Topik: alutsista

  • Indo Defence 2025 Cetak 17 Kontrak Industri Alutsista Lokal

    Indo Defence 2025 Cetak 17 Kontrak Industri Alutsista Lokal

    Jakarta, Beritasatu.com – Pameran Indo Defence 2025 yang berlangsung pada 11-14 Juni di JIExpo Kemayoran, Jakarta, sukses membukukan 17 kontrak kerja sama industri pertahanan dalam negeri, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

    Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Laksamana Muda TNI Sri Yanto menyebutkan, kontrak ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam memperkuat industri pertahanan nasional.

    “Ini wujud perhatian pemerintah kepada industri dalam negeri, dengan memberi porsi pengadaan alutsista dalam negeri,” ujarnya dalam jumpa pers seusai penutupan Indo Defence 2025, Sabtu (14/6/2025).

    Kontrak-kontrak tersebut meliputi pengadaan dan pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk tiga matra TNI, yaitu darat, laut, dan udara.

    Tak hanya kontrak, Indo Defence 2025 juga menghasilkan 55 nota kesepahaman (MoU) antarpelaku industri pertahanan. Kerja sama itu mencakup pengembangan teknologi, kolaborasi sumber daya manusia, hingga ekspansi pasar internasional.

    Meski demikian, Sri Yanto tidak memerinci nilai kontrak maupun isi detail kesepakatan yang telah ditandatangani.

    Indo Defence 2025 semula dijadwalkan pada November 2024, tetapi ditunda karena transisi pemerintahan. Pameran kali ini diikuti 1.180 perusahaan dari 55 negara, termasuk Amerika Serikat dan Turki, yang dikenal sebagai mitra strategis militer Indonesia.

  • Ribuan Warga Serbu Indo Defence, Anak-anak Antusias Coba Alutsista

    Ribuan Warga Serbu Indo Defence, Anak-anak Antusias Coba Alutsista

    Jakarta, Beritasatu.com – Pameran pertahanan internasional Indo Defence 2025 menjadi magnet ribuan warga pada hari terakhir penyelenggaraan, Sabtu (14/6/2025). Digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, ajang ini terbuka untuk umum dan menjadi hiburan edukatif keluarga pada akhir pekan.

    Pengunjung dari berbagai kalangan tampak antusias menjajal alat utama sistem persenjataan (alutsista) canggih dari berbagai negara. Mulai dari senapan tempur, drone militer, kendaraan taktis (rantis), hingga tank dan pesawat tanpa awak dipamerkan langsung kepada publik.

    Mayoritas pengunjung datang bersama anak-anak untuk mengenalkan dunia pertahanan sejak dini. Salah satunya, Siti (45), warga Kemayoran, Jakarta Pusat, yang membawa dua anaknya untuk melihat langsung alutsista yang selama ini hanya mereka lihat di televisi.

    “Pengin lihat alutsista karena mereka selama ini hanya melihat melalui televisi,” ungkapnya kepada Beritasatu.com.

    Anak-anak terlihat riang mencoba simulator drone dan menaiki kendaraan tempur yang tersedia di beberapa booth pameran. Salah satu stan teramai adalah milik PT Ralika Group, produsen lokal yang menampilkan teknologi drone pendeteksi musuh serta berbagai kendaraan taktis.

    Selain produsen dalam negeri, Indo Defence 2025 juga diikuti perusahaan dari 42 negara, dengan total 1.180 peserta pameran, terdiri dari 659 perusahaan asing dan 521 perusahaan nasional.

    Pameran dibuka untuk umum mulai pukul 10.00 hingga pukul 19.00 WIB, dengan tiket masuk seharga Rp 50.000. Meski berbayar, animo masyarakat tetap tinggi karena pengalaman yang ditawarkan jarang ditemui di tempat lain.

    Mengusung tema “Defence Partnerships for Global Peace & Stability”, Indo Defence 2025 tak hanya menjadi ajang pamer teknologi, tetapi juga memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral di bidang pertahanan, maritim, dan dirgantara.

    Pameran ini menjadi bukti antusiasme masyarakat terhadap dunia pertahanan. Selain itu juga wadah memperkuat posisi Indonesia di mata dunia sebagai negara dengan kapabilitas militer yang terus berkembang.

  • dari Ranpur Amfibi hingga Drone Surveillance

    dari Ranpur Amfibi hingga Drone Surveillance

    Jakarta: EDGE Group, perusahaan teknologi dan pertahanan asal Uni Emirat Arab (UEA) ikut unjuk gigi di Indo Defence 2025 Expo and Forum. Sederet alutsista canggih mereka bawa di pameran pertahanan internasional yang digelar di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat.

    Vice President – International Business Development EDGE, Miles Chambers menyebut ini kali ketiga EDGE Group ikut Indo Defence. Keikutsertaan ini selain memamerkan teknologi dan sistem pertahanan canggih juga bentuk komitmen perusahaan terhadap pasar Indonesia. 

    “Ini merupakan komitmen kami terhadap pasar Indonesia, kami juga bekerja sama erat dengan sejumlah mitra lokal di Indonesia, baik pemerintah maupun sektor swasta. Karena pada akhirnya kami membawa peralatan ke pasar lokal, kami ingin memastikan hal ini dapat didukung dan dipertahankan,” kata Miles saat ditemui Medcom.id di JIExpo, Jumat, 13 Juni 2025.
    Pamerkan Alutsista Canggih
    Di Indo Defence tahun perusahaan yang berbasis di Abu Dhabi, UEA ini membawa berbagai alutsista canggih dari 18 perusahaan yang tergabung dalam portofolio EDGE. Lebih dari 90 solusi dan produk pertahanan canggih.

    “Dari platform kendaraan kami seperti kendaraan AJBAN 4X4 untuk patroli dan operasi darat hingga kendaraan amfibi 8X8 (Rabdan) dengan kemampuan tempur yang telah terbukti,” beber Miles.

    Kendaraan tempur (ranpur) Rabda sendiri sempat mencuri perhatian Presiden Prabowo Subianto. Dalam kunjungan setelah membuka Indo Defence 2024 pada Rabu (11/6/2025) sempat mengunjungi stan EDGE Group. Kepala negara juga terlihat sempat melihat langsung bagian dalam kendaraan tempur yang bisa memuat 12 personel itu.

    “Kendaraan tempur infanteri (IFV) ini mempunyai tingkat proteksi balistik dan ledakan yang sangat tinggi tetapi juga merupakan kendaraan amfibi. Bagi negara kepulauan seperti Indonesia kemampuan amfibi di negara dengan banyak pulau sangatlah penting,” jelas Miles.

    (IFV Rabda 8X8. Foto: Medcom/Syahrul Ramadhan)
     

    Tidak hanya kendaraan tempur, EDGE Group yang mempunyai fokus pada autonomous system ini juga menghadirkan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Garmoosha dan Unmanned Ground Vehicle (UGV) THeMIS.

    “UAV untuk operasi tempur pengawasan. Kami juga memiliki kendaraan darat tanpa awak (UGV) dari salah satu perusahaan kami yang berinvestasi di Estonia, Milrem Robotics,” tambahnya.

    (UGV TheMIS. Foto: Medcom/Syahrul Ramadhan)

    EDGE juga membawa berbagai teknologi sensor berbasis AI, siber hingga solusi yang dirancang khusus untuk kebutuhan regional, mulai dari amunisi berpandu presisi, sistem keamanan komunikasi hingga keamanan siber.
    Tentang EDGE

    EDGE sebuah perusahaan UEA yang mulai menjalankan bisnisnya sejak November 2019. EDGE adalah salah satu grup perusahaan teknologi canggih terkemuka dunia, yang didirikan untuk menghadirkan solusi pertahanan yang gesit, berani, dan disruptif, serta menjadi katalis perubahan dan transformasi.

    EDGE berkomitmen untuk menghadirkan inovasi,produk, dan layanan ke pasar global dengan kecepatan dan efisiensi yang lebih tinggi, memposisikan UEA sebagai pusat global terkemuka untuk industri masa depan dan mencetak generasi talenta unggul di sektor ini.

    Dengan fokus pada teknologi Revolusi Industri Keempat (4IR), EDGE mendorong pengembangan kapabilitas dalam negeri untuk ekspor global dan menjaga keamanan nasional. EDGE bekerja sama dengan operator garis depan dan mitra internasional, dan mengadopsi teknologi mutakhir seperti sistem otonom, sistem siber-fisik, sistem propulsi canggih, robotika, dan material pintar.

    EDGE menggabungkan R&D, teknologi baru (emerging technologies), transformasi digital, dan inovasi pasar komersial dengan kapabilitas militer untuk mengembangkan solusi disruptif yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pelanggannya.

    Berkantor pusat di Abu Dhabi, EDGE menaungi lebih dari 35 entitas dalam enam klaster utama: Platforms & Systems, Missiles & Weapons, Space & Cyber Technologies, Trading & Mission Support, Technology & Innovation, and Homeland Security.

     

    Jakarta: EDGE Group, perusahaan teknologi dan pertahanan asal Uni Emirat Arab (UEA) ikut unjuk gigi di Indo Defence 2025 Expo and Forum. Sederet alutsista canggih mereka bawa di pameran pertahanan internasional yang digelar di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat.
     
    Vice President – International Business Development EDGE, Miles Chambers menyebut ini kali ketiga EDGE Group ikut Indo Defence. Keikutsertaan ini selain memamerkan teknologi dan sistem pertahanan canggih juga bentuk komitmen perusahaan terhadap pasar Indonesia. 
     
    “Ini merupakan komitmen kami terhadap pasar Indonesia, kami juga bekerja sama erat dengan sejumlah mitra lokal di Indonesia, baik pemerintah maupun sektor swasta. Karena pada akhirnya kami membawa peralatan ke pasar lokal, kami ingin memastikan hal ini dapat didukung dan dipertahankan,” kata Miles saat ditemui Medcom.id di JIExpo, Jumat, 13 Juni 2025.
    Pamerkan Alutsista Canggih
    Di Indo Defence tahun perusahaan yang berbasis di Abu Dhabi, UEA ini membawa berbagai alutsista canggih dari 18 perusahaan yang tergabung dalam portofolio EDGE. Lebih dari 90 solusi dan produk pertahanan canggih.

    “Dari platform kendaraan kami seperti kendaraan AJBAN 4X4 untuk patroli dan operasi darat hingga kendaraan amfibi 8X8 (Rabdan) dengan kemampuan tempur yang telah terbukti,” beber Miles.
     
    Kendaraan tempur (ranpur) Rabda sendiri sempat mencuri perhatian Presiden Prabowo Subianto. Dalam kunjungan setelah membuka Indo Defence 2024 pada Rabu (11/6/2025) sempat mengunjungi stan EDGE Group. Kepala negara juga terlihat sempat melihat langsung bagian dalam kendaraan tempur yang bisa memuat 12 personel itu.
     
    “Kendaraan tempur infanteri (IFV) ini mempunyai tingkat proteksi balistik dan ledakan yang sangat tinggi tetapi juga merupakan kendaraan amfibi. Bagi negara kepulauan seperti Indonesia kemampuan amfibi di negara dengan banyak pulau sangatlah penting,” jelas Miles.
     

    (IFV Rabda 8X8. Foto: Medcom/Syahrul Ramadhan)
     

     
    Tidak hanya kendaraan tempur, EDGE Group yang mempunyai fokus pada autonomous system ini juga menghadirkan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Garmoosha dan Unmanned Ground Vehicle (UGV) THeMIS.
     
    “UAV untuk operasi tempur pengawasan. Kami juga memiliki kendaraan darat tanpa awak (UGV) dari salah satu perusahaan kami yang berinvestasi di Estonia, Milrem Robotics,” tambahnya.
     

    (UGV TheMIS. Foto: Medcom/Syahrul Ramadhan)
     
    EDGE juga membawa berbagai teknologi sensor berbasis AI, siber hingga solusi yang dirancang khusus untuk kebutuhan regional, mulai dari amunisi berpandu presisi, sistem keamanan komunikasi hingga keamanan siber.
    Tentang EDGE

    EDGE sebuah perusahaan UEA yang mulai menjalankan bisnisnya sejak November 2019. EDGE adalah salah satu grup perusahaan teknologi canggih terkemuka dunia, yang didirikan untuk menghadirkan solusi pertahanan yang gesit, berani, dan disruptif, serta menjadi katalis perubahan dan transformasi.
     
    EDGE berkomitmen untuk menghadirkan inovasi,produk, dan layanan ke pasar global dengan kecepatan dan efisiensi yang lebih tinggi, memposisikan UEA sebagai pusat global terkemuka untuk industri masa depan dan mencetak generasi talenta unggul di sektor ini.
     
    Dengan fokus pada teknologi Revolusi Industri Keempat (4IR), EDGE mendorong pengembangan kapabilitas dalam negeri untuk ekspor global dan menjaga keamanan nasional. EDGE bekerja sama dengan operator garis depan dan mitra internasional, dan mengadopsi teknologi mutakhir seperti sistem otonom, sistem siber-fisik, sistem propulsi canggih, robotika, dan material pintar.
     
    EDGE menggabungkan R&D, teknologi baru (emerging technologies), transformasi digital, dan inovasi pasar komersial dengan kapabilitas militer untuk mengembangkan solusi disruptif yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pelanggannya.
     
    Berkantor pusat di Abu Dhabi, EDGE menaungi lebih dari 35 entitas dalam enam klaster utama: Platforms & Systems, Missiles & Weapons, Space & Cyber Technologies, Trading & Mission Support, Technology & Innovation, and Homeland Security.
     
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)

  • Menerka Alasan Prabowo Absen KTT G7, Pilih Merapat ke Blok Putin?

    Menerka Alasan Prabowo Absen KTT G7, Pilih Merapat ke Blok Putin?

    Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakhadiran Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan puncak Kelompok Tujuh (G7) negara ekonomi maju di Kanada mengundang perhatian kalangan pengamat.

    Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai pemerintah perlu merespons secara cermat dan strategis agar absensi tersebut tidak ditafsirkan sebagai sinyal politik negatif terhadap mitra strategis Indonesia, terutama negara-negara Barat.

    Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef M. Rizal Taufikurahman, menekankan pentingnya melakukan diplomasi pasca-forum secara proaktif, guna menjaga relasi dan persepsi di level global.

    “Ketidakhadiran Presiden dalam forum G7 sejatinya bukan sekadar soal protokoler, tapi menyampaikan sinyal politik yang penting bagi mitra-mitra strategis Indonesia, khususnya negara-negara ekonomi maju,” ujar kepada Bisnis, Jumat (13/6/2025)

    Menurutnya, Presiden Ke-8 RI itu perlu memastikan bahwa absensinya tidak dimaknai sebagai pengabaian terhadap kemitraan strategis dengan negara-negara G7 seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Jerman, dan Inggris, yang selama ini menjadi mitra utama dalam hal perdagangan, investasi teknologi tinggi, serta pembiayaan transisi energi.

    Rizal menyarankan pemerintah untuk memperkuat peran diplomatik secara aktif, baik melalui Menteri Luar Negeri, perwakilan tetap di PBB dan negara-negara G7, maupun melalui dialog bilateral strategis di bidang perdagangan, investasi hijau, dan transformasi digital.

    “Indonesia perlu mengoptimalkan kehadirannya dalam forum-forum global lainnya seperti G20, APEC, dan ASEAN, untuk menyeimbangkan persepsi internasional sekaligus menegaskan posisinya sebagai kekuatan menengah (middle power) yang otonom dan konstruktif serta tetap bebas aktif,” katanya.

    Rizal juga menambahkan bahwa secara substansi, G7 adalah forum yang sangat strategis bagi Indonesia untuk memperkuat kanal diplomasi ekonomi dan memperluas akses pasar.

    Absennya Prabowo, menurut Rizal, bisa menimbulkan celah persepsi bahwa Indonesia mulai menjauh dari orbit Barat, meski faktanya sebagian besar arus investasi langsung dan perdagangan berteknologi tinggi masih bersumber dari negara-negara G7.

    “Jika tidak diimbangi dengan strategi diplomasi lanjutan yang aktif dan terukur, absensi ini bisa menurunkan efektivitas posisi Indonesia dalam negosiasi global, serta melemahkan momentum untuk masuk ke dalam rantai nilai strategis yang ditawarkan oleh ekosistem G7—terutama dalam hal pendanaan hijau, digitalisasi, dan supply chain re-engineering pasca-pandemi,” ucapnya

    Ketiadaan fisik Presiden Prabowo dalam forum tersebut juga dinilai membuat posisi Indonesia kurang terdengar saat pembahasan isu-isu strategis global. Terutama berkaitan dengan subsidi hijau, dan digitalisasi, meskipun delegasi Indonesia di Forum G7 tetap berpartisipasi dan hadir.

    Rizal juga menyoroti meningkatnya pengaruh Rusia dan China dalam arah kebijakan luar negeri Indonesia. Dari Rusia, penguatan kerja sama di bidang militer dan pertahanan terlihat dari intensitas pengadaan alutsista dan pelatihan militer.

    Sementara dari China, pendekatan lebih sistematis dilakukan melalui proyek-proyek infrastruktur besar seperti kereta cepat Jakarta–Bandung dan kawasan industri berbasis nikel di Sulawesi, yang masuk dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI).

    “Pendekatan Beijing yang berbasis pada kebutuhan pembangunan dan investasi Indonesia memang menggiurkan, namun mengandung risiko ketergantungan ekonomi dan tekanan politik yang tidak kecil,” imbuhnya.

    Menurutnya, strategi diversifikasi mitra global memang penting, namun harus diimbangi dengan kewaspadaan terhadap dominasi satu blok tertentu, yang bisa merusak prinsip politik luar negeri bebas aktif yang selama ini dipegang teguh Indonesia.

    Indef mengingatkan bahwa diplomasi modern tak cukup hanya dijalankan melalui forum resmi, melainkan juga melalui pengelolaan persepsi dan komunikasi strategis. Ketidakhadiran dalam forum G7 harus diikuti dengan langkah pemulihan diplomatik yang konkret, agar posisi Indonesia tetap kokoh sebagai kekuatan menengah yang dihormati di panggung global.

    Indonesia Tetap Diuntungkan Meski Absen di G7

    Sementara itu, Direktur China-Indonesia Desk dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Muhammad Zulfikar Rakhmat menilai bahwa ketidakhadiran Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 2025 tidak akan memberi dampak signifikan terhadap relasi dagang, investasi, maupun bantuan internasional.

    Menurutnya, posisi Indonesia dalam hubungan internasional tetap kuat karena mengedepankan prinsip bebas aktif dan strategi diversifikasi mitra global.

    “Indonesia masih memiliki hubungan yang baik dengan negara-negara anggota G7, meski tak hadir dalam forum tersebut. Indonesia dikenal dengan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif, yang artinya tetap menjalin hubungan baik dengan berbagai negara, baik di dalam maupun luar G7,” tuturnya kepada Bisnis.

    Lebih lanjut, dia menekankan bahwa Indonesia selama ini dikenal sebagai negara dengan pendekatan luar negeri yang terbuka dan pragmatis.

    Zulfikar menekankan selama ini kebijakan luar negeri pemerintah tidak berpihak ke satu blok kekuatan saja, tetapi menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak.

    Oleh sebab itu, Menurut Zulfikar, meskipun G7 merupakan kumpulan negara-negara ekonomi terbesar dunia, Indonesia memiliki ruang manuver luas di luar forum tersebut, termasuk melalui kerja sama dengan negara-negara non-G7 seperti China, Rusia, dan berbagai negara Asia lainnya.

    “Indonesia memiliki kerjasama yang luas dengan negara-negara non-G7 seperti Rusia, China, dan negara-negara Asia lainnya yang juga memberikan peluang dagang dan investasi,” katanya.

    Selain itu, Indonesia aktif dalam berbagai forum internasional seperti G20, APEC, dan ASEAN, yang dianggap lebih inklusif dan relevan bagi kepentingan pembangunan Indonesia secara keseluruhan.

    Tak hanya itu, dia menilai bahwa di bawah pemerintahan Prabowo Subianto, Indonesia dikatakan makin menekankan strategi diversifikasi dalam menjalin hubungan internasional.

    Apalagi, hubungan pemerintah RI dengan Moskow, kata Zulfikar, mencerminkan upaya konkret untuk memperkuat kerja sama strategis di bidang energi dan pertahanan, yang menjadi dua pilar utama dalam kebijakan luar negeri Indonesia saat ini.

    Sementara itu, kerja sama dengan China terus meluas, terutama di sektor infrastruktur dan manufaktur melalui proyek-proyek Belt and Road Initiative (BRI). China tetap menjadi mitra dagang dan investasi terbesar kedua bagi Indonesia, dengan pengaruh yang terus menguat dalam kebijakan ekonomi nasional.

    Oleh karena itu, Zulfikar menegaskan bahwa pendekatan Indonesia bukanlah berpaling dari G7, melainkan membangun otonomi strategis. Indonesia dinilai tetap menjunjung kepentingan nasional di atas kepentingan geopolitik kelompok tertentu.

    Meskipun negara-negara G7 kemungkinan akan mencermati absensi Indonesia, tetapi dia meyakini bahwa hubungan bilateral tetap dapat dijaga melalui jalur diplomatik lainnya.

    CELIOS menyimpulkan bahwa absennya Presiden Prabowo dari forum G7 bukan berarti langkah menjauh dari negara-negara maju, melainkan bagian dari strategi luar negeri yang lebih seimbang dan adaptif terhadap perubahan global. Indonesia masih memiliki banyak saluran diplomasi dan kerja sama ekonomi yang terbuka baik dengan G7 maupun kekuatan global lainnya selama kepentingan nasional tetap menjadi orientasi utama.

    “Jadi, meskipun absennya Indonesia di KTT G7 mungkin akan diikuti dengan pengamatan dari negara-negara G7, namun Indonesia tetap memiliki banyak jalur untuk menjaga hubungan perdagangan dan investasi yang positif,” pungkas Zulfikar.

    Sekadar informasi, Presiden Prabowo Subianto tidak akan menghadiri outreach session pada perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang akan berlangsung di Kanada pada tanggal 17 Juni 2024. Hal itu lantaran Prabowo telah lebih dulu berkomitmen untuk bertandang ke Singapura dan Rusia.

    Sebelumnya, Prabowo telah menerima secara resmi undangan untuk menghadiri salah satu sesi di KTT G7 itu. Namun, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah mengonfirmasi bahwa Presiden tidak akan hadir pada pertemuan antara pemimpin negara G7 serta negara nonanggota sekaligus lembaga internasional itu.

    “Karena adanya beberapa komitmen pertemuan Bapak Presiden, baik itu terkait dengan pertemuan di Singapura dan juga dengan partisipasi di forum di Rusia, maka Bapak Presiden tidak dapat hadir pada pertemuan tersebut,” ujar Juru Bicara Kemlu Rolliansyah Soemirat pada taklimat media, Kamis (12/6/2025).

    Meski demikian, pria yang akrab disapa Roy Soemirat itu mengatakan bahwa undangan untuk menghadiri KTT G7 itu sudah diterima dari PM Kanada Mark Carney. Hal itu juga, katanya, menunjukkan bahwa Indonesia dipandang penting dan signifikan pada politik global saat ini kendati bukan negara anggota.

    Di sisi lain, Prabowo juga sudah menyampaikan dukungannya kepada Kanada yang menjadi tuan rumah KTT G7 itu untuk terus mendorong kolaborasi antara negara-negara adidaya serta negara nonanggota maupun lembaga internasional.

    “Dan itu sudah disampaikan langsung oleh Bapak Presiden kepada Perdana Menteri Kanada pada saat berlangsungnya teleponnya antara kedua pimpinan,” kata Roy.

    Agenda Prabowo

    Adapun Prabowo akan mengunjungi dua negara sahabat mulai dari awal pekan depan. Pertama, dia akan menghadiri pertemuan bilateral dan Leaders’ Retreat di Singapura. Pada kunjungan tersebut, Presiden ke-8 RI itu akan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Singapura serta Presiden Singapura.

    Roy menyebut ini akan menjadi kunjungan pertama Prabowo sebagai presiden ke Singapura, serta menjadi Leaders’ Retreat pertama bagi kedua kepala pemerintahan setelah Pemilu di Singapura pada Mei 2025 lalu.

    “Pada retreat ini akan dibahas berbagai prioritas kerja sama strategis dalam konteks pemerintahan dan kabinet baru dari kedua negara. Isu-isu yang terkait dengan investasi di kedua negara di berbagai bedang juga akan banyak direncanakan, akan banyak dibahas,” paparnya.

    Kedua, Prabowo akan melanjutkan kunjungan kenegaraannya ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Ketua Umum Partai Gerindra itu akan terbang ke Saint Petersburg, Rusia pada 18-20 Juni mendatang.

    Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi undangan dari Presiden Putin untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia, serta sekaligus menghadiri Saint Petersburg International Economic Forum.

    Di sisi lain, kunjungan Prabowo pertama kali ke Rusia sebagai Presiden ini juga masih dalam rangka peringatan 75 tahun hubungan diplomatik dengan Rusia.

    “Dalam pertemuan bilateral nanti, kunjungan ini juga diharapkan akan membahas perkembangan kerja sama bilateral serta melakukan tukar pikiran di antara para leaders terkait dengan isu-isu regional dan global yang menjadi common concern,” ujar Roy.

    Khususnya pada acara Saint Petersburg International Economic Forum itu, Prabowo dijadwalkan untuk menyampaikan pidato pada sesi pembukaan dan sesi pleno bersama dengan Presiden Putin.

    “Ini sebenarnya hal yang sudah pernah dijadwalkan sebelumnya hanya tertunda sehingga baru bisa terlaksana minggu depan bila tidak ada halangan,” terang Roy.

  • Adu Drone Canggih di Indo Defence 2025, Mana Favoritmu?

    Adu Drone Canggih di Indo Defence 2025, Mana Favoritmu?

    FotoINET

    Fitraya Ramadhanny – detikInet

    Jumat, 13 Jun 2025 16:20 WIB

    Jakarta – Pameran alutsista Indo Defence Expo & Forum 11-14 Juni 2025 menampilkan banyak drone keren dan canggih. Dari drone tempur sampai drone kargo ada semua.

  • Deretan produk alutsista dalam negeri yang hadir di Indo Defence

    Deretan produk alutsista dalam negeri yang hadir di Indo Defence

    Presiden Prabowo Subianto secara resmi meluncurkan kendaraan listrik taktis terbaru produksi PT Pindad, yakni MV3-EV \”PANDU\” pada pameran pertahanan Indo Defence 2025 Expo & Forum, yang digelar di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, pada Rabu (11/6/2025). (ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden)

    Deretan produk alutsista dalam negeri yang hadir di Indo Defence
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 13 Juni 2025 – 12:55 WIB

    Elshinta.com – Pameran industri pertahanan berskala internasional Indo Defence telah berlangsung sejak 11 Juni 2025 hingga 14 Juni 2025.

    Tercatat ada 1.180 perusahaan dari 55 negara yang ikut serta memamerkan alutsistanya. Beberapa negara besar yang sudah menjalin kerja sama militer dengan Indonesia pun turut hadir, salah satunya Amerika Serikat dan Turki.

    Industri pertahanan dalam negeri, terutama yang masuk dalam keluarga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga memamerkan produk-produk andalannya dalam ajang pameran ini.

    Berikut adalah beberapa deretan produk industri dalam negeri yang hadir di Indo Defence 2025.

    1 Maung V3- EV (Pandu).

    Maung V3-EV atau Pandu merupakan hasil karya PT Pindad yang baru saja diluncurkan Presiden RI Prabowo Subianto dalam pembukaan Indo Defence.

    Kendaraan yang semula berbasis mesin pembakaran internal (ICE) diesel tersebut kini telah diubah menjadi kendaraan bertenaga listrik penuh

    MV3-EV “Pandu” merupakan hasil pengembangan dari platform kendaraan operasional EV3 yang sebelumnya sudah disuplai ke Kementerian Pertahanan.

    2. Senapan serbu SS3-M1

    Senapan SS3-M1 atau singkatan dari Senapan Serbu Modular 1 adalah senapan serbu yang juga diproduksi Pindad yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2022.

    3. Senjata anti drone SPS-1

    Senjata yang juga dibuat oleh PT Pindad ini merupakan alutsista yang berguna untuk menangkal serangan drone asing. Senjata ini diluncurkan PT Pindad pada 17 Agustus 2024 lalu bersamaan dengan Maung MV3 Mobile Jammer yang mampu memperkuat pertahanan negara dari gangguan dan ancaman drone ilegal.

    4. Anoa 6×6 Mortar

    Dilansir dari situs resmi PT Pindad, Anoa 6×6 Mortar merupakan varian Anoa 6×6 yang dilengkapi dengan pelontar mortir 81 mm dengan recoil system.

    Untuk mendukung pengoperasiannya, Anoa 6×6 Mortar juga dilengkapi dengan rak munisi serta atap yang dapat dibuka dan ditutup secara otomatis dengan sistem hidrolis.

    Tipe ini memiliki kapasitas 6 orang personel termasuk pengemudi. Pada dapur pacu, Anoa 6×6 Mortar dilengkapi dengan mesin diesel dengan tenaga 600 HP yang memiliki top speed 80 km/h.

    5. Pesawat N-219

    Pesawat hasil modifikasi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) juga hadir meramaikan pameran Indo Defence.

    Pesawat penumpang ini dipamerkan untuk memperkuat eksistensi Indonesia di tengah industri penerbangan dunia.

    Kekinian, PT DI terus melanjutkan pengembangan pesawat N-219 menjadi versi amphibi, yang diperuntukkan sebagai penguat konektivitas dan perekonomian wilayah terpencil, hingga kemandirian pertahanan Indonesia.

    6. UAV Wulung

    Pesawat tanpa awak UAV Wulung yang juga buatan PT DI ini juga dihadirkan dalam Indo Defence 2025.

    UAV Wulung yang merupakan drone pengintai hasil pengembangan PTDI, Badan Pengkajian & Penerapan Teknologi (BPPT) – saat ini BRIN, dan Badan Penelitian & Pengembangan (Balitbang) Kemhan sejak 2014, telah melalui serangkaian uji, baik ground test maupun flight test, hingga akhirnya memperoleh Type Certificate dari Indonesian Defense Airworthiness Authority (IDAA) pada 2016.

    Yang terbaru, drone UAV Wulung ini kembali diuji terbang di Lapangan Udara Suparlan Batujajar, Padalarang, Bandung Barat, Jumat (14/3) lalu.

    7. UAV Male

    UAV MALE DIikembangkan melalui konsorsium yang melibatkan sejumlah pihak lintas Kementerian/Lembaga, industri dalam negeri dan Institusi pendidikan.

    PTDI terus mengakselerasi pengembangan kedua produk UAVnya dan berupaya mendorong percepatan pemanfaatannya di sektor pertahanan dan Keamanan, sebagai bagian dari komitmen untuk mewujudkan kemandirian teknologi Pertahanan nasional.

    Sumber : Antara

  • Kemhan nilai kerja sama “offset” industri pertahanan untungkan negara

    Kemhan nilai kerja sama “offset” industri pertahanan untungkan negara

    Jakarta (ANTARA) – Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan (Sesbalitbang
    Kemhan) Marsma TNI S Arief Hardoyo mendukung konsep kerja sama “offset” dibandingkan transfer of technology (ToT) dalam sebuah kolaborasi industri militer karena lebih menguntungkan negara.

    Menurut dia, cukup sulit bagi produsen alutsista memberikan fasilitas ToT kepada pihak yang ingin membeli produknya.

    “Pengalaman saja kita beli F-16 diberikan offset saja sudah bagus, bisa dikerjakan di Indonesia.
    Begitu minta ToT, tidak masuk akal, yang benar kita kuasai dan curi ilmu dari mereka,” kata saat menggelar diskusi di gelaran Indo Defence seperti dikutip siaran pers resmi Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) dan Indo Defense Magazine (IDM) yang diterima Antara, Jumat.

    Menurut Arief, konsep ToT justru akan membahayakan produsen alutsista lantaran rahasia kecanggihan teknologi yang diperjualbelikan akan mudah tersebar.

    Kondisi tersebut dapat mengancam keberlangsungan industri pertahanan itu sendiri.

    Sedangkan untuk konsep offset, produsen memberlakukan konsep STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) di negara mitra.

    Hal tersebut yang dilakukan produsen pesawat terbang Boeing dan Indonesia saat membeli 24 pesawat tempur F15EX pada Agustus 2023 lalu.

    Dalam konsep offset, Boeing menyediakan konsep kerja sama pengembangan kapabilitas industri pertahanan Indonesia, terkhusus di bidang teknologi dan pendidikan.

    Melalui kerja sama ini, Boeing berusaha mengembangkan kualitas SDM dengan meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan yang berkaitan dengan teknologi dan ilmu sains.

    “Melalui kerja sama dengan sekolah dan universitas, Boeing membantu menciptakan ekosistem pendidikan yang mampu mencetak talenta-talenta baru di bidang teknologi tinggi,” kata Director for India, Asia, and Pacific, Boeing Defense, Space & Security, Randy Rotte dalam siaran pers yang sama.

    Dengan metode seperti ini, Indonesia tidak hanya mendapatkan teknologi mentah saja melainkan pijakan yang kuat berupa SDM yang berkualitas untuk menciptakan teknologi pertahanan lebih maju di masa depan.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Raksasa Alutsista Prancis Bidik Proyek Senjata-Helikopter dengan RI

    Raksasa Alutsista Prancis Bidik Proyek Senjata-Helikopter dengan RI

    Jakarta

    Pabrikan senjata Prancis, KNDS, menjalin kerja sama dengan industri dalam negeri Indonesia. KNDS akan melakukan kerja sama produksi dengan PT Pindad hingga PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

    Kerja sama itu diteken di sela-sela pameran alutsisa Indo Defence Forum & Expo 2025 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat.

    Setidaknya ada dua nota Kesepahaman dilakukan dengan PT Pindad dan KNDS, yaitu kerja sama di bidang artileri dan amunisi kaliber besar. Perjanjian ini sudah termasuk pengalihan produksi lokal.

    Kemudian, dengan PT Dirgantara, KNDS meneken kerja sama berupa produksi peralatan helikopter Indonesia yang dilengkapi dengan meriam 20mm.

    CEO KNDS Prancis Nicolas Chamussy mengatakan hubungan industri pertahanan antara Indonesia dan Prancis semakin erat dengan perjanjian-perjanjian yang diteken ini. Bahkan, booth KNDS sebagai perwakilan industri Prancis sempat dikunjungi Presiden Prabowo Subianto dalam acara Indo Defence.

    “Kedekatan itu dapat dilihat dengan kunjungan Presiden Prabowo langsung ke booth KNDS. Tentu ini sebuah hal yang menarik karena menunjukkan eratnya hubungan Indonesia dan Prancis, apalagi hadir pula para pejabat pertahanan dari Prancis dan Indonesia, jadi hubungan ini memang sangat istimewa,” tutur Chamussy dalam keterangannya, Jumat (13/6/2025).

    KNDS juga meneken perjanjian kerja sama yang lain, misalnya dengan industri lokal PT SSE dalam rangka pengembangan varian anti-UAV dari P2-TIGER buatan dalam negeri. Serta Balitbang Kementerian Pertahanan untuk mengeksplorasi topik penelitian dan pengembangan mengenai pertahanan darat.

    MoU atau nota kesepahaman yang ditandatangani dengan beberapa pihak tersebut juga mencakup kerja sama transfer manufaktur dan teknologi. KNDS berkomitmen untuk menjadi mitra strategis akselerasi kemandirian pertahanan darat Indonesia.

    “Itulah mengapa kami berada di sini, di Indonesia, untuk membantu, mendukung, melalui kemitraan untuk mencapai pertahanan terbaik Indonesia,” sebut Chamussy.

    Secara pemerintah dan pemerintah atau government to government Indonesia dan Prancis sepakat menandatangani Letter of Intent (LOI) bidang pertahanan antara Menteri Pertahanan Prancis dan Indonesia dalam bingkai Defence Cooperation Agreement (DCA).

    Di bawah payung DCA itu kedua pemerintah akan membuka lebar kerja sama para pelaku industri pertahanan kedua negara, seperti KNDS.

    “Penandatangan LOI ini tentunya menjadi sebuah foreign policy penting di antara kedua negara, dan tentunya hal itu menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara Indonesia dan Prancis,” ujar Chamussy.

    Tonton juga Video: Pameran Alutsista di Monas

    (hal/hns)

  • “Indo Defence 2025” dan masa depan teknologi pertahanan

    “Indo Defence 2025” dan masa depan teknologi pertahanan

    Kekuatan sebuah bangsa tak hanya diukur dari jumlah alutsistanya, tapi juga dari cara bangsa itu merawat pengetahuan, teknologi, dan harga dirinya.

    Jakarta (ANTARA) – Indo Defence 2025 bukan sekadar pameran alutsista, melainkan penanda penting tentang bagaimana Indonesia menempatkan kekuatan pertahanan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan peran global.

    Saat Presiden Joko Widodo menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Prabowo Subianto, dunia tengah menyaksikan dinamika geopolitik yang berubah cepat.

    Di tengah realitas global yang tidak selalu damai, Indo Defence hadir sebagai refleksi dari kesadaran kolektif bahwa kekuatan dan perdamaian tidak saling meniadakan, melainkan saling menopang.

    Saat membuka Indo Defence 2025 di JIExpo Kemayoran pada 11 Juni, Presiden Prabowo Subianto menegaskan dengan lugas bahwa pertahanan adalah salah satu jaminan terhadap kemerdekaan dan kesejahteraan.

    Ucapan ini bukan sekadar retorika dalam seremoni pembukaan, melainkan peringatan keras dari seorang pemimpin yang paham sejarah. Ia berpendapat sejarah manusia mengajarkan bahwa suatu bangsa yang tidak mau berinvestasi terhadap pertahanannya sendiri, biasanya kedaulatannya dirampas. Biasanya kemerdekaannya dirampas. Biasanya bangsa itu menjadi bangsa budak.

    Pernyataan tersebut bukan bentuk militerisme. Sebaliknya, Prabowo justru mengingatkan bahwa tak ada bangsa waras yang menginginkan perang. Namun, kesiapsiagaan adalah wujud rasionalitas bernegara.

    Dunia modern dengan segala kemajuan sains dan teknologi membutuhkan perlindungan yang sepadan.

    Dalam lanskap itu, investasi di sektor pertahanan tak hanya tentang tank dan pesawat tempur, melainkan juga tentang cyber defense, sistem komando digital, hingga pengembangan teknologi kecerdasan buatan untuk mendeteksi ancaman hibrida.

    Indo Defence 2025 membawa semangat itu secara nyata. Mengusung tema Defence Partnerships for Global Peace & Stability, ajang ini menghadirkan 1.180 peserta dari 42 negara.

    Wakil Menteri Pertahanan Marsdya Donny Ermawan Taufanto menjelaskan bahwa forum ini bukan semata ajang bisnis militer. Semua tahu bahwa global stability dan peace itu sangat diharapkan. “Kalau enggak damai, enggak stabil suatu negara, ya nonsense kita bisa mendapatkan kesejahteraan,” katanya.

    Pernyataan ini menunjukkan bahwa pameran tersebut lebih dari urusan transaksi, melainkan sebuah diplomasi pertahanan dalam arti yang paling strategis.

    Berdampak luas

    Sejak diselenggarakan pertama kali pada 2004, Indo Defence berkembang menjadi ajang kelas dunia tanpa menyedot dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Barzan: Keamanan maritim titik temu Qatar-Indonesia dalam pertahanan

    Barzan: Keamanan maritim titik temu Qatar-Indonesia dalam pertahanan

    Jakarta (ANTARA) – Barzan Holdings yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Qatar menyoroti keamanan maritim menjadi salah satu area utama bagi Qatar dengan Indonesia yang dapat berkolaborasi dalam hal kerja sama pertahanan.

    “Qatar dan Indonesia sama-sama memiliki kepentingan dalam keamanan maritim karena kami berdua adalah negara maritim dan kami bergantung pada laut untuk perekonomian dan kesejahteraan kami,” kata Senior Manager – International Markets Barzan Holdings Rashid Al-Mohanadi dalam Indo Defence Expo & Forum yang memasuki hari kedua di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (12/6).

    Dia menyebut Qatar sebagai salah satu eksportir gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) terbesar di dunia sangat bergantung pada keamanan jalur laut, sedangkan Indonesia dengan posisi geografisnya yang strategis di tengah-tengah jalur pelayaran dunia memiliki ketergantungan yang sama terhadap kestabilan dan keamanan maritim.

    “Saya pikir di sinilah kedua tujuan keamanan kita saling terkait. Jadi, menurut pandangan kami, keamanan Indonesia juga sangat penting bagi keamanan Qatar, dan keduanya saling terkait dan tidak terpisah,” ujarnya.

    Dia pun menilai kerja sama pertahanan antara Qatar dan Indonesia menunjukkan potensi yang semakin besar untuk berkembang, seiring dengan menguatnya hubungan diplomatik kedua negara yang telah terjalin sejak 1970-an.

    “Sejak berdirinya Qatar, kerja sama Qatar-Indonesia awalnya dimulai dengan beberapa bidang ekonomi, seperti LNG dan bidang lainnya,” ucapnya.

    Adapun, lanjut dia, kerja sama dalam bidang pertahanan antara Qatar dengan Indonesia masih tergolong baru.

    Dia menyebut salah satu tonggak penting dalam kerja sama pertahanan Qatar dengan Indonesia ialah membentuk perusahaan patungan di Indonesia (joint venture) yakni PT Indonesian Defence and Security Technologies (IDST) pada 2019, yang menjadi salah satu penyedia perlengkapan bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

    Dalam mendukung upaya modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dan alat pertahanan keamanan Indonesia, dia mengatakan pihaknya ingin menawarkan layanan melalui penyediaan teknologi canggih yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI), serta melalui penyediaan barang-barang sederhana seperti senapan dan amunisi.

    “Dan kami telah menyediakan solusi inovatif melalui usaha patungan kami di Indonesia (PT IDST). Kami telah mengirimkan sistem mortir 120mm yang saat ini digunakan oleh TNI,” paparnya.

    Ke depan, dia pun memandang kerja sama pertahanan yang lebih erat antara Qatar dan Indonesia memiliki potensi untuk membawa manfaat baik di tingkat regional maupun global.

    “Qatar menyediakan akses ke teknologi canggih dan kemampuan pembiayaan. Indonesia memiliki kebutuhan besar, tenaga kerja terdidik yang besar, serta industri yang baik dan akses ke sumber daya alam. Jadi, saya pikir ini akan menjadi kemitraan yang sangat baik,” katanya.

    Dia memandang dua fokus area yang dapat dioptimalkan dalam kerja sama pertahanan Qatar dengan Indonesia melalui program pelatihan dan pertukaran teknologi kedua negara adalah pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan sistem otonom.

    “Itulah di mana tren saat ini berada. Jadi, kita perlu lebih fokus pada dua area ini; kecerdasan buatan dan sistem otonom,” tutur dia.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.