TRIBUNNEWS.COM – Septia Kurnia Rini, seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Jember, Jawa Timur mengalami kondisi lumpuh yang diduga akibat malapraktik di Singapura.
Saat ini, wanita berusia 38 tahun ini terpaksa terbaring lemah di rumahnya setelah bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) selama tiga tahun sebagai pembantu rumah tangga di Singapura.
Kisah pilu Septia berawal dari munculnya bisul di paha yang ia rasakan setelah memperpanjang kontraknya.
Septia merasa bisul kali itu berbeda, warnanya merah tanpa mata dan nyeri.
Setelah mengalami nyeri selama empat hari, ia meminta obat pereda nyeri kepada majikannya.
“Selama empat hari masih terasa nyeri, saya gak tahan, akhirnya saya ngasi tau majikan dan minta obat pereda nyeri,” kata dia, Jumat (20/12/2024), dikutip dari Kompas.com.
Setelah mengonsumsi obat tersebut dan tidak kunjung sembuh, Septia disarankan untuk berobat ke rumah sakit.
Ia menjalani operasi, namun malang baginya, ia mengalami koma selama sembilan hari.
Saat terbangun, kondisi tangan dan kakinya sangat mengkhawatirkan, berwarna hitam pekat dan terikat.
“Saya juga tidak tau kenapa kaki saya sampai diikat hingga tidak bisa bergerak,” ujar dia.
Selama perawatan, tidak ada satu pun petugas dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang menjenguknya.
Setelah 13 hari, ia dipulangkan ke Indonesia oleh majikannya, tetapi bukan ke Jember, melainkan ke rumah sakit di Batam.
“Saya istilah kata dibuang ke Batam. Baju, HP, dan gelang saya diambil majikan, saya tidak bawa apa-apa,” keluhnya.
Di Batam, ia dirawat selama seminggu dengan biaya yang ditanggung oleh majikannya.
Ironisnya, majikannya sempat meminta uang kepada keluarga Septia untuk menutupi biaya perawatan di Singapura, namun ia menolak.
Setelah dijemput keluarganya pada Oktober 2024, Septia kembali ke Jember.
Namun, kondisi kesehatannya tak kunjung membaik.
Ia menggambarkan kakinya yang terasa keras dan tak bisa digerakkan.
“Mungkin ini karena malapraktik, setiap saat terasa nyeri. Saya tidak bisa merentangkan jari,” tuturnya.
Septia berharap mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Ia menceritakan kisahnya kepada Menteri P2MI Abdul Kadir Karding dan berharap ada solusi untuk mengurangi beban hidupnya.
Mendengar cerita ini, Karding menjanjikan dukungan melalui kerja sama dengan Pemerintah Daerah, meskipun belum merinci bentuk dukungan yang akan diberikan.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).