Jakarta, CNN Indonesia —
Seorang tentara Lebanon tewas akibat tembakan Israel di sebuah pos militer dekat perbatasan selatan negara, Selasa (5/12). Tentara Lebanon mengonfirmasi itu dan jadi kematian pertama sejak konflik lintas batas dimulai Oktober 2023.
“Posisi militer di… Daerah Adaysseh dibombardir musuh Israel, menyebabkan satu tentara tewas dan tiga lainnya terluka,” kata tentara Lebanon dalam sebuah pernyataan, seperti diberitakan AFP.
Kematian tersebut merupakan kematian pertama di jajaran angkatan bersenjata negara itu sejak pecahnya permusuhan.
Kantor Berita Nasional Lebanon pada hari yang sama memberitakan tentara Israel menembaki dan melakukan serangan udara di Lebanon selatan, dan Hizbullah juga mengklaim beberapa serangan terhadap pasukan dan posisi Israel.
Lebih dari 110 orang tewas di pihak Lebanon, sebagian besar adalah pejuang Hizbullah dan lebih dari selusin warga sipil, menurut penghitungan AFP.
Di perbatasan Lebanon dan Israel telah terjadi baku tembak yang semakin intensif sejak pecahnya konflik antara Hamas dan Israel pada Oktober 2023.
Permasalahan tersebut melibatkan Hizbullah yang didukung Iran, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya konflik lebih luas.
Pada 9 Oktober, penembakan Israel melukai seorang petugas Lebanon. Sementara itu, Israel menyatakan konflik lintas batas itu menewaskan enam tentara dan tiga warga sipil mereka.
Misi penjaga perdamaian PBB juga mengatakan markas besarnya di selatan Lebanon telah beberapa kali terkena tembakan sejak konflik dimulai.
Hizbullah mengatakan serangannya terhadap Israel dilakukan untuk mendukung Hamas setelah serangan kelompok Palestina di Israel selatan pada 7 Oktober.
Serangan Hamas itu dilaporkan pejabat Israel telah menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.
Sebagai tanggapan, Israel telah berjanji untuk melenyapkan kelompok militan tersebut dan melancarkan kampanye udara dan darat sejak 7 Oktober.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Gaza, agresi militer Israel di kawasan itu telah menewaskan hampir 15.900 orang, sebagian besar juga warga sipil, dengan 70 persen adalah perempuan dan anak-anak.
(tim/chri)