Tempat Fasum: Taman Ismail Marzuki

  • PPN 12 Persen Bakal Hantam Sektor Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga

    PPN 12 Persen Bakal Hantam Sektor Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga

    Jakarta, Beritasatu.com – Kebijakan kenaikan PPN 12 persen berpotensi memberikan tekanan besar terhadap sektor produksi dan konsumsi rumah tangga. Apalagi, saat ini, kondisi konsumsi rumah tangga kelas menengah sedang menurun.

    “Dalam kondisi seperti sekarang, konsumsi rumah tangga yang merupakan 54-56% dari PDB itu sedang turun. Kelas menengah sudah mulai menahan belanja,” kata ekonom senior sekaligus pendiri CORE Indonesia Hendri Saparini kepada Beritasatu.com, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Pusat pada Sabtu (23/11/2024).

    Kenaikan PPN 12 Persen pada 1 Januari 2025 itu, menurut Hendri, akan semakin menekan daya beli masyarakat sehingga kapasitas terpakai di industri semakin menurun.

    “Jadi kalau seperti itu ditambah dengan PPN 12 persen, maka mereka belanjanya akan berkurang. Kalau belanjanya berkurang, kapasitas terpakai yang ada di industri akan semakin turun. Jangankan ekspansi, menggunakan kapasitas yang ada aja tidak,” jelasnya.

    Selain itu, kata Hendri, dampak dari kenaikan PPN 12 Persen tidak hanya akan dirasakan konsumen, tetapi juga pelaku usaha. Sektor produksi, yang sudah menghadapi tantangan dari melemahnya permintaan, berisiko mengalami stagnasi lebih lanjut.

    Meski di sisi lain. Hendri menilai, kebijakan kenaikan PPN 12 Persen bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara. Namun, dia mengingatkan agar pemerintah mempertimbangkan dampaknya secara menyeluruh.

    “PPN 12 persen memang akan menambah penerimaan negara. Namun, ongkos yang harus ditanggung, termasuk terhambatnya kegiatan ekonomi juga akan besar,” tegasnya.

    Kenaikan PPN 12 persen menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada utang dan memperkuat anggaran negara. Namun, di tengah perlambatan ekonomi global dan pemulihan domestik yang belum optimal, kebijakan ini berisiko memperburuk tekanan pada sektor konsumsi, yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.

    Pemerintah diharapkan dapat mencari alternatif kebijakan atau memberikan stimulus tambahan untuk meringankan beban masyarakat dan dunia usaha agar dampak dari kenaikan PPN 12 persen tidak terlalu signifikan.

  • Menteri PPN Sebut Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi Jadi Kunci Transformasi Ekonomi

    Menteri PPN Sebut Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi Jadi Kunci Transformasi Ekonomi

    Jakarta, Beritasatu.com – Stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia disebut menjadi kunci transformasi ekonomi. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara Core Economic Outlook 2025 dengan tema “Tahun Penentu Terwujudnya Lompatan Ekonomi”.

    “Stabilitas pertumbuhan ekonomi menjadi fondasi kunci untuk kita melakukan transformasi ekonomi ke depan. Ini bisa menjadi dasar kita untuk lompat sekaligus kita bisa menjaga supaya lompatan ekonomi kita itu juga terjaga,” katanya di Taman Ismail Marzuki, Sabtu (23/11/2024).

    Rachmat menyebut topik lompatan ekonomi merefleksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebanyak 5% dalam 20 tahun terakhir.

    Meski demikian, dia menyatakan Indonesia perlu bersyukur karena perekonomian stabil di tengah gejolak ekonomi global periode 2015-2019. Bahkan, saat dihadapkan pada kondisi pandemi Covid-19, Indonesia bisa pulih lebih cepat dibandingkan negara lain karena stabilitas pertumbuhan ekonomi.

    Rachmat menambahkan, pada tahun ini perekonomian Indonesia tumbuh 5,03%. Dia kembali menegaskan kunci utama dalam melakukan transformasi ke depan adalah stabilitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

    Ditambah lagi, kata dia, inflasi yang terkendali, suku bunga acuan atau BI Rate yang masih terjaga pada level 6% untuk mempertahankan stabilitas pertumbuhan ekonomi.

  • Kenaikan PPN 12 Persen Akan Picu Gelombang PHK Industri

    Kenaikan PPN 12 Persen Akan Picu Gelombang PHK Industri

    Jakarta, Beritasatu.com – Center of Reform on Economics (Core) Indonesia mengatakan, kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen akan memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

    Ekonom senior dan pendiri Core Indonesia Hendri Saparini menyebut, saat ini daya beli masyarakat menurun sehingga penjualan dan produksi juga ikut menurun. Ketika menjadi PPN 12 persen diterapkan, maka supply dan demand akan menurun sehingga karyawan berisiko mengalami PHK.

    “Industri saat ini kapasitas terpakainya sudah rendah, kemudian tidak ada yang membeli, dan pasti dia akan layoff karena tidak ada pilihan lain. Nah, jadi PHK itu terjadi, dan akan jadi rentetan,” pungkas Hendri kepada Beritasatu.com seusai ditemui di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Selatan, Sabtu (23/11/2024).

    Untuk itu Hendri meminta agar pemerintah menunda menaikkan PPN 12 persen sambil menunggu kondisi konsumsi dan industri kembali pulih. Di samping itu, pemerintah juga bisa melakukan evaluasi terhadap pajak penghasilan (PPh) sebelum menerapkan PPN 12 persen.

    Hal senada juga dikatakan Direktur Eksekutif Core Indonesia, Mohammad Faisal. Menurutnya, gelombang PHK terjadi setelah PPN 12 persen diterapkan. Hal itu karena menurunnya profitabilitas sebuah industri.

    Selain itu, kenaikan PPN 12 persen juga akan membuat daya beli masyarakat kelas menengah menurun yang akan berdampak pada produksi industri. Otomatis, mereka akan melakukan efisiensi, mengurangi jumlah karyawannya, dan memicu PHK.

    “Jadi kalau PPN naik jadi 12 persen akan menekan industri, sehingga konsumsinya akan turun dan industri kena. Kapasitas produksinya turun sehingga mereka terpaksa harus melakukan efisiensi, mengurangi jumlah karyawan dengan PHK karena tidak kuat,” pungkasnya.

  • Sederet Saran dari Ekonom untuk Lompatan Pertumbuhan Ekonomi RI

    Sederet Saran dari Ekonom untuk Lompatan Pertumbuhan Ekonomi RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia baru saja meluncurkan Economics Outlook 2025 dan memperkirakan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 5%. 

    Angka pertumbuhan tersebut masih jauh dari target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto mencapai 8% untuk mengejar Indonesia Emas 2045.

    CORE Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar antara 4,8% sampai 5% pada 2025, padahal tinggal 10 tahun Indonesia bisa memanfaatkan bonus demografi. Lalu apa yang harus dilakukan?

    Ekonom Senior dan Founder CORE Indonesia Hendri Saparini mengatakan jika kondisi kebijakan dan pertumbuhan ekonomi saat ini tidak segera diperbaiki, maka sandwich generation akan semakin banyak jumlahnya. 

    “Kalau tidak diperbaiki, ke depan adik-adik yang masih sekolah, kuliah akan masuk menjadi kelompok sandwich generation. Harus menanggung orang tua, menanggung anak. Jadi, ini menjadi tugas kita bersama,” ujarnya dalam CORE Indonesia Economics Outlook 2025 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (23/11/2024).  

    Indonesia sudah terjebak dengan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% selama belasan tahun, yang membuat Indonesia terjebak dalam middle income trap atau jebakan kelas menengah. 

    Menurutnya, hal pertama dan paling penting untuk membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia melesat adalah dengan memastikan bahwa kabinet Presiden Prabowo meyakini bahwa ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 5%. 

    “Karena sekarang ini masih banyak timnya yang mengatakan yang memang kita kebagiannya hanya 5%. Nah, kalau ini sudah terjadi, tidak akan ada peluang untuk memikirkan strategi agar lebih tinggi,” paparnya. 

    Kemudian, merevitalisasi industri eksisting dan juga mendorong investasi industri-industri baru. Hal ini bisa dilakukan dengan mendukung hilirisasi, yang juga didukung kebijakan untuk memperkuat industri domestik. 

    “Sayangnya, kebijakan fiskal dan perdagangan yang ada sekarang belum mendukung sepenuhnya perkembangan industri. Jadi, tidak ada kita akan melompat kalau itu tidak kita lakukan,” terangnya. 

    Saran lainnya adalah dengan harmonisasi kebijakan fiskal, perdagangan, industri, dan investasi. Kemudian, membangun sarana infrastruktur yang terintegrasi baik secara fisik untuk mendukung produksi dan distribusi produksi nasional di berbagai wilayah dan non-fisik seperti reformasi birokrasi, dan pembangunan SDM yang terintegrasi antara pusat dengan daerah. 

    Kemudian, adanya sinergi BUMN, swasta, dan UMKM untuk memeratakan pembangunan dan kesejahteraan seluruh rakyat. 

    “Kalau kita melihat negara lain, Korea Selatan, Jepang, Taiwan mereka melakukan lompatan dan berhasil, dengan memajukan industri manufaktur. Sementara Indonesia malah turun terus dari sisi manufaktur. Makanya kita harus bekerja sama agar bisa mendorong itu agar ekonomi bisa tumbuh di atas 5%,” paparnya.

  • Bappenas: Indonesia harus lakukan proteksi, bukan jadi proteksionis

    Bappenas: Indonesia harus lakukan proteksi, bukan jadi proteksionis

    Kita menjaga supaya kita terproteksi, tetapi kita tidak menjadi proteksionis

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy mengatakan pemerintah ingin negara tak menjadi proteksionis, tetapi harus melakukan proteksi.

    Saat ini, disebut semakin proteksionis dan kondisi ini dinilai tidak mudah. Di sisi lain, proteksi Indonesia justru semakin berkurang.

    “Kita menjaga supaya kita terproteksi, tetapi kita tidak menjadi proteksionis,” katanya dalam acara CORE Economic Outlook 2025 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu.

    Dalam kesempatan tersebut, Rachmat menerangkan proteksionis merupakan kebijakan ekonomi yang menghambat perdagangan internasional, sedangkan proteksi bertujuan untuk melindungi kedaulatan nasional.

    Menurut dia, definisi antara proteksionis dengan proteksi harus dibedakan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

    “Yang kita inginkan berkali-kali seperti yang disampaikan Presiden (Prabowo Subianto) bahwa kita mengakui adanya free trade (perdagangan bebas), tetapi kita juga lebih menekankan adanya fair trade (perdagangan adil). Jadi, jangan free trade tetapi unfair (tidak adil). Kita ingin free trade, tetapi juga fair trade,” ungkap Kepala Bappenas.

    Sebelumnya, dalam acara Qatar Economic Forum, Prabowo yang saat itu masih menjadi Presiden terpilih menyebutkan Indonesia berupaya melindungi kepentingan nasional, di antaranya mengolah kekayaan alam secara mandiri dan mengurangi ketergantungan dari produk-produk impor. Di sisi lain, dia menegaskan bahwa Indonesia bukan negara proteksionis.

    Karena itu, hilirisasi menjadi salah satu kebijakan utama yang diterapkan untuk memperoleh manfaat penuh dari sumber daya alam agar tak terus-menerus impor bahan-bahan mentah.

    “Kami tak bisa terus-menerus impor, tidak adil bagi rakyat kami, kami tak akan bisa menjadi negara industri yang maju jika kami terus mengimpor bahan-bahan mentah,” ujarnya pada Rabu (15/5).

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Ahmad Wijaya
    Copyright © ANTARA 2024

  • Bappenas: Pertumbuhan ekonomi sasar kelompok bawah

    Bappenas: Pertumbuhan ekonomi sasar kelompok bawah

    Dalam kondisi seperti itu, maka kita harus menjaga bagaimana kelompok terbawah itu harus tumbuh, bagaimana kelompok yang paling bawah itu terjaga supaya dia tidak jatuh lebih bawah lagi…,

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy menargetkan pertumbuhan ekonomi menyasar kepada kelompok bawah.

    “Mari kita diskusikan bagaimana seharusnya pertumbuhan ekonomi kita jaga, inflasi kita jaga, dan yang paling penting pertumbuhan (ekonomi) ini menyasar kepada kelompok yang ada di bawah,” ujarnya dalam acara CORE Economic Outlook 2025 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu.

    Dalam kesempatan tersebut, dia menerangkan bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat tumbuh stabil di tengah situasi ketidakpastian global.

    Selama periode 2015-2019, pertumbuhan ekonomi mencapai rata-rata 5,03 persen, lalu sempat terpuruk saat era pandemi COVID-19, dan kemudian pulih dengan cepat hingga kembali bertumbuh ke posisi 5,03 persen per kuartal III-2024.

    Begitu pula dengan capaian neraca pembayaran Indonesia pada triwulan III-2024 yang mencatatkan surplus 5,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS), inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 1,71 persen year on year (yoy) dan cadangan devisa 151,2 miliar dolar AS per Oktober 2024, serta BI-Rata 6 persen per November 2024.

    Menurut Rachmat, stabilitas pertumbuhan ekonomi menjadi fondasi kunci untuk melakukan transformasi ekonomi ke depan. Karena itu, tahun 2025 harus bisa dijadikan dasar sebagai era lompatan ekonomi.

    “(Lompatan ekonomi di tahun 2025) ini bisa menjadi dasar kita untuk lompat, sekaligus kita bisa menjaga supaya lompatan ekonomi kita itu juga terjaga dan lompatan ekonomi kita itu bukan hanya lompatan sekali saja, melompat kemudian turun lagi, tetapi lompatan ini cukup bisa kita tahan demikian lama,” kata Menteri PPN.

    Di sisi lain, kondisi ekonomi Tanah Air juga menghadapi tantangan yang tidak mudah karena keberadaan kelompok kelas menengah masih sedikit dan kelompok menengah bawah masih banyak, seiring pertumbuhan kelompok tak miskin relatif besar dan kelompok sangat kaya juga tak kecil.

    “Dalam kondisi seperti itu, maka kita harus menjaga bagaimana kelompok terbawah itu harus tumbuh, bagaimana kelompok yang paling bawah itu terjaga supaya dia tidak jatuh lebih bawah lagi, bagaimana kelompok yang di tengah yang menjadi tumpuan kita sebagai middle class itu tidak turun dan bagaimana middle class itu juga bisa bertahan, sampai nanti pada akhirnya dia lepas dari kelompok middle class,” ungkap Kepala Bappenas.

    Saat ini, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus menurun menjadi 4,82 persen per Februari 2024 atau turun 0,63 persen poin dibanding Februari 2023. Adapun jumlah penduduk bekerja sebanyak 142 juta orang.

    Kendati demikian, serapan tenaga kerja masih didominasi dari sektor pertanian dengan total 28,64 persen dari total penduduk bekerja, disusul sektor perdagangan 19,05 persen, dan industri pengolahan 13,28 persen.

    Kondisi ini dinilai tak terlalu menggembirakan karena penduduk bekerja di sektor pertanian itu tak bisa memiliki pendapatan yang tinggi.

    Secara khusus, petani on-farm dianggap selalu memperoleh pendapatan yang tidak begitu baik dan menjadi bantalan untuk menopang kelompok lainnya.

    “Kita tahu bahwa selama ini harga-harga komoditas pertanian itu dijaga rendah, harga komoditas pertanian on-farm itu tidak bisa terlepas dari ketentuan-ketentuan yang ada. Beras harus rendah, harga jagung harus rendah, pakan ternak harus rendah, telur harus rendah, dan seterusnya. (Keadaan) pertanian kita (seperti) itu. Jadi, kalau sektor tenaga kerja juga di situ, maka kesulitan kita untuk meningkatkan pendapatan mereka juga tidak mudah,” ucap dia.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2024

  • Ekonom Nilai PPN 12% dan Tax Amnesty Tak Efektif Kerek Penerimaan Negara

    Ekonom Nilai PPN 12% dan Tax Amnesty Tak Efektif Kerek Penerimaan Negara

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan baru-baru ini mengumumkan rencana meningkatkan PPN dari 11% menjadi 12% dan memberlakukan kembali pengampunan pajak alias tax amnesty jilid ketiga. Namun, ekonom menilai langkah tersebut tak efektif untuk meningkatkan pemasukan untuk negara. 

    Ekonom CORE Indonesia Akbar Susamto mengatakan bahwa rencana kebijakan ekonomi untuk 2025 masih banyak yang menekan pertumbuhan kelas menengah, alih-alih mendorong. 

    “Ada PPN 12%, kenaikan harga BBM, kenaikan premi BPJS Kesehatan, rencana penerapan cukai minuman, rencana wajib asuransi kendaraan bermotor, dan lainnya. Ini yang bakal terkena paling dalam adalah kelas menengah,” jelasnya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (23/11/2024).   

    Menurutnya, apabila tidak ada perubahan signifikan dari segi kebijakan, kelas menengah akan sulit pulih, dan akan berimbas pada lambatnya pertumbuhan ekonomi.

    “Dengan rencana kebijakan seperti ini, 2025 inflasi mungkin masih rendah, tapi bukan karena tingginya permintaan, melainkan karena daya beli masyarakat yang masih rendah,” ujarnya. 

    Akbar menilai apabila PPN ditingkatkan menjadi 12%, tidak efektif untuk menambah penerimaan negara, karena akan membuat masyarakat semakin enggan mengeluarkan uang untuk konsumsi rumah tangga. 

    “Kenaikan PPN 12% akan berimbas pada berkurangnya volume transaksi barang dan jasa, dan akan menekan konsumsi domestik. Ini dampaknya kurang signifikan untuk menjaring penerimaan negara,” katanya.

    Belum lagi, PPN di Indonesiia masih mengenakan skema single tarif, yang tidak adik kaerna tidak mepertimbangkan daya beli dan kebutuhan antara kelompok barang dan jasa yang berbeda. 

    Senada, terkait dengan Tax Amnesty, Akbar menilai langkah ini juga kurang efektif untuk menjaring pemasukan untuk negara. 

    Berdasarkan data yang dihimpun CORE Indonesia pada 2016 Tax Amnesty ditargetkan bisa menghimpun Rp1.106 triliun. Namun kenyataanya hanya berhasil menghimpun Rp134,8 triliun. 

    Kemudian, pada 2017 dari target pemasukan Rp1.151 triliun, yang berhasil terhimpun hanya Rp25,5 triliun. Kasus yang sama juga terjadi pada 2022 di mana target diturunkan menjadi hanya Rp124 triliun, hanya bisa terjaring Rp61,4 triliun. 

    “Ini selain menguntungkan orang kaya, juga kalau terlalu sering dapat memunculkan risiko moral hazard. Situasi ini tidak hanya menciptakan nuansa ketidakadilan bagi wajib pajak yang patuh, tetapi juga mengancam kredibilitas pemerintah sebagai otoritas pajak,” tegasnya.

  • Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Diramal Tak Tembus 5%

    Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Diramal Tak Tembus 5%

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh mencapai 8%. Namun, cita-cita tersebut dinilai masih sulit tercapai, terutama dengan outlook atau perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan tak tembus 5%. 

    Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal memaparkan Economic Outlook 2025. Menurut paparannya, ekonomi Indonesia masih sulit bertumbuh disebabkan oleh sejumlah faktor. 

    Pertama, terkait perlambatan konsumsi rumah tangga yang diperkirakan masih akan berlanjut pada 2025. Riset Economic Outlook CORE Indonesia menunjukkan perlambatan konsumsi disebabkan, antara lain efek setelah pandemi, pasar tenaga kerja yang masih didominasi sektor informal, dan kebijakan ekonomi yang masih menekan kelas menengah.  

    Pelemahan konsumsi rumah tangga juga terjadi seiring dengan turunnya jumlah di kelas menengah ke menengah bawah. Padahal kontribusinya bersama dengan kelas menengah bawah mencapai 84% pada konsumsi rumah tangga. 

    “Faktor ini kita prediksikan akan tidak mudah untuk pulih. Kelas menengah yang mayoritas sekarang sedang bermasalah akan makin susah pulih pada 2025 jika tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan,” paparnya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (23/11/2024). 

    Selanjutnya, tingkat konsumsi yang turun juga terlihat dari jumlah tabungan masyarakat Indonesia, di mana saat ini 99% penduduk Indonesia memiliki rekening dengan saldo di bawah Rp100 juta. 

    “Rata-rata isi tabungannya tahun ini bahkan hanya Rp1,8 juta. Turun dari rata-rata saat pandemi di Rp3,0 juta. Wajar sulit meningkatkan konsumsi dan makin banyak pinjaman ke fintech atau pinjol karena banyak makan tabungan,” imbuhnya. 

    Kedua, faktor terbesar yang berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) adalah investasi. Dengan rencana pemerintah untuk mendorong investasi, tahun depan investasi ke Indonesia akan meningkat.

    “Namun, kita melihat walaupun jangka dalam 5 tahun berpotensi meningkat, tapi di 2025 belum akan naik signifikan karena selain konsumsi domestik yang rendah juga ada ketidakpastian global, terutama terkait perkembangan terbaru di AS dan konsolidasi pemerintahan yang baru,” terangnya. 

    Selain itu, hambatan pada investasi di Indonesia adalah kebijakan yang kebanyakan tidak efisien sehingga daya dorongnya pada PDB rendah. 

    Ketiga, terkait dengan ekspor impor. CORE Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekspor masih akan tertahan dan justru berpotensi mengalami perlambatan karena adanya perlambatan pertumbuhan di negara mitra dagang utama dan peningkatan hambatan perdagangan global.

    “Secara historis, kondisi Amerika yang dipimpin Trump akan menyebabkan gangguan pada ekspor. Kalau kita bandingkan pemerintahan Trump dan Biden, di masa Trump pertumbuhannya lebih rendah,” papar Faisal. 

    Secara umum, CORE Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,96% pada kuartal IV/2024 dan akan berkisar antara 4,8%-5% pada 2025.

  • Seniman Asal Sentani Papua Bawa Pesan Ekologis di Jakarta Biennale 2024

    Seniman Asal Sentani Papua Bawa Pesan Ekologis di Jakarta Biennale 2024

    Jakarta: Di perayaan ke-50 Jakarta Biennale 2024, Brian Suebu menjadi seniman asal Sentani, Papua pertama yang berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini. Dalam kolaborasinya dengan GudSkul Ekosistem dari Jagakarsa, Jakarta Selatan, Brian, mempersembahkan sebuah karya berjudul “Menghindar Tanpa Pamit”, yang sarat akan pesan ekologis. 

    Melalui program residensi Baku Konek, ia berkesempatan menyelami dan mengekspresikan perasaannya tentang dampak pembangunan terhadap lingkungan dan populasi hewan. Karya “Menghindar Tanpa Pamit” menggambarkan keresahan Brian atas hilangnya berbagai spesies hewan di sekitar kita akibat semakin pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk.

    “Karya ini menggambarkan rasa seolah-olah menghilang tanpa jejak kepentingan manusia,” jelas Brian.

    Sebagai seniman, ia merasakan pentingnya mengajak audiens merenungkan kembali dampak yang ditimbulkan aktivitas manusia terhadap ekosistem, terutama keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam.
     

    Melalui karya ini, Brian mengharapkan publik bisa ikut merasakan kekhawatirannya atas masa depan ekosistem yang terus menipis. Brian mengajak orang-orang yang melihat karyanya untuk berpikir tentang tanggung jawab terhadap kelestarian sertamerawat alam.

    “Betapa pentingnya menjaga habitat alami agar generasi mendatang dapat menikmati keanekaragaman hayati yang ada saat ini,” kata Brian.

    Karyanya di Jakarta Biennale menjadi seruan agar masyarakat turut andil dalammenjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi eksploitasi terhadap alam demikeberlanjutan hidup bagi semua mahluk.

    Pengalaman Brian Suebu dalam program residensi Baku Konek memberinya banyak ruang untuk berekspresi dan mempelajari berbagai perspektif seni dari lingkungan yang baru. Baginya, kesempatan berkarya dalam residensi Baku Konek dan menampilkanhasilnya di Jakarta Biennale merupakan pengalaman yang berharga.

    “Saya sangat senang dan bersyukur bisa menjadi bagian dari Baku Konek dan karyanya dipamerkan di perayaan 50 tahun Jakarta Biennale. Ini kesempatan luar biasauntuk memperkenalkan perspektif saya tentang alam dan keberlanjutan di panggungyang besar, serta melihat bagaimana seni bisa mempengaruhi cara pandang orangtentang lingkungan,” ungkapnya.

    Brian adalah satu dari 18 seniman yang dipilih dalam program Baku Konek, programresidensi yang difasilitasi oleh Manajemen Talenta Nasional (MTN) dan ruangrupa. Residensi ini dirancang untuk memberi kesempatan kepada seniman lokal dari seluruhIndonesia untuk berkolaborasi dan memperluas jangkauan karya mereka. 

    Di Jakarta Biennale yang berlangsung hingga 15 November 2024 di Taman Ismail Marzuki, karya Brian bersama karya seniman lain akan memberikan warna, pesan, dan dampak bagipara pengunjung, baik lokal maupun internasional.

    Program residensi ini diinisiasi oleh ruangrupa dan Direktorat Pembinaan Tenaga danLembaga Kebudayaan (PTLK), Kementerian Kebudayaan melalui Manajemen TalentaNasional (MTN) Bidang Seni Budaya, dan berkolaborasi dengan komunitas sertakolektif seni di berbagai daerah di Indonesia.

    Program Baku Konek memungkinkan para seniman untuk melakukan residensi diberbagai wilayah di Indonesia, membuka ruang bagi dialog antar budaya dan lingkungan. 

    Dalam perayaan 50 tahun Jakarta Biennale, karya-karya ini menjadi cerminan dari kompleksitas Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya, sekaligus tantangan ekologis yang dihadapi masyarakat di seluruh nusantara.

    Jakarta: Di perayaan ke-50 Jakarta Biennale 2024, Brian Suebu menjadi seniman asal Sentani, Papua pertama yang berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini. Dalam kolaborasinya dengan GudSkul Ekosistem dari Jagakarsa, Jakarta Selatan, Brian, mempersembahkan sebuah karya berjudul “Menghindar Tanpa Pamit”, yang sarat akan pesan ekologis. 
     
    Melalui program residensi Baku Konek, ia berkesempatan menyelami dan mengekspresikan perasaannya tentang dampak pembangunan terhadap lingkungan dan populasi hewan. Karya “Menghindar Tanpa Pamit” menggambarkan keresahan Brian atas hilangnya berbagai spesies hewan di sekitar kita akibat semakin pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk.
     
    “Karya ini menggambarkan rasa seolah-olah menghilang tanpa jejak kepentingan manusia,” jelas Brian.
    Sebagai seniman, ia merasakan pentingnya mengajak audiens merenungkan kembali dampak yang ditimbulkan aktivitas manusia terhadap ekosistem, terutama keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam.
     

    Melalui karya ini, Brian mengharapkan publik bisa ikut merasakan kekhawatirannya atas masa depan ekosistem yang terus menipis. Brian mengajak orang-orang yang melihat karyanya untuk berpikir tentang tanggung jawab terhadap kelestarian sertamerawat alam.
     
    “Betapa pentingnya menjaga habitat alami agar generasi mendatang dapat menikmati keanekaragaman hayati yang ada saat ini,” kata Brian.
     
    Karyanya di Jakarta Biennale menjadi seruan agar masyarakat turut andil dalammenjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi eksploitasi terhadap alam demikeberlanjutan hidup bagi semua mahluk.
     
    Pengalaman Brian Suebu dalam program residensi Baku Konek memberinya banyak ruang untuk berekspresi dan mempelajari berbagai perspektif seni dari lingkungan yang baru. Baginya, kesempatan berkarya dalam residensi Baku Konek dan menampilkanhasilnya di Jakarta Biennale merupakan pengalaman yang berharga.
     
    “Saya sangat senang dan bersyukur bisa menjadi bagian dari Baku Konek dan karyanya dipamerkan di perayaan 50 tahun Jakarta Biennale. Ini kesempatan luar biasauntuk memperkenalkan perspektif saya tentang alam dan keberlanjutan di panggungyang besar, serta melihat bagaimana seni bisa mempengaruhi cara pandang orangtentang lingkungan,” ungkapnya.
     
    Brian adalah satu dari 18 seniman yang dipilih dalam program Baku Konek, programresidensi yang difasilitasi oleh Manajemen Talenta Nasional (MTN) dan ruangrupa. Residensi ini dirancang untuk memberi kesempatan kepada seniman lokal dari seluruhIndonesia untuk berkolaborasi dan memperluas jangkauan karya mereka. 
     
    Di Jakarta Biennale yang berlangsung hingga 15 November 2024 di Taman Ismail Marzuki, karya Brian bersama karya seniman lain akan memberikan warna, pesan, dan dampak bagipara pengunjung, baik lokal maupun internasional.
     
    Program residensi ini diinisiasi oleh ruangrupa dan Direktorat Pembinaan Tenaga danLembaga Kebudayaan (PTLK), Kementerian Kebudayaan melalui Manajemen TalentaNasional (MTN) Bidang Seni Budaya, dan berkolaborasi dengan komunitas sertakolektif seni di berbagai daerah di Indonesia.
     
    Program Baku Konek memungkinkan para seniman untuk melakukan residensi diberbagai wilayah di Indonesia, membuka ruang bagi dialog antar budaya dan lingkungan. 
     
    Dalam perayaan 50 tahun Jakarta Biennale, karya-karya ini menjadi cerminan dari kompleksitas Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya, sekaligus tantangan ekologis yang dihadapi masyarakat di seluruh nusantara.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WHS)

  • Berakhir Pekan di Jakarta saja, ini rekomendasi kegiatannya 

    Berakhir Pekan di Jakarta saja, ini rekomendasi kegiatannya 

    Jakarta (ANTARA) – Bagi masyarakat yang ingin berakhir pekan di Jakarta, ada sejumlah agenda yang bisa menjadi pilihan. Sebagian agenda ada yang berbayar namun juga gratis.

    Berikut beberapa rekomendasi kegiatannya merujuk laman media sosial resmi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta, Sabtu:
     

    1. Pameran Repatriasi 2024

     

    Pameran ini berlangsung di Museum Nasional Indonesia (MNI), Jakarta hingga 31 Desember mulai pukul 08.00 – 20.00 WIB, dan berbayar.

     

    Dalam pameran ini, MNI menghadirkan sejumlah benda cagar budaya dari periode Singhasari (Singosari), Brahma bertangan empat dan Ganesha berdiri termasuk arca-arca antara lain arca Nandi tersenyum dalam Pameran Repatriasi.

     

    Arca Nandi yang dihadirkan kali ini memiliki ornamen yang lebih lengkap dibandingkan yang dipamerkan di selasar Gedung B Museum Nasional Indonesia, yakni memiliki dua tanduk yang lengkap, sementara yang di selasar dalam kondisi patah.

     

    2. Pameran Furnitur Bertutur

     

    Pameran kontemporer “Furnitur Bertutur” diadakan di Museum Sejarah Jakarta, Kota Tua, Jakarta Barat, hingga 27 Desember 2024 pukul 09.00 – 15.00 WIB, dan berbayar.

     

    Adapun koleksi yang dipamerkan antara lain kursi pesisir, kursi beranda, kursi Raffles, kursi Ceylon, kabinet pesisir, kursi Gereja Portugis, kursi Dewan Hindia dan kursi Raden Saleh.

     

    Selain itu tempat tidur ayunan bayi, alat-alat pertukangan kayu abad ke-20, jenis-jenis kayu, lukisan rumah rumah megah di Batavia, koleksi furnitur rumah di tengah lautan dan lukisan gaya Batavia.

     

    Tidak hanya koleksi furnitur, pameran ini juga memadukan teknologi zaman sekarang dengan koleksi yang ditampilkan. Rekaman audio dan video dapat dinikmati oleh pengunjung.

     

    Selain pameran, ada juga ada seminar dengan mengundang para kurator dan edukator museum yang ada di Jakarta untuk berbagi ilmu.

     

    3. Local Label Market

     

    Acara berlangsung di Creative Hall, M Bloc Space, Jakarta pada Sabtu dan Minggu pukul 10.00 WIB, gratis.

     

    Di sana, pengunjung dapat melihat produk-produk lokal seperti pakaian, aksesoris, hingga kerajinan tangan.

     

    4. Indonesia Comic Con 2024

     

    Kegiatan ini berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) pukul 10.00 – 22.00 WIB bagi para penggemar budaya pop di Indonesia.

     

    Sejumlah bintang internasional ternama meramaikan acara ini seperti Cobie Smulders, aktris Hollywood yang dikenal berkat perannya sebagai Maria Hill, karakter ikonik dari dunia Marvel.

     

    Cobie, yang terkenal lewat film “The Avengers” dan “Captain America: The Winter Soldier” bertemu langsung dengan para penggemarnya di Indonesia Comic Con 2024.

     

    Selain Cobie, dua cosplayer internasional ternama, Taryn dan Shunsuke, juga memeriahkan Comic Con 2024.

     

    5. Pergelaran Seni Budaya Betawi: Qasidah & Lenong

     

    Kegiatan seni budaya ini akan berlangsung di Amphiteater Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan Sabtu ini pukul 14.00 WIB, tanpa dipungut biaya.

     

    6. Japanese Film Festival (JFF) 2024

     

    Festival yang memutar film-film terkurasi dari sineas Negeri Sakura tersebut akan berlangsung hingga 10 November 2024 di CGV Grand Indonesia.

     

    Di antara film-film yang diputar salah satunya “OUT” yang dibintangi aktor dan aktris ternama Jepang, yakni Kura Yuki, Mizukami Koshi, dan Daigo Kotari. Personel grup idola J-pop JO1 juga berpartisipasi dalam film ini yakni Yonashiro Sho, Kinjo Sukai, dan Ohira Shosei.

     

    Film ini bercerita tentang kisah hidup tokoh Iguchi Tatsuya setelah keluar dari penjara anak yang berusaha memperbaiki diri. Namun usahanya tak selalu berjalan mulus karena ada hadangan menantinya.

     

    7. Festival Taman Ismail Marzuki (TIM Fest)

     

    Festival ini akan berlangsung hingga 10 November 2024 rangka memperingati HUT Ke-56 Taman Ismail Marzuki (TIM) di TIM, Jakarta. Pengunjung tak perlu merogoh kocek untuk menikmati kegiatan di sana.

     

    TIM Fest akan menghadirkan rangkaian kegiatan di antaranya, peragaan busana, seni kuliner, pemutaran film independen, seni, perjalanan TIM dan berbagai penampilan dari beragam genre musik.

     

    Salah satu agenda utama dalam TIM Fest adalah Pidato Kebudayaan yang akan disampaikan oleh sutradara film ternama Garin Nugroho pada 10 November 2024 di Graha Bhakti Budaya.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2024