadi.

    Berdasarkan proyeksi SKK Migas, untuk skenario terendah (low case), produksi diperkirakan mencapai 601.296 bph. Sementara itu, dalam skenario menengah (mid case), produksi berpotensi menyentuh 634.807 bph. Jika kondisi sangat optimal dalam skenario tinggi (high case), produksi bahkan bisa mencapai 641.807 bph.

    Menurut Djoko, jika sosialisasi Peraturan Menteri (Permen) mengenai sumur masyarakat berhasil dan proyek terkait bisa onstream pada September, target 605.000 bph dapat tercapai.

    “Kami berharap kalo di bulan September (sumur masyarakat) onstream, maka sudah bisa mencapai 605.000 barel oil per hari,” ujar Djoko.

    Untuk menjaga momentum peningkatan ini, Djoko berharap dukungan Komisi 12 DPR RI agar dapat berdiskusi dengan ExxonMobil untuk menunda jadwal perawatan hingga Januari tahun depan.

    “Jika perawatan di ExxonMobil dilakukan saat ini, produksi dapat turun drastis hingga 580.000 bph karena semua produksi harus dihentikan sementara,” ujar Djoko.

    Penundaan ini dianggap krusial agar produksi dapat tetap maksimal hingga akhir tahun, terutama menjelang Januari 2026. Pada bulan tersebut, diharapkan semua sumur masyarakat sudah dapat berproduksi secara maksimal, yang akan membantu menjaga kesinambungan produksi pada 2026.

    Selain itu, Djoko juga membeberkan strategi “fill the gap” untuk mencapai target 605.000 bph pada 2025. Salah satu upaya adalah dengan membuka kembali sumur-sumur ExxonMobil.

    “Alhamdulillah, ExxonMobil sudah mulai membuka sumurnya. Dari empat sumur, minggu ini akan dibuka semua sehingga bisa menambah 30.000 bph. Ini akan sangat membantu ‘fill the gap’ untuk mencapai target APBN, terutama jika sumur-sumur masyarakat bisa berproduksi pada bulan Agustus,” pungkasnya.

    Pewarta: Shofi Ayudiana
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sri Mulyani proyeksikan pertumbuhan ekonomi 2025 di 5 persen

    Sri Mulyani proyeksikan pertumbuhan ekonomi 2025 di 5 persen

    Pemerintah akan mencoba melakukan berbagai langkah untuk memitigasi sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mendekati atau tetap terjadi 5 persen

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 di sekitar 5 persen.

    Angka ini lebih rendah dibandingkan asumsi dalam APBN 2025 yang ditetapkan sebesar 5,2 persen.

    “Pemerintah akan mencoba melakukan berbagai langkah untuk memitigasi sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mendekati atau tetap terjadi 5 persen,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja (raker) dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Jakarta, Selasa..

    Menurutnya, pemerintah masih mempertahankan outlook pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen meski sejumlah lembaga internasional memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

    Ia menyampaikan bahwa pemerintah bakal memanfaatkan instrumen fiskal secara countercyclical dengan meningkatkan belanja negara di saat ekonomi tengah melambat. Hal itu dapat direalisasikan melalui berbagai program prioritas Presiden Prabowo seperti makan bergizi gratis (MBG), Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Koperasi Merah Putih, hingga Sekolah Rakyat yang direncanakan mulai berjalan pada semester II tahun 2025.

    Lebih lanjut, Bendahara Negara menyebut bahwa program-program tersebut memiliki efek berganda (multiplier effect) terhadap perekonomian. Selain itu, ia pemerintah juga akan menjaga inflasi tetap rendah untuk melindungi daya beli masyarakat serta menjaga momentum investasi dan ekspor.

    Adapun di tengah ketidakpastian perekonomian global, sejumlah lembaga internasional mengubah proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

    Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 4,7 persen pada 2025, menurun dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,1 persen. Begitu juga dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia dari 5,1 persen menjadi 4,7 persen tahun 2025.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BGN Blak-blakan Food Tray Lokal Cuma Mampu Produksi 2 Juta Per Bulan

    BGN Blak-blakan Food Tray Lokal Cuma Mampu Produksi 2 Juta Per Bulan

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Gizi Nasional (BGN) mengungkap produsen lokal hanya mampu memproduksi dua juta unit food tray atau nampan makan per bulan. Adapun, food tray ini diperuntukkan untuk menyajikan makanan di dalam program makan bergizi gratis (MBG).

    Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan angka produksi food tray di dalam negeri masih jauh dari target penerima manfaat yang harus mencapai 82,9 juta orang pada 2025. Sebab, BGN membutuhkan food tray lebih banyak untuk mempercepat perluasan program MBG.

    “Kami sedang identifikasi berapa potensi produksi lokal [memproduksi food tray]. Sekarang ini kami sudah mulai tahu ada 16 perusahaan lokal yang sudah berperan di bidang itu dan mampu memproduksi 2 juta per bulan [food tray],” kata Dadan saat ditemui di Kompleks Parlemen DPR, Jakarta, Selasa (1/7/2025).

    Menurutnya, produksi food tray dari dalam negeri belum bisa mencukupi kebutuhan dari target 82,9 juta penerima manfaat MBG.

    “Kalau 2 juta [food tray] per bulan dikalikan sisa bulan ini, 6 [bulan]. Berarti kan 12 juta [food tray]. Sementara kita kan pasti akan masih membutuhkan lebih dari itu,” imbuhnya.

    Untuk itu, Dadan menyebut produksi food tray dalam negeri yang masih terbatas dan hanya mencapai dua juta unit food tray tak mampu menjangkau target 82,9 juta penerima manfaat hingga akhir tahun.

    “Kamu tahu nggak berapa [target penerima] program ini? 82,9 juta [penerima manfaat]. Jadi artinya harus ada minimal 82,9 juta food tray. [Sedangkan] kemampuan industri dalam negeri baru 2 juta per bulan,” jelasnya.

    Alhasil, menurut Dadan, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) melonggarkan importasi food tray untuk MBG, mengingat produksi dalam negeri yang baru mencapai 2 juta per bulan.

    “Jadi supaya program kita tidak terhambat, maka halangan untuk itu oleh pemerintah dihilangkan. Bukan berarti kita tidak mengutamakan produk lokal, tetapi nanti untuk berbasis APBN pasti kita gunakan produk lokal,” pungkasnya.

  • Defisit APBN melebar, Sri Mulyani ajukan penggunaan SAL ke DPR

    Defisit APBN melebar, Sri Mulyani ajukan penggunaan SAL ke DPR

    Defisit totalnya Rp662 triliun atau 2,78 persen dari PDB. Agak lebih lebar dibandingkan APBN awal. Kami akan meminta persetujuan DPR menggunakan sisa anggaran lebih Rp85,6 triliun…,

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengajukan permohonan penggunaan sisa anggaran lebih (SAL) sebesar Rp85,6 triliun kepada DPR RI guna menambal pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang diproyeksikan lebih besar dari target awal.

    Dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Selasa, Menkeu menyampaikan bahwa outlook defisit APBN hingga akhir 2025 diproyeksi mencapai Rp662 triliun atau setara 2,78 persen dari produk domestik bruto (PDB).

    Angka itu lebih tinggi dibandingkan target defisit dalam APBN 2025 yang sebesar Rp616,2 triliun atau 2,53 persen dari PDB.

    “Defisit totalnya Rp662 triliun atau 2,78 persen dari PDB. Agak lebih lebar dibandingkan APBN awal. Kami akan meminta persetujuan DPR menggunakan sisa anggaran lebih Rp85,6 triliun sehingga kenaikan defisit tidak harus dibiayai semua dengan penerbitan surat utang,” ujarnya.

    Pelebaran defisit ini, kata Sri Mulyani disebabkan oleh potensi tidak tercapainya target penerimaan negara.

    Total pendapatan negara diperkirakan hanya akan mencapai Rp2.865,5 triliun, atau sekitar 95,4 persen dari target dalam pagu anggaran sebesar Rp3.005,1 triliun.

    Untuk menghindari ketergantungan penuh pada pembiayaan melalui penerbitan utang, Menkeu berencana memanfaatkan sebagian dari SAL tahun anggaran 2024 yang tercatat Rp457,5 triliun.

    Dengan proyeksi defisit yang melebar, penggunaan sebagian dari SAL menjadi alternatif pembiayaan strategis untuk mengurangi beban utang baru. SAL akan digunakan untuk mendukung pembiayaan defisit, menutup kewajiban pemerintah, serta belanja prioritas.

    “Dengan penggunaan SAL, ini akan membantu menjaga keseimbangan fiskal dan mengurangi tekanan terhadap pembiayaan melalui surat berharga negara,” imbuhnya.

    Adapun belanja negara hingga akhir 2025 diproyeksikan terealisasi sebesar Rp3.527,5 triliun, atau 97,4 persen dari pagu yang ditetapkan dalam APBN 2025.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 2025 Ada Efisiensi Anggaran tapi Utang Bertambah

    2025 Ada Efisiensi Anggaran tapi Utang Bertambah

    Jakarta

    Wakil Ketua Komisi XI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dolfie Othniel Frederic Palit mencecar pemerintah terkait efisiensi anggaran yang tidak mampu meredam pembengkakan defisit APBN 2025. Hal ini membuat target penarikan utang bertambah.

    Dolfie heran efisiensi anggaran yang seharusnya menghemat APBN 2025 sebesar Rp 306,69 triliun sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025, justru defisit APBN 2025 diperkirakan melebar menjadi Rp 662 triliun (2,78% dari PDB). Padahal sebelumya ditargetkan sebesar Rp 616,2 triliun (2,53% dari PDB).

    “Ini belum diceritakan kenapa tidak jadi dihemat, malah utangnya nambah,” kata Dolfie dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR RI dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa (1/7/2025).

    Dalam kesempatan itu, Dolfie juga menyoroti Sri Mulyani yang meminta izin kepada para anggota dewan untuk menggunakan Saldo Anggaran Lebih (SAL) tahun anggaran 2024 sebesar Rp 85,6 triliun, dari total SAL 2024 sebesar Rp 457,5 triliun.

    “Dulu cerita penghematan, terus nggak jadi menghemat, nambah utang, nah ini yang perlu kita dapatkan penjelasan,” imbuhnya.

    Dolfie juga mengungkapkan kegelisahannya soal keputusan sepihak pemerintah yang pada akhirnya membuka blokir anggaran efisiensi sebesar Rp 134,9 triliun, tanpa meminta persetujuan dari DPR.

    “Jadi buka blokir ini dasarnya apa? Ketika minta penghematan pemerintah datang ke DPR, minta persetujuan bahwa anggaran akan dihemat. Tentu DPR dengan senang hati karena amanat UU, APBN itu harus efisien, setuju,” ujar Dolfie.

    “Tapi ketika buka blokir landasannya apa? Inpresnya jelas blokir anggaran, tidak disebutkan di inpresnya syarat dan ketentuan untuk buka blokir, ini harus dijelaskan dulu dasar dari pembukaan blokir, apakah membuka blokir ini pemerintah datang lagi ke DPR minta persetujuan?” ucap Dolfie.

    Merespons hal itu, Sri Mulyani mengatakan kondisi APBN tidak bisa dilihat dengan cara Dolfie. Menurutnya, ini karena kompleksitas kondisi APBN 2025 yang terdampak dari sisi penerimaan negara, maupun kebutuhan besar belanja negara.

    “Ini kan ceritanya panjang ada kondisi PPN yang nggak jadi, deviden nggak ada, jadi itu yang menyebabkan bahwa kita tidak mampu meng-collect Rp 150 triliun sendiri ditambah adanya restitusi dan lain-lain dari penurunan harga komoditas terutama batu bara. Itu semuanya masuk dalam postur penerimaan yang lebih rendah,” beber Sri Mulyani.

    Di sisi lain, ia melanjutkan, ada kebutuhan dari Presiden Prabowo Subianto untuk merealisasikan berbagai program-program prioritasnya melalui anggaran belanja negara. Belanja negara sampai akhir tahun diperkirakan akan sebesar Rp 3.527,5 triliun, lebih rendah sedikit ketimbang target dalam APBN 2025 sebesar Rp 3.621,3 triliun.

    “Sebetulnya kalau kita nggak melakukan efisiensi, sementara presiden ada program-program prioritas yang beliau lihat lebih strategis, harusnya defisitnya naik lebih tinggi lagi pak,” papar Sri Mulyani.

    Oleh sebab itu, pemerintah buka blokir anggaran efisiensi sebagai upaya supaya belanja negara tidak bengkak. Caranya dengan menyesuaikan kebutuhan presiden saat setiap rapat terbatas (ratas) tanpa harus melaporkan ke DPR karena sudah diatur mekanisme fleksibilitasnya dalam UU APBN 2024 Pasal 20 ayat 1 huruf H.

    “Jadi dari sisi kekuatan hukum sama, yang satu Inpres tertulis karena seluruhnya, sedangkan yang belanja tergantung presiden putuskan, oh kita ratas misal koperasi, maka dialokasikan segini, untuk rumah ditambah segini, ditambah MBG dilakukan, itu dilakukan sesuai arahan presiden,” ujar Sri Mulyani.

    “Pasti ada notulennya, kami tidak mungkin buka blokir karena saya pun sebagai menteri keuangan tidak memiliki kewenangan, makanya harus ada notulen dari presiden itu biasanya melalui rapat terbatas,” tegasnya.

    Tonton juga Video CT Setuju soal Efisiensi Anggaran: Asal Kantong Rakyat Tebal

    (kil/kil)