Jakarta, Beritasatu.com – Aktor senior Indonesia, Ray Sahetapy meninggal dunia hari ini pukul 21.04 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, pada usia 68 tahun, setelah berjuang melawan penyakit strok sejak 2023.
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi dunia perfilman Indonesia, mengingat kontribusinya yang luar biasa dalam industri hiburan tanah air.
Kepergian Ray disampaikan oleh sang anak Surya Sahetapy melalui akun Instagram miliknya @Suryasahetapy.
“Selamat jalan, Ayah! @Raysahetapy. We always cherish the memories of our time with you. Titip salam kangen dan cinta ke kak Gisca!,” ujar @Suryasahetapy.
Ray Sahetapy dikenal sebagai aktor yang sangat berdedikasi terhadap profesinya. Dengan gaya akting yang mendalam dan karakter yang kuat, dia selalu mampu menghidupkan peran yang dimainkannya dengan sangat apik.
Lalu, bagaimana sosok Ray Sahetapy? Berikut ini profilnya.
Profil Ray Sahetapy
Lahir dengan nama lengkap Ferenc Raymond Sahetapy pada 1 Januari 1957 di Donggala, Sulawesi Tengah, Ray menikah dengan penyanyi dan aktris Dewi Yull pada 1981 dan bercerai pada 2004. Tidak lama setelahnya, Ray menikah dengan Sri Respatini Kusumastuti.
Dari pernikahan dengan Dewi Yull, mereka dikaruniai empat orang anak bernama Gisca Sahetapy, Rama Sahetapy, Surya Sahetapy, dan Raya Sahetapy. Salah satu anaknya, Surya Sahetapy dikenal sebagai seorang aktivis tuli yang aktif memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas di Indonesia.
Pada 2023, Ray mulai mengalami gangguan kesehatan akibat strok yang menyerangnya. Meski sempat mendapatkan perawatan medis intensif, kondisinya semakin memburuk dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, di balik kondisi kesehatannya, Ray tumbuh menjadi seorang pria yang memiliki minat besar terhadap dunia seni peran. Sejak muda, dia sudah menunjukkan bakatnya dalam dunia akting dan mulai menapaki kariernya di industri film pada awal 1980-an.
Perjalanan Ray di dunia hiburan dimulai ketika dia membintangi film “Gadis” pada 1980. Sejak itu, namanya mulai dikenal dan semakin diperhitungkan di dunia perfilman Indonesia.
Ia kemudian membintangi berbagai film legendaris, termasuk “Ponirah Terpidana” (1983), “Tatkala Mimpi Berakhir” (1987), dan “Jangan Bilang Siapa-Siapa” (1990).
Berkat aktingnya yang menawan dan penuh karakter, Ray menjadi salah satu aktor papan atas yang sering tampil dalam berbagai film dan sinetron.
Selain itu, Ray juga dinominasikan untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia tujuh kali, enam di antaranya untuk Aktor Terbaik, dan memegang rekor nominasi terbanyak dalam kategori tersebut tanpa kemenangan.
Namun, dia tidak hanya berperan dalam film drama, tetapi juga sering tampil dalam film laga, horor, dan thriller, menunjukkan fleksibilitasnya sebagai aktor.
Salah satu peran paling ikonik dalam kariernya adalah saat dia bermain dalam film “The Raid” (2011), yang mendunia dan mendapat banyak apresiasi dari para kritikus internasional.
Dalam film ini, Ray Sahetapy berperan sebagai Tama Riyadi, seorang bos kriminal yang mengendalikan sebuah gedung apartemen yang dijadikan markas oleh para penjahat.
Perannya sebagai Tama Riyadi begitu mencuri perhatian dengan akting yang penuh kharisma, menghidupkan karakter penjahat yang cerdas, licik, dan tak kenal ampun.
Salah satu momen paling diingat dari film ini adalah ketika Tama Riyadi dengan santai menembak anak buahnya bernama Ari (Ananda George) setelah bermain dengan pistol kosong, menunjukkan betapa berbahayanya sosok tersebut.
Sejak awal kemunculan Tama Riyadi, gerak-geriknya sudah menarik perhatian, menciptakan kesan mendalam tanpa harus mengikuti stereotip bos mafia klasik. Berbeda dari gambaran umum yang sering mengenakan pakaian serba hitam dengan rambut tersisir rapi, karakter Tama justru tampil dengan ciri khasnya sendiri, membuatnya lebih otentik dan tak terduga.
Perannya dalam film tersebut membawa Ray menjadi pemenang dalam kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik pada Indonesian Movie Actors Awards (2013).
Selain aktif sebagai aktor, Ray Sahetapy juga dikenal sebagai mentor bagi banyak aktor muda di Indonesia. Ia sering berbagi ilmu tentang seni peran dan mendorong generasi muda untuk lebih serius dalam mendalami dunia akting.