Jakarta, CNN Indonesia —
Tentara Israel dikabarkan mengalami sakit pencernaan massal akibat keracunan makanan. Sakit massal itu juga dialami pasukan Israel yang ditempatkan di Jalur Gaza selama agresi berlangsung.
Menurut laporan surat kabar Yedioth Ahronoth, dikutip dari Middle East Monitor pada Selasa (5/12), ‘wabah’ diare itu berawal dari banyaknya donasi makanan dari berbagai restoran kepada tentara Israel.
Namun, penyimpanan dan pengiriman makanan yang tidak higienis menyebabkan makanan terkontaminasi bakteri. Hal itu lantas menyebabkan maraknya penyakit pencernaan, diare akut, hingga demam tinggi di kalangan tentara.
“Diare telah menyebar di kalangan tentara di selatan [Israel], kemudian menyebar di antara tentara yang sedang bertugas di Gaza,” ujar Kepala Unit Penyakit Menular RS Assuta Ashdod University Dr. Tal Brosh.
“Kami mendiagnosis infeksi bakteri Shigella yang memicu disentri, penyakit sangat berbahaya yang menyebar di kalangan tentara di Gaza,” lanjutnya.
Broch menjelaskan merebaknya diare dan demam itu berdampak pada kondisi tentara Israel. Pasalnya, infeksi bakteri itu terus menyebar hingga menyebabkan banyak tentara mengalami penurunan kondisi kesehatan.
Anggota militer Israel yang terkena diare dan demam hingga suhu tubuhnya meningkat bahkan dianggap tidak cukup bugar untuk bertugas.
Broch juga mengingatkan penyakit pencernaan itu memiliki risiko kematian jika tidak mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.
“Jika infeksi menyebar di antara 10 tentara di infanteri, dan mereka mengalami demam setelah suhu mencapai 40 derajat Celcius, dan ketika mereka mulai mengalami diare setiap 20 menit, maka mereka tidak lagi bugar untuk bertugas dan menempatkan diri pada risiko kematian,” ujarnya.
Sampai saat ini agresi Israel di Palestina terus berlanjut. Korban tewas akibat agresi Israel ke Palestina sejak 7 Oktober lalu kini sudah menembus 16.159 ribu jiwa per Selasa (5/12).
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan sebanyak 15.899 orang tewas akibat agresi Israel di wilayah itu. Sementara itu, sebanyak 42 ribu warga Palestina lainnya terluka akibat gempuran Israel ini.
Gempuran Israel ke Gaza juga masih berlanjut sejak gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12) lalu. Gencatan senjata itu hanya bertahan selama seminggu setelah diperpanjang sebanyak dua kali.
(frl/dna)