Tepo Pecel Mbah Sumini di Magetan, Pakai “Topping” 8 Sayuran
Tim Redaksi
MAGETAN, KOMPAS.com –
Sambal pecel berwarna merah cerah hasil kombinasi cabai keriting dan kacang tanah, dipadu dengan bumbu rempah khas, tampak kontras saat Sumini -nenek berusia 76 tahun, menyiramkannya ke atas setumpuk sayuran.
Di Pasar Cepit, Desa Cepoko, Kecamatan Panekan, Kabupaten
Magetan
, Jawa Timur,
Mbah
Sumini -demikian dia biasa disapa, telah menekuni usaha menjual tepo pecel sejak tahun 1974.
“Dulu, saya berjalan kaki dari rumah ke sini sambil membawa jualan. Jaraknya bisa mencapai tiga kilometer. Sekarang saya tidak kuat,” ujar dia saat ditemui Kamis (12/12/2024) lalu.
Kelebihan tepo pecel yang dijajakan
Mbah
Sumini terletak pada
topping
yang terdiri dari delapan jenis sayuran.
Salah satu menu khasnya adalah bongko, makanan yang terbuat dari biji pohon gude yang ditumbuk halus dan dicampur dengan parutan kelapa serta rempah-rempah, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus.
“Bongko ini menambah rasa manis dan gurih pada menu tepo,” kata
Mbah
Sumini.
Selain itu, bahan-bahan untuk membuat tepo pecel
Mbah Sumini
dipilih secara selektif. Bahkan, daun pisang yang digunakan untuk membungkus beras pun bukan sembarangan.
Menurutnya, kualitas bahan akan berpengaruh pada rasa. “Saya menggunakan beras medium dan daun pisang kelutuk, karena ini memengaruhi aroma dan rasa tepo.”
“Pernah saya coba beras murah, hasilnya malah keras dan tidak bisa pulen seperti biasanya,” kata dia.
Topping
yang terdiri dari delapan jenis sayuran bukan hanya membuat tepo pecel
Mbah
Sumini semakin lezat, tetapi juga kaya nutrisi.
“Sayurannya antara lain kacang panjang, sawi, bunga turi, daun papaya, daun ubi, irisan daun kopi, mentimun, dan petai cina. Selain enak, sayuran ini juga memiliki banyak kandungan gizi,” kata dia.
Mbah
Sumini mematok harga yang sangat terjangkau untuk setiap bungkus tepo pecel buatannya, hanya Rp 6.000.
Pembeli dapat menikmati tepo pecel dengan cara dipincuk atau membawanya pulang dalam kemasan daun pisang.
“Kalau dimakan di sini,
ya
duduk seadanya. Untuk satu bungkus dengan bongko harganya Rp 6.000, jika tanpa bongko hanya Rp 4.000,” ungkap dia.
Salah satu pelanggan tetap
Mbah
Sumini, adalah Sundari. Perempuan ini mengaku harus datang pagi-pagi untuk memastikan bisa mendapatkan tepo pecel buatan
Mbah
Sumini.
“Kalau lewat jam 9.00 biasanya sudah habis. Saya paling suka bongkonya. Ditambah tepo dan sayuran yang cukup banyak, rasanya tidak ada duanya.”
“Tidak setiap hari, tapi seminggu bisa tiga kali beli. Saya biasanya datang jam 7.00 pagi,” ujar dia.
Dalam sehari,
Mbah
Sumini mampu menjual sekitar 20 bungkus tepo pecel. Meski sebelumnya, ia bisa memproduksi lebih dari 40 bungkus, kini Sumini harus mengurangi porsi jualan karena sudah tak sekuat dulu.
“Dulu, masih muda, saya mampu jalan jauh dan membawa banyak, sekarang yang penting bisa jualan di pasar, sudah
alhamdulillah
,” kata dia.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.