Tim Konservasi Cari Orangutan yang “Nongol” di Lokasi Tambang dan Bangunan Kosong
Tim Redaksi
SAMARINDA, KOMPAS.com
– Kelestarian orangutan kembali menjadi perhatian publik setelah dua orangutan diduga terlihat di lokasi tambang dan bangunan kosong.
Kasus ini viral di media sosial dan mendorong
Centre of Orangutan Protection
(COP) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur untuk segera turun tangan melakukan pencarian dan penyelamatan.
Upaya Penyelamatan Orangutan
Manajer Area Kalimantan COP, Satria Wardana, menjelaskan bahwa pihaknya telah memiliki program khusus dalam menjaga kelestarian orangutan.
“Kami melakukan patroli lapangan, punya
forest school
di Labanan untuk melatih orangutan kembali hidup di habitat alami, serta pusat rehabilitasi di Kampung Tasuk, Gunung Tabur, yang fokus pada penanganan medis dan rehabilitasi,” ungkapnya, Selasa (11/2/2025).
Satria menambahkan, salah satu tantangan terbesar dalam konservasi adalah mengembalikan orangutan yang pernah dipelihara manusia ke habitat aslinya.
“Indikator utama keberhasilan kami adalah kemampuan orangutan membuat sarang di alam. Kalau mereka sudah bisa, itu jadi penilaian kami untuk pelepasliaran,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya dukungan masyarakat lokal dalam menjaga keberlanjutan program konservasi ini.
Tim Konservasi Lakukan Pencarian di Lokasi Tambang
Merespons laporan keberadaan dua orangutan di lokasi tambang dan bangunan kosong, BKSDA Kaltim bersama COP segera turun ke lapangan untuk melakukan pencarian.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Kaltim, Dheny Mardiono, mengungkapkan bahwa tim sudah bergerak selama empat hari terakhir, meskipun hingga kini orangutan tersebut belum ditemukan.
“Kami mendapat info ada di lokasi tambang dan bangunan kosong. Selama empat hari terakhir, tim terus mencari, meskipun hingga kini belum ditemukan,” ujar Dheny, Rabu (12/2/2025).
Jika orangutan berhasil ditemukan, langkah pertama yang akan dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan melalui rapid assessment sebelum memindahkan mereka ke lokasi yang lebih aman.
“Jika tidak sesuai standar, rehabilitasi akan dilakukan. Kami bekerja sama dengan dua NGO utama, yaitu COP dan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF),” tambah Dheny.
Sinergi antara BKSDA, COP, dan NGO lainnya menjadi bukti
penyelamatan orangutan
terus menjadi prioritas meskipun menghadapi tantangan besar.
Satria berharap perhatian masyarakat terhadap konservasi orangutan dapat terus meningkat, karena tanpa dukungan masyarakat, upaya penyelamatan satwa liar akan semakin sulit.
“Kami berharap lebih banyak orang peduli dengan konservasi, karena menjaga orangutan berarti menjaga ekosistem kita sendiri,” tutupnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tim Konservasi Cari Orangutan yang "Nongol" di Lokasi Tambang dan Bangunan Kosong Regional 12 Februari 2025
/data/photo/2025/02/12/67aca9c4d71a0.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)