Jakarta, CNN Indonesia —
The Federal Reserve (The Fed) kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25 persen hingga 5,50 persen. Keputusan ini diambil lantaran belum yakin inflasi bisa menyentuh target 2 persen, meski saat ini mulai melandai.
Bank sentral Amerika Serikat (AS) itu juga memberi sinyal suku bunga acuan tak bakal turun dalam waktu dekat.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengungkapkan pemangkasan suku bunga acuan tampaknya tak akan terjadi pada pertemuan Maret besok.
“Berdasarkan pertemuan hari ini, saya ingin memberi tahu Anda bahwa komite tidak akan mencapai tingkat kepercayaan (menurunkan suku bunga) pada saat pertemuan Maret untuk mengidentifikasi Maret sebagai waktu yang tepat untuk melakukan hal tersebut. Tapi itu harus dilihat,” kata Powell, dikutip CNBC International, Rabu (31/1).
“Inflasi masih terlalu tinggi. Kemajuan yang berkelanjutan dalam menurunkannya belum bisa dipastikan,” ia menambahkan.
Sebelumnya, ia sempat menebar harapan penurunan suku bunga bakalan dimulai tahun ini.
Imbas keputusan itu, saham-saham di bursa AS tumbang ke posisi terendahnya. The Fed memupus harapan pasar yang menginginkan bank sentral memangkas suku bunga lebih cepat, sebelum terjadi resesi.
“The Fed sangat terpukul pada akhir 2021 dan 2022 ketika mereka mengira inflasi tinggi hanya bersifat sementara, kemudian terkejut ketika inflasi lebih tinggi dan lebih persisten dari perkiraan. Mereka ingin menghindari kesalahan yang sama,” kata kepala ekonom Comerica Bank Bill Adams.
“The Fed akan menunggu untuk melakukan penurunan suku bunga sampai mereka melihat dampak dari inflasi 2 persen,” imbuhnya.
Kebijakan suku bunga mendatang dijadwalkan pada 20 Maret dan 1 Mei. Dalam beberapa bulan terakhir, pasar dan ahli strategi Wall Street fokus pada kedua pertemuan tersebut untuk melihat apakah suku bunga akhirnya diturunkan untuk pertama kalinya, karena inflasi terus meeda dan pertumbuhan lapangan kerja melambat.
(pta/sfr)