Jakarta (ANTARA) – Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menilai, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) kian diminati investor karena langkah perusahaan yang mendukung konservasi lingkungan serta menerapkan prinsip Environmental, Social, Governance (ESG).
Tak hanya mendukung, BNI juga mengintegrasikannya ke dalam bisnis Perseroan. Hal ini pun direspons positif oleh pasar.
“Semua berlomba untuk mencapai net zero emission. BNI sebagai lembaga keuangan telah berpartisipasi dengan memberikan pembiayaan ke sektor-sektor yang dapat menurunkan emisi. Inisiatif ini positif tidak hanya untuk lingkungan dan masyarakat, tetapi juga bisnis dan investor,” kata Abdul Azis dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, BNI tidak hanya menjalankan fungsi perbankan tradisional, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan dampak positif terhadap ekosistem dan masyarakat.
Menurutnya, BNI mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam aktivitas bisnisnya dengan hasil yang dapat dirasakan langsung di berbagai sektor.
Salah satu inisiatifnya adalah BNI-WWF Affinity Card, sebuah kartu kredit hasil kolaborasi dengan organisasi lingkungan World Wide Fund for Nature (WWF).
Kartu ini dirancang untuk mendukung program-program konservasi alam.
Setiap transaksi yang dilakukan oleh pengguna kartu ini secara otomatis memberikan kontribusi pada program pelestarian keanekaragaman hayati dan perlindungan habitat.
Komitmen BNI terhadap aksi iklim juga terlihat dari penerbitan obligasi hijau (green bond), instrumen keuangan yang dirancang khusus untuk mendanai proyek-proyek berkelanjutan.
Dana dari green bond dialokasikan untuk mendukung berbagai inisiatif keberlanjutan.
Sebagian dana dari green bond digunakan untuk pembiayaan proyek Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Penggunaan Lahan Berkelanjutan.
Program ini mencakup perlindungan kawasan hutan, pengelolaan lahan kritis, efisiensi pengelolaan air, serta praktik pertanian ramah lingkungan.
Lebih lanjut dalam laporan green bond BNI, proyek ini menghasilkan dampak signifikan terhadap lingkungan dan masyarakat.
Dengan adanya pembiayaan ini, BNI mampu menghindari 446.757 ton ekuivalen gas rumah kaca per tahun dan sebanyak 28.955 pohon telah ditanam dalam proyek reforestasi.
Di samping itu, Abdul Azis mengatakan, prinsip ESG yang dijalankan turut mendukung agenda emisi nol bersih (net zero emission).
“Saham BNI sudah jadi konstituen indeks MSCI ESG Indonesia, dengan penguatan ESG ini bisa mengundang investor masuk karena trend ESG investing sedang booming, dana kelolaan ESG global bahkan diperkirakan capai 34 triliun dolar AS pada 2026 atau naik hampir 2 kali dibanding tahun 2021,” tambahnya.
Selain konservasi lingkungan, proyek ini juga memberikan pelatihan kepada masyarakat lokal untuk menerapkan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.
Hasilnya, komunitas tidak hanya mendapatkan manfaat lingkungan tetapi juga peningkatan produktivitas dan pendapatan yang lebih stabil.
Pendanaan melalui green bond BNI juga mendukung pengelolaan air secara efisien untuk sektor pertanian.
“Sistem irigasi yang lebih modern diperkenalkan untuk mengurangi pemborosan air, sehingga membantu menjaga ketersediaan sumber daya air di masa depan,” terangnya.
Selain itu, pendanaan ini juga berkontribusi pada perlindungan ekosistem, termasuk upaya konservasi keanekaragaman hayati di wilayah yang terancam kerusakan akibat eksploitasi berlebihan.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024