Basarnas Tak Terima Panggilan Darurat KMP Tunu, Dapat Info Sudah Tenggelam
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (
Basarnas
) Marsekal Madya TNI M Syafi’i mengungkapkan pihaknya tidak menerima panggilan darurat dari
KMP Tunu Pratama Jaya
yang tenggelam di
Selat Bali
.
Syafi’i menyebut Basarnas baru menerima informasi ketika KMP Tunu sudah tenggelam.
Hal tersebut Syafi’i sampaikan dalam rapat Komisi V DPR dengan Basarnas dan BMKG di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025).
“Pada saat kejadian memang yang kami harapkan bahwa Basarnas itu mendapatkan informasi pada saat awal kedaruratan terjadi. Namun yang terjadi kami juga tidak tahu persis kejadiannya, bahwa informasi itu kami dapat pada saat kapal sudah hilang dari permukaan,” ujar Syafi’i.
Syafi’i mengatakan, 10 menit setelah menerima informasi, Basarnas langsung bergerak ke lokasi. Namun, pada malam itu, Basarnas tidak berhasil menemukan apapun.
“Pada malam itu, kita tidak menemukan apa-apa. Kemudian sampai akhirnya informasi pertama kita dapat yaitu kira-kira jam 3 atau 4 pagi baru korban pertama ditemukan, kira-kira di 10 mil dari lokasi yang memungkinkan,” jelasnya.
Menurut Syafi’i, jarak Basarnas dengan titik hilangnya kapal pada pukul 23.00 waktu setempat, awalnya sebenarnya hanya 1,2 mil saja.
Namun, ketika korban ditemukan pertama kali pada pukul 03.00 waktu setempat, jaraknya sudah sejauh 18 km.
“Pada pencarian hari pertama, yaitu pada pagi hari, ini kita dibantu oleh seluruh potensi SAR yang ada, mulai dari nelayan, penduduk, dan seluruh kapal yang ada di situ. Begitu mendengar informasi ada di bagian selatan, semua kekuatan baru kita kerahkan arah selatan,” kata Syafi’i.
“Kami sampaikan total kekuatan yang melaksanakan operasi pada hari ini jumlah personel sebanyak 600 lebih personel, yang terdiri ABK atau alutsista dari kapal ada 18 kapal yang tergabung. Kemudian dari unsur heli juga dari unsur Basarnas dibantu heli dari kepolisian dan TNI AL,” imbuhnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: alutsista
-
/data/photo/2025/07/07/686b7960a8a1c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Basarnas Tak Terima Panggilan Darurat KMP Tunu, Dapat Info Sudah Tenggelam
-

Sederet Jurus RI Lobi AS Demi Redam Tarif Trump
Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia melancarkan sejumlah jurus diplomasi sebagai upaya negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) dalam meredam tarif impor tinggi. Kebijakan yang juga dikenal dengan sebutan Tarif Trump ini bakal berlaku 2 hari lagi atau tepatnya pada 9 Juli 2025.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan bakal menerapkan tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32%, lantaran Indonesia dianggap menghambat laju perdagangan AS, yakni penerapan tarif sepihak (tidak timbal balik), TKDN, sistem perizinan impor kompleks, dan devisa hasil ekspor (DHE).
Kemudian pada 9 April 2025, AS menangguhkan pengenaan tarif resiprokal selama 90 hari untuk 56 negara mitra, termasuk Indonesia.
Selain itu, pada 4 Juni 2025, Presiden AS menggandakan tarif sektoral (baja, aluminium, dan produk turunannya) menjadi 50% untuk semua negara, kecuali Inggris.
Indonesia termasuk negara awal yang melakukan negosiasi dengan AS. Pasalnya, Trump menegaskan tidak akan mempertimbangkan penundaan tenggat 9 Juli untuk pemberlakuan kembali tarif impor.
Lantas, apa saja tawaran yang disampaikan Indonesia ke AS untuk meredam tarif Trump?
Sejauh ini, pemerintah Indonesia setidaknya memiliki tujuh penawaran ke AS agar menurunkan tarif resiprokal 32% tersebut. Seperti mengurangi tarif impor dan bea masuk untuk semua barang menjadi 0%, termasuk minuman beralkohol, teknologi informasi dan komunikasi, baja, seluler, elektronik, alat medis, dan lainnya.
Selain itu juga meningkatkan impor dari AS untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, terutama dengan membeli minyak mentah dan sumber energi lainnya, pesawat terbang dan peralatan pertahanan, serta produk pertanian.
Kesepakatan Dagang & Investasi
Indonesia dan AS disebut akan menandatangani sejumlah kesepakatan dagang dan investasi senilai total US$34 miliar atau setara Rp551,1 triliun (kurs US$1=Rp16.209) sebagai bagian dari upaya mencapai kesepakatan negosiasi tarif resiprokal AS.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia mengungkapkan bahwa Indonesia berencana berinvestasi di AS, sekaligus membeli produk pertanian dan produk energi senilai US$15,5 miliar atau setara Rp251,23 triliun dari Negeri Paman Sam.
Rencana tersebut tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) yang dijadwalkan ditandatangani pada 7 Juli 2025. Airlangga menuturkan, MoU ini merupakan bagian dari negosiasi tarif Indonesia dengan AS. Meski demikian, dia menekankan hal ini bukan berarti negosiasi dagang antara kedua negara sudah selesai.
“Kita masih harus menunggu pengumuman final dari pihak AS,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (3/7/2025) dikutip dari Bloomberg saat menjawab pertanyaan soal kesepakatan besaran tarif.
Airlangga, yang memimpin tim negosiasi Indonesia dengan AS menyebut MoU tersebut akan melibatkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) serta entitas swasta.
Pemerintah juga disebut siap memborong alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan pesawat dari AS sebagai bagian dari paket kesepakatan dagang komprehensif yang tengah dirundingkan kedua negara.
Airlangga menyatakan komitmen Indonesia untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS. Pada tahun lalu, USTR mencatat defisit perdagangan barang AS dengan Indonesia mencapai US$17,9 miliar. Oleh sebab itu, Indonesia akan melakukan impor sejumlah barang dari AS.
Upaya tersebut dinilai sebagai langkah strategis untuk menekan ancaman tarif sebesar 32% yang akan diberlakukan AS, dengan target memperoleh tarif yang lebih rendah dibandingkan Vietnam yang sebelumnya mendapatkan tarif 20%.
Airlangga menyebut PT Garuda Indonesia tengah menjajaki potensi kerja sama baru, termasuk pembelian pesawat dan layanan perawatan. Pada sektor pertahanan, Airlangga mengungkapkan pemerintah membuka peluang untuk memperluas pengadaan alutsista dari AS.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5271264/original/089473300_1751474302-WhatsApp_Image_2025-07-02_at_17.35.06.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kembangkan Sistem Senjata Kapal Selam, PTDI Gandeng Naval Group
Dilansir kanal Ekonomi, Liputan6, Indonesia patut berbangga diri karena menjadi negara pertama di ASEAN yang bisa merakit kapal selam sendiri, bernama Alugoro.
Kapal Selam Alugoro adalah kapal selam ke-3 dari batch pertama kerjasama pembangunan kapal selam antara PT PAL Indonesia (Persero) dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Kapal selam tersebut sepenuhnya dibangun di Fasilitas Kapal Selam PT PAL Indonesia (Persero).
Produksi kapal selam ini juga mendapat perhatian khusus mulai dari pemberian nama Alugoro hingga keseriusan pemerintah melanjutkan proyek dengan menyuntikkan PMN ke PT PAL Indonesia. Bahkan, Presiden Joko Widodo sendiri meninjau proyek ini langsung ke Surabaya.
Berikut fakta-fakta tentang Alugoro, kapal selam pertama Indonesia yang bikin takjub ASEAN, sebagaimana dirangkum Liputan6.com, Senin (7/9/2020).
1. Asal Usul Nama Alugoro
Nama kapal selam Alugoro diambil dari nama sebuah senjata pemukul yang dimiliki oleh tokoh pewayangan Prabu Baladewa. Senjata tersebut berupa Gada yang digunakan oleh para ksalria atau bangsawan lainnya.
Kekuatan senjata ini adalah dengan sekali pukul dapat menghancurkan kepala orang yang dipukulnya. Senjata ini dianggap sakti karena pemberian dari dewa yaitu Batara Guru, sebagai hadiah pada waktu menikah dengan Dewi Erawati.
2. Dibangun di Indonesia
Sebelum Alugoro, Indonesia juga membuat KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadedali-404. Dua kapal selam pertama dibangun di Korea Selatan dan saat ini telah dioperasikan.
Sedangkan, Alugoro-405 dibangun di PT PAL Indonesia. Hal tersebut merupakan kontribusi positif bagi kemajuan industri pertahanan terutama PT PAL dalam rangka proses alih teknologi menuju kemandirian produksi dalam negeri di bidang teknologi pengembangan alutsista TNI.
3. Bisa Menyelam Hingga 310 Meter
Kapal Selam Alugoro sendiri harus menjalani beberapa tahapan tes lain seperti Sea Acceptance Test (SAT) atau tes berlayar di perairan terbuka hingga tahapan Final Completion, sebelum akhirnya dapat beroperasi penuh (Comissioning).
Dalam menjalani tahap demi tahap, kemampuan menyelamnya semakin meningkat.
Pada awalnya, Alugoro berhasil melaksanakan tahapan First Trimming Test pada 24 Oktober 2019 di dermaga kapal selam PT PAL Indonesia (Persero).Tes ini membutuhkan kondisi perairan yang tenang dan memiliki kedalaman antara 15 hingga 18 meter.
Kemudian, pada 20 Januari 2020, kapal selam Alugoro menjalani tahapan Nominal Diving Depth (NDD) di Perairan Utara Pulau Bali. NDD merupakan bagian dari 53 item SAT Kapal Selam Alugoro. Tahapan NDD dinyatakan berhasil, Alugoro mampu menyelam hingga kedalaman 250 meter.
Lalu pada 4 Maret 2020, Alugoro telah berhasil menjalani tahapan uji Tactical Diving Depth (TDD) hingga kedalaman 310,8 meter di Perairan Utara Pulau Bali. Artinya, kemampuan menyelamnya sudah tembus 310,8 meter.
4. Di ASEAN, Hanya Indonesia yang Bisa Membuat
Dalam catatan Liputan6.com, tidak semua negara bisa membuat kapal selam. Untuk di kawasan ASEAN saja, hanya Indonesia yang mampu membuat. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Periode Kabinet Kerja Ryamizard Ryacudu.
“Tidak semua punya kapal selam, tidak semua negara punya kapal selam. Kita sudah bisa membuat. Different effect-nya sudah jelas,” kata Ryamizard pada April 2019 silam, mengutip pemberitaan Liputan6.com.
5. Pengembangan Proyeknya Bakal Lanjut Di 2021
Proyek kapal Selam Alugoro dilanjutkan tahun depan. Hal ini dibuktikan dengan rencana penyuntikan modal berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) ke PT PAL Indonesia untuk pengembangan kapal selam. Nilainya mencapai Rp 1,3 triliun.
Adapun, rencana tersebut sudah tercantum dalam dokumen Buku II Nota Keuangan Beserta RAPBN Tahun Anggaran 2021.
-

Nasib Lobi Dagang RI, Jepang Cs dengan AS jelang Deadline 9 Juli 2025
Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah negara masih dalam proses negosiasi dagang dengan Pemerintah Amerika Serikat (AS) jelang tenggat pada 9 Juli 2025.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah mengancam akan menetapkan tarif baru bagi negara-negara yang gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum tenggat pekan depan. Langkah ini akan semakin meningkatkan tekanan terhadap mitra dagang yang tengah berpacu merampungkan perjanjian dengan pemerintahannya.
AS pertama kali mengumumkan rencana penerapan tarif timbal balik yang lebih tinggi pada 2 April 2025, namun memberikan jeda 90 hari guna memberi ruang bagi negosiasi. Selama periode itu, tarif universal sebesar 10% diberlakukan.
Terbaru, Trump menyatakan pemerintahannya kemungkinan mulai mengirimkan surat ketetapan tarif impor sepihak kepada negara-negara mitra dagang mulai Jumat (4/7/2025). Ketetapan sepihak ini lebih cepat dibandingkan tenggat negosiasi pada 9 Juli mendatang.
“Kami mungkin akan mulai mengirim beberapa surat, mungkin 10 surat per hari ke berbagai negara, memberitahukan berapa tarif yang harus mereka bayar untuk bisa berbisnis dengan AS,” ujar Trump dikutip dari Bloomberg, Jumat (4/7/2025).
Saat ditanya apakah akan ada kesepakatan dagang tambahan, Trump menjawab, “Kami punya beberapa kesepakatan lain, tetapi kecenderungan saya adalah mengirim surat dan memberitahu berapa tarif yang harus mereka bayar. Itu jauh lebih mudah.”
Lalu, bagaimana perkembangan terakhir proses negosiasi sejumlah negara dengan AS menjelang deadline 9 Juli 2025? Berikut rangkumannya:
Indonesia
Pemerintah Indonesia saat ini masih menunggu keputusan final dari AS terkait dengan tarif usai proses negosiasi.
Untuk melobi AS, Indonesia pun siap memborong alat utama sistem persenjataan atau alutsista dan pesawat AS, sebagai bagian dari paket kesepakatan dagang komprehensif yang tengah dirundingkan kedua negara.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (4/7/2025), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan komitmen Indonesia untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS. Pada tahun lalu, USTR mencatat defisit perdagangan barang AS dengan Indonesia mencapai US$17,9 miliar.
Oleh sebab itu, Indonesia akan melakukan impor sejumlah barang dari AS. Upaya tersebut dinilai sebagai langkah strategis untuk menekan ancaman tarif sebesar 32% yang akan diberlakukan AS, dengan target memperoleh tarif yang lebih rendah dibandingkan Vietnam yang sebelumnya mendapatkan tarif 20%.
Misalnya, PT Garuda Indonesia tengah menjajaki potensi kerja sama baru, termasuk pembelian pesawat dan layanan perawatan. Pada sektor pertahanan, Airlangga mengungkapkan pemerintah membuka peluang untuk memperluas pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari AS.
“Ini untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra strategis di kawasan Indo-Pasifik,” ungkapnya dalam pernyataan resmi.
Selain itu, sambung Airlangga, Indonesia juga akan meningkatkan impor gas dan produk pertanian dari AS untuk memperkuat ketahanan energi dan pangan.
Pemerintah turut menjanjikan perlakuan yang lebih adil bagi perusahaan AS, melalui pelonggaran aturan kandungan lokal, peningkatan perlindungan hak kekayaan intelektual, dan membuka akses ke Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) bagi penyedia asal AS.
Dari sektor mineral kritis, pemerintah berencana memberikan akses prioritas bagi pembeli asal AS, memperketat pengawasan kepemilikan asing di rantai pasok, serta menjalin kerja sama untuk menjamin keamanan dan transparansi pasokan bagi industri utama AS.
Langkah itu dinilai akan memudahkan perusahaan AS menghindari ketergantungan pada perusahaan logam yang terafiliasi dengan China, mengingat Indonesia merupakan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.
Indonesia juga berkomitmen untuk menerapkan tarif mendekati nol terhadap lebih dari 1.700 komoditas asal AS, atau sekitar 70% dari total impor negeri Paman Sam. Airlangga mengungkapkan itu mencakup sektor-sektor utama yang diminta AS seperti elektronik, mesin, kimia, kesehatan, baja, pertanian, dan otomotif.
“Pesannya jelas, Indonesia ingin membangun hubungan ekonomi yang seimbang dan berorientasi ke depan, dengan manfaat nyata bagi dunia usaha dan pekerja di kedua negara,” jelasnya.
Jepang
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba membantah anggapan bahwa negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS) mengalami kebuntuan, menjelang tenggat pemberlakuan tarif impor sebesar 24% secara menyeluruh pada 9 Juli mendatang.
“Pembicaraan terus bergerak maju, perlahan tapi pasti. Ada berbagai isu yang dibahas, termasuk hambatan non-tarif, dan masing-masing poin tersebut sedang dinegosiasikan secara bertahap,” ujar Ishiba dalam wawancara televisi dikutip dari Bloomberg pada Jumat (4/7/2025).
Ishiba tampak berupaya meredam kekhawatiran bahwa Jepang tidak mampu memperoleh konsesi besar dari AS, dan dapat menjadi sasaran keputusan sepihak Washington untuk memberlakukan tarif setinggi 35%. Meski demikian, dia tidak memberikan indikasi bahwa kesepakatan bisa segera dicapai sebelum tenggat tarif timbal balik diberlakukan pekan depan.
Pernyataan Ishiba juga berseberangan dengan komentar Menteri Keuangan AS Scott Bessent yang sebelumnya menyebut bahwa pemilu majelis tinggi Jepang pada 20 Juli menjadi kendala domestik yang membatasi ruang manuver Tokyo untuk menyelesaikan kesepakatan. Komentar Bessent juga muncul setelah rentetan kritik Presiden Donald Trump terhadap Jepang dalam beberapa hari terakhir.
Pemilu majelis tinggi Jepang yang dijadwalkan pada 20 Juli akan menjadi ajang evaluasi publik terhadap kinerja pemerintahan minoritas Ishiba. Survei menunjukkan inflasi menjadi kekhawatiran utama pemilih, dan kesepakatan dagang yang dinilai terlalu menguntungkan Trump bisa menuai resistensi di dalam negeri.
Salah satu kekhawatiran utama Jepang adalah potensi tarif sektoral sebesar 25% terhadap industri otomotif, sektor andalan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di Negeri Sakura.
Negosiator Jepang bersikukuh bahwa isu tarif mobil harus menjadi bagian integral dari kesepakatan, sembari menekankan kontribusi industri tersebut terhadap investasi dan penciptaan lapangan kerja di AS.
-

Pilot TNI AU dan Korea Selatan uji coba pesawat tempur Boramae
penerbang pesawat tempur TNI AU Kolonel Pnb Ferrel Rigonald (kiri) dan penerbang dari Korea Selatan Koh Hwi Seok (kanan) saat uji coba pesawat tempur KF-21 Boramae di Pangkalan Udara Sacheon, Korea Selatan, Jumat (27/6/2025) ANTARA/Ho-Humas TNI AU
Pilot TNI AU dan Korea Selatan uji coba pesawat tempur Boramae
Dalam Negeri
Editor: Calista Aziza
Jumat, 04 Juli 2025 – 07:39 WIBElshinta.com – Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma TNI I Nyoman Suadnyana mengatakan TNI AU sudah melakukan uji terbang pesawat tempur kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan KF-21 Boramae.
Dalam siaran pers resmi yang diterima Antara di Jakarta, Kamis, disebutkan uji coba terbang tersebut sudah dilakukan pada Jumat (27/6).
“Kerja sama strategis antara Indonesia dan Korea Selatan dalam pengembangan pesawat tempur generasi 4.5 mencapai tonggak penting melalui keberhasilan penerbangan prototipe KF-21 Boramae,” kata I Nyoman dalam siaran pers tersebut.
Ia menjelaskan, penerbang pesawat tempur TNI AU yang menjajal pesawat itu yakni Kolonel Pnb Ferrel Rigonald dan penerbang dari Korea Selatan Koh Hwi Seok.
Proses uji coba terbang itu dilakukan di Pangkalan Udara Sacheon, Korea Selatan. Dalam uji coba tersebut, Ferrel berada di kursi depan dan Koh Hwi Seok berada di kursi belakang.
“Pesawat mengudara pada pukul 09.45 waktu setempat dan melaksanakan sejumlah manuver uji pada ketinggian 20.000 kaki selama sekitar satu jam,” jelas I Nyoman.
Ke dua penerbang tempur itu pun sukses menjalankan uji coba pesawat tersebut.
Uji coba pesawat tempur yang dilakukan TNI AU ini mencerminkan keberhasilan Indonesia dan Korea dalam membangun kerja sama di bidang teknologi perang maupun peningkatan sumber daya manusia (SDM).
Dengan adanya program kerja sama ini, ia berharap kekuatan TNI AU dalam mempertahankan wilayah udara negara bisa semakin meningkat.
“Program KF-21/IF-X tidak hanya membawa manfaat teknis, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra utama dalam pengembangan alutsista modern yang berbasis inovasi dan kemandirian industri pertahanan (inhan),” katanya.
Sumber : Antara
-

TNI terima KRI Brawijaya-320, kapal perang AL pertama buatan Italia
Jakarta (ANTARA) – Jajaran TNI menerima kapal perang pertama milik Angkatan Laut (AL) buatan Italia yakni KRI Brawijaya-320 di galangan kapal Fincantieri, Muggiano, Italia. Rabu (2/7).
Dalam siaran pers resmi TNI AL yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis, dijelaskan bahwa kapal tersebut diterima langsung oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mewakili Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Ali dalam siaran pers tersebut mengatakan, KRI itu akan menjadi salah satu andalan TNI AL dalam mengawasi wilayah laut Indonesia.
“Kapal ini tidak hanya menambah armada Angkatan Laut Indonesia, tetapi juga merupakan langkah signifikan dalam modernisasi alutsista Indonesia,” kata Ali.
Nantinya, kapal tersebut akan ditempatkan di titik-titik tertentu untuk berpatroli di lokasi strategis wilayah laut.
“Kapal perang ini sangat tepat dimiliki oleh Indonesia yang memiliki wilayah laut yang sangat luas,” jelas Ali.
Tidak hanya menerima KRI, dalam momentum tersebut Ali juga melantik Komandan KRI Brawijaya-320 yakni Kolonel Laut (P) John David Nalasakti Sondakh.
Ali berharap di bawah komando Jhon David, KRI Brawijaya-320 dapat mengemban tugas negara mempertahankan wilayah laut Indonesia.
KRI buatan negeri pizza ini memiliki panjang 143 M dan kecepatan maksimal 32 knot. Kapal yang dapat menampung 171 awak ini merupakan kapal fregat yang memiliki kemampuan Peperangan Anti Udara atau Anti Air Warfare (AAW) dengan desain yang menitikberatkan fleksibilitas, modularitas dan skalabilitas desain kapal.
Kemampuan itu memungkinkan kapal dikonfigurasi untuk memenuhi persyaratan teknis dan peran operasional untuk Angkatan Laut modern.
Selain itu, KRI Brawijaya-320 juga dilengkapi sistem navigasi modern dan Combat System terintegrasi untuk kontrol mencakup Combat Management System (CMS), sensor, senjata, komunikasi dan navigasi sistem yang terhubung melalui jaringan kecepatan data tinggi.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
/data/photo/2025/03/19/67da8838ca583.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Rapat Tertutup soal Kondisi Dunia, Menhan-TNI Waspada Tinggi, DPR Minta Maaf
Rapat Tertutup soal Kondisi Dunia, Menhan-TNI Waspada Tinggi, DPR Minta Maaf
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Komisi I DPR menggelar rapat tertutup bersama Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin,
Panglima TNI
Jenderal Agus Subiyanto, dan para kepala staf TNI mengenai situasi geopolitik terkini.
Ketua Komisi I DPR Utut Adianto meminta maaf karena rapat harus digelar tertutup.
Menurut dia, kepentingan nasional berada di atas segalanya.
“Saya minta maaf karena harus tertutup. Kepentingan nasional kita adalah yang terutama dan segala-galanya. Dari pengantar saya itu, yang jelas bagaimana Menhan dan Panglima TNI serta para kepala staf sudah bersikap dan sigap dalam menghadapi situasi geopolitik terkini,” ujar Utut, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (2/7/2025).
Dalam kesempatan yang sama,
Menhan Sjafrie
juga enggan menjelaskan secara detail perihal rapat tertutup hari ini.
Yang pasti, kata Sjafrie, kondisi geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi saat ini menuntut sektor pertahanan untuk merumuskan kebijakan strategi dan administrasi anggaran.
“Dan Panglima TNI yang merumuskan kebijakan operasional dari Tentara Nasional Indonesia yang juga akan dilaksanakan oleh para kepala staf angkatan,” ujar Sjafrie.
Sjafrie mengatakan, pada intinya, Kemenhan dan TNI meningkatkan kewaspadaan yang tinggi.
Dia menyebut, mereka akan terus melakukan pembangunan kekuatan TNI dengan menggunakan filosofi Trisula Nusantara.
“Kemudian tentunya, kebutuhan-kebutuhan alutsista yang dibutuhkan oleh TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, serta TNI Angkatan Udara ini, dipasok tanpa pembatasan,” papar dia.
“Kita sebagai negara yang menganut politik bebas aktif dan berada pada garis non-blok tidak mempunyai restriksi apa-apa terhadap pengadaan alutsista. Jadi, kebutuhan pengguna dan pembina kekuatan ini kita fasilitasi untuk memperkuat kekuatan matra darat, laut, dan udara,” imbuh Sjafrie.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Pendapatan Negara 2025 diproyeksikan naik dibanding tahun sebelumnya
kami berusaha untuk menstabilkan dan menjaga agar APBN tetap sehat meskipun ada kondisi yang tidak bisa kita kontrol
Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan Pendapatan Negara hingga akhir 2025 bakal tumbuh dibandingkan capaian tahun lalu yang tercatat sebesar Rp2.842,5 triliun.
Optimisme ini didasarkan pada prospek ekonomi nasional yang membaik, upaya intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan serta peningkatan kualitas layanan kementerian/lembaga (K/L).
“Pelaksanaan APBN 2025 memang luar biasa menantang, tapi kami berusaha untuk menstabilkan dan menjaga agar APBN tetap sehat meskipun ada kondisi yang tidak bisa kita kontrol, yaitu (situasi) global yang masih sangat dinamis dan menimbulkan ketidakpastian,” ujar Sri Mulyani dikutip di Jakarta, Rabu.
Sebagaimana diketahui, sampai dengan Juni 2025, pendapatan negara tercatat sebesar Rp1.210,1 triliun atau 40 persen dari target APBN. Ini terdiri dari Penerimaan Perpajakan Rp985,3 triliun, PNBP Rp224,2 triliun dan hibah Rp0,6 triliun.
Dalam APBN 2025, pemerintah mematok target pendapatan negara sebesar Rp3.005,1 triliun dan Belanja Negara sebesar Rp3.621,3 triliun.
Salah satu komponen utama pendapatan negara adalah penerimaan pajak yang hingga semester I tercatat sebesar Rp831,27 triliun (neto).
Pemerintah memperkirakan penerimaan pajak hingga akhir tahun dapat mencapai 94,9 persen dari target APBN atau tumbuh 7,5 persen secara tahunan.
Menurut Sri Mulyani, proyeksi ini didukung oleh perbaikan ekonomi nasional pada semester II, pertumbuhan ekonomi yang stabil, daya beli masyarakat yang kuat, serta meningkatnya aktivitas sektor manufaktur dan keuangan.
Sementara itu, outlook penerimaan kepabeanan dan cukai diperkirakan mencapai 102,9 persen dari target, tumbuh 3,4 persen.
Outlook ini dipengaruhi oleh kebijakan harga jual eceran (HJE) rokok yang lebih moderat, pengalihan konsumsi dari rokok golongan tinggi ke golongan rendah, serta penguatan pengawasan melalui autentifikasi pita cukai dan pemberantasan rokok ilegal.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperkirakan mencapai 92,9 persen dari target, dengan beberapa faktor penentu seperti fluktuasi harga minyak mentah Indonesia (ICP), lifting migas dan moderasi harga komoditas tambang.
Meski demikian, peningkatan layanan kementerian/lembaga dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU), khususnya dari sektor sawit, tetap menopang kinerja PNBP.
Di sisi lain, outlook belanja negara 2025 juga diperkirakan meningkat seiring percepatan realisasi anggaran di semester II 2025.
Menkeu menyampaikan belanja pemerintah pusat akan difokuskan pada penyelesaian program prioritas seperti pendidikan, penguatan ketahanan pangan, dan penyaluran bantuan sosial seperti PKH, sembako, dan PBI JKN.
Selain itu, percepatan belanja dilakukan untuk pengadaan infrastruktur, peralatan kesehatan, serta alutsista dan perlengkapan pertahanan lainnya.
Pemerintah juga tetap menyalurkan subsidi dan kompensasi untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama dalam menghadapi gejolak harga energi.
Transfer ke daerah turut menjadi perhatian dengan mempertimbangkan realisasi Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Otonomi Khusus (Otsus), hingga Dana Desa yang penyalurannya sangat dipengaruhi oleh kinerja dan kepatuhan administrasi daerah dan desa.
“Dalam suasana yang menantang, APBN harus tetap menjadi instrumen yang bisa diandalkan. Kita juga menjaga agar APBN bisa mendukung agenda prioritas, yaitu beberapa yang sudah disampaikan Presiden, termasuk makan bergizi gratis (MBG), Sekolah Rakyat, dan Koperasi Merah Putih,” ujarnya.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Menhan: TNI waspada dan bangun kekuatan di tengah situasi geopolitik
Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin memastikan bahwa TNI terus meningkatkan kewaspadaan dan membangun kekuatan, di tengah kondisi geopolitik terjadinya konflik di sejumlah kawasan.
Dia mengatakan bahwa kondisi geopolitik dan geoekonomi menuntut sektor pertahanan di Indonesia perlu merumuskan kebijakan strategis dan administrasi anggaran. Menurut dia, Panglima TNI akan merumuskan kebijakan itu yang akan dilaksanakan oleh tiga matra.
“Kemenhan dan TNI meningkatkan kewaspadaan yang tinggi dengan terus melakukan pembangunan kekuatan TNI dengan menggunakan filosofi Trisula Nusantara, trisula itu adalah matra darat, laut dan udara,” kata Sjafrie usai menghadiri rapat tertutup dengan Komisi I DPR RI di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu.
Menurut dia, kebutuhan-kebutuhan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) yang dibutuhkan oleh TNI akan dipasok tanpa pembatasan. Pasalnya, Indonesia menganut politik yang bebas aktif sehingga tidak memiliki larangan terhadap pengadaan alutsista.
“Jadi kebutuhan pengguna dan pembina kekuatan ini kita fasilitasi untuk memperkuat kekuatan matra darat, laut, dan udara,” katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto mendukung TNI untuk melakukan persiapan karena kepentingan nasional di atas segala-galanya. Dia pun menilai bahwa sejauh ini Kemenhan dan TNI sudah bersigap dalam menghadapi situasi geopolitik terkini.
Di sisi lain, dia pun memohon maaf karena rapat dengan TNI dan Kemenhan perlu dilaksanakan tertutup. Pasalnya, dia menilai bahwa topik yang perlu dibahas adalah demi kepentingan nasional.
“Kepentingan nasional kita adalah yang terutama dan segala-galanya,” kata Utut.
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Azhari
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

TNI AU perkuat kerja sama militer dengan negara-negara sahabat
Jakarta (ANTARA) – Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI I Nyoman Suadnyana mengatakan pihaknya terus menjalin kerja sama militer dengan negara-negara sahabat demi memperkuat pertahanan udara Indonesia.
Salah satu kerja sama yang baru saja terjalin yakni antara TNI AU dengan Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM).
Saat dikonfirmasi di Jakarta Rabu, I Nyoman menjelaskan kerja sama militer itu terjadi ketika Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Udara (Waasops Kasau) Marsma TNI M. Satriyo Utomo hadir dalam Rapat Tim Perancang Latihan Udara (TPLU) Malindo ke-83 di Putrajaya, Malaysia, Kamis (26/6).
“Pertemuan rutin antar kedua Angkatan Udara ini menjadi wadah strategis dalam memperkuat kerja sama bilateral,” kata I Nyoman.
Dia menjelaskan, dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa skema kerja sama militer yang terjalin antara TNI AU dan TUDM.
Beberapa diantaranya kerja sama di bidang pendidikan militer, latihan militer bersama, pertukaran prajurit hingga pembentukan forum komunikasi antara pemimpin satuan.
I Nyoman melanjutkan, ke dua pasukan pertahanan udara ini juga memiliki alat utama sistem senjata (alutsista) sejenis seperti pesawat tempur Su-30, Hercules C-130, dan H-225.
Kesamaan alutsista ini, lanjut I Nyoman, bisa menjadi dasar terbentuknya kerja sama antara ke dua belah pihak di bidang pengembangan teknologi perang.
“Selain itu latihan bersama seperti Elang Malindo hingga forum Subject Matter Expert Exchange (SMEE) telah menjadi sarana konkret dalam membangun interoperabilitas dan transfer keahlian antarpersonel,” jelas I Nyoman.
Dengan adanya kolaborasi ini, I Nyoman berharap hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia dapat terus terjalin dengan baik.
Dia juga berharap kerja sama ini dapat memperkuat kekuatan pertahanan udara kedua negara.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.