Topik: alutsista

  • KSAU: TNI AU harus tanggap, adaptif, dan punya strategi komprehensif

    KSAU: TNI AU harus tanggap, adaptif, dan punya strategi komprehensif

    modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) secara berkelanjutan harus menjadi prioritas utama

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono mengatakan bahwa TNI AU harus tanggap, adaptif, dan mempunyai strategi yang komprehensif untuk menghadapi berbagai dinamika global.

    Oleh sebab itu, Tonny mengatakan bahwa modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) secara berkelanjutan harus menjadi prioritas utama.

    “Ini tidak hanya sekadar meningkatkan kekuatan pertahanan udara, tetapi juga memiliki peran yang penting dalam menjaga stabilitas nasional di tengah tantangan geopolitik yang terus berkembang,” katanya sebelum membuka Rapat Pimpinan TNI AU di Markas Besar TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin.

    Selain itu, dia mengatakan bahwa kekuatan militer yang adaptif, modern, profesional, unggul, dan humanis (AMPUH) diperlukan dan didukung dengan tata kelola yang baik.

    “Oleh karena itu, reformasi birokrasi menjadi fokus kita untuk memastikan transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas, dalam setiap langkah strategis yang kita ambil,” ujarnya.

    Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan TNI AU, dia mengatakan bahwa Rapim TNI AU tahun ini mengangkat dua tema, yakni reformasi birokrasi pertahanan udara dan pembangunan kekuatan udara, serta strategi pertahanan pulau besar dan konsep pertahanan udara cakra .

    “Melalui pemahaman yang komprehensif dari berbagai materi tersebut, TNI Angkatan Udara diharapkan membangun kekuatan udara yang unggul, sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional menuju Indonesia maju,” katanya.

    Rapim TNI AU merupakan turunan dari pelaksanaan Rapim TNI-Polri 2025 yang dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto pada Kamis (30/1).

    Adapun KSAU membuka Rapim TNI AU 2025 yang dihadiri seluruh komandan, kepala, dan komandan satuan di lingkungan TNI AU.

    Pewarta: Rio Feisal, Ade Marboen
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

  • Saat Lagu Indonesia Raya Berkumandang di Kapal Perang Prancis – Halaman all

    Saat Lagu Indonesia Raya Berkumandang di Kapal Perang Prancis – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gerimis mengiringi kunjungan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ke kapal perang induk Prancis Charles De Gaulle yang sedang berlabuh di Pelabuhan Gili Mas, Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (2/2/2025).

    Dalam sejumlah video yang diterima dari Biro Info Pertahanan (Infohan) Kementerian Pertahana RI pada Minggu (2/2/2025), kedatangan Sjafrie disambut langsung Menhan Prancis Sebastien Lecornu dengan upacara jajar kehormatan.

    Dalam upacara itu lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu kebangsaan Prancis La Marseillaise berkumandang di Kapal Induk Prancis.

    Sjafrie yang didampingi Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali beserta pejabat Kementerian Pertahanan lalu mengunjungi sejumlah ruangan.

    Satu diantaranya tampak seperti anjungan.

    Di ruangan tersebut, Sjafrie dan rombongan tampak mendapatkan penjelasan dari personel Angkatan Laut Prancis terkait kapal perang induk tersebut.

    Sjafrie juga tampak mengunjungi sebuah aula di mana dirinya berbincang santai dengan sejumlah personel Angkatan Bersenjata Prancis.

    Selanjutnya, Sjafrie dan rombongan juga tampak melihat dari dekat pesawat tempur Rafale beserta sejumlah rudal yang digelar di dekat pesawat tempur gemerasi 4.5 itu.

    Setelah itu Sjafrie dan rombongan diantar oleh Sebastien Lecornu dan jajarannya ke pintu keluar kapal.

    Usai kunjungan tersebut Sjafrie mengatakan kunjungan tersebut adalah kunjungan persahabatan untuk memenuhi undangan Pemerintah Prancis.

    “Tadi saya dibawa keliling melihat combat management system, kemudian juga melihat Rafale yang kebetulan kita pesan di Prancis. Sehingga saya bisa melihat langsung peralatan, alutsista, lengkap dengan persenjataan yang menempel di pesawat itu,” ungkap Sjafrie dalam video yang diterima pada Minggu (2/2/2025).

    Hubungan Persahabatan

    Sjafrie menyatakan Kementerian Pertahanan dan Angkatan Bersenjata kedua negara telah meningkatkan hubungan persahabatan. 

    Hal tersebut, lanjut dia, sebagaimana halnya Presiden Prabowo Subianto meningkatkan hubungan persahabatan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Sjafrie menyatakan 42 unit pesawat jet tempur Rafale yang dipesan dari Prancis tersebut akan datang secara bertahap.

    Ia berharap pesawat pesawat-pesawat tempur tersebut dapat memperkuat kemampuan TNI Angkatan Udara .

    “Kita pesan 42 pesawat dan ini mulai akan datang secara bertahap dan mudah-mudahan ini bisa memperkuat kemampuan Angkatan Udara kita untuk menjaga kedaulatan Negara Indonesia,” lanjut dia.

    Ketika ditanya terkait rencana pengadaan kapal selam dari Prancis, Sjafrie menjawab Insya Allah.

    Jajaki Kapal Selam

    Sebagaimana diketahui, Indonesia juga tengah menjajaki recana pengadaan kapal selam Scorpene dari Prancis.

    “Insya Allah kapal selam,” kata Sjafrie.

    Karo Infohan sekaligus Juru Bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Frega Wenas menjelaskan Sjafrie dan Sebastien sepakat untuk meningkatkan hubungan pertahanan termasuk di dalamnya peningkatan kemampuan bahasa Prancis untuk personel TNI.

    Ia menjelaskan nantinya Prancis akan mengirimkan tenaga ahli sebagai pengajar bahasa Perancis, sementara Indonesia akan mendukung dari sisi infrastruktur.

    “Pelaksanaan pelatihan bahasa ini akan dipusatkan di Akademi Militer Magelang di mana nantinya tidak hanya melibatkan perwira Angkatan Darat saja,” kata Frega dalam keterangan tertulis yang terkonfirmasi pada Sabtu (1/2/2025).

    “Namun juga melibatkan perwira dari Angkatan lain, baik Angkatan Laut maupun Angkatan Udara, khususnya mereka yang akan mengawaki alutsista buatan Perancis seperti pesawat tempur Rafale maupun kapal selam Scorpene,” lanjut dia.

    Sehari sebelumnya, pada Jumat (31/1/2025) pagi Sebastien mengunjungi Sjafrie di kantor Kementerian Pertahanan RI Jakarta Pusat.

    Usai kunjungan, Sjafrie kemudian mengantar Sebastien ke kediaman Presiden RI Prabowo Subianto di Hambalang Jawa Barat.

     

  • Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Kunjungi Kapal Induk Charles De Gaulle di Lombok
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        1 Februari 2025

    Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Kunjungi Kapal Induk Charles De Gaulle di Lombok Nasional 1 Februari 2025

    Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Kunjungi Kapal Induk Charles De Gaulle di Lombok
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Pertahanan (Menhan) RI Sjafrie Sjamsoeddin didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Muhammad Ali mengunjungi
    Kapal Induk Perancis
    , Charles De Gaulle (CDG).
    Juru Bicara Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Frega Wenas Inkiriwang mengatakan, kunjungan Menhan dan rombongan dilakukan lantaran kapal induk milik Perancis itu tengah berlabuh di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
    “Kunjungan Menhan tersebut merupakan wujud sebuah persahabatan yang kuat sebagai bagian dari hubungan pertahanan Indonesia-Perancis,” kata Frega, dalam keterangan tertulis, Sabtu (1/2/2025).
    Menhan bersama rombongan dalam kunjungan itu sempat mencoba alat utama sistem senjata (alutsista) buatan Perancis seperti helikopter Caracal maupun pesawat Falcon.
    Menhan beserta rombongan juga meninjau combat management system di kapal CDG tersebut.
    “Kunjungan Menhan nantinya akan ditindaklanjuti dengan
    procurement
    , di mana saat ini Indonesia membeli 42 pesawat tempur Rafale termasuk kapal selam Scorpene,” kata Frega.
    “Baik
    Menhan Sjafrie Sjamsoeddin
    dan Menhan Perancis menyepakati untuk meningkatkan hubungan pertahanan, termasuk di dalamnya peningkatan kemampuan bahasa Perancis dari personel TNI,” ucap dia.
    Frega menyatakan, Indonesia dan Perancis telah sepakat melakukan
    kerja sama pertahanan
    .
    Kerja sama ini dimulai dengan langkah Perancis yang akan mengirimkan tenaga ahli sebagai pengajar bahasa Perancis, sementara dari Indonesia akan mendukung dari sisi infrastruktur.
    Pelaksanaan pelatihan bahasa ini akan dipusatkan di Akademi Militer Magelang.
    Nantinya, pelatihan melibatkan perwira Angkatan Darat, Laut, dan Angkatan Udara.
    Mereka yang sudah menguasai bahasa Perancis nantinya akan mengawasi pembelian alutsista seperti pesawat tempur Rafale maupun kapal selam Scorpene.
    “Secara umum, kunjungan yang dilakukan Menhan Perancis ke Kemenhan RI kemarin serta kunjungan Menhan Sjafrie Sjamsoeddin hari ini ke
    Kapal Induk Charles De Gaulle
    menjadi sebuah gambaran yang menandakan persahabatan yang kuat antara Indonesia dan Perancis,” kata Frega.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menhan Sjafrie kunjungi kapal induk Prancis berlabuh di Lombok

    Menhan Sjafrie kunjungi kapal induk Prancis berlabuh di Lombok

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin pada Sabtu, mengunjungi kapal induk Perancis, Charles De Gaulle (CDG), yang sedang berlabuh di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

    Kunjungan tersebut dilakukan Menhan Sjafrie bersama jajaran petinggi Mabes TNI dan TNI AL dalam rangka memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis.

    Kepala Biro Informasi Pertahanan Sekretariat Jenderal Kemenhan Brigadir Jenderal TNI Frega Wenas Inkiriwang saat dikonfirmasi membenarkan adanya kunjungan tersebut.

    Dia mengatakan rombongan Menhan Sjafrie dan Mabes TNI datang ke kapal induk menggunakan alutsista buatan Perancis, seperti helikopter Caracal dan pesawat Falcon.

    Selama kunjungan, Menhan Sjafrie Sjamsoeddin beserta rombongan meninjau combat management system di kapal CDG itu. Pihak militer Prancis pun menjelaskan seluruh fasilitas kapal kepada Menhan Sjafrie selama kunjungan kapal berlangsung.

    “Kunjungan Menhan nantinya akan ditindaklanjuti dengan procurement, di mana saat ini Indonesia membeli 42 pesawat tempur Rafale, termasuk kapal selam Scorpene,” kata Frega.

    Tidak hanya pembelian alat utama sistem senjata (alutsista), kedua belah pihak juga menyepakati berbagai kerja sama, seperti pelatihan teknis untuk perawat unit dan pelatihan bahasa Prancis.

    Frega menjelaskan latihan tersebut nantinya dilakukan di Akademi Militer Magelang dan melibatkan seluruh personel dari tiga matra TNI.

    “Tidak hanya melibatkan perwira Angkatan Darat, namun juga perwira dari Angkatan Laut dan Angkatan Udara, khususnya mereka yang akan mengawaki alutsista buatan Perancis, seperti pesawat tempur Rafale dan kapal selam Scorpene,” jelas Frega.

    Dengan adanya kunjungan kemiliteran ini, Frega yakin hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis akan semakin erat dan dapat membuahkan raga kerja sama lain di bidang militer.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

  • Presiden Prabowo & Menhan Prancis Sebastien Lecornu Bahas soal Pertahanan di Hambalang Bogor – Halaman all

    Presiden Prabowo & Menhan Prancis Sebastien Lecornu Bahas soal Pertahanan di Hambalang Bogor – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu menyambangi Presiden RI Prabowo Subianto di kediamannya, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/1/2025).

    Menhan Perancis menemui Prabowo usai bertemu Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Kementerian Pertahanan, Jakarta pada Jumat pagi.

    Lecornu, dalam unggahannya di platform X @SebLecornu menulis telah berdiskusi dengan Prabowo mengenai berbagai macam isu.

    Pertemuan ini untuk menjaga hubungan bilateral yang kuat antara Indonesia-Prancis, yang peringatan ke-75 tahunnya akan dirayakan pada tahun ini.

    “Senang berbagi pembahasan tantangan geostrategis dan hubungan pertahanan bilateral, meskipun kami telah bertemu beberapa kali di Paris dan Indonesia pada peran sebelumnya sebagai Menteri Pertahanan,” tulis Lecornu.

    Diketahui, hubungan bilateral Indonesia-Prancis di bidang pertahanan meliputi kerja sama pengadaan alutsista, transfer teknologi, serta pengembangan industri pertahanan.

    Beberapa kerja sama Indonesia-Prancis di antaranya menandatangani Defense Cooperation Agreement pada 2020, pembelian pesawat tempur Rafale, sampai kerja sama bidang intelijen, pelatihan militer, dan pemberantasan terorisme.

    Saling Bertukar Cinderamata

    Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menghadiahi senapan serbu produksi PT Pindad SS2-V4 kaliber 5.56 mm kepada Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu sebagai cinderamata di kantor Kementerian Pertahanan Jakarta, Jumat (31/1/2025).

    Saat menyerahkan cinderamata tersebut, Sjafrie memperkenalkan senjata tersebut sebagai senapan serbu produk dalam negeri berkaliber 5.56mm.

    Sebastien pun tampak tersenyum dan langsung menyalami Sjafrie ketika menerima cinderamata tersebut.

    Sebastien pun membalas cinderamata tersebut dengan menyerahkan cinderamata berupa sebuah lukisan bertuliskan Marine dan bergambar pesawat tempur serta kapal perang.

    Selain itu, Sebastien juga menyerahkan cinderamata lain berupa potongan tali baja (katapel) terbingkai yang biasa digunakan di kapal induk untuk meluncurkan pesawat tempur.

  • Presiden Prabowo Subianto Terima Menhan Prancis, Diskusi Soal Tantangan Dunia

    Presiden Prabowo Subianto Terima Menhan Prancis, Diskusi Soal Tantangan Dunia

    Bogor, Beritasatu.com – Seusai bertemu Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Kementerian Pertahanan, Jakarta pada Jumat (31/1/2025) pagi, Menhan Prancis Sebastian Lecornu menyambangi Presiden Prabowo Subianto di kediamannya di kawasan Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

    Lecornu, dalam unggahannya di platform X @SebLecornu menulis telah berdiskusi dengan Prabowo Subianto mengenai berbagai macam isu. 

    Pertemuan Lecornu dengan Presiden Prabowo Subianto ini, lanjutnya, menjaga hubungan bilateral yang kuat antara Indonesia-Prancis, yang peringatan ke-75 tahunnya akan dirayakan pada tahun ini.

    “Senang berbagi pembahasan tantangan geostrategis dan hubungan pertahanan bilateral, meskipun kami telah bertemu beberapa kali di Paris dan Indonesia pada peran sebelumnya sebagai menteri Pertahanan,” tulis Lecornu.

    Diketahui, hubungan bilateral Indonesia-Prancis di bidang pertahanan meliputi kerja sama pengadaan alutsista, transfer teknologi, serta pengembangan industri pertahanan.

    Beberapa kerja sama Indonesia-Prancis di antaranya menandatangani Defense Cooperation Agreement pada 2020, pembelian pesawat tempur Rafale, sampai kerja sama bidang intelijen, pelatihan militer, dan pemberantasan terorisme.

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menggelar rapat terbatas dengan sejumlah menteri Kabinet Merah Putih untuk membahas langkah-langkah strategis dalam penataan lahan, khususnya yang berkaitan dengan perkebunan sawit.

  • PT PAL Amankan Kontrak Berjalan Rp42,32 Triliun di 2025

    PT PAL Amankan Kontrak Berjalan Rp42,32 Triliun di 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan manufaktur di bidang maritim PT PAL Indonesia mengamankan kontrak berjalan (on-hand) senilai Rp42,32 triliun pada 2025, meningkat 7,01% dari prognosa 2024.

    Capaian tersebut tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025 yang telah disahkan oleh Kementerian BUMN dan Defend ID dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Jakarta, Kamis (30/1/2025).

    “Dengan kontrak berjalan senilai Rp42,32 triliun, PT PAL siap mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penguatan dan kemandirian industri pertahanan,” ujar Direktur Utama PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod melalui siaran pers, Jumat (31/1/2025).

    Kaharuddin menegaskan bahwa pencapaian ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap kemampuan PT PAL dalam menyelesaikan proyek-proyek strategis, baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional.

    Saat ini, kata dia, PT PAL tengah menggarap berbagai proyek strategis, termasuk alutsista pesanan Kementerian Pertahanan RI dan TNI Angkatan Laut, produk non-alutsista untuk eksplorasi energi pesanan PT PLN dan PT Pertamina, serta kapal ekspor pesanan Uni Emirat Arab dan Filipina.

    “Keberhasilan ini membuktikan bahwa produk PT PAL mampu bersaing dengan produsen global. Hal ini tidak lepas dari dukungan pemerintah dan kepercayaan yang semakin besar dari pasar internasional,” kata Kaharuddin. 

    Pendapatan PT PAL pada 2025 diproyeksikan berasal dari berbagai sektor, termasuk proyek pertahanan dalam dan luar negeri, pembangunan kapal selam sebagai bagian dari program strategis nasional, serta sektor non-pertahanan seperti pemeliharaan dan perbaikan (Harkan), rekayasa umum, dan elektrifikasi.

    “Sektor pertahanan tetap menjadi tulang punggung utama pendapatan kami. Namun, kami juga terus mengembangkan sektor non-pertahanan untuk memperkuat daya saing dan mendiversifikasi sumber pendapatan,” ujar Kaharuddin.

    Dalam mencapai target RKAP 2025, imbuh dia, PT PAL telah menyiapkan strategi bisnis yang komprehensif, meliputi peningkatan kapabilitas SDM, optimalisasi teknologi dan inovasi guna meningkatkan daya saing global, serta pengembangan produk pertahanan berteknologi tinggi yang memenuhi standar internasional.

    Selain itu, PT PAL juga memperkuat kolaborasi strategis dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendukung ekosistem industri pertahanan nasional.

    “Target kami tidak hanya berfokus pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga kontribusi aktif dalam pembangunan sosial, khususnya melalui pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasional PT PAL,” tandas Kaharuddin.

    RUPS Defend ID yang dipimpin oleh Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Bobby Rasyidin, turut dihadiri jajaran direksi dari PT PAL Indonesia, PT Pindad, PT Dahana, dan PT Dirgantara Indonesia.

    Agenda utama mencakup penetapan klasifikasi risiko perusahaan, rencana kerja dan anggaran program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL), serta key performance indicator (KPI) direksi dan dewan komisaris tahun 2025. Dengan strategi yang solid dan sinergi antar-BUMN pertahanan, PT PAL optimistis mencapai target bisnis sekaligus memperkuat kemandirian industri pertahanan nasional.

  • Makin Berotot, 2 Kapal Buatan Italia Segera Memperkuat TNI AL

    Makin Berotot, 2 Kapal Buatan Italia Segera Memperkuat TNI AL

    Bisnis.com, JAKARTA — Dua kapal perang berjenis Offshore Patrol Vessels/Pattugliatore Polivalente d’Altura (PPA) buatan Italia segera memperkuat alat utama sistem persenjataan TNI Angkatan Laut (TNI AL). Kapal perang tersebut diberi nama KRI Brawijaya-320 dan KRI Prabu Siliwangi-321.

    Kapal-kapal perang ini diketahui tak hanya sekadar menjadi bagian dari armada AL Indonesia saja, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam modernisasi alutsista untuk menjaga kedaulatan dan keamanan negara.

    Upacara pemberian nama kapal secara simbolis atau shipnaming ini dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali dan Ketua Umum Jalasenastri Fera Muhammad Ali, di galangan kapal Fincantieri Muggiano, Italia, Rabu (29/1/2025).

    “Kedua kapal perang ini merupakan bagian dari kerja sama strategis antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan Fincantieri, salah satu perusahaan galangan kapal terkemuka di dunia,” kata Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) dalam keterangan resmi yang dikutip pada Jumat (31/1/2025).

    Kapal yang memiliki panjang 143 m, lebar 16,5 m, draft 5,2 m, max speed 32 knots dengan pendorongan combine diesel, electric dan gas turbin, ini diberi nama yang diambil dari nama raja-raja Nusantara.

    KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali mengemukakan nama-nama yang dipilih tersebut dimaksudkan sebagai simbol harapan, doa, dan tekad untuk menegakkan kedaulatan dan kehormatan bangsa di seluruh lautan dunia.

    “Kita baru saja menyaksikan upacara pemberian nama dua Kapal Patroli Lepas Pantai, KRI Brawijaya dengan nomor lambung 320 dan KRI Prabu Siliwangi dengan nomor lambung 321. Seperti kita ketahui pemberian nama kapal bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan langkah strategis dalam membangun identitas kapal,” katanya saat menyampaikan sambutan Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin.

    Adapun, selain spesifikasi yang disebutkan tadi, senjata yang dimiliki oleh kedua kapal perang ini adalah SAM: 16 VL Sistem, SSM: 8 Teseo Mk-2E, Meriam 127 mm, Meriam 76 mm dan torpedo.

    “Kerja sama ini mencerminkan keseriusan Kementerian Pertahanan dalam meningkatkan kemampuan tempur Angkatan Laut Indonesia. Dengan demikian, mereka akan mampu menghadapi tantangan di perairan nasional dan regional dengan lebih efektif,” pungkas Ali.

    Sebagai informasi, kontrak kesepakatan ini sebelumnya telah disepakati dengan rencana pengiriman kapal pertama pada bulan Oktober 2024, sementara kapal kedua dijadwalkan akan tiba pada bulan April 2025.

    Tak hanya fisik kapal, kesepakatan ini juga diiringi dengan paket offset yang komprehensif, seperti konsultasi pengembangan galangan kapal, strategi bisnis jangka panjang, peningkatan fisik galangan kapal, penyampaian materi didaktik, serta kursus pelatihan kelas di Italia yang berdurasi enam bulan.

  • Hasil Survei Sebut 6 Menteri Kabinet Merah Putih Dinilai Berhasil di 100 Hari Kerja

    Hasil Survei Sebut 6 Menteri Kabinet Merah Putih Dinilai Berhasil di 100 Hari Kerja

    loading…

    Direktur Riset Index Politica Fadhly mengatakan, publik menyebut enam menteri Kabinet Merah Putih dinilai berhasil menjalankan tugasnya dalam 100 hari kerja. Foto/SindoNews

    JAKARTA – Lembaga survei Indexpolica merilis hasil surveinya terkait dengan 100 hari kerja Menteri Kabinet Merah Putih . Hasilnya, publik menilai sejumlah menteri di Pemerintahan Prabowo-Gibran berhasil.

    “Top of mind menteri pilihan responden yang dianggap bekerja keras dalam kurun 100 hari dipemerintahan Prabowo-Gibran adalah tertinggi Menteri Agama Nasaruddin Umar, dengan 25,6%, beliau dipilih karena telah berhasil menurunkan harga ongkos naik haji,”kata Direktur Riset Index Politica Fadhly di Jakarta, Jumat (31/1/2025)

    Kemudian, di posisi kedua Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dengan angka 21,2%. Bahlil, dianggap berhasil menghemat APBN dalam program biodiesel b40 yang menghemat biaya impor solar sebesar Rp147,5 triliun.

    “Di posisi ketiga 19,7% yakni Letjen (Purn) Sjafri Sjamsoeddin Menteri Pertahanan (Menhan). Menhan dipilih karena dianggap berhasil dalam program tranfer teknologi alutsista yakni frigate Merah Putih, drone anka, dan kapal selam Scorpene Evolved,” tuturnya.

    Baca Juga: Plus Minus 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Posisi keempat pilihan responden 16,8% jatuh pada Menteri ATR/BPN Nusron Wahid. Fadhly mengatakan, Nusron dipilih karena dianggap berani dan tegas atas kasus pagar laut di Tanggerang. “Berani mencabut SHGB dan SHM perusahaan yang terlibat dalam kasus tersebut,” katanya.

    Di posisi kelima, kata dia, pilihan responden sebesar 5,5% jatuh kepada Menko bidang Pangan Zulkifli Hasan. Ketum PAN itu terpilih karena dianggap berhasil dengan program tolak impor beras, garam, dan jagung.

    “Terakhir, nomor urut enam sekitar 1,8% dr, Ir Andi Amran Sulaiman. Beliau Menteri Pertanian dianggap berhasil dan cakap dalam program jangka panjang swasembada pangan,” katanya.

    Dalam survei ini, responden menyatakan kepuasan atas pemerintahan Prabowo-Gibran sebesar 87,9% karena dianggap sudah langsung bekerja sesuai tupoksi masing masing kementerian dan lembaga negara, sisanya 12,1% kurang puas.

  • Peta Konflik Dunia di 2025: AS Awas, Rusia Untung, Perhatian Timur Tengah, Situasi Korea hingga Cina – Halaman all

    Peta Konflik Dunia di 2025: AS Awas, Rusia Untung, Perhatian Timur Tengah, Situasi Korea hingga Cina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dewan Urusan Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah merilis jajak pendapat tahunan para ahli kebijakan luar negeri dengan pertimbangan konflik saat ini atau potensial yang dapat memengaruhi kepentingan Negeri Paman Sam.

    Laporan tersebut dirilis dengan latar belakang perang dan meningkatnya ketegangan di sejumlah kawasan dan saat Presiden AS Donald Trump memaparkan prioritas kebijakan luar negerinya untuk masa jabatan keduanya.

    Newsweek menghubungi Departemen Luar Negeri AS melalui email untuk meminta komentar.

    Laporan tersebut disusun dari informasi yang dikumpulkan pada bulan November dari 15.000 akademisi, pejabat pemerintah, dan pakar kebijakan luar negeri lainnya.

    Hasilnya menunjukkan bahwa tahun 2025 dapat menjadi tahun yang paling berbahaya sejak Dewan Urusan Luar Negeri mulai melakukan Survei Prioritas Pencegahan.

    Ada lebih banyak skenario yang lebih mungkin terjadi dan memiliki dampak potensial yang lebih tinggi terhadap kepentingan Washington daripada sebelumnya dalam 17 tahun jajak pendapat oleh lembaga pemikir yang berkantor pusat di Washington DC.

    Timur Tengah Masih Memanas

    Timur Tengah dianggap sebagai area yang memerlukan perhatian khusus.

    Menurut laporan tersebut, masih menjadi sorotan konflik Israel dan Hamas di Gaza, kemudian bentrokan dengan Hizbullah yang berpusat di Lebanon, dan meningkatnya permusuhan dengan pendukung kedua kelompok paramiliter—Iran.

    Tidak jelas bagaimana gencatan senjata minggu lalu antara Israel dan Hamas dan kembalinya ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi dari Gaza selatan ke utara akan memengaruhi hasil survei.

    Keuntungan Militer Rusia

    Lalu perang Rusia melawan Ukraina juga masuk dalam kategori konflik Tingkat I tertinggi. 

    Kini, perang yang telah memasuki tahun ketiga dinilai memiliki kemungkinan besar untuk terus berlanjut dan berdampak besar pada kepentingan AS.

    Laporan itu memprediksi berbagai  spekulasi yang bisa terjadi.

    “Keuntungan militer besar Rusia di Ukraina, termasuk penghancuran infrastruktur penting secara luas, dan berkurangnya bantuan asing ke Kyiv menyebabkan gencatan senjata yang menguntungkan Moskow.”

    Tekanan Militer Cina ke Taiwan

    Skenario Tingkat 1 yang dianggap cukup mungkin terjadi tetapi dengan dampak potensial yang tinggi adalah “peningkatan tekanan militer dan ekonomi oleh Tiongkok terhadap Taiwan ” yang dapat memicu krisis Selat Taiwan yang dapat menarik AS dan negara lain di kawasan Pasifik.

    Konflik Afghanistan

    Afghanistan masuk dalam kategori risiko rendah Tier II.

    Para ahli merasa penindasan Taliban dan kesulitan ekonomi yang sedang berlangsung di Afghanistan dapat memicu kekerasan sektarian, yang dapat memperburuk krisis kemanusiaannya.

    Skenario ini dianggap memiliki kemungkinan yang tinggi meskipun dampaknya rendah terhadap masalah kebijakan AS saat ini.

    Provokasi Perbatasan Korea

    Sementara itu, “uji coba senjata dan provokasi perbatasan” oleh Korea Utara tidak mungkin mengakibatkan konfrontasi penuh dengan Korea Selatan, menurut para ahli.

    Kontinjensi ini turun ke Tingkat II, turun dari Tingkat 1 tahun lalu, tetapi akan berdampak besar pada kawasan tersebut dan kemungkinan akan melibatkan AS, yang menempatkan sekitar 28.000 tentara di Korea Selatan yang bersekutu.

    Di antara potensi krisis dalam kategori Tingkat III adalah meningkatnya ketidakstabilan politik yang disebabkan oleh meningkatnya terorisme dan melemahnya kewenangan pemerintah di Nigeria timur laut.

    ALUTSISTA KOREA UTARA – Meriam howitzer M1989 Koksan Korea Utara dikabarkan telah dikirim ke Rusia. Uji coba senjata dan provokasi perbatasan” oleh Korea Utara disebut pakar tidak mungkin mengakibatkan konfrontasi penuh dengan Korea Selatan. (NK News)

    Kemungkinan ini dianggap sedang dan berdampak rendah pada kepentingan Washington.

    Direktur Pusat Aksi Pencegahan di Council on Foreign Relations, Paul Stares, memberikan analisis terkait peta konflik dunia di 2025.

    “Tingkat kecemasan yang dirasakan responden survei tentang risiko konflik kekerasan selama 12 bulan mendatang tidak pernah sebesar ini. Dari 30 kemungkinan yang disurvei, 28 dinilai sangat mungkin terjadi dalam 12 bulan mendatang. Delapan belas di antaranya akan berdampak tinggi atau sedang terhadap kepentingan AS.”

    Untuk menghindari berbagai krisis yang terjadi secara bersamaan dengan konsekuensi yang mengerikan bagi Amerika Serikat, Stares menyarankan pemerintahan Trump untuk berpikir jernih dan berupaya mengurangi risiko konflik.

    Indeks Perdamaian Dunia

    Pada Juni 2024 lalu, Indeks Perdamaian Global (GPI) 2024 merilis peta konflik terbanyak sejak Perang Dunia II.

    Terdapat 56 konflik, 92 negara terlibat dalam konflik di luar perbatasan, yang merupakan jumlah terbanyak sejak GPI didirikan.

    Laporan yang dihasilkan oleh lembaga pemikir internasional, Institute for Economics & Peace (IEP), yang mengungkap bahwa dunia berada di persimpangan jalan. Tanpa upaya bersama, ada risiko lonjakan konflik besar, seperti dikutip dari visionofhumanity.org.

    Adapun 97 negara mengalami penurunan tingkat kedamaian, lebih banyak dari tahun mana pun sejak dimulainya Indeks Perdamaian Global pada tahun 2008.

    Konflik di Gaza dan Ukraina merupakan pendorong utama penurunan tingkat kedamaian global, karena kematian akibat pertempuran mencapai 162.000 pada tahun 2023.

    92 negara saat ini terlibat dalam konflik di luar perbatasan mereka, lebih banyak daripada kapan pun sejak dimulainya GPI.

    Sistem penilaian militer pertama dari jenisnya menunjukkan bahwa kemampuan militer AS hingga tiga kali lebih tinggi daripada Tiongkok.

    Dampak ekonomi global dari kekerasan meningkat menjadi $19,1 triliun pada tahun 2023, mewakili 13,5 persen dari PDB global. Paparan terhadap konflik menimbulkan risiko rantai pasokan yang signifikan bagi pemerintah dan bisnis.

    Militerisasi mencatat penurunan tahunan terbesarnya sejak dimulainya GPI, dengan 108 negara menjadi lebih termiliterisasi.

    110 juta orang menjadi pengungsi atau mengungsi di dalam negeri karena konflik kekerasan, dengan 16 negara kini menampung lebih dari setengah juta pengungsi.

    Amerika Utara mengalami kemerosotan regional terbesar, yang disebabkan oleh peningkatan kejahatan kekerasan dan ketakutan akan kekerasan.

    Jumlah negara yang terlibat konflik tertinggi sejak Perang Dunia II

    PEMBEBASAN SANDERA ISRAEL – Foto ini diambil pada Jumat (31/1/2025) dari publikasi resmi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Kamis (30/1/2025), menunjukkan warga Palestina dan anggota Brigade Al-Qassam menyaksikan pertukaran tahanan ketiga di Jalur Gaza pada Kamis (30/1/2025). Hamas menyerahkan 3 sandera Israel dan 5 warga Thailand kepada ICRC sebelum dibawa ke negara masing-masing. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Saat ini terdapat 56 konflik, yang terbanyak sejak Perang Dunia II.

    Konflik-konflik tersebut telah menjadi lebih internasional dengan 92 negara terlibat dalam konflik di luar perbatasan mereka, yang terbanyak sejak dimulainya GPI.

    Meningkatnya jumlah konflik kecil meningkatkan kemungkinan terjadinya lebih banyak konflik besar di masa mendatang.

    Misalnya, pada tahun 2019, Ethiopia, Ukraina, dan Gaza semuanya diidentifikasi sebagai konflik kecil.

    Tahun lalu tercatat 162.000 kematian terkait konflik. Ini adalah jumlah korban tertinggi kedua dalam 30 tahun terakhir, dengan konflik di Ukraina dan Gaza yang menyumbang hampir tiga perempat kematian.

    Ukraina mewakili lebih dari separuhnya, mencatat 83.000 kematian akibat konflik, dengan perkiraan sedikitnya 33.000 untuk Palestina hingga April 2024.

    Dalam empat bulan pertama tahun 2024, kematian terkait konflik secara global berjumlah 47.000.

    Jika angka yang sama berlanjut hingga akhir tahun ini, ini akan menjadi jumlah kematian konflik tertinggi sejak genosida Rwanda pada tahun 1994.

    Dampak ekonomi global akibat kekerasan pada tahun 2023 adalah $19,1 triliun atau $2.380 per orang.

    Ini merupakan peningkatan sebesar $158 miliar, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan kerugian PDB akibat konflik sebesar 20 persen.

    Pengeluaran untuk pembangunan perdamaian dan pemeliharaan perdamaian berjumlah total $49,6 miliar, yang mewakili kurang dari 0,6?ri total pengeluaran militer.

    Islandia tetap menjadi negara paling damai, posisi yang telah dipegangnya sejak 2008, diikuti oleh Irlandia, Austria, Selandia Baru, dan Singapura – pendatang baru di lima besar.

    Yaman telah menggantikan Afghanistan sebagai negara paling tidak damai di dunia. Diikuti oleh Sudan, Sudan Selatan, Afghanistan, dan Ukraina.

    Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) tetap menjadi kawasan yang paling tidak damai.

    Kawasan ini merupakan rumah bagi empat dari sepuluh negara yang paling tidak damai di dunia dan dua negara yang paling tidak damai, Sudan dan Yaman.

    Meskipun demikian, UEA mencatat peningkatan kedamaian terbesar di kawasan ini – naik 31 peringkat ke peringkat 53 pada tahun 2024.

    Meskipun sebagian besar indikator kedamaian memburuk selama 18 tahun terakhir, ada peningkatan dalam angka pembunuhan yang turun di 112 negara, sementara persepsi kriminalitas membaik di 96 negara.

    Perubahan sifat konflik

    Seiring meluasnya konflik dan semakin mendunianya konflik, meningkatnya kompleksitas mengurangi kemungkinan tercapainya solusi yang langgeng. Ukraina dan Gaza adalah contoh dari keluhan historis yang terus berlanjut atau “perang abadi” tanpa resolusi yang jelas.

    Jumlah konflik yang menghasilkan kemenangan yang menentukan bagi kedua belah pihak telah turun dari 49 persen pada tahun 1970-an, menjadi kurang dari 9 persen pada tahun 2010-an.

    Selama periode yang sama, jumlah konflik yang berakhir melalui perjanjian damai turun dari 23 persen menjadi lebih dari 4%.

    Faktor kunci lain yang membentuk kembali konflik adalah dampak teknologi peperangan asimetris, yang memudahkan kelompok non-negara, serta negara yang lebih kecil atau kurang kuat, untuk bersaing dalam konflik dengan negara atau pemerintah yang lebih besar.

    Jumlah negara yang menggunakan pesawat nirawak meningkat dari 16 menjadi 40, peningkatan 150% antara tahun 2018 dan 2023.

    Selama periode yang sama, jumlah kelompok non-negara yang melakukan setidaknya satu serangan pesawat nirawak meningkat dari 6 menjadi 91, peningkatan lebih dari 1.400%.

    Kemampuan militer global

    Sejak dimulainya perang Ukraina, militerisasi telah meningkat di 91 negara, membalikkan tren 15 tahun sebelumnya.

    Mengingat komitmen ke depan banyak negara terhadap pengeluaran militer, hal itu tidak mungkin membaik dalam beberapa tahun mendatang.

    Perubahan dalam dinamika peperangan telah menyebabkan jumlah pasukan berkurang sementara kecanggihan teknologi meningkat.

    Selama dekade terakhir, 100 negara mengurangi personel angkatan bersenjata mereka, sementara kemampuan militer global meningkat lebih dari 10%.

    Penelitian pertama yang dilakukan oleh IEP menghitung kemampuan militer suatu negara dengan menggabungkan kecanggihan militer, teknologi, dan kesiapan tempur.

    Penelitian ini mengungkap bahwa AS memiliki kemampuan militer yang jauh lebih tinggi daripada China, yang diikuti oleh Rusia.

    Pendekatan tradisional untuk mengukur kemampuan militer umumnya hanya menghitung jumlah aset militer.

    Sorotan regional

    Eropa tetap menjadi kawasan paling damai, namun, kawasan ini mencatat peningkatan pengeluaran militer tahunan terbesar sejak dimulainya GPI.

    Amerika Utara mencatat penurunan perdamaian regional terbesar dengan penurunan hanya di bawah 5%.

    Baik AS maupun Kanada mengalami penurunan yang signifikan, terutama didorong oleh peningkatan kejahatan kekerasan dan ketakutan akan kekerasan.

    Afrika Sub-Sahara sekarang menjadi kawasan paling tidak damai kedua setelah MENA karena menghadapi beberapa krisis keamanan – terutama meningkatnya kerusuhan politik dan terorisme di Sahel Tengah.

    Asia-Pasifik tetap menjadi kawasan paling damai kedua dengan sedikit penurunan perdamaian.

    Papua Nugini mencatat penurunan terburuk di kawasan tersebut, yang disebabkan oleh meningkatnya kekerasan suku akibat perselisihan atas wilayah dan kepemilikan tanah.

    Amerika Tengah dan Karibia mengalami sedikit penurunan perdamaian, karena negara-negara seperti Haiti memerangi kejahatan terorganisasi tingkat tinggi dan kerusuhan sipil.

    Meskipun demikian, El Salvador mencatat peningkatan perdamaian paling signifikan di dunia.

    Amerika Selatan mengalami penurunan perdamaian terbesar kedua dengan penurunan sebesar 3,6%.

    Perubahan terbesar terjadi pada indikator Tingkat Pembunuhan, Skala Teror Politik, dan Intensitas Konflik Internal.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)