Jakarta, Beritasatu.com – Ketahanan pangan menjadi isu strategis yang terus menjadi perhatian pemerintah. Di tengah upaya menjaga ketersediaan stok beras dan mempercepat swasembada, muncul dugaan manipulasi data yang dapat menggoyahkan kepercayaan publik.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkap adanya indikasi permainan data oleh oknum mafia pangan yang bisa berdampak buruk pada petani dan konsumen. Apa sebenarnya yang terjadi? Berikut duduk perkaranya.
Dugaan Manipulasi Stok Beras Mengemuka
Mentan Amran Sulaiman mengungkap dugaan serius adanya praktik manipulasi data stok beras oleh oknum mafia pangan. Dugaan ini mencuat di tengah upaya keras pemerintah dalam memenuhi ketahanan dan swasembada pangan nasional.
Mentan Amran menegaskan bahwa data yang dimainkan ini bisa menyesatkan publik dan berpotensi merugikan petani serta konsumen.
“Sekarang beras kita banyak, tetapi ada yang coba-coba memainkan data, sehingga kelihatan beras kurang, ternyata lebih (melimpah),” tegas Mentan Amran, dikutip Beritasatu.com dari Antara, Senin (9/6/2025).
Fakta Temuan Satgas Pangan
Satuan tugas (Satgas) Pangan Polri yang dipimpin oleh Brigjen Pol Djoko Prihadi dan Brigjen Pol Kurniawan Affandi telah melakukan investigasi intensif sejak awal Juni 2025 di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta.
Hasil investigasi mengungkap bahwa data pengeluaran beras per 28 Mei 2025 yang ditampilkan di panel informasi PIBC sebesar 11.410 ton ternyata tidak valid.
Satgas menemukan bahwa angka tersebut dihitung dari selisih stok akhir hari sebelumnya dan tidak mencerminkan penghitungan riil. Setelah diverifikasi, data pengeluaran aktual hanya mencapai 2.368 ton.
Selisih yang cukup besar ini memunculkan kecurigaan kuat akan adanya unsur kesengajaan atau bahkan sabotase terhadap sistem distribusi pangan nasional.
Bukti Stok Melimpah dan Kenaikan Harga yang Wajar
Hasil pengecekan ke toko-toko besar di PIBC menunjukkan bahwa stok beras tetap tersedia dengan baik. Idolaku tercatat memiliki 500 ton stok, Sumber Raya 300-400 ton, dan Sinar Jaya sekitar 200 ton.
Ketiganya mengonfirmasi tidak adanya lonjakan distribusi pada 28 Mei, dan kenaikan harga beras medium pun hanya berkisar Rp 100-400 per kilogram, yang masih dalam batas kewajaran.
Dengan fakta tersebut, pernyataan Mentan Amran semakin terbukti: Stok beras nasional sejatinya aman. Bahkan, cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog saat ini telah mencapai lebih dari 4 juta ton lebih, angka tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
Motif di Balik Manipulasi Data
Dalam pernyataan resminya, Mentan Amran menegaskan bahwa motif di balik manipulasi ini kemungkinan besar adalah mendorong kebijakan impor.
“Seandainya stok kita kurang, pasti jawabannya impor. Padahal stok kita cukup, tidak kurang. Akhirnya kalau kita impor, yang terpukul adalah petani,” ujarnya.
Manipulasi data ini dianggap sebagai bentuk tekanan terhadap kebijakan pertanian nasional. Amran juga menyampaikan bahwa beberapa oknum telah meminta maaf, tetapi proses hukum akan tetap berjalan.
Menurutnya, upaya ini tidak boleh dibiarkan agar tidak mencederai semangat petani yang tengah didorong untuk meningkatkan produksi.
Komitmen Pemerintah Capai Swasembada Lebih Cepat
Presiden Prabowo Subianto disebut Amran telah memberi perhatian serius terhadap sektor pertanian melalui kebijakan dan bantuan langsung kepada petani.
Dengan dukungan ini dan cadangan stok yang kuat, Mentan optimistis target swasembada beras yang semula direncanakan tercapai dalam empat tahun bisa direalisasikan dalam tiga tahun.
“Mudah-mudahan tahun ini tidak ada impor,” ujar Mentan Amran menegaskan kembali keyakinannya bahwa Indonesia mampu memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain.
Manipulasi data stok beras adalah tindakan berbahaya yang dapat mengganggu stabilitas pangan dan merugikan petani. Mentan Amran menegaskan bahwa stok saat ini mencukupi, bahkan mencetak rekor tertinggi dalam puluhan tahun. Pemerintah, melalui Satgas Pangan, terus melakukan pengawasan ketat dan tak segan mengambil tindakan hukum jika terbukti ada pelanggaran.
