Tentara Cadangan Israel Dipecat karena Tandatangani Surat Protes Menuntut Diakhirinya Perang Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Sekitar 1.000 tentara cadangan Israel dari angkatan udara telah menandatangani surat protes yang menuntut prioritas pemulangan tawanan dari Gaza daripada kelanjutan perang, yang mereka katakan dipimpin untuk alasan pribadi dan politik.
Sepuluh persen penandatangan merupakan prajurit cadangan aktif, sedangkan sisanya sudah pensiun atau tidak lagi bertugas.
“Kami, personel cadangan dan mantan personel angkatan udara, menuntut pemulangan segera para sandera – bahkan jika itu memerlukan penghentian permusuhan segera. Saat ini, perang terutama melayani kepentingan politik dan pribadi, bukan kepentingan keamanan,” bunyi surat tersebut, yang dipublikasikan di media berbahasa Ibrani pada 10 April.
Para prajurit cadangan angkatan udara mengatakan perang ini dilancarkan untuk alasan pribadi dan politik, sambil membahayakan nyawa para tawanan yang masih hidup di Gaza.
“Melanjutkan perang tidak akan memajukan tujuan perang yang telah dideklarasikan, dan akan mengakibatkan kematian para sandera, tentara IDF, dan warga sipil tak berdosa, sekaligus semakin mengikis kekuatan pasukan cadangan,” tambahnya.
“Seperti yang telah terbukti di masa lalu, hanya kesepakatan yang dapat mengembalikan sandera dengan aman, sementara tekanan militer terutama mengarah pada pembunuhan sandera dan membahayakan prajurit kami. Kami menyerukan kepada semua warga negara Israel untuk bergerak dan menuntut dengan segala cara: hentikan pertempuran dan bawa pulang para sandera – sekarang. Setiap hari yang berlalu membahayakan nyawa mereka. Setiap saat keraguan adalah aib,” lanjut surat protes tersebut.
Para prajurit cadangan mengatakan protes mereka ditujukan kepada pemerintah dan bukan militer.
Meskipun demikian, Kepala Angkatan Udara Israel Tomer Bar akan memberhentikan semua prajurit aktif yang terlibat.
Angkatan darat mengatakan tidak mempermasalahkan protes yang dilakukan oleh para prajurit, tetapi tidak dapat menerima penggunaan “merek Angkatan Udara Israel” untuk protes politik.
“Tidak masuk akal jika seseorang bertugas di pusat komando [Angkatan Udara Israel] dan kemudian keluar dan menunjukkan ketidakpercayaan terhadap tugas tersebut.”
Puluhan dari mereka baru-baru ini menarik nama mereka dari daftar setelah berkonsultasi dengan atasan mereka, namun Angkatan Darat masih menyelidiki masalah tersebut untuk mengidentifikasi semua anggota Angkatan Udara aktif yang menandatangani surat tersebut.
Israel kembali melancarkan perang di Gaza pada 18 Maret, melancarkan kembali kampanye serangan udara yang brutal dan kembali memasuki wilayah itu melalui darat.
Hampir 1.500 warga Palestina telah tewas dalam waktu kurang dari satu bulan, dan Israel kini menguasai sekitar 50 persen wilayah itu, sembari terus memajukan rencana untuk merebut lebih banyak wilayah lagi.
Mesir telah mengajukan proposal baru untuk pembebasan delapan tawanan hidup dan jenazah delapan tawanan yang telah meninggal sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina dan gencatan senjata yang berlangsung selama 40 hingga 70 hari, menurut media Saudi.
Sebuah sumber Israel mengatakan kepada Times of Israel bahwa Tel Aviv belum menerima proposal terbaru dari Kairo.
Usulan baru itu kabarnya merupakan kompromi, setelah usulan Mesir akhir bulan lalu untuk membebaskan lima tawanan hidup dan tuntutan Israel agar sedikitnya 11 tawanan dibebaskan.
Tel Aviv menuntut pelucutan senjata penuh terhadap Hamas, yang menyimpang dari kesepakatan awal, yang mengizinkan para tawanan dibebaskan secara bertahap sebagai imbalan atas penahanan warga Palestina di penjara Israel.
Sumber militer Israel mengatakan kepada Jerusalem Post pada hari Rabu bahwa dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sepenuhnya mengalahkan sayap bersenjata Hamas di Gaza.
Sementara itu, tentara Israel semakin frustrasi dan lelah.
Haaretz melaporkan bulan lalu bahwa tentara Israel menghadapi krisis cadangan karena semakin banyak prajurit yang menunjukkan kurangnya motivasi dan keengganan untuk bertugas.
SUMBER: THE CRADLE