The Fed Tahan Suku Bunga Berdampak ke Dunia, Tetangga Indonesia Jadi Korban Pertama Trump di ASEAN

The Fed Tahan Suku Bunga Berdampak ke Dunia, Tetangga Indonesia Jadi Korban Pertama Trump di ASEAN

PIKIRAN RAKYAT – Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), kembali mempertahankan suku bunga acuan (FFR) di level 4,25-4,50% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pertama tahun ini, yang berlangsung Rabu 29 Januari 2025 waktu AS atau Kamis 30 Januari 2025 dini hari waktu Indonesia.

Keputusan ini menjadi langkah pertama The Fed setelah sebelumnya memangkas suku bunga dalam tiga pertemuan berturut-turut.

Mengapa The Fed Menahan Suku Bunga?

Keputusan ini diambil di tengah optimisme terhadap pasar tenaga kerja AS yang tetap kuat. Meskipun tingkat pengangguran mengalami sedikit penurunan menjadi 4,1% pada Desember 2024, inflasi masih berada di atas target The Fed sebesar 2%.

Menurut pernyataan resmi, ekonomi AS masih tumbuh dengan solid, namun laju inflasi tetap menjadi perhatian utama. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa meskipun tekanan inflasi masih ada, bank sentral akan mengambil keputusan berdasarkan data ekonomi yang tersedia.

“Kami merasa tidak perlu terburu-buru untuk melakukan penyesuaian kebijakan apa pun saat ini. Kami berada dalam posisi yang baik,” ujar Powell dalam konferensi pers.

Keputusan ini berbanding terbalik dengan keinginan Presiden Donald Trump yang menghendaki suku bunga lebih rendah. Trump sebelumnya menyatakan bahwa penurunan suku bunga diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi. Namun, Powell menegaskan bahwa The Fed akan tetap independen dan tidak tunduk pada tekanan politik.

Dampak Global: Pasar Keuangan dan Kebijakan Dagang

Pasar merespons negatif keputusan The Fed yang menahan suku bunga. Indeks Dow Jones turun 0,31%, S&P 500 melemah 0,47%, dan Nasdaq Composite turun 0,51%.

Investor yang sebelumnya mengharapkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut kini harus menyesuaikan ekspektasi mereka.

Sementara itu, kebijakan perdagangan Trump yang agresif juga menjadi perhatian. Rencana Trump untuk menaikkan tarif perdagangan terhadap sejumlah negara dikhawatirkan dapat memicu kenaikan harga dan inflasi. Powell menegaskan bahwa The Fed akan terus mengamati dampak dari kebijakan tarif sebelum mengambil langkah lebih lanjut dalam kebijakan moneternya.

Korban Pertama Trump di ASEAN: Krisis Kemanusiaan di Perbatasan Thailand-Myanmar

Kebijakan ekonomi Trump tidak hanya berdampak pada pasar keuangan, tetapi juga pada bantuan kemanusiaan. Presiden Trump baru-baru ini membekukan sebagian besar bantuan luar negeri AS, termasuk yang diberikan kepada organisasi kemanusiaan di ASEAN.

Akibatnya, pusat layanan kesehatan di perbatasan Thailand-Myanmar yang selama ini didanai oleh International Rescue Committee (IRC) terpaksa ditutup.

Keputusan ini memicu krisis bagi puluhan ribu pengungsi dari Myanmar yang selama ini bergantung pada fasilitas kesehatan di kamp Mae La, Thailand. Banyak pasien, termasuk wanita hamil dan penderita penyakit kronis, dipulangkan tanpa mendapatkan perawatan yang memadai. Sistem distribusi air dan sanitasi di kamp juga terdampak akibat penghentian bantuan.

Pekan lalu, Trump menegaskan bahwa penghentian sementara bantuan pembangunan oleh Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dilakukan untuk menilai kesesuaian dengan kebijakan “America First” miliknya. Namun, kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran besar di sektor bantuan global, yang selama ini bergantung pada pendanaan AS.

Nai Aue Mon, direktur program Yayasan Hak Asasi Manusia Monland (HURFOM), mengungkapkan keprihatinannya.

“Para pengungsi ini sepenuhnya bergantung pada bantuan untuk kebutuhan dasar mereka, termasuk layanan kesehatan. Tanpa bantuan ini, kehidupan mereka berada dalam bahaya,” tuturnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

Masa Depan Kebijakan Moneter dan Dampaknya

Dengan keputusan The Fed untuk menahan suku bunga, pelaku pasar kini memperkirakan bahwa pemangkasan suku bunga berikutnya mungkin tidak terjadi dalam waktu dekat. Sementara itu, dampak kebijakan proteksionis Trump mulai dirasakan di berbagai sektor, termasuk di ASEAN.

Bagi investor dan pelaku ekonomi, kebijakan The Fed dan langkah-langkah ekonomi Trump akan menjadi faktor utama yang perlu dicermati sepanjang 2025. Ketidakpastian kebijakan moneter dan perdagangan ini dapat membawa dampak luas, baik bagi stabilitas ekonomi global maupun bagi masyarakat yang paling rentan terkena dampaknya.***

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News