Tempat Fasum: Sungai Citarum

  • Jawab Masalah Sampah, Pemkot Bandung Evaluasi TPST dan Teknologi Baru

    Jawab Masalah Sampah, Pemkot Bandung Evaluasi TPST dan Teknologi Baru

    JABAR EKSPRES – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menggeber upaya penanganan sampah dengan memantau langsung berbagai titik pengelolaan sampah. Langkah ini menjadi bagian dari strategi percepatan regulasi dan inovasi dalam pengelolaan limbah kota.

    Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyatakan pemantauan ini krusial untuk merumuskan regulasi yang lebih efektif.

    “Ini bukan sekadar tinjauan lapangan, kami ingin menggali kondisi nyata agar kebijakan yang diambil tidak sekadar administratif melainkan berbasis fakta di lapangan,” kata Farhan di Bandung, beberapa waktu lalu.

    BACA JUGA: Masjid Ramah Lingkungan: Berbuka Puasa Tanpa Sampah di Al Lathiif

    Pemkot Bandung melibatkan berbagai pihak, termasuk kelompok swadaya masyarakat yang mengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) serta akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad).

    Fokus utama Pemkot adalah menyamakan persepsi semua elemen terkait pengelolaan sampah agar sejalan dengan kebijakan yang diterapkan.

    Tim monitoring mengunjungi beberapa lokasi, termasuk TPST Patrakomala di Kelurahan Merdeka yang telah mengadopsi konsep Kawasan Bebas Sampah (KBS).

    Dari sembilan RW di kawasan ini, empat RW sudah mencapai status KBS.

    BACA JUGA: Masih Dipenuhi Sampah, Kondisi di Bawah Flyover Ciroyom Tampak Tak Terurus

    “Kami menargetkan seluruh Bandung menjadi kawasan bebas sampah. Salah satu kunci suksesnya adalah menggerakkan komunitas yang telah berhasil sebagai penggerak di wilayah lain,” kata Farhan.

    Selain itu, pihaknya pun sempat menyisir ke berbagai lokasi, mulai dari Mesin Motah Cigondewah di Kecamatan Bandung Kulon, kawasan maggotisasi di Jamaras, Kecamatan Jatihandap, hingga TPST di Kecamatan Gedebage dan TPS Rancabolang.

    Pemkot Bandung menegaskan pentingnya dukungan teknologi dalam pengelolaan sampah. Saat ini, beberapa program unggulan seperti Mobil Pacman, Kang Pisman, dan bank sampah terus diperkuat.

    Teknologi pengolahan sampah berbasis Wisanggeni, Motah, dan Pyrolisis juga mulai dioptimalkan untuk mengurangi ketergantungan pada TPA konvensional.

    BACA JUGA: Baru Dilakukan Pembersihan, Tumpukan Sampah Kembali Penuhi Sungai Citarum di Oxbow Cicukang

    Dengan berbagai langkah tersebut, Pemkot Bandung berharap mampu mengatasi krisis sampah secara lebih sistematis dan berkelanjutan, menciptakan kota yang lebih bersih, sehat, dan ramah lingkungan.

  • Curhat Dedy Mulyadi, Jadi Gubernur Gini Amat Sekolah Tinggi Bersihin Sampah di Kolong Jembatan

    Curhat Dedy Mulyadi, Jadi Gubernur Gini Amat Sekolah Tinggi Bersihin Sampah di Kolong Jembatan

    GELORA.CO  — Usai banjir melanda sejumlah wilayah di Jabodetabek, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ikut membersihkan sampah hingga temukan kutang nenek-neneknya.  

    Belakangan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi konsen dengan masalah sampah, kondisi sungai hingga banjir di wilayah yang dipimpinnya.

    Orang nomor satu di Jabar itu tak risih turun langsung membersihkan sampah di kolong jembatan.

    Di sela-sela membersihkan sampah di kolong jembatan Sungai Margahayu, Kabupaten Bandung, Dedi Mulyadi mendadak curhat.

    Demul sapaan Dedi Mulyadi sangat menyayangkan perilaku masyarakat Bandung yang belum sadar akan bahaya membuang sampah sembarangan.

    Ia juga tak menyangka menjadi Gubernur Jabar akan sesulit seperti ini.

    Beberapa hari lalu, Dedi Mulyadi bahkan menemukan kutang nenek-nenek saat turun langsung melihat permasalahan sampah di Sungai Citarum.

    Temuan itu diposting dalam unggahan Instagramnya pada Senin (3/3/2025).

    Saat turun ke sungai bersama rombongannya, Dedi Mulyadi mencoba membersihkan beberapa sampah di sungai tersebut.

    Dedi Mulyadi bersama yang lainnya juga menemukan sampah-sampah mengejutkan seperti kasur hingga pakaian dalam wanita.

    Dedi Mulyadi Curhat Jadi Gubernur Bersihkan Sampah di Kolong Jembatan

    Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mendadak curhat saat sedang membersihkan sampah di kolong jembatan Sungai Margahayu, Kabupaten Bandung.

    Demul sangat menyayangkan perilaku masyarakat Bandung yang belum sadar akan bahaya membuang sampah sembarangan.

    Ia juga tak menyangka menjadi Gubernur Jabar akan sesulit seperti ini.

    Dedi Mulyadi menggalakkan kebersihan aliran Sungai Citarum.

    Itu merupakan dampak dari banjir yang melanda banyak wilayah di Jawa Barat.

    Banjir merendam di wilayah Bogor, Karawang, Bekasi hingga Bandung.

    Ia mendapati tumpukan sampah di Sungai Citarum.

    Demi membersihkannya, Dedi Mulyadi sampai turun langsung ke sungai.

    “Nyontohin,” kata Demul saat turun ke aliran sungai di Margahayu, Kabupaten Bandung.

    Sembari mengangkut sampah di sungai, Dedi memerintah Kepala Dinas Sumber Daya Air untuk mempekerjakan warga demi memantau kebersihan aliran sungai tersebut.

    “Pak Kadis hitung panjang sungai ini berapa kemudian kita cari penduduk setempat, kita gaji setiap bulan menjadi petugas sungai, tugasnya setiap hari patroli dari ujung ke ujung jalan kaki mapai sungai bersihin sungai,” kata Dedi Mulyadi.

    Petugas itu juga bertugas memperingatkan rumah-rumah yang ada di sisi sungai untuk tidak membuang sampah sembarangan.

    “Sambil peringatkan rumah-rumah, yang buang sampah ditandain, diumumkan di media sosial ini lho nama orang-orang yang suka buang sampah ke sungai,” kata Demul.

    Dalam Satu Bulan Sungai Citarum Harus Bersih dari Sampah

    Dedi Mulyadi menargetkan dalam satu bulan Sungai Citarum harus bersih dari sampah.

    “Saya tidak mau tahu dalam waktu sebulan ke depan aliran sungai menuju Citarum harus bersih,” tegasnya.

    Sebagai Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bahkan sampai membersihkan sampai ke kolong jembatan.

    “Ini kita di kolong jembatan, jadi gubernur teh malah diam di kolong jembatan,” katanya.

    “Nasib gini gini amat,” tambah Demul.

    “Sampai begini sekolah tinggi-tinggi,” celetuknya lagi.

    Dedi Mulyadi curhat sembari bercanda mengira bahwa menjadi Gubernur Jabar akan senang, ternyata juga harus membersihkan sampah.

    “Kirain jadi gubernur mau senang, sampah urusan, rakyat urusan, ternyata orang Jawa Barat, orang Bandung belum pada sadar, buang sampah juga ke sungai,” katanya.

    Dedi Mulyadi kembali menegaskan bakal mengangkat pegawai khusus untuk mengawasi sungai.

    “Mulai bulan ini saya akan mengangkat pegawai yang setiap hari tugasnya turun ke sungai membersihkan sampah dari hulu ke hilir. Saya gaji yang cukup, tiap hari melaporkan melalui media sosial siapa saja yang membuang sampah ke sungai, akan saya umumkan nanti,” kata Dedi Mulyadi.

    Dedi Mulyadi Temukan Kutang Nenek-nenek

    Tak terduga, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menemukan kutang nenek-nenek saat turun langsung melihat permasalahan sampah di Sungai Citarum.

    Temuan itu diposting dalam unggahan Instagramnya pada Senin (3/3/2025).

    Saat turun ke sungai bersama rombongannya, Dedi Mulyadi mencoba membersihkan beberapa sampah di sungai tersebut.

    Dedi Mulyadi bersama yang lainnya juga menemukan sampah-sampah mengejutkan seperti kasur hingga pakaian dalam wanita.

    Dedi Mulyadi dan rombongannya menemukan pakaian dalam wanita berupa kutang atau bra tau BH.

    “BH nini-nini ieu mah, Mu !, BH nini-nini Mu ! (BH nenek-nenek ini. Mu !, BH nenek-nenek Mu !),” ucap Demul sambil memegang kutang itu dan memanggil rekannya, Haji Mumu.

    Lanjut Dedi Mulyadi bersama tim dinas terkait sempat meninjau beberapa titik penumpukan sampah di area Sungai Citarum tersebut di wilayah Kabupaten Bandung.

    Tidak hanya area yang menjadi tumpukan sampai, Dedi mencoba mengecek langsung ke anak-anak sungai yang mengalir ke Citarum.

    Alhasil, Dedi menemukan banyak permasalahan khususnya anak sungai Citarum yang melintasi kawasan pemukiman penduduk.

    Dedi melihat banyaknya sampah di sungai kecil yang mengalir ke Sungai Citarum tersebut.

    “Ini penumpukan sampah yang nantinya akan lari ke Citarum, numpuk di sana,” kata Dedi Mulyadi dalam unggahan Instagramnya pada Senin (3/3/2025).

    Saat turun ke sungai tersebut, Dedi Mulyadi menemukan bangunan yang berdiri memakan badan sungai.

    Bangunan tersebut rupanya merupakan toilet sehingga buang airnya langsung ke sungai.

    “Ini bangunan toilet langsung eenya ke sungai, jadi kita tahu bahwa di Jawa Barat itu, Sungai Citarum itu tercemar oleh limbah industri, limbah ee dari tiap rumah, limbah sampah,” kata Dedi.

    “Citarumnya kemudian jadi Saguling, Cirata, Jatiluhur (nama-nama TPA), dan airnya digunakan untuk pertanian, peternakan, perikanan dan air minum lewat PAM,” sambung dia.

    Dedi menjelaskan bahwa terkait sampah di anak sungai tersebut untuk penanganan awal akan dilakukan penjaringan sampah menggunakan kawat.

    Jaring kawat itu akan disebar di beberapa titik sambil dijaga oleh orang yang dipekerjakan.

    Dedi mengaku bahwa dirinya juga akan melakukan tindakan-tindakan tegas terhadap bangunan-bangunan yang menggunakan area Sungai Citarum.

    Seperti bangunan-bangunan rumah yang dibangun kecuali jembatan.

    “Akan kami bongkar ya bangunan rumah, kecuali jembatan, kan gak mungkin jembatan dibongkar,” kata Dedi.

    Dedi mengaku bahwa dirinya juga sudah memerintahkan Bupati Bandung barat untuk mendata para warga yang masih membuang sampah atau limbah ke sungai.

    Jika dibiarkan, kata Dedi, istilah Citarum Harum nanti akan berubah menjadi Citarum bau.

    “Nanti pak bupati Bandung Barat segera mendata seluruh warga yang membuang MCK-nya ke sungai, kita rubah menjadi bal komunal,” kata Dedi.

    “Ini Citarum harumnya bisa berubah jadi Citarum bau ini,” sambung Dedi tertawa

  • Usai Pembersihan, Gubernur Dedi Mulyadi Akan Tata Oxbow Cicukang Jadi Ruang Rekreasi

    Usai Pembersihan, Gubernur Dedi Mulyadi Akan Tata Oxbow Cicukang Jadi Ruang Rekreasi

    JABAR EKSPRES – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meninjau kembali Oxbow Cicukang, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, yang sebelumnya penuh sampah, kini sudah dibersihkan.

    Gubernur Dedi Mulyadi melakukan sidak ke Oxbow Cicukang, Senin (3/3/2025). Saat itu nampak tumpukan sampah di permukaan sungai sepanjang sekitar 500 meter.

    Ia juga turut memantau gerak cepat pembersihan sampah di Oxbow Cicukang, yang dilakukan Satgas Citarum Harum bersama Pemdaprov Jabar, dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.

    Setelah dibersihkan, kondisi Oxbow Cicukang pada Rabu (5/3/2025), nampak bersih, meski masih ada sisa sampah yang bermunculan dari dasar ke permukaan sungai.

    “Ini sudah bersih ya, sebagian besar sudah diangkut sampahnya, meskipun masih ada sisa yang bermunculan dari dasar sungai ke permukaan,” ujar Dedi di akun IG-nya.

    Ia menyatakan pula akan menata kawasan tersebut menjadi asri dan indah sebagai ruang rekreasi bagi warga sehingga di lokasi itu juga bisa digunakan untuk memancing.

    Sebagai tindak lanjut penanganan sampah di  Oxbow Cicukang, Pemdaprov Jabar akan memasang jaring sampah di anak Sungai Citarum yang berada di bagian hulu, juga berupaya mencegah masuknya sampah ke _oxbow_ dari pasar-pasar.

    *Menata kawasan hulu*

    Dedi menyebut pula, usai pembersihan sampah itu, pihaknya akan bergerak menata kawasan hulu, terutama permukiman dan pasar.

    Ia menyatakan akan mengambil tindakan tegas menertibkan bangunan liar di sekitar sungai dan yang membuang limbah rumah tangga ke sungai.

    “Nanti akan saya tempatkan petugas dari penduduk sekitar untuk membersihkan sampah setiap hari, dan melaporkan siapa saja yang masih membuang sampah ke sungai,”  tegasnya

    Dedi juga mengimbau warga untuk tidak lagi membuang limbah rumah tangga dan sampah ke sungai guna menjaga kebersihan Sungai Citarum.

  • Remaja yang Hilang Terseret Arus Banjir Karawang Ditemukan Meninggal Dunia

    Remaja yang Hilang Terseret Arus Banjir Karawang Ditemukan Meninggal Dunia

     

    Liputan6.com, Karawang – Banjir di Karawang menelan korban jiwa. Seorang remaja ditemukan meninggal dunia setelah terseret arus banjir di Desa Mulyajaya, Kecamatan Telujambe Barat, Karawang.

    Komandan Tim Rescue Unit Siaga SAR Karawang, Frengky Jonathan, Rabu (5/3/2025) mengatakan, korban ditemukan sekitar pukul 08.45 WIB.

    Korban banjir Karawang bernama Amanillah Bayu Pratama (14) ditemukan meninggal dunia usai terseret banjir sepanjang 1,5 kilometer di Desa Mulyajaya.

    Frengky mengatakan, pada awalnya korban dilaporkan terseret banjir bersama kedua orang temannya pada Selasa (4/3/2025) sekitar pukul 16.00 WIB. Namun dua orang temannya selamat, sedangkan korban terseret dan tenggelam, hingga akhirnya ditemukan pada Rabu pagi.

    Korban merupakan warga Pangungsen, Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah yang merupakan seorang santri.

    Selanjutnya, korban dievakuasi ke pesantren tempat ia bersekolah untuk selanjutnya dibawa ke rumah duka dan diserahterimakan dengan pihak keluarga.

    Sementara itu, banjir di Karawang melanda sejumlah desa/kelurahan di tiga kecamatan, dengan ketinggian air bervariasi sampai setinggi 2 meter.

    Di antara wilayah yang hingga kini dilanda banjir di Karawang ialah Desa Karangligar, Mekarmulya, Mulyajaya, dan Desa Wanakerta yang berada di Kecamatan Telukjambe Barat.

    Kemudian, dua kelurahan di Kecamatan Karawang Barat yang meliputi Kelurahan Tanjungmekar dan Kelurahan Karawangkulon.

    Banjir juga melanda Desa Mulangsar, Ciptasari, Tamanmekar, dan Desa Tamansari yang berada di Kecamatan Pangkalan.

    Bencana banjir di Karawang terjadi akibat tingginya muka air dua sungai besar, yakni Sungai Citarum dan Cibeet. Bahkan di beberapa titik banjir di Karawang, itu akibat meluapnya sungai Cibeet. 

     

     

  • Banjir Rendam Cidawolong, Bupati Bandung Minta Pembangunan Jalan Lingkar Majalaya Dilanjutkan

    Banjir Rendam Cidawolong, Bupati Bandung Minta Pembangunan Jalan Lingkar Majalaya Dilanjutkan

    Liputan6.com, Bandung – Bupati Bandung, Dadang Supriatna menyebut banjir yang melanda kawasan Jalan Raya Laswi, Kampung Cidawolong, Desa Biru, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung disebabkan oleh tumpuan tiga aliran sungai.

    Tiga tumpuan tersebut berasal dari Sungai Cidawolong, Sungai Cibontor, dan Sungai Cipeujeuh. Ketiganya pun merupakan kewenangan Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat.

    “Solusinya adalah pertama kita akan mengajukan pentahelix, kita akan hitung secara keseluruhan. Kalau ada lahan yang nanti terkena pembebasan lahan untuk penanggulangan banjir, mohon ada kesadarannya dari pemilik lahan untuk pelebaran atau normalisasi saluran yang harus segera dilakukan. Karena kalau menunggu lamam kapan selesainya,” katanya pada Selasa, 4 Maret 2025.

    Selain adanya tiga tumpuan aliran sungai, Dadang menilai konstruksi jembatan yang selama ini berdiri di atas tiga aliran sungai itu perlu ditingkatkan. Hal tersebut guna menghindari sedimentasi dan sampah yang menyangkut pada jembatan.

    “Harus ditinggikan kurang lebih 1,5 sampai 2 meter. Kemudian ada urugan jalan, mohon kerja samanya dengan perusahaan yang ada di sekitar. Kami akan melakukan pentahelix lebih awal,” ucapnya.

    Tak hanya itu, Dadang mengatakan perlu juga adanya perbaikan lahan-lahan yang kritis dan gundul di bagian hulu Sungai Citarum, salah satunya di kawasan Gunung Wayang, Situ Cisanti Kertasari.

    “Bahkan ada beberapa ratus hektare lahan yang gundul. Ini mohon kerja samanya warga masyarakat Kertasari, sehingga pola tanam ini harus diarahkan ke tanaman keras, sehingga bisa menyerap dan menyimpan air dengan harapan tidak terjadi erosi,” tuturnya.

    Saat meninjau, Dadang diketahui turut melapor kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dia mengusulkan agar pembangunan Jalan Lingkar Majalaya kembali dilanjutkan pengerjaannya oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat.

    “Saya mengusulkan Jalan Lingkar Majalaya sepanjang 2,1 km yang sempat tersendat dalam pembangunannya dan ada tiga jembatan, insya Allah akan dilanjutkan pembangunannya oleh Pak Gubernur Jabar,” dia menandaskan.

     

    Penulis: Arby Salim

  • 10
                    
                        Dedi Mulyadi Akan Bongkar Bangunan di Sepanjang Sungai Citarum
                        Bandung

    10 Dedi Mulyadi Akan Bongkar Bangunan di Sepanjang Sungai Citarum Bandung

    Dedi Mulyadi Akan Bongkar Bangunan di Sepanjang Sungai Citarum
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Gubernur Jawa Barat,
    Dedi Mulyadi
    , meninjau kondisi
    sampah
    di
    Sungai Citarum
    dan daerah aliran sungai yang bermuara ke Citarum.
    Hasil penelusurannya menunjukkan adanya penumpukan sampah rumah tangga, limbah dari MCK, serta limbah industri yang dibuang ke sungai tersebut.
    “Ini kita lagi di Kabupaten Bandung, ini penumpukan sampah yang nanti lari ke Citarum dan numpuk di Citarum,” ungkap Dedi dalam sebuah video yang diterima Kompas.com, Senin (3/2/2025).
    Dalam video tersebut, Dedi terlihat berada di pinggir sungai sambil menunjukkan kondisi sungai yang dipenuhi sampah.
    Selain sampah rumah tangga, Dedi juga menyoroti masalah kotoran dari kamar mandi warga yang dibuang ke sungai.
    “Kita tahu Citarum tercemari limbah industri dan kotoran manusia, limbah rumah tangga, dan sampah,” tegasnya.
    Aliran air dari Sungai Citarum mengalir ke Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur, dan air dari sungai serta waduk tersebut digunakan untuk berbagai kepentingan, termasuk perikanan, peternakan, pertanian, bahkan sebagai air minum yang dikelola oleh PAM Jaya dan PAM Purwakarta.

    “Saya akan melakukan tindakan-tindakan tegas, seluruh bangunan yang menggunakan Sungai Citarum akan kami bongkar, kecuali jembatan,” kata Dedi.
    Sebagai langkah tambahan, Dedi meminta Bupati Bandung dan Bupati Bandung Barat untuk segera mendata seluruh warga yang membuang MCK mereka ke sungai, dengan rencana pemerintah untuk mengubahnya menjadi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal.
    “Citarum harum bisa berubah jadi Citarum bau jika sampah tidak segera ditangani,” ujarnya.
    Dedi juga mengidentifikasi daerah-daerah yang membuang sampah ke Citarum, seperti Margahayu, Taman Kopo Indah, dan Caringin, serta pasar-pasar seperti Pasar Caringin dan Cigondewah.
    Dia telah merencanakan solusi untuk mencegah sampah dari pasar masuk ke Citarum dengan menggeser tempat pembuangan sampah di Pasar Caringin dan Cigondewah agar tidak berdekatan dengan sungai.
    “Kemudian bangunan-bangunan yang ada di seluruh sungai dibongkar. Setiap jembatan dipasang jeruji besi untuk menyaring sampah sejak awal,” jelasnya.
    Pemerintah juga akan menempatkan satu petugas di setiap jembatan, yang akan bekerja setiap hari dan piket 24 jam.
    “Waktu hujan dia turun, itu tugasnya,” tambah Dedi.
    Dia berharap, ke depan, warga Kota dan Kabupaten Bandung dapat menyadari bahwa sampah yang dibuang menimbulkan derita bagi Citarum dan juga bagi pemerintah.
    “Masak tiap hari harus beresin sampah,” tegas Dedi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banjir Dayeuhkolot, Ribuan Rumah dan Fasilitas Terdampak Banjir

    Banjir Dayeuhkolot, Ribuan Rumah dan Fasilitas Terdampak Banjir

    JABAR EKSPRES – Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Uka Suska Puji Utama mengatakan ada 3.028 rumah yang terdampak akibat banjir yang melanda di Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.

    Diketahui, banjir ini terjadi akibat hujan deras sejak Selasa (26/2) sore hingga menyebabkan debit aliran sungai Citarum meluap.

    “Ada sebanyak 3.028 rumah yang melanda Kecamatan Dayeuhkolot ada di dua Desa, Desa Citereup 1.659 dan di Desa Dayeuhkolot 1.369,” ujarnya saat dikonfimasi, Rabu (26/2/2025).

    BACA JUGA: Atasi Permasalahan Banjir di Kota Bandung, Wakil Wali Kota Minta Dibuat Desain Teknis

    Uka menjelaskan, jika ketinggian air di dua desa tersebut bervariasi mulai dari 30 sentimeter hingga 150 sentimeter.

    Di desa Citereup ketinggian air 30 sampai 50 sentimeter dan di Desa Dayeuhkolot mencapai tinggi 150 sentimeter.

    “Variasi ketinggian air paling tinggi 150 sentimeter,” ujarnya.

    BACA JUGA: Banjir Landa Kampung Bojong Asih Dayeuhkolot, 3.800 Kepala Keluarga Terdampak

    Uka menambahkan tak hanya rumah, di Desa Citereup beberapa fasilitas juga ikut terdampak seperti 5 sekolah, 17 tempat ibadah dan 3 fasilitas umum.

    “Ada sekitar delapan kampung di Desa Citereup yang terdampak,” katanya.

    Puluhan warga juga ikut mengungsi akibat rumahnya terdampak banjir.

    “Ada sekitar 58 Kepala Keluarga (KK) atau 183 Jiwa sudah mengungsi,” ungkapnya.

    BACA JUGA: Banjir di Kecamatan Cimanggung Berangsur Surut, BPBD Jabar Terus Lakukan Pemantauan dan Penanganan

    Sementara itu di Desa Dayeuhkolot, sebanyak 18 KK 50 Jiwa, 30 anak, 7 Lansia, 3 Balita, dan 2 Disabilitas ikut mengungsi akibat banjir.

    “Mereka mengungsi di belakang kantor desa. Dan di Desa Dayeuhkolot ada lima kampung yang terendam,” terangnya.

    Uka menyebut saat ini BPBD Kabupaten Bandung terus melakukan assesment dan menggunakan pompa untuk menyedot air agar semakin surut.

    Tak hanya itu, ia juga mengimbau kepada warga untuk tetap waspada, mengingat potensi hujan masih tinggi dalam beberapa hari ke depan.

    BACA JUGA: Petani Ciamis Berjuang Melawan Banjir Berulang

    “Apabila terjadi hujan agar waspada, karena beberapa wilayah sungai ini bermuara di daerah itu. Jadi bagi warga yang tinggal di pinggiran sungai agar tetap siaga,” pungkasnya. (Agni Ilman)

  • Derita Warga Dayeuhkolot Puluhan Tahun Berteman Banjir: Gelap, Makan Susah…
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        26 Februari 2025

    Derita Warga Dayeuhkolot Puluhan Tahun Berteman Banjir: Gelap, Makan Susah… Bandung 26 Februari 2025

    Derita Warga Dayeuhkolot Puluhan Tahun Berteman Banjir: Gelap, Makan Susah…
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Seperti teman lama yang sesekali berkunjung, begitu kiranya Marni memaknai banjir
    Dayeuhkolot
    , Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang kerap datang manakala musim hujan tiba.
    Wanita berusia 55 tahun itu tidak begitu kaget saat luapan
    Sungai Citarum
    pelan-pelan memasuki pekarangan rumahnya.
    Maklum, “pertemanannya” dengan banjir di
    Kampung Bojongasih
    , Dayeuhkolot, bukanlah hal baru.
    Sejak kecil, Marni sudah terbiasa dengan banjir “tahunan” itu.
    “Sekarang
    mah udah
    biasa, mau enggak mau ya
    gini
    (banjir) tiap ada hujan gede kaya kemarin,” katanya saat ditemui, Rabu (26/2/2025).
    Dia membenarkan, hidup bersama atau berdampingan dengan luapan Sungai Citarum membuat dia dan sebagian warga di Kampung Bojongasih sudah tak lagi berharap lebih.
    Bisa mengantisipasi banjir datang saja, kata dia, sudah terbilang aman.
    “Enggak khawatir, mungkin sudah biasa saja, saya kan sudah lama tinggal di sini, puluhan tahun,” ujarnya.
    Bagi warga yang sudah lama hidup berdampingan dengan banjir, sudah barang tentu mengetahui tanda-tanda banjir akan datang.
    Marni menjelaskan, Dayeuhkolot dan sekitarnya layaknya penampungan air jika di wilayah hulu seperti Kota Bandung hujan besar.
    “Hujan besar dengan waktu sebentar enggak akan banjir, justru hujan yang terbilang kecil, kemudian lama waktunya itu bisa banjir. Jadi, sudah tahulah warga sini
    mah
    tinggal siap-siap saja,” ungkap dia.
    Kendati sudah terbiasa hidup berdampingan dengan bencana tahunan itu, Marni mengatakan tetap saja warga kerap mengalami kesulitan, terutama soal sembako.
    Pasalnya, jika banjir datang dengan volume air cukup besar, secara otomatis listrik di kampungnya akan dipadamkan.
    “Kalau udah dari situ, susah kami kalau enggak ada stok makanan, mau keluar gelap dan airnya cukup gede,” kata Marni.
    Selain itu, kebutuhan air bersih warga menjadi sesuatu yang paling disoroti.
    Beruntung, kata dia, warga yang memiliki rumah lantai dua dan memiliki kamar mandi di atas.
    Sejauh ini, warga yang hanya memiliki lantai satu kerap mengandalkan masjid atau kebaikan warga lainnya untuk sekadar ikut mandi atau buang air.
    “Itu sulitnya, air bersih. Tapi, gimana lagi, kami kaya bertahan saja, mau pindah-pindah ke mana,” ujarnya.
    Terkait terhambatnya warga yang bekerja serta anak sekolah yang kerap terlambat, Marni menyebut itu sebagai rutinitas yang pasti dijumpai manakala banjir datang.
    Sementara itu, Saepuloh (51), warga Bojongasih, mengatakan, banjir hari ini terbilang cukup parah.
    Pasalnya, volume air terus meningkat seiring dengan hujan yang mengguyur wilayah Bandung Raya.
    “Memang hari ini yang paling parah, ketinggian biasa 150 sentimeter, palung terdalam sampai 200 sentimeter,” katanya dikonfirmasi di lokasi.
    Hampir seluruh wilayah di Kampung Bojongasih terdampak banjir luapan
    sungai Citarum
    .
    Sebanyak 14 RW terdampak banjir tahunan itu.
    Berbeda dengan banjir tahun-tahun sebelumnya, kata dia, saat ini jarang warga yang memiliki perahu sampan sehingga menyulitkan warga untuk beraktivitas.
    Sedikitnya perahu yang tersedia menyebabkan warga kesulitan mengakses ke lokasi pengungsi serta sulit mendapatkan sembako.
    Tak sedikit warga yang memilih mengungsi dari rumahnya untuk sementara waktu sampai banjir surut.
    “Kondisi warga sebagian mengungsi, ada juga yang menetap, yang menetap biasanya yang memiliki lantai dua. Yang tidak ada, biasanya mereka
    ngungsi
    ke titik pengungsian,” ucapnya.
    Atik (44) mengungkapkan banjir di Bojongasih bukan hal baru.
    Sejak tahun 80-an, warga asli Kampung Bojongasih sudah mengalami banjir.
    Kendati sudah ada kolam retensi yang dibangun oleh pemerintah, tetap saja di beberapa lokasi banjir masih sulit ditangani.
    Dia menambahkan, banjir sedikit teratasi di wilayah Baleendah. Di wilayah tersebut, pemerintah merelokasi warga dan membangun kolam retensi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sekjen Dekopin Gilang Widya Sebut Produk Lokal Punya Kekuatan Memajukan Perekonomian Nasional – Halaman all

    Sekjen Dekopin Gilang Widya Sebut Produk Lokal Punya Kekuatan Memajukan Perekonomian Nasional – Halaman all

    TRIBUNNEWS COM, JAKARTA – Sekjen Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Gilang Widya Pramana meyakini produk lokal memiliki kekuatan untuk menggerakkan perekonomian nasional. Hal tersebut bukan saja hanya membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat tetapi menciptakan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan.

    “Kita percaya bahwa produk lokal itu punya kekuatan untuk menggerakkan perekonomian nasional. Kita sudah menunjukkan komitmen MS GLOW dalam mendukung produk dalam negeri mengukuhkan peran kita sebagai pelopor dalam menciptakan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan,” kata Bos Juragan 99 tersebut dalam pernyataan persnya Minggu(9/2/2025).

    Senada, Pendiri MS Glow, Shandy Purnamasari mengatakan terus berusaha menjadi pusat kebermanfaatan. MS GLOW lanjut Shandy juga menggerakkan pertumbuhan ekonomi melalui program Glowtong Royong yang menjangkau 54 warteg di puluhan kota dengan 11 ribu lebih pembagian paket makanan gratis dan ratusan paket sembako.

    Selain itu, program umrah nazar kehamilan telah memberangkatkan 30 guru ngaji, tukang gali kubur, dan marbot masjid ke Tanah Suci. Mereka juga menggandeng Pandawa Group untuk mengadakan aksi Bersih Sungai di Daerah Aliran Sungai Citarum, Bandung, Jawa Barat.

    Program Nazar Kehamilan J99 telah berhasil memberangkatkan 30 pahlawan tanpa tanda jasa, mulai dari guru ngaji, marbot masjid, tukang gali kubur, hingga pegiat sosial untuk menunaikan umrah.

    “Karena menggunakan produk dalam negeri, MS GLOW menyerap lebih banyak tenaga kerja. Baik dalam proses produksi maupun dalam rantai pasoknya yang menggunakan barang-barang dalam negeri,” ujar Shandy.

    Shandy Purnamasari juga mengatakan pihaknya akan terus berupaya memberikan dampak positif terhadap perekonomian, pemberdayaan perempuan, dan kehidupan sosial di Indonesia.

    “Aku percaya setiap mimpi besar itu lahir dari niat baik, dan itulah yang terus MS GLOW pegang untuk memberdayakan perempuan Indonesia dan seluruh lapisan masyarakat,” kata Shandy. 

    Sementara itu dalam perayaan Ultah kedelapan MS Glow diganjar rekor MURI sebagai perusahaan yang memproduksi paket perawatan wajah pertama dengan seluruh komponennya dari dalam negeri. MURI menyerahkan catatan rekor untuk MS GLOW melalui surat rekor bernomor 12112/R.MURI/II/2025. Rekor tersebut diberikan MURI karena produk-produk MS GLOW semuanya menggunakan produk lokal. 

    Rangkaian 100 persen lokal MS GLOW melibatkan empat perusahaan, yakni Kosmetika Global Indonesia yang bertanggung jawab pada formulasi⁠ produk, Juara Solution Global yang mengurusi kemasan (packaging), ⁠Juragan 99 Garmen yang mengelola pembuatan pouch dan garmen, serta ⁠Kosmetika Cantik Indonesia (MS GLOW) yang berperan pada distribusi produk.

     

     

  • Komitmen Jaga Lingkungan, PLN IP Tanam 65 Ribu Pohon di Tepian Waduk Saguling

    Komitmen Jaga Lingkungan, PLN IP Tanam 65 Ribu Pohon di Tepian Waduk Saguling

    JABAR EKSPRES  – Sebanyak 1.000 pohon ditanam PLN Indonesia Power di tepian Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

    Penanaman seribu pohon itu sebagai upaya mendukung operasional PLTA Saguling yang berperan sebagai pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT).

    Direktur Managemen Human Capital dan Administrasi PLN IP, Wisnoe Satrijono mengatakan, mengatakan, jenis pohon yang ditanam berjenis buah-buahan, seperti jambu dan mangga. Terdapat juga pohon endemik yaitu pohon tarum, dimana pohon yang menjadikan asal nama Citarum.

    “Pohon ini akan dirawat hingga tumbuh besar agar memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui hasil panen nantinya,” ujar Wisnoe, Senin (3/2/2025).

    BACA JUGA: Cara Beli Token Listrik Diskon 50 Persen Lewat Mobile Banking atau PLN Mobile

    Aksi penanaman pohon yang turut dihadiri langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Hanif Faisol Nurofiq itu melibatkan sekitar 500 peserta dari berbagai kalangan, termasuk tokoh masyarakat, mitra binaan PLN Indonesia Power, serta siswa-siswi sekolah.

    Lokasi penanaman berada di salah satu hulu Sungai Citarum, tepatnya di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.

    Menurut Wisnoe, kawasan tersebut merupakan lahan kritis yang membutuhkan penghijauan guna mencegah erosi dan sedimentasi di Waduk Saguling.

    Selain itu, langkah ini penting untuk menjaga keberlangsungan waduk pembangkit listrik di area DAS Citarum.

    “Dengan perbaikan lingkungan di daerah hulu melalui penanaman pohon, secara tidak langsung akan mempengaruhi juga terhadap keberadaan pasokan listrik Jawa-Bali dari tiga pembangkit listrik di sepanjang Citarum,” katanya.

    Ia menambahkan, Indonesia Power akan selalu berupaya turut memelihara hutan-hutan di wilayah hulu DAS Citarum supaya air sungai tidak terganggu. Dengan adanya kegiatan ini, pihaknya berharap dapat mendukung kelestarian lingkungan sekaligus menjaga Waduk Saguling dari dampak sedimentasi.

    “Upaya ini juga berkontribusi terhadap kelangsungan operasional PLTA Saguling sebagai pembangkit listrik energi hijau yang merupakan energi masa depan sebagai bentuk ketahanan energi nasional,” katanya.

    Selama lima tahun terakhir, ia menerangkan, PLN Indonesia Power UBP Saguling telah melakukan penghijauan dengan menanam sebanyak 65.038 pohon.

    Program tersebut, lanjut dia akan terus berlanjut sebagai bentuk komitmen perusahaan yang selaras dengan Kementerian Lingkungan Hidup dalam menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan.