Tifa Kamoro, Alat Musik Sakral yang Direkatkan dengan Darah di Papua

Tifa Kamoro, Alat Musik Sakral yang Direkatkan dengan Darah di Papua

Liputan6.com, Papua – Suku Kamoro di pedalaman Papua, masih mempertahankan tradisi pembuatan tifa. Hal yang membedakan tifa Kamoro dari lainnya adalah proses perekatannya yang menggunakan darah manusia sebagai pengganti lem.

Mengutip dari berbagai sumber, tifa kamoro merupakan simbol kebanggaan bagi pria Suku Kamoro. Alat musik biasa hadir dalam upacara adat, perayaan Kristen, maupun pesta seperti tari semut.

Pembuatan tifa dimulai dengan pemilihan kayu waru yang diukir oleh marawore (pengukir adat). Pemburu adat secara khusus menangkap biawak besar untuk diambil kulitnya.

Kulit tersebut kemudian dikeringkan untuk dijadikan membran pukul tifa. Baik kayu waru maupun kulit biawak dianggap suci karena dipercaya mengandung roh pelindung.

Setelah kulit biawak kering, selanjutnya adalah perekatan kulit biawak ke dalam badan kayu. Proses perekatan kulit biawak ke badan kayu menjadi tahap paling sakral.

Darah segar diambil dari paha pria Kamoro dengan penyayatan menggunakan silet, kemudian ditampung dalam cangkang kerang dan dicampur kapur. Ritual gotong royong ini diyakini dapat memperkuat ikatan spiritual antara pemusik dengan tifa.