Topik: alutsista

  • PTDI Kembangkan Sistem Roket dan Senjata Terintegrasi

    PTDI Kembangkan Sistem Roket dan Senjata Terintegrasi

    Dilansir Liputan6, alutsista merupakan komponen vital dalam sistem pertahanan negara yang memiliki peran strategis dalam menjaga kedaulatan dan keamanan nasional.

    Pengembangan alutsista yang kuat dan modern menjadi kebutuhan sekaligus tantangan bagi setiap negara di tengah dinamika geopolitik global yang terus berubah.

    Diperlukan strategi komprehensif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk membangun kekuatan alutsista yang tangguh namun tetap memperhatikan aspek etika, hukum, dan kemanusiaan.

    Dengan demikian, alutsista dapat menjadi instrumen efektif dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas, bukan sebaliknya memicu konflik dan perlombaan senjata yang kontraproduktif. Secara lebih spesifik, alutsista dapat didefinisikan sebagai:

    •⁠ ⁠Peralatan persenjataan utama yang digunakan oleh militer

    •⁠ ⁠Sistem senjata strategis dengan teknologi canggih

    •⁠ ⁠Aset pertahanan vital yang menentukan kekuatan tempur

    •⁠ ⁠Komponen utama dalam strategi pertahanan negara

    •⁠ ⁠Alat utama untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional

    Dengan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa alutsista bukan sekedar senjata biasa, melainkan sistem persenjataan strategis dengan teknologi tinggi yang menjadi andalan kekuatan militer suatu negara.

    Jenis-jenis Alutsista

    Alutsista terdiri dari berbagai jenis peralatan militer canggih yang digunakan oleh masing-masing matra angkatan bersenjata. Berikut adalah beberapa jenis utama alutsista:

    1.⁠ ⁠Alutsista Angkatan Darat

    •⁠ ⁠Tank tempur utama seperti Leopard 2A4 dan Harimau•⁠ ⁠Kendaraan tempur infanteri seperti Marder 1A3•⁠ ⁠Artileri medan seperti CAESAR dan KH-179•⁠ ⁠Rudal darat-ke-udara seperti Starstreak HVM•⁠ ⁠Helikopter serang seperti Apache AH-64E•⁠ ⁠Kendaraan taktis lapis baja seperti Anoa dan Komodo

    2.⁠ ⁠Alutsista Angkatan Laut

    •⁠ ⁠Kapal perang permukaan seperti fregat dan korvet

    •⁠ ⁠Kapal selam seperti kelas Nagapasa

    •⁠ ⁠Pesawat patroli maritim seperti CN-235 MPA

    •⁠ ⁠Kapal cepat rudal

    •⁠ ⁠Sistem pertahanan pantai

    •⁠ ⁠Kendaraan amfibi

    3.⁠ ⁠Alutsista Angkatan Udara

    •⁠ ⁠Pesawat tempur seperti F-16 dan Su-30

    •⁠ ⁠Pesawat angkut militer seperti C-130 Hercules

    •⁠ ⁠Helikopter serba guna

    •⁠ ⁠Pesawat tanpa awak (drone)

    •⁠ ⁠Rudal udara-ke-udara dan udara-ke-darat

    •⁠ ⁠Sistem radar dan pertahanan udara

    Selain itu, terdapat pula alutsista gabungan yang dapat digunakan oleh lebih dari satu matra, seperti sistem rudal jarak jauh, satelit militer, serta peralatan komunikasi dan pengintaian canggih.

  • Produksi Kapal Fregat Merah Putih (MPF140), PT PAL Klaim Tercanggih

    Produksi Kapal Fregat Merah Putih (MPF140), PT PAL Klaim Tercanggih

    FAJAR.CO.ID, SEMARANG — Kementerian Pertahanan Indonesia mengunjungi PT PAL Indonesia untuk melihat proses produksi kapal Fregat Merah Putih.

    Kapal ini merupakan Fregat pertama karya anak bangsa yang dibangun di Dock Semarang PT PAL, Surabaya, dengan spesifikasi tempur multifungsi.

    Fregat Merah Putih (MPF140) dibangun berdasarkan pesanan Kementerian Pertahanan (kemenhan) RI dan diklaim sebagai salah satu dari empat fregat jenis Arrowhead 140 yang saat ini tengah dikembangkan di dunia.

    Direktur Produksi PT PAL, Diana Rosa menyatakan bahwa kapal ini menjadi bukti kemampuan industri dalam negeri dalam mengembangkan alutsista berstandar internasional.

    “Ini adalah kapal perang tercanggih saat ini. Standarnya, standar dunia, naval rule. Salah satu dari empat di dunia yang membangun kapal seperti ini, salah satunya Indonesia,” kata Diana Rosa saat ditemui di lokasi pembangunan, Rabu (25/6).

    Dia menjelaskan Fregat Merah Putih memiliki panjang 140 meter, bobot penuh hingga 6.626 ton serta mampu melaju dengan kecepatan maksimum 28 knot dan jangkauan pelayaran sejauh 9.000 nautical mile (NM).

    Kecepatan ini melampaui kapal fregat dari negara lain, seperti Filipina (16 knot) dan Uni Emirat Arab (20 knot).

    Dia menjelaskan hingga pertengahan 2025, pembangunan kapal sudah mencapai 66 persen dan masih menanti pemasangan sistem tempur dan sensor (Sewaco) yang akan dipasang usai peluncuran pertama.

    Menurut Diana Rosa, kapal akan kembali ke PT PAL pada 2027 untuk pemasangan penuh seluruh senjata.

    “Delivery pertama akan siap berlayar, tapi nanti kembali lagi untuk pasang senjata,” jelasnya.

  • TNI AU latihan menembak sasaran di Laut Natuna

    TNI AU latihan menembak sasaran di Laut Natuna

    Natuna (ANTARA) – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) melaksanakan latihan menembak sasaran di laut wilayah Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, guna menguji kesiapan tempur Pangkalan TNI AU Raden Sadjad (Lanud RSA).

    Komandan Lanud RSA Natuna, Kolonel Pnb I Ketut Adiyasa Ambara, di Natuna, Rabu, mengatakan latihan menembak yang digelar pada Rabu pagi itu, menggunakan pesawat nir awak, yang menembak pada ketinggian ribuan kaki sasaran di Perairan Penagi, Kecamatan Bunguran Timur.

    Sasaran yang ditembak berupa tong yang dibungkus terpal. Kegiatan menembak ini guna meningkatkan akurasi dan kemampuan tempur personel.

    “Kegiatan ini merupakan rangkaian dari latihan terpadu Jalak Sakti dan Hardha Marutha I Tahun 2025,” katanya.

    Latihan yang diprakarsai oleh Komando Operasi Udara I (Koopsud I) itu, juga diikuti oleh seluruh satuan di bawah Komandonya dan Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat).

    Kegiatan dipusatkan di Air Weapon Range (AWR) Buding, Lanud H.AS Hanandjoeddin, Belitung dan satuan lainnya mengikuti melalui dalam jaringan.

    Untuk Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang dikerahkan dari jajaran Koopsud I lainnya, meliputi berbagai jenis pesawat tempur dengan sasaran tembak berbeda-beda.

    “Jumlah personel yang terlibat dalam kegiatan ini kurang lebih mencapai 3.000 orang,” ujar dia.

    Latihan ini juga dirancang untuk menguji kesiapan satuan dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan, sekaligus memperkuat kemampuan komunikasi dan kerja sama antar satuan Koopsud I dan Kopasgat, yang merupakan pilar pertahanan udara di wilayah barat Indonesia.

    “Dengan metode gladi posko dan gladi lapangan, skenario tempur digelar seolah-olah dalam kondisi nyata. Proses ini menuntut koordinasi, pengambilan keputusan cepat, dan pelaksanaan taktis yang presisi,” ujar dia.

    Ia menambahkan hasil pelatihan menunjukkan Lanud RSA Natuna siap menghadapi berbagai tantangan di wilayah strategis perbatasan NKRI, serta memperkuat daya gentar Indonesia di jalur udara barat.

    “Latihan ini sejalan dengan semangat TNI AU AMPUH, yaitu Adaptif, Modern, Profesional, Unggul, dan Humanis, dalam mewujudkan pertahanan udara yang solid serta tanggap terhadap berbagai ancaman,” ucap dia.

    Pewarta: Muhamad Nurman
    Editor: Azhari
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Siasat BPOM Pastikan Stok Obat Aman di Tengah Ancaman Kelangkaan Imbas Perang

    Siasat BPOM Pastikan Stok Obat Aman di Tengah Ancaman Kelangkaan Imbas Perang

    Jakarta

    Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurachman, mengingatkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) agar turut berperan aktif dalam memastikan ketahanan nasional, khususnya di sektor pangan dan obat-obatan, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global. Termasuk konflik antara AS, Iran, hingga Israel.

    “Kita melihat dinamika geopolitik saat ini, termasuk potensi konflik antara Iran dan beberapa negara lainnya, yang tentunya berisiko mengganggu rantai pasok global. Karena itu, BPOM perlu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan tersebut sejak dini,” ujar Dudung saat ditemui detikcom di Gedung BPOM Jakarta, Senin (23/6/2025).

    Menurut Dudung, ketahanan nasional tidak hanya terkait dengan alat utama sistem senjata (alutsista), tetapi juga mencakup ketahanan di sektor kesehatan dan pangan. Kemandirian industri pertahanan dan farmasi nasional menjadi kunci agar Indonesia tidak tergantung pada negara lain dalam situasi darurat.

    “Saya sebagai penasihat khusus presiden di bidang pertahanan menilai bahwa kemandirian industri dalam negeri, baik alutsista maupun obat-obatan, sangat penting. Kita harus membangun ekosistem yang kuat agar tidak mudah terguncang oleh kondisi luar,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Dudung menyampaikan Indonesia harus mampu memproduksi obat-obatan secara mandiri. Jika terjadi konflik global berskala besar, ketergantungan terhadap impor obat akan sangat membahayakan ketahanan nasional.

    “Kalau perang besar benar-benar terjadi, dampaknya sangat serius terhadap suplai obat-obatan. Oleh karena itu, kemandirian obat harus diwujudkan. Fasilitas dan sarana yang ada sejauh ini sudah mulai kita manfaatkan untuk mendukung hal tersebut,” katanya.

    94 Persen Bahan Baku Obat Masih Impor

    Sejalan dengan itu, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Taruna Ikrar menegaskan saat ini Indonesia sangat bergantung pada impor bahan baku obat, dengan 94 persen di antaranya berasal dari luar negeri.

    “Kalau kita tidak jeli melihat kondisi ini, bisa sangat berbahaya. Mayoritas bahan baku obat kita impor dari India, China, Belanda, dan Amerika. Dalam kondisi perang seperti sekarang, kalau pasokan tiba-tiba diblokir, kita akan kesulitan. Rakyat kita yang sakit bisa sangat terdampak,” ujar Taruna, dalam kesempatan yang sama.

    Taruna menyebut hal ini menjadi inti pembahasan dalam pertemuan antara dirinya dan penasihat khusus Presiden. Keduanya sepakat Indonesia secara bertahap perlu melakukan langkah-langkah konkret demi memperkuat ketahanan obat, vaksin, dan pangan agar tetap bisa bertahan sebagai negara mandiri di tengah situasi global yang rentan dan sulit.

    Ia juga menegaskan koordinasi antara Kementerian Pertahanan dan BPOM sudah dilakukan. Beberapa instansi terkait, termasuk Laboratorium milik Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan fasilitas kesehatan milik militer seperti lembaga farmasi LAFI AD, saat ini sedang dioptimalkan kembali dalam mendukung produksi dan pengawasan obat nasional.

    NEXT: Obat Generik-Penyakit Kronis Diimpor dari Negara Ini

    Taruna mengungkap obat-obat generik yang sudah habis masa patennya sebagian besar diimpor dari India dan China. Sementara obat-obatan esensial untuk penyakit kronis seperti diabetes, kardiovaskular, gangguan sistem saraf, ginjal, dan kanker umumnya masih diimpor dari Amerika Serikat.

    “Semua jenis obat itu esensial. Apalagi, jika kita melihat sepuluh penyakit tertinggi penyebab kematian di Indonesia saat ini, hampir semuanya adalah penyakit degeneratif dan kronis, seperti jantung, stroke, diabetes, gangguan ginjal, dan kanker,” ujarnya.

    Untuk itu, BPOM telah mengambil sejumlah langkah strategis. Pertama, memberikan dukungan kepada industri farmasi dalam negeri (IF) untuk meningkatkan jumlah dan variasi bahan baku yang dapat diolah sendiri.

    Kedua, mempermudah perizinan dan sertifikasi impor bahan baku bagi industri nasional. Ketiga, memperkuat kerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, termasuk Kementerian Pertahanan, dalam mengamankan jalur distribusi bahan baku obat, baik melalui skema business-to-business (B2B) maupun jalur antar-pemerintah.

    “Dengan kondisi global yang sangat rentan saat ini, kita berharap Indonesia tetap aman dan siap menghadapi segala kemungkinan, khususnya dalam hal ketersediaan obat-obatan,” tutup Taruna.

  • Komisi I DPR Panggil Menlu, Bahas Sikap Indonesia Soal Perang Iran Israel – Page 3

    Komisi I DPR Panggil Menlu, Bahas Sikap Indonesia Soal Perang Iran Israel – Page 3

    Berangkat dari konflik di Timur Tengah tersebut, dia pun mempertanyakan perihal konfigurasi sistem pertahanan Indonesia sebab menurutnya perang saat ini telah menggunakan alat utama sistem senjata (alutsista) yang amat canggih.

    Ia lantas mencontohkan AS yang menggunakan pesawat pengebom (bomber) siluman B-2 dengan karakteristik sulit terdeteksi oleh radar musuh untuk menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada hari Sabtu (21/6).

    “Mohon maaf, nanti Panglima, Menhan, para kepala staf, masih perlukah konfigurasi personel seperti itu? Sekarang ‘kan (TNI) Angkatan Darat 370.000 orang, Angkatan Udara 40.000 orang, dan Angkatan Laut 70.000 orang,” tuturnya.

    Untuk itu, dia memandang perlu sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk dapat mengimbangi kemajuan alutsista tersebut.

    “Jadi, dia punya material. Jadi kita harus perbanyak ahli metalurgi, ahli ilmu IT, ahli radar,” katanya.

    Wakil rakyat ini berharap semua pihak untuk menahan diri agar eskalasi konflik di Timur Tengah tidak makin memanas dan melebar menjadi yang perang lebih luas. “Kita menahan dirilah. Kita juga berkomentar yang tidak memancing suasana tambah panas sebab kalau udah panas ini bahaya sekali,” katanya.

    Sebelum situasi kian memanas, dia mengingatkan pentingnya pemerintah RI segera mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang ada di wilayah konflik antara Iran dengan Israel.

    “‘Kan saya bilang sigap. Jauh sebelum hari saya bilang evacuate warga negara. Pasti ada di Iran, pasti ada di Israel. Sahabat, saudara-saudara kita yang Kristen ‘kan, melakukan pilgrim dia, kayak kita (umat Islam) umrah. Selalu ada. Nah, kalau sebelum makin gawat itu mudah dievakuasi,” ucapnya.

     

  • Komisi I undang Menlu bahas serangan AS di tengah perang Iran-Israel

    Komisi I undang Menlu bahas serangan AS di tengah perang Iran-Israel

    Kita memihak ke mana pun serbasalah, yang paling penting kita utamakan ‘kan kepentingan nasional kita.

    Jakarta (ANTARA) – Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto mengatakan pihaknya akan mengundang Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono untuk membahas terkait dengan eskalasi perang di Timur Tengah menyusul serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran di tengah perang yang berkecamuk antara Iran dan Israel.

    “Pak Menlu mau kami undang segera ke DPR RI. Kalau orang kayak saya ngomong ‘kan orang pribadi, tetapi kalau Menlu ‘kan state (mewakili negara) dia, dia juga Pak Prabowo ngambil garis di mana,” kata Utut saat ditemui usai menghadiri uji formal Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2025 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin.

    Utut mengatakan bahwa pihaknya hendak mendalami arah yang diambil pemerintah RI dalam merespons situasi perang yang berkecamuk di Timur Tengah tersebut.

    “Ini ‘kan titik yang rawan. Kita memihak ke mana pun serbasalah, yang paling penting kita utamakan ‘kan kepentingan nasional kita,” ujarnya.

    Berangkat dari konflik di Timur Tengah tersebut, dia pun mempertanyakan perihal konfigurasi sistem pertahanan Indonesia sebab menurutnya perang saat ini telah menggunakan alat utama sistem senjata (alutsista) yang amat canggih.

    Ia lantas mencontohkan AS yang menggunakan pesawat pengebom (bomber) siluman B-2 dengan karakteristik sulit terdeteksi oleh radar musuh untuk menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada hari Sabtu (21/6).

    “Mohon maaf, nanti Panglima, Menhan, para kepala staf, masih perlukah konfigurasi personel seperti itu? Sekarang ‘kan (TNI) Angkatan Darat 370.000 orang, Angkatan Udara 40.000 orang, dan Angkatan Laut 70.000 orang,” tuturnya.

    Untuk itu, dia memandang perlu sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk dapat mengimbangi kemajuan alutsista tersebut.

    “Jadi, dia punya material. Jadi kita harus perbanyak ahli metalurgi, ahli ilmu IT, ahli radar,” katanya.

    Wakil rakyat ini berharap semua pihak untuk menahan diri agar eskalasi konflik di Timur Tengah tidak makin memanas dan melebar menjadi yang perang lebih luas.

    “Kita menahan dirilah. Kita juga berkomentar yang tidak memancing suasana tambah panas sebab kalau udah panas ini bahaya sekali,” katanya.

    Sebelum situasi kian memanas, dia mengingatkan pentingnya pemerintah RI segera mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang ada di wilayah konflik antara Iran dengan Israel.

    “‘Kan saya bilang sigap. Jauh sebelum hari saya bilang evacuate warga negara. Pasti ada di Iran, pasti ada di Israel. Sahabat, saudara-saudara kita yang Kristen ‘kan, melakukan pilgrim dia, kayak kita (umat Islam) umrah. Selalu ada. Nah, kalau sebelum makin gawat itu mudah dievakuasi,” ucapnya.

    Terakhir, legislator itu pun berharap perang yang berkecamuk di Timur Tengah yang melihat Iran, Israel, hingga AS, dapat segera berakhir.

    “Kalau kita (RI) memang bisa, kita kirim utusan ke Iran, bisa untuk mendamaikan, membuat hati dingin itu penting,” kata dia.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump pada hari Sabtu (21/6) mengumumkan di Truth Social bahwa pasukan AS telah menuntaskan serangan terhadap tiga situs nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan.

    Serangan AS tersebut menyusul serangan Israel yang dilancarkan sejak 13 Juni lalu ke berbagai target di Iran, termasuk situs-situs nuklir dan militer, yang menewaskan beberapa komandan senior, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.

    Iran membalas dengan serangan rudal dan drone ke wilayah Israel. Hingga Sabtu (21/6), lebih dari 400 orang tewas dan lebih dari 3.500 lainnya luka-luka di Iran, menurut Kementerian Kesehatan Iran. Di Israel, otoritas melaporkan 24 korban jiwa.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida/Fath Putra Mulya
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Israel Disebut Jadikan Rumah Sakit sebagai Tameng, Viral Video Tempat Persembunyian Tentara Zionis

    Israel Disebut Jadikan Rumah Sakit sebagai Tameng, Viral Video Tempat Persembunyian Tentara Zionis

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Perang antara Iran dan Israel semakin memanas. Serangan rudal skala besar diluncurkan dari Iran pada Kamis pagi, menargetkan Tel Aviv dan daerah sekitarnya di wilayah pendudukan.

    Menurut laporan media Israel, sekitar 20 rudal juga ditembakkan ke Haifa dan al-Naqab.

    Serangan tersebut mengakibatkan beberapa dampak yang dikonfirmasi, termasuk serangan langsung di pusat kota Tel Aviv dan distrik utara Ramat Gan.

    Peluncuran rudal terjadi saat pesawat penumpang El Al dilaporkan berada di udara, bersiap untuk mendarat. Menurut media Israel, pesawat itu dialihkan kembali ke Larnaca.

    Sementara itu, menurut kantor berita IRNA, target utama serangan itu adalah markas Komando, Kontrol, Komunikasi, Komputer, dan Intelijen (IOF C4I) tentara pendudukan Israel.

    Pangkalan intelijen militer tersebut terletak di taman teknologi Gav-Yam, berdekatan dengan Rumah Sakit Soroka di Beer al-Sabe. Fasilitas tersebut menampung ribuan personel militer, sistem komando digital, unit operasi siber, dan sistem C4ISR milik tentara Zionis.

    Para pengguna media sosial di Indonesia juga menyoroti perang itu. Bahkan, muncul sejumlah spekulasi terkait jatuhnya rudal Iran di rumah sakit.

    “BREAKING. Kantor Berita Iran: Target serangan rudal adalah markas komando dan intelijen tentara Israel di sebelah Rumah Sakit Soroka. Zionis menjadikan Rumah Sakit Soroka sebagai tameng bagi markas komando dan intelijen tentara Israel,” tulis akun @SoftWarNews di X, dikutip Kamis (19/6/2025).

    Ada pula yang membagikan video desain rumah sakit yang di bagian bawahnya terdapat sejumlah alat utama sistem senjata (Alutsista).

  • AHY tekankan pentingnya interoperabilitas infrastruktur militer-sipil

    AHY tekankan pentingnya interoperabilitas infrastruktur militer-sipil

    Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberikan keterangan setelah kuliah umum di Sesko TNI Bandung, Jawa Barat, Selasa (17/6/2025). ANTARA/Ricky Prayoga

    AHY tekankan pentingnya interoperabilitas infrastruktur militer-sipil
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Rabu, 18 Juni 2025 – 06:31 WIB

    Elshinta.com – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menekankan pentingnya interoperabilitas infrastruktur bagi sipil dan militer dalam kuliah umum di Sesko TNI, Bandung, Selasa (17/6). Di hadapan 212 perwira siswa (pasis) dari matra darat, laut, udara, kepolisian, dan delapan negara sahabat itu, AHY mengemukakan bahwa infrastruktur pertahanan mencakup asrama, markas besar, fasilitas latihan, depo logistik, serta seluruh sistem pendukung alutsista yang tersebar di wilayah Indonesia harus dibangun secara terintegrasi dan lintas matra.

    Pembangunan dermaga, jalan, atau landasan udara, lanjut dia, harus bisa dirancang multifungsi untuk kepentingan sipil dan militer sekaligus.

    “Interoperabilitas itu penting. Jangan ada pembangunan yang terjebak dalam ego sektoral,” kata AHY selepas kuliah umum.

    Dengan demikian, kata AHY, harus mempersiapkan diri. Hal ini mengingat bahwa sejatinya negara yang ingin terus damai dan stabil itu harus siap untuk menghadapi skenario dan kemungkinan terburuk, termasuk konflik dan perang dengan siapa pun

    Lebih lanjut AHY mengutarakan bahwa tantangan pembangunan infrastruktur pada era global saat ini juga bukan hanya berkaitan dengan yang fisik seperti jalan, jembatan, atau bendungan, melainkan harus mencakup kebutuhan pangan, energi, air, pendidikan, kesehatan, hingga pertahanan negara.

    “Dan TNI sebagai alat pertahanan harus memiliki kesiapan menghadapi berbagai bentuk ancaman militer dan nonmiliter, baik dari dalam maupun luar negeri. Maka, infrastruktur yang mendukung dalam operasi perang maupun selain perang, sangat vital,” ucapnya.

    Dalam kesempatan itu, AHY juga menyoroti peran kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pertahanan modern yang telah menjadi game changer dan berpotensi menentukan kemenangan tanpa harus menghancurkan secara fisik.

    “Kalau dahulu kekuatan dilihat dari berapa kapal, rudal, atau tank yang kita punya, sekarang AI bisa melumpuhkan sistem komunikasi dan kendali lawan sebelum satu peluru ditembakkan. Ini realitas baru yang harus kita siapkan,” ujarnya.

    Oleh karena itu, dia berharap Sesko TNI terus melahirkan pemimpin yang berpikir strategis, bukan hanya tangguh di medan, melainkan juga siap menghadapi kompleksitas geopolitik dan kemajuan teknologi militer masa depan.

    “Prajurit harus tetap dilatih dan disiapkan untuk menghadapi segala medan dan situasi,” ucapnya.

    Sebagai informasi, interoperabilitas adalah kemampuan sistem, perangkat, atau aplikasi yang berbeda untuk berkomunikasi, bertukar data, dan bekerja sama secara efektif satu sama lain, tanpa memerlukan integrasi yang rumit atau pengembangan khusus. Dalam konteks yang lebih luas, interoperabilitas memungkinkan sistem yang berbeda untuk saling berbagi informasi dan fungsionalitas, memfasilitasi koordinasi dan kolaborasi antarsistem tersebut.

    Sumber : Antara

  • Wacana Panglima TNI jadi Pengawas Badan Penerimaan Negara, Militerisasi Jabatan Sipil?

    Wacana Panglima TNI jadi Pengawas Badan Penerimaan Negara, Militerisasi Jabatan Sipil?

    Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pengawasan dan penyelidikan pelanggaran HAM, Imparsial, mengkritisi wacana penunjukkan Panglima TNI sebagai pengawas di Badan Otorita Penerimaan Negara karena dianggap bertentangan dengan hukum.

    Direktur Imparsial Ardi Manto Adiputra menjelaskan bahwa ketentuan Pasal 47 UU Nomor 3/2025 tentang TNI (UU TNI) hanya memungkinkan 14 jabatan sipil yang dapat diduduki oleh prajurit aktif. Pengawas Badan Otorita Penerimaan Negara (BOPN) tidak termasuk di dalamnya.

    Oleh sebab itu, Ardi menekankan jika Panglima TNI menjadi dewan pengawas di BOPN maka akan bertentangan dengan hukum. Selain itu, sambungnya, tugas BOPN tidak ada kaitannya dengan urusan pertahanan.

    “Kami memandang wacana tersebut adalah wujud nyata militerisasi sipil yang sangat berbahaya bagi kelangsungan demokrasi,” ujar Ardi saat ditanya Bisnis, Senin (16/6/2025).

    Menurutnya, pelibatan militer aktif untuk mengurusi urusan sipil dalam bidang penerimaan negara dapat merusak profesionalisme birokrasi sipil maupun TNI itu sendiri. Dia mengingatkan bahwa TNI didesain untuk menjadi alat pertahanan negara, bukan birokrat sipil.

    Ardi mencontohkan bahwa birokrasi sipil menjunjung tinggi pengawasan dan keseimbangan kekuasaan, transparansi, serta akuntabilitas. Dia berpendapat, nilai-nilai tersebut sangat mungkin terpinggirkan dalam struktur komando TNI yang menuntut kepatuhan absolut.

    Peneliti Imparsial Riyadh Putuhena menambahkan bahwa perubahan lingkungan strategis dan ancaman perang yang semakin kompleks belakangan ini juga menuntut TNI untuk fokus dan memiliki keahlian spesifik di bidang peperangan.

    Oleh karena itu, TNI tak seharusnya mengurusi hal di luar perang seperti penerimaan negara. Riyadh berpendapat, hal itu justru akan melemahkan dan membuat TNI menjadi tidak fokus pada tugas utamanya yaitu menghadapi ancaman perang itu sendiri.

    Dia pun meminta pemerintah berkaca pada alutsista dalam peperangan yang saat ini terjadi di Timur Tengah. Jika dibandingkan maka sistem pertahanan Indonesia masih sangat lemah.

    “Untuk itu, sebaiknya Panglima TNI fokus dalam mengawasi belanja alutsista nasional agar tidak disalahgunakan dalam rangka modernisasi memperkuat alutsista TNI, alih-alih menjadi pengawas Badan Otorita Penerimaan Negara,” tutup Riyadh.

    Bocoran Struktur BOPN

    Susunan organisasi Badan Otorita Penerimaan Negara atau BOPN terungkap. Salah satu detail menarik yaitu anggota Dewan Pengawas yang diisi oleh Panglima TNI hingga Kapolri.

    Dalam dokumen internal bertajuk Operasionalisasi Program Hasil Terbaik Cepat yang diterima Bisnis, tampak detail rancangan struktur organisasi BOPN.

    Mantan Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran Bidang Perpajakan Edi Slamet Irianto mengungkapkan bocoran struktur BOPN itu yang sudah dicek Presiden Prabowo Subianto.

    Dia mengungkapkan struktur BOPN itu sudah disusun dalam masa kampanye Pilpres 2024. Meski sudah dicek Prabowo, Edi mengungkapkan struktur BOPN tersebut masih bisa berubah. 

    “Bisa berubah, tergantung situasi nanti ya. Kan organisasi itu akan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan,” ujar Edi di Kantor PBNU, Rabu (11/5/2025).

    Baca bocoran struktur Badan Penerimaan Negara di halaman selanjutnya:

  • Indo Defence 2025 Cetak 17 Kontrak Industri Alutsista Lokal

    Indo Defence 2025 Cetak 17 Kontrak Industri Alutsista Lokal

    Jakarta, Beritasatu.com – Pameran Indo Defence 2025 yang berlangsung pada 11-14 Juni di JIExpo Kemayoran, Jakarta, sukses membukukan 17 kontrak kerja sama industri pertahanan dalam negeri, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

    Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Laksamana Muda TNI Sri Yanto menyebutkan, kontrak ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam memperkuat industri pertahanan nasional.

    “Ini wujud perhatian pemerintah kepada industri dalam negeri, dengan memberi porsi pengadaan alutsista dalam negeri,” ujarnya dalam jumpa pers seusai penutupan Indo Defence 2025, Sabtu (14/6/2025).

    Kontrak-kontrak tersebut meliputi pengadaan dan pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk tiga matra TNI, yaitu darat, laut, dan udara.

    Tak hanya kontrak, Indo Defence 2025 juga menghasilkan 55 nota kesepahaman (MoU) antarpelaku industri pertahanan. Kerja sama itu mencakup pengembangan teknologi, kolaborasi sumber daya manusia, hingga ekspansi pasar internasional.

    Meski demikian, Sri Yanto tidak memerinci nilai kontrak maupun isi detail kesepakatan yang telah ditandatangani.

    Indo Defence 2025 semula dijadwalkan pada November 2024, tetapi ditunda karena transisi pemerintahan. Pameran kali ini diikuti 1.180 perusahaan dari 55 negara, termasuk Amerika Serikat dan Turki, yang dikenal sebagai mitra strategis militer Indonesia.