Tinggal di Panti Asuhan, Adit Tak Henti Merawat Mimpinya Menjadi Tentara
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Dari balik dinding
Panti Asuhan Kuntum Teratai
, yang berlokasi di Kampung Melayu Kecil III, Bukit Duri,
Jakarta
Selatan, Adit (13) perlahan merajut mimpinya untuk menjadi seorang tentara.
Meski langkahnya masih panjang, Adit tekun bersekolah dan terus berusaha meraih prestasi demi mewujudkan cita-cita sebagai abdi negara.
Sejak 2019, Adit tinggal di panti asuhan tersebut bersama neneknya, yang bekerja sebagai pengasuh anak-anak.
Pilihan tinggal di panti asuhan diambil karena keterbatasan ekonomi orangtua Adit yang tinggal di Brebes, Jawa Tengah.
“Sama nenek mending di sini diurusin sama Bu Nina (ibu panti) dikasih makan, sekolah, kalau di sana kan enggak tahu,” kata Adit saat ditemui
Kompas.com.
Meski harus berjauhan dengan orangtuanya, Adit merasa bersyukur karena mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Ia percaya pendidikan adalah jalan menuju masa depan yang lebih baik.
“Dulu penginnya jadi polisi tapi enggak jadi karena kalau polisi cuma nangkap maling aja kayaknya, kalau tentara kan
bela negara
, jadi Adit lebih milih jadi tentara,” ucapnya.
Adit menyadari bahwa menjadi tentara bukanlah hal yang mudah. Latihan fisik dan kedisiplinan adalah bagian penting dalam mewujudkan impian tersebut.
Namun, karena tinggal di panti dan harus menjalani rutinitas harian yang padat, ia tidak memiliki banyak waktu untuk berolahraga secara khusus.
Alih-alih putus asa, Adit memanfaatkan aktivitas sehari-hari di panti sebagai bentuk latihan fisik. Rutinitas pagi di panti dimulai sejak pukul 04.00 WIB, dengan beres-beres tempat tidur sebelum menunaikan salat Subuh, lalu dilanjutkan dengan bersih-bersih area panti.
“Olahraganya beres-beres panti asuhan,” ungkap Adit.
Selepas itu, ia menjalani aktivitas seperti mandi, sarapan, dan berangkat sekolah. Sepulang sekolah, ia kembali melanjutkan kegiatan seperti mengaji, bermain hadroh, mengerjakan PR, dan beristirahat.
“Kalau sudah selesai beres-beres, mandi, sarapan, sekolah. Pulang sekolah mandi, ngaji, ngerjain PR, habis itu tidur lagi,” tambahnya.
Adit menyimpan harapan agar kelak ada jalan bagi dirinya untuk menjadi seorang tentara. Ia juga percaya, Nina—pengasuh yang juga menjadi figur ibu di panti asuhan—akan selalu mendukung impiannya dan anak-anak lainnya.
Namun, Adit menyadari, proses menjadi tentara memerlukan biaya dan tahapan seleksi yang tidak mudah.
“Penginnya dibantu jadi tentara tapi takut biayanya mahal dan nyusahin Bu Nina.
Adit aja bersyukur bisa sekolah dan tinggal di sini,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tinggal di Panti Asuhan, Adit Tak Henti Merawat Mimpinya Menjadi Tentara Megapolitan 29 Juli 2025
/data/photo/2025/07/29/68885e14dffe0.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)