Topik: APBN

  • Gaji Guru Non PNS hingga Dana BOS 2026 Dipastikan Naik, Sri Mulyani Bocorkan Detail Lengkapnya

    Gaji Guru Non PNS hingga Dana BOS 2026 Dipastikan Naik, Sri Mulyani Bocorkan Detail Lengkapnya

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Anggaran untuk guru, dosen, dan tenaga kependidikan dalam RAPBN 2026 dipastikan naik dari rencana awal yang sebesar Rp 178,7 triliun kini menjadi sebesar Rp 274,7 triliun. Artinya jumlah tersebut bertambah Rp 96 triliun.

    Sri Mulyani merincikan, anggaran untuk tenaga pendidik itu meliputi berbagai tunjangan profesi dari Tunjangan Profesi Guru (TPG) Non-PNS sebesar Rp19,2 triliun untuk 754.747 guru.

    Kemudian Tunjangan Profesi Dosen (TPD) Non-PNS sebesar Rp3,2 triliun untuk 80.325 dosen; TPG ASN Daerah sebesar Rp69 triliun untuk 1,6 juta guru; serta TPG PNS, TPD PNS, dan gaji pendidik sebesar Rp120,3 triliun.

    “Jadi ini adalah guru yang bukan pegawai negeri pun mendapatkan TPG dari APBN. Begitu juga dengan dosen yang non PNS,” tegas Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, dikutip Senin (25/8/2025).

    Lebih jauh Sri Mulyani menerangkan, alokasi anggaran ini dibagi ke dalam tiga fokus utama penerima manfaat langsung yaitu siswa/mahasiswa, pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana-prasarana dan operasional pendidikan.

    Sebesar Rp301,2 triliun dari total anggaran akan langsung dinikmati oleh siswa dan mahasiswa melalui berbagai program bantuan dan beasiswa, termasuk Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan Bidikmisi sebesar Rp17,2 triliun untuk 1,2 juta mahasiswa; Program Indonesia Pintar (PIP) sebesar Rp15,5 triliun untuk 21,1 juta siswa tingkat SD, SMP, dan SMA.

    Kemudian, bantuan operasional penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (BOP PAUD) sebesar Rp 5,1 triliun, bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN) Rp 9,4 triliun, renovasi madrasah dan sekolah Rp 22,5 triliun, serta pembangunan sekolah unggulan Garuda Rp 3 triliun.

  • Rakyat Dicekik Pajak, Anggota DPR Nikmati Pajak Ditanggung Negara?

    Rakyat Dicekik Pajak, Anggota DPR Nikmati Pajak Ditanggung Negara?

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial, Ary Prasetyo, menyinggung kabar tunjangan fantastis yang diterima anggota DPR RI.

    Tunjangan itu termasuk untuk perumahan yang mencapai Rp50 juta per bulan dan komponen tunjangan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

    “Sementara rakyat dicekik pajak,” kata Ary di X @Ary_PrasKe2 (24/8/2025).

    Dikatakan Ary, fasilitas ini membuat anggota dewan bebas dari beban pajak penghasilan karena seluruhnya ditanggung negara.

    “Anggota dHewan menikmati pajaknya ditanggung negara! Kan huasyuuuuu,” tandasnya.

    Tunjangan perumahan dan komponen PPh 21 ini menjadi perhatian karena dinilai mengalami ketimpangan dengan kondisi rakyat yang harus membayar pajak penuh.

    Sebelumnya, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Askar, mengungkap persoalan ketidakadilan pajak di Indonesia.

    Dikatakan Media, para pejabat negara justru tidak dikenakan pajak atas gaji yang mereka terima.

    “Gaji pejabat itu gak dikenakan pajak, jadi pejabat-pejabat itu nggak bayar pajak,” kata Media Askar blak-blakan, dikutip pada Selasa (19/8/2025).

    “Tidak hanya bupati itu, menteri, anggota dewan, pak Prabowo sekalipun nggak bayar pajak dari penghasilan yang diterima dari APBN,” tambahnya.

    Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kondisi ini jelas melukai rasa keadilan publik. Sementara di sisi lain, pemerintah justru membebankan beban pajak kepada masyarakat.

    “Ini yang melukai dan menodai ketidakadilan itu,” tegasnya.

    Kata Media, ketika pemerintah membutuhkan tambahan anggaran, bukannya menarik pajak dari kelompok oligarki atau orang-orang super kaya, justru yang dipilih adalah jalan pintas berupa pemotongan anggaran daerah.

  • Sentralisasi Fiskal, Guru Besar Unand Kritisi Pengambilalihan Tugas Pemda oleh Pusat

    Sentralisasi Fiskal, Guru Besar Unand Kritisi Pengambilalihan Tugas Pemda oleh Pusat

    Bisnis.com, JAKARTA — Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas (FEB Unand) Syafruddin Karimi mengkritisi upaya pemerintah pusat mengambil alih sebagian besar tugas pemerintah daerah atau Pemda, yang pada tahun depan anggarannya berkurang akibat pemangkasan transfer ke daerah.

    Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas (FEB Unand) Syafruddin Karimi mengakui bahwa sebagian daerah memang belum maksimal menyerap anggaran. Hanya saja, fakta tersebut tak bisa dijadikan alasan pengambilalihan tugas Pemda oleh pemerintah pusat.

    Menurutnya, permasalahan utama ada di perencanaan, administrasi, atau pelelangan proyek yang lambat. Syafruddin menilai tak adil apabila pemerintah pusat menyamaratakan seluruh Pemda.

    “Banyak daerah mampu melaksanakan program prioritas dengan baik meski dihadapkan pada keterbatasan kapasitas. Persoalan utama justru terletak pada kesenjangan kualitas tata kelola antar daerah,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (24/8/2025).

    Dia meyakini sebagian besar hambatan bukan karena ketiadaan niat, melainkan lemahnya sistem manajemen dan terbatasnya sumber daya manusia. Oleh sebab itu, sambungnya, masalah serapan anggaran seharusnya dijawab dengan peningkatan kapasitas, asistensi teknis, serta reformasi birokrasi, bukan dengan mengurangi hak fiskal daerah.

    Syafruddin menekankan bahwa pengambilalihan tugas daerah oleh pemerintah pusat hanya akan memperbesar ketergantungan daerah pada pusat dan melemahkan semangat desentralisasi yang telah dibangun sejak Reformasi.

    “Cara terbaik adalah memperkuat akuntabilitas daerah melalui sistem insentif dan disinsentif berbasis kinerja. Pemerintah pusat bisa memberikan penghargaan fiskal kepada daerah yang disiplin dan produktif, sementara daerah yang tidak mampu menjalankan program dengan baik mendapat koreksi proporsional,” ujarnya.

    Selain itu, pendampingan teknis dan penyederhanaan regulasi diyakini akan meningkatkan kapasitas daerah dalam menyerap anggaran. Dengan demikian, perbaikan tata kelola tetap berjalan, kemandirian fiskal daerah terjaga, dan prinsip demokrasi anggaran tidak terpinggirkan.

    Jika pemerintah bersikukuh mengambil sebagian besar tugas Pemda demi efisiensi anggaran maka Syafruddin khawatir daerah akan kehilangan kendali untuk menyesuaikan kebijakan dengan kebutuhan lokal.

    “Konsekuensinya, program pembangunan yang seharusnya berjalan melalui APBD terhambat oleh keterbatasan ruang fiskal. Efek pengganda dari belanja infrastruktur yang biasanya mendorong tenaga kerja lokal dan UMKM pun melemah,” ungkap Syafruddin.

    Dia juga menilai sentralisasi anggaran akan mengurangi transparansi karena DPR tidak lagi memiliki ruang penuh untuk mengawasi penggunaan dana yang semakin terkonsentrasi di pusat.

    “Kondisi ini menimbulkan risiko ketimpangan antarwilayah dan menciptakan preseden bahwa efisiensi fiskal bisa dijalankan dengan mengorbankan prinsip demokrasi anggaran,” tutupnya.

    Pusat Ambil Alih Pembangunan Infrastruktur hingga Sampah Daerah

    Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pemerintah pusat akan banyak mengambil alih kebijakan yang sebelumnya diolah oleh pemerintah daerah, imbas anggaran transfer ke daerah yang banyak dipangkas dalam RAPBN 2026.

    Sri Mulyani tidak menampik bahwa anggaran TKD turun 24,8% dari Rp864,1 triliun (outlook APBN 2025) menjadi Rp650 triliun (RAPBN 2026). Sebagai kompensasinya, pembangunan infrastruktur hingga pengelolaan sampah di daerah akan diambil alih oleh pemerintah pusat.

    Pengambilalihan itu, sambungnya, akan melalui mekanisme Instruksi Presiden (Inpres). Pembiayaannya akan berasal dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) Pengelolaan Belanja Lainnya, yang mana alokasi anggarannya naik dari Rp358 triliun (APBN 2025) menjadi Rp525 triliun (RAPBN 2026).

    “Inpres jalan daerah dan Inpres infrastruktur daerah, bahkan sekarang masalah sampah daerah pun juga akan diambil alih,” ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR, Kamis (21/8/2025).

    Bendahara negara itu blak-blakan bahwa selama ini banyak program pemerintah daerah yang berjalan tidak maksimal. Oleh sebab itu, pemerintah pusat berinisiatif ambil alih demi efisien anggaran.

    “Jadi memang banyak yang kita mengambil alih karena kita melihat tidak ter-deliver [terealisasi] atau tidak terjadi progres. Padahal ini masalahnya terus berlangsung, makanya kemudian muncul dalam Inpres,” katanya.

    Lebih lanjut, Sri Mulyani mengklaim kebijakan-kebijakan itu akan tetap mengedepankan akuntabilitas dan transparansi, meski Inpres tidak perlu melalui pembahasan dengan DPR.

    Sebelumnya, besarnya pemangkasan anggaran TKD menjadi sorotan oleh Anggota Banggar DPR Dolfie OFP. Dalam catatannya, penurunan anggaran TKD sebesar 24,8% menjadi yang terbesar dalam sejarah—sejak TKD masuk dalam APBN.

    Dolfie melihat sebagian besar hasil pemangkasan TKD itu masuk ke BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya. Masalahnya, BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya—yang pada tahun depan anggarannya mencapai Rp525 triliun—bisa dibelanjakan oleh pemerintah sesuka hati.

    “Katanya kita mau transparan, akuntabel, tertib? Yang Rp525 triliun ini keterlibatan DPR di dalam mencermati ini dihapus. Artinya apa? Rp525 triliun ini pemerintah sendiri menggunakan untuk apa aja, silahkan. Nah ini yang menurut saya tidak memenuhi rasa keadilan dan kepatutan,” kata Dolfie pada kesempatan yang sama.

    Oleh sebab itu, legislator dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) meminta agar, dalam pembahasan panitia kerja, dibahas rambu-rambu dalam penggunaan anggaran BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya sebesar Rp525 triliun itu.

  • Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Berlaku 2026!

    Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Berlaku 2026!

    Pemerintah tetapkan kebijakan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) akan berlaku pada tahun 2026. Pernyataan ini disampaikan Ketua Komisi XI DPR RI Muhammad Misbakhun dalam Raker Pengambilan Keputusan Asumsi Dasar Dalam RUU APBN Tahun Anggaran 2026.

    Sebagai informasi, usulan Cukai pada MBDK ini sudah muncul sejak tahun 2020. Hal ini bisa mendorong pendapatan negara lewat penerimaan kepabeanan dan cukai.

    Klik di sini untuk melihat video lainnya!

  • RI Butuh Bandar Antariksa Mandiri untuk Luncurkan Satelit LEO, Tekan Ongkos

    RI Butuh Bandar Antariksa Mandiri untuk Luncurkan Satelit LEO, Tekan Ongkos

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkap sejumlah tantangan bagi Indonesia untuk meluncurkan satelit orbit rendah (low earth orbit/LEO) secara mandiri. Salah satunya keberadaan bandar antariksa (spaceport) sebagai tempat peluncuran ratusan satelit tersebut.

    Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sarwoto Atmosutarno, menegaskan pentingnya dukungan pemerintah dalam upaya Indonesia meluncurkan satelit Low Earth Orbit (LEO) secara mandiri.

    Langkah ini dinilai krusial sebagai bagian dari Ketahanan Antariksa Nasional, khususnya di negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau.

    Menurut Sarwoto, realisasi satelit LEO mandiri harus didukung dengan kebijakan dan insentif yang berpihak pada kepentingan rakyat.

    “Inisiatif ini mesti didukung pemerintah karena tugasnya memberi benefit kepada rakyat. Persiapan dari sisi regulasi harus didukung insentif noncash APBN, agar swasta yang mau investasi tidak dibebani biaya di muka,” ujar Sarwoto kepada Bisnis, Minggu (24/8/2025).

    Sarwoto menambahkan pemerintah juga perlu mendukung proses filing slot LEO yang berjumlah lebih dari 1.200 untuk melengkapi administrasi ke International Telecommunication Union (ITU). Di samping itu, identifikasi pasar, pabrikasi satelit, sistem peluncuran, serta penguatan riset juga menjadi aspek krusial sebelum Indonesia bisa meluncurkan satelit LEO mandiri.

    Menjawab tantangan tingginya biaya peluncuran satelit, Sarwoto menyarankan agar Indonesia memanfaatkan lokasi peluncuran dalam negeri seperti di Biak (Papua), Morotai (Maluku Utara), dan daerah lainnya. Wilayah tersebut secara geografis cukup baik untuk tempat peluncuran karena jauh dari pemukiman.

    Di sisi lain, keberadaan tempat peluncuran dalam negeri juga dapat membuat ongkos peluncuran ratusan satelit LEO, yang butuh lebih satu kali peluncuran dalam setahun, menjadi lebih efisien. Sebagai informasi. Elon Musk hanya dapat meluncurkan 24 satelit LEO dalam satu kali peluncuran. Sementara itu total satelit yang dibutuhkan untuk melayani seluruh seluruh dunia mencapai ribuan satelit.

    “Kesiapan infrastruktur peluncuran seperti power, pelabuhan dan utilitas lainnya penting. Kerja sama peluncuran ini akan menekan biaya dan meningkatkan efisiensi,” kata Sarwoto.

    Roket peluncur milik SpaceX mengangkut 24 satelit Starlink

    Terkait peluang dan tantangan pembangunan Space Port di Indonesia, Sarwoto menilai letak geografis Indonesia yang berada di sabuk katulistiwa sangat strategis dan ideal untuk pengembangan fasilitas peluncuran satelit.

    Untuk merealisasikan visi ini, investasi besar diperlukan pada beberapa aspek, antara lain sumber daya manusia—termasuk merekrut diaspora dan membangun kerjasama internasional—segmen ruang angkasa dan segmen darat, fasilitas peluncuran, hasil riset, serta pembiayaan untuk seluruh rangkaian program.

    Sementara itu dalam peresmian Asosiasi Antariksa (Ariksa) di Jakarta, Ketua National Air and Space Power Center of Indonesia (NASPCI) Marsekal Pertama TNI Penny Radjendra mengatakan Indonesia saat ini telah memiliki rencana strategis 2025-2029, yang salah satunya berfokus pada antariksa, termasuk spaceport. Secara perlahan kesadaran tersebut telah dibangun.

    ”Secara informal sudah kita lakukan dan secara formal pun sudah dilakukan pertemuan-pertemuan dengan negara-negara lainnya. Artinya kita tidak bisa sendiri soal-soal seperti ini. Pertama kita perlu pendekatan collaborative effort atau global effort. Di luar kita pun kerja sama antar negara. Misal dengan Amerika Serikat, dengan Prancis dan seterusnya,” kata Penny.

    Sebagai konteks, wacana kehadiran satelit LEO mandiri semakin menguat setelah Asosiasi Antariksa (Ariksa) menyoroti urgensi pengembangan satelit LEO untuk kedaulatan Indonesia sekaligus membuka potensi ekonomi sektor antariksa nasional. Dengan penguasaan teknologi LEO, Indonesia diyakini bisa mengoptimalkan manfaat ekonomi ruang angkasa dan memperkuat posisi strategisnya di masa depan.

    Asosiasi Antariksa Indonesia (Ariksa) berharap pada 2027 atau 2 tahun lagi Indonesia dapat meluncurkan satelit orbit rendah atau low earth orbit (LEO) pertamanya. Sejumlah langkah disiapkan termasuk pengembangan space port atau tempat peluncuran roket untuk satelit LEO. 

    Satelit LEO adalah satelit yang mengorbit di ketinggian 500 kilometer – 2.000 kilometer di atas permukaan bumi. Karena ketinggiannya yang relatif dekat bumi, ongkos roket yang dipakai relatif lebih murah dibandingkan satelit GEO yang mengorbit di ketinggian 36.000 kilometer. 

    Namun harus diingat, satelit GEO cukup diluncurkan satu kali untuk memberi layanan di seluruh antero bumi. Sementara LEO harus beberapa kali konstelasi satelit karena untuk memberikan cakupan layanan di seluruh bumi, dibutuhkan ratusan satelit LEO.

    “Tahun 2027 kita paling lambat meluncurkan LEO atau roket dari Indonesia,” kata Ketua Umum Asosiasi Antariksa Indonesia (Ariksa) Adi Rahman Adiwoso di Jakarta, Kamis (21/8/2025).

    Dia mengatakan untuk mensukseskan langkah besar ini dibutuhkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dan ekosistem. 

    Adi Rahman mengatakan industri antariksa memiliki peranan penting dalam mendukung berbagai sektor di Indonesia mulai dari ekonomi hingga pertahanan. Saat ini fokus dalam pengembangan antariksa masih terpecah belah. Oleh sebab itu Ariksa dibentuk agar seluruh pemangku kepentingan memiliki misi bersama dalam membangun antariksa yang memberikan manfaat bagi Indonesia.

    Ada tiga hal yang harus menjadi fokus dalam pengembangan antariksa dalam negeri. Pertama, kebijakan yang berpihak dan ramah investasi. Kedua, pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang sejalan dengan pertumbuhan industri.

    Terakhir, model bisnis.  “Bisnisnya supaya itu berputar semuanya,” kata Adi.

    Potensi ….

  • Intip Progres Terkini Tol Serang-Panimbang yang Ditargetkan Kelar Tahun Depan

    Intip Progres Terkini Tol Serang-Panimbang yang Ditargetkan Kelar Tahun Depan

    Jakarta

    Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum menyampaikan progres terkini jalan tol Serang-Panimbang. Tol yang masuk Proyek Strategis Nasional (PSN) itu menjadi penghubung menuju Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung.

    “Sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) jalan tol Serang-Panimbang menjadi penghubung penting menuju Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Infrastruktur ini diharapkan memperkuat konektivitas, mendorong pertumbuhan ekonomi Banten, dan membuka akses pariwisata unggulan di wilayah selatan,” ujar unggahan akun Instagram @pupr_bpjt, dilihat detikcom Minggu (24/8/2025).

    Total panjang tol tersebut diketahui mencapai 83,66 kilometer. Rinciannya, seksi 3 Cileles-Panimbang sepanjang 33 kilometer (KM) dengan dukungan konstruksi APBN, seksi 2 Rangkasbitung-Cileles 24,17 KM, dan Seksi 1 Serang-Rangkasbitung 26,5 KM yang sudah beroperasi Desember 2021.

    “Seksi 1 jalan tol Serang-Panimbang saat ini telah beroperasi, sementara pembangunan dilanjutkan pada seksi 2 dan seksi 3,” terang BPJT.

    Tol ini juga akan terhubung dengan jaringan tol Trans Jawa (Tangerang-Merak), sehingga memperlancar arus logistik, mendukung pariwisata, dan mendorong pemerataan pembangunan wilayah.

    Tol ini melintasi 4 kabupaten kota, yakni Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. Berikut progres terkini tol Serang-Panimbang.

    Progres pembangunan seksi 2 Rangkasbitung – Cileles:

    Progres konstruksi 89,15%, progres pembebasan lahan 86,59%, dan target penyelesaian pada kuartal I 2026.

    Progres pembangunan seksi 3 Cileles – Panimbang:

    – Fase 1 : Progres konstruksi 97,7%, progres pembebasan lahan 93,32%, target penyelesaian kuartal 1 2026.
    – Fase 2: Progres konstruksi 36%, progres pembebasan lahan 93,32%, target penyelesaian kuartal IV 2026
    – Fase 3: Progres konstruksi 28,8%, progres pembebasan lahan 93,32%, target penyelesaian kuartal IV 2026.

    (kil/kil)

  • Bulog Dapat Suntikan Modal Rp 22,7 T di 2026, Target Serap 3 Juta Ton Beras

    Bulog Dapat Suntikan Modal Rp 22,7 T di 2026, Target Serap 3 Juta Ton Beras

    Jakarta

    Perum Bulog bakal mendapat modal segar senilai Rp 22,7 triliun tahun depan dari pemerintah. Kucuran modal itu bakal digunakan untuk menopang memperkuat ketahanan pangan nasional.

    Dalam publikasi terkini Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Minggu (24/8/2025), Bulog disebutkan mendapatkan kucuran modal dari anggaran ketahanan pangan yang dipatok hingga Rp 164,4 triliun dalam RAPBN 2026.

    Pada unggahan di Instagram resmi @pco.ri, disebutkan dana Rp 22,7 triliun akan digunakan Bulog untuk melindungi petani, menyangga stok pangan, dan juga menjaga daya beli masyarakat.

    Sementara itu, dalam dokumen Buku Nota Keuangan dan RAPBN 2026 disebutkan Bulog akan bekerja sebagai Operator Investasi Pemerintah (OIP) berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-38/MK.5/2025. Sebagai OIP, Perum Bulog menerima investasi melalui Rekening Investasi BUN (RIBUN).

    “Skema investasi ini merupakan pendanaan alternatif di luar subsidi serta bersifat non permanen dan fleksibel, yang memungkinkan Bulog menyerap produksi petani dalam negeri dengan menggunakan mekanisme revolving fund dengan biaya rendah,” tulis dokumen tersebut.

    Pada RAPBN tahun anggaran 2026, Dana OIP Perum Bulog direncanakan sebesar Rp 22,73 triliun. Dalam pemanfaatan dana OIP, Bulog juga diingatkan untuk menjaga pentingnya tata kelola keuangan dan efisiensi anggaran agar memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

    Salah satu yang akan dilakukan Perum Bulog dengan pendanaan yang difasilitasi OIP tadi adalah melakukan penyerapan gabah dan beras petani dengan target 3 juta ton setara beras.

    “Dengan sinergi yang kuat antara Kementerian Keuangan dan Perum Bulog, kebijakan investasi ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional, menjaga stabilitas harga beras, serta memastikan pemanfaatan APBN yang lebih produktif dan berdampak luas bagi kesejahteraan masyarakat,” tulis dokumen yang sama.

    Selain untuk suntikan modal kepada Bulog, dana ketahanan pangan di 2026 sebesar Rp 164,4 triliun yang dipaparkan PCO, bakal digunakan juga untuk pembangunan lumbung pangan dan penguatan cadangan pangan senilai Rp 53,3 triliun. Dari dana yang sama pemerintah juga akan mengucurkan subsidi pupuk 9,62 juta ton senilai Rp 46,9 triliun.

    (kil/kil)

  • APBN Jangka Menengah: Prabowo Ingin Tanpa Defisit, Sri Mulyani Proyeksi Naik

    APBN Jangka Menengah: Prabowo Ingin Tanpa Defisit, Sri Mulyani Proyeksi Naik

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto berambisi menekan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga mencapai titik nol, paling lambat pada 2028. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati punya perhitungan berbeda.

    Ambisi Prabowo itu sendiri disampaikan ketika memberikan pidato penyampaian Nota Keuangan RAPBN 2026 di hadapan DPR pada Jumat (15/8/2025). Kepala negara menyatakan pemerintah akan terus melaksanakan efisiensi belanja negara secara konsisten.

    “Defisit ini ingin kami tekan sekecil mungkin. Adalah cita-cita saya, suatu saat—apakah dalam 2027 atau 2028—saya ingin berdiri di majelis ini, menyampaikan bahwa kita berhasil punya APBN yang tidak ada defisitnya sama sekali,” ujar Prabowo di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

    Menanggapi ambisi Prabowo, Sri Mulyani menyatakan Kementerian Keuangan masih akan melihat terlebih dahulu perkembangan APBN 2026, baru memikirkan defisit tahun-tahun setelahnya, termasuk soal tak ada lagi defisit atau anggaran berimbang (balance budget) APBN.

    Dia menyebut bahwa selaku anak buah Prabowo, jajaran Kemenkeu akan tetap mengkaji strategi untuk bisa mencapai balance budget, yakni defisit APBN menjadi 0% dari PDB atau bahkan menjadi surplus.

    “Direction [arah] yang dimintakan tadi oleh Bapak Presiden untuk suatu saat Indonesia balance budget saya rasa itu adalah sesuatu yang nanti harus kita terus hitung, dan nanti pasti dilaporkan kepada presiden,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Nota Keuangan dan RAPBN 2026, Jumat (15/8/2025).

    Perhitungan Sri Mulyani Cs

    Notabenenya, Sri Mulyani dan jajarannya sudah melakukan perhitungan terkait proyeksi defisit APBN jangka menengah alias 2026—2029. Proyeksi itu tercantum dalam Buku II Nota Keuangan RAPBN 2026.

    Dalam dokumen itu, dijelaskan pentingnya peran utang alias pembiayaan anggaran dalam menjaga keseimbangan keuangan negara melalui APBN.

    “Salah satu peran pembiayaan anggaran adalah menutup financing gap, yaitu selisih antara pendapatan negara negara yang belum cukup dengan kebutuhan belanja untuk melaksanakan agenda pembangunan pemerintah dengan tetap menjaga koridor defisit di bawah 3% terhadap PDB sebagaimana amanat peraturan perundangan yang berlaku,” tulis dokumen tersebut.

    Dalam grafis proyeksi, Sri Mulyani dan jajarannya melihat besaran nominal defisit akan terus meningkat hingga 2029, di kisaran Rp600 triliun hingga Rp800 triliun. Besaran itu berada di rentang 2%—2,5% dari PDB.

    1756019513_85b7e0cc-003d-41a9-884b-eb20a7c1a4e9.

  • Mengapa Iuran BPJS Kesehatan Naik Tahun Depan? Ini Alasan Pemerintah

    Mengapa Iuran BPJS Kesehatan Naik Tahun Depan? Ini Alasan Pemerintah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mulai tahun 2026, pemerintah berencana menyesuaikan atau menaikkan iuran BPJS Kesehatan. Kebijakan ini sudah dituangkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2026.

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, tujuan utama peningkatan iuran BPJS adalah untuk melanjutkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menambah jumlah peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

    “Sustainability dari jaminan kesehatan nasional akan sangat tergantung pada berapa manfaat yang diberikan untuk kepesertaan. Kalau manfaatnya makin banyak biayanya semakin besar,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Banggar DPR RI, dikutip Minggu (24/8/2025).

    Menurutnya, keputusan menaikkan tarif iuran BPJS Kesehatan juga diikuti oleh penyesuaian alokasi anggaran untuk PBI dari APBN.

    “Waktu keputusan menaikkan tarif BPJS memutuskan PBI dinaikkan artinya dari APBN tapi yang di mandiri ga dinaikkan maka memberikan subsidi sebagian. Dari mandiri itu masih di Rp 35 ribu seharusnya Rp 42ribu jadi Rp7 ribu nya dibayar pemerintah terutama PBPU,” ujarnya.

    Adapun dalam RAPBN 2026, pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar Rp 244 triliun, sebesar Rp123,2 triliun disiapkan untuk layanan kesehatan masyarakat. Porsi terbesar dialokasikan bagi subsidi iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang mencakup 96,8 juta penerima bantuan iuran (PBI) serta 49,6 juta peserta PBPU, dengan total anggaran mencapai Rp69 triliun.

    Sri Mulyani menegaskan, pembahasan lebih rinci terkait skema penyesuaian iuran masih akan dilakukan oleh beberapa lembaga terkait seperti Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan.

    “Kami akan prosesnya membahas dengan Menteri Kesehatan dan BPKS kesehatan karena itu lembaga yang memandatkan untuk membahas,” ujarnya.

    Foto: dok BPJS Kesehatan
    BPJS Kesehatan

    Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan pentingkan kenaikan tarif iuran BPJS Kesehatan saat ini, setelah lima tahun terakhir sejak 2020 tidak mengalami kenaikan. Padahal, belanja kesehatan masyarakat kata dia terus naik dari tahun ke tahun dengan kisaran 15%.

    “Sama saja kita ada inflasi 5%, gaji pegawai atau menteri tidak boleh naik selama 5 tahun, itu kan agak menyedihkan juga kalau kita bilang ke karyawan atau supir kita gak naik 5 tahun padahal inflasi 15% kan enggak mungkin,” ucap Budi di DPR, pada Februari lalu.

    Menurut Budi, belanja kesehatan masyarakat saat ini pun kenaikannya telah lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB). Pada 2023, total belanja kesehatan mencapai Rp 614,5 triliun atau naik 8,2% dari 2022 yang senilai Rp 567,7 triliun. Sebelum periode Covid-19 pun pada 2018 belanja kesehatan naik 6,2% dari Rp 421,8 triliun menjadi Rp 448,1 triliun.

    Budi menegaskan, kenaikan belanja kesehatan yang sudah melampaui pertumbuhan PDB Indonesia yang hanya di kisaran 5% selama 10 tahun terakhir itu tidak sehat. “Kita hati-hati bapak ibu bahwa pertumbuhan belanja nasional itu selalu di atas pertumbuhan GDP, itu akibatnya tidak sustain bapak ibu,” ungkap Budi.

    (wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gapki Sebut Putusan WTO Bakal Perkuat Posisi RI, Angin Segar Industri Biodiesel

    Gapki Sebut Putusan WTO Bakal Perkuat Posisi RI, Angin Segar Industri Biodiesel

    Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyambut baik putusan Panel Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) yang mendukung posisi Indonesia dalam sengketa dengan Uni Eropa terkait pengenaan bea imbalan (countervailing duties) atas impor biodiesel asal Indonesia.

    Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan putusan Panel WTO semakin memperkuat posisi Indonesia. Terlebih, ungkap dia, Indonesia bisa mendongkrak ekspor ke Uni Eropa melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia—Uni Eropa (Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA).

    “Sebenarnya dengan IEU—CEPA, Indonesia sudah sangat diuntungkan, artinya hambatan tarif sudah tidak ada. Ini juga dapat mendorong ekspor Indonesia ke EU,” kata Eddy kepada Bisnis, Minggu (24/8/2025).

    Sekadar informasi, Presiden Prabowo Subianto menyatakan pemerintah telah menyelesaikan IEU—CEPA usai 10 tahun lamanya perjanjian ini tak kunjung rampung. Hal itu disampaikan Kepala Negara RI dalam pidato Penyampaian RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan di DPR, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

    Untuk itu, Eddy menilai, putusan WTO justru menjadi angin segar lantaran berpotensi menghapus hambatan nontariff terhadap biodiesel, jika Uni Eropa memilih untuk tidak mengajukan banding.

    “Dengan putusan WTO tersebut lebih bagus, artinya hambatan nontariff pada kasus yang tersebut bisa hilang apabila EU menerima putusan tersebut dan tidak melakukan banding,” ujarnya.

    Di sisi lain, Eddy menyebut Uni Eropa sangat menyoroti isu lingkungan yang menjadi tantangan bagi Indonesia, yakni kebijakan Peraturan Deforestasi Uni Eropa (European Union Deforestation Regulation/EUDR) yang akan mulai berlaku pada akhir 2025.

    “Ini [EUDR] sebenarnya juga hambatan nontariff yang akan diberlakukan akhir 2025 ini, sehingga pemerintah perlu concern agar ekspor Indonesia ke EU tidak terhambat dengan UU ini,” tuturnya.

    Untuk itu, Eddy memandang, ekspor minyak sawit Indonesia belum tentu meningkat meski WTO mendukung putusan terkait pengenaan bea masuk imbalan oleh Uni Eropa atas impor biodiesel.

    “Untuk ekspor minyak sawit karena masuk dalam EUDR belum tentu, kecuali kita comply dengan aturan EUDR,” terangnya.

    Meski begitu, Eddy menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia tengah mengupayakan agar tidak ada diskriminasi dan pihak Uni Eropa juga harus menerima kebijakan tersebut.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengapresiasi putusan WTO yang telah mengeluarkan putusan yang mendukung posisi Indonesia atas sejumlah klaim utama dalam pengaduan terkait pengenaan bea masuk imbalan oleh Uni Eropa terhadap impor biodiesel asal Indonesia.

    Hal itu disampaikan Menko Airlangga dalam unggahan di Instagram resminya @airlanggahartarto_official pada Minggu (24/8/2025).

    “Puji syukur alhamdulillah, kabar baik untuk Indonesia. Panel World Trade Organization [WTO] telah mengeluarkan putusan yang mendukung posisi Indonesia atas sejumlah klaim utama dalam pengaduan terkait pengenaan bea masuk imbalan [countervailing duties] oleh Uni Eropa terhadap impor biodiesel asal Indonesia,” kata Airlangga.

    Airlangga mengungkap, pengajuan sengketa dilakukan sejak 2023 atas pengenaan bea masuk oleh Uni Eropa atas biodiesel dari negara Asia Tenggara yang tidak sejalan dengan aturan WTO.

    Dalam putusannya, lanjut Airlangga, Panel WTO merekomendasikan agar Uni Eropa menyelaraskan langkah-langkahnya dengan kewajiban yang berlaku berdasarkan Agreement on Subsidies and Countervailing Measures (SCM Agreement).

    “Uni Eropa merupakan pasar penting bagi produk minyak sawit dan biodiesel Indonesia, di mana Indonesia sendiri merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia,” ujarnya.

    Airlangga menyatakan keputusan Panel WTO menegaskan posisi Indonesia dalam memperjuangkan akses pasar yang adil bagi produk-produk unggulan nasional.

    “Saya mengapresiasi putusan WTO ini, selanjutnya kita akan mempersiapkan langkah-langkah implementasi yang diperlukan secara terukur,” tuturnya.

    Dia menilai, keputusan ini menjadi katalisator bagi perkembangan komoditas andalan ekspor Indonesia. Ke depan, pemerintah berkomitmen akan terus mengawal keputusan tersebut dengan pendekatan yang solutif. “Mengutamakan kolaborasi internasional, sekaligus memperjuangkan kepentingan nasional pada kancah perdagangan global,” pungkasnya.