Tempat Fasum: SPBU

  • Impor BBM Satu Pintu Lewat Pertamina, Termasuk buat SPBU Swasta

    Impor BBM Satu Pintu Lewat Pertamina, Termasuk buat SPBU Swasta

    Jakarta

    Sejumlah SPBU swasta belakangan ini mengalami kekosongan Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk mengatasi kekosongan tersebut, Kementerian ESDM akan menetapkan impor BBM satu pintu melalui PT Pertamina (Persero).

    Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih menunggu data dari SPBU swasta. Hal ini dilakukan agar impor nantinya benar-benar mencukupi kebutuhan dari setiap SPBU swasta.

    Berdasarkan data sementara yang diperoleh dari hasil konsolidasi beberapa waktu lalu kebutuhan impor tersebut sebanyak 1,4 juta kiloliter.

    “Jadi untuk kebutuhan yang disampaikan, data sementara 1,4 juta kilo liter. Jadi dari ini kan berapa porsi Pertamina, berapa porsi badan usaha, ini data-datanya kita minta detailkan. Karena pemerintah dalam memberikan persetujuan itu sampai dengan akhir tahun kebutuhannya kira-kira berapa,” terang Yuliot saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (12/9/2025).

    “Kemudian ini kan per badan usaha, jadi untuk per badan usaha kita juga harus detailkan. Jadi karena itu nanti proses impornya akan dilakukan satu pintu. Jadi jangan sampai apa yang sudah diberikan itu tidak mencukupi ada permasalahan-permasalahan dalam implementasinya,” sambung Yuliot.

    Yilot menambahkan, rencana impor BBM dari Amerika Serikat (AS) ini bagian dari kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan AS.

    “Ini kan ada berapa perusahaan AS kan, itu tinggal kesepakatan kita. Perusahaan AS yang melakukan pengadaan harus, ya misalnya ExxonMobil, ini kan perusahaan AS. Kemudian Chevron, itu kan merupakan AS. Jadi dari manapun mereka melakukan pengadaan, itu terserah. Tetapi ini dicatatkan sebagai trade balance kita dengan Amerika,” papar Yuliot.

    Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman mengataakan pemerintah membuka impor BBM yang dilakukan oleh PT Pertamina untuk mengatasi kekosongan BBM pada SPBU swasta.

    Penambahan impor BBM lewat Pertamina dengan syarat stok BBM di kilang Pertamina tidak mencukupi.

    Di sisi lain Kementerian ESDM saat ini tengah meminta data terkait keperluan berapa volume yang dibutuhkan SPBU swasta. Data tersebut akan diolah oleh Kementerian ESDM untuk diberikan kepada Pertamina.

    “Kan gini, ada tambahannya dari SPBU swasta. Kita tugaskan Pertamina satu pintu. Kita minta datanya (ke SPBU swasta). Begitu dapat data, kita kasih tau Pertamina nya. Kata Pertamina, oh ternyata perlu tambahan nih pak, kami harus impor tambahan,” kata saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (10/9/2025).

    Meski begitu, Laode mengatakan bahwa swasta belum menyepakati terkait bakal membeli BBM dari Pertamina untuk mengisi kekosongan BBM. Hal ini berkaitan dengan spesifikasi zat aditifnya.

    “Kan masing-masing badan usaha kan punya spesifikasi sendiri aditifnya ya. Kalau spesifikasi BBM-nya sama semua,” terang Laode.

    (hns/hns)

  • ESDM Pastikan Bisnis Kilang di RI Prospektif saat Tren Global Berguguran

    ESDM Pastikan Bisnis Kilang di RI Prospektif saat Tren Global Berguguran

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan kebutuhan kilang minyak di Indonesia masih tinggi di tengah tekanan bisnis kilang secara global.

    Kebutuhan tambahan kilang baru dalam negeri itu seiring dengan konsumsi bahan bakar yang terus meningkat. 

    Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, penyebab tutupnya kilang minyak di sejumlah negara maju disebabkan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan.  

    “Ini kan ada yang diolah di dalam kilang dalam negeri, ada yang berasal dari impor. Jadi ini kita lihat, ini bagaimana optimalisasi kilang yang ada dalam negeri,” kata Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/9/2025). 

    Dia mencontohkan, transisi energi di China yang masif dilakukan lewat shifting kendaraan listrik, termasuk kendaraan pribadi, angkutan umum, hingga angkutan berat yang menggunakan baterai. 

    Kondisi shifting penggunaan energi di sektor transportasi China saat ini disebut telah mencapai 50% menggunakan baterai listrik. Bahkan, Yuliot menyebut SPBU BBM di China telah tutup lebih dari 60% dari kondisi awal. 

    “Jadi kan kita melihat ini karena ada perubahan penggunaan energi juga, ya ini mungkin itu dampaknya adalah terhadap ini kilang-kilang secara global,” tuturnya, 

    Namun, jika dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi BBM atau bahan bakar dari fosil masih tinggi mengikuti daya beli masyarakat saat ini. Adapun, kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,5 juta barel per hari. 

    Bahkan, kebutuhan tersebut belum sejalan dengan kemampuan produksi dari kilang dalam negeri. Alhasil, pemerintah masih perlu mengimpor minyak dari negara dengan tetap mempertimbangkan neraca perdagangan. 

    “Kalau tidak tercukupi dari kilang dalam negeri, berarti kita harus melakukan impor dari luar negeri, tapi ini dalam neraca trade balance, ya kita juga harus mengulangi komitmen kita,” tuturnya. 

    Diberitakan Bisnis sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengungkapkan 26 kilang minyak dan gas bumi (migas) di dunia bakal tutup menjelang 2030. Hal ini tak lepas dari kondisi kelebihan pasok (oversupply) dan rendahnya spread produk (selisih antara harga produk kilang dan harga minyak mentah) yang menekan bisnis kilang. 

    Oki menuturkan, beberapa perusahaan migas dunia tengah menghadapi tantangan dalam mendapatkan keuntungan dari bisnis kilang. Menurutnya, perusahaan kelas dunia seperti BP, TotalEnergies, hingga Chevron mengalami tantangan serupa. 

    “Ada banyak kilang dunia yang ditutup di Eropa, di Amerika, di Australia dan diperkirakan ada 17 kilang yang akan tutup menjelang tahun 2030,” ucap Oki dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025). 

    Berdasarkan bahan paparan Pertamina, pada 2027, diperkirakan akan ada sembilan kilang yang tutup di AS, Eropa, Asia, Australia, dan Selandia Baru.

    Lalu, sebanyak 17 kilang di Afrika, Uni Eropa, dan Asia diperkirakan tutup pada 2030.

  • 100% Pembeli BBM Pertalite & Solar Subsidi Pakai QR Code

    100% Pembeli BBM Pertalite & Solar Subsidi Pakai QR Code

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Pertamina Patra Niaga terus berupaya mendukung program pemerintah dalam penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi secara tepat sasaran. Salah satunya dengan pendataan pengguna BBM Subsidi melalui pendaftaran QR Code.

    Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra mengungkapkan bahwa pembelian BBM di SPBU baik itu solar bersubsidi maupun Pertalite 100% telah menggunakan QR Code. Khususnya untuk kendaraan roda empat.

    “Untuk penyaluran subsidi solar atau biosolar, saat ini sudah 100% pembelian BBM biosolar menggunakan QR Code. Untuk Pertalite, tahun ini juga kami telah menyelesaikan transaksi Pertalite 100% menggunakan QR Code,” kata Mars Ega dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, dikutip Jumat (12/9/2025).

    Menurut dia, dengan adanya program subsidi tepat ini telah berdampak signifikan pada kenaikan tingkat konsumsi BBM non subsidi yang dijual perusahaan. Terbukti, realisasi penyaluran BBM bersubsidi seperti Solar dan Pertalite masih di bawah kuota yang ditetapkan.

    “Dapat kami gambarkan bahwa untuk produk Pertalite saat ini, kita realisasi di bawah kuota 10% di bawah kuota. Untuk solar subsidi juga demikian, kita ada 3% di bawah kuota. Sehingga, pengendalian subsidi tepat ini terus mendorong produk non-subsidi,” katanya.

    Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung membeberkan salah satu sebab kosongnya stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah SPBU Swasta karena adanya peralihan konsumsi BBM subsidi ke non-subsidi dengan volume mencapai 1,4 juta kiloliter (KL).

    Hal ini disebabkan oleh penerapan kewajiban penggunaan QR Code untuk pembelian BBM bersubsidi di SPBU Pertamina.

    “Jadi ini terjadi peningkatan. Menurut hitungan kami itu shifting yang terjadi itu sekitar 1,4 juta kiloliter, yang ini BBM jadi. Ke non subsidi. Jadi itu yang menyebabkan itu ada peningkatan permintaan untuk badan swasta,” ungkap Yuliot ditemui di Gedung DPR RI, Rabu (3/9/2025).

    Yuliot mengatakan banyak masyarakat yang sejatinya belum melakukan pendaftaran QR Code untuk mengisi BBM subsidi. Ini terjadi lantaran kapasitas mesin (CC) kendaraan yang mereka miliki tidak sesuai ketentuan, sehingga akhirnya beralih menggunakan BBM non-subsidi.

    “Sementara masyarakat karena itu perlu mendaftar, kemudian mereka juga mungkin itu CC kendaraannya tidak sesuai, terjadi shifting yang tadinya dari subsidi Pertalite itu menjadi non subsidi,” katanya.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bukan Rp10.000 per Liter, Segini Harga Asli BBM Pertalite Terbaru

    Bukan Rp10.000 per Liter, Segini Harga Asli BBM Pertalite Terbaru

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti PT Pertamina (Persero), Shell Indonesia, BP-AKR, PT Vivo Energy Indonesia, hingga SPBU Mobil telah menyesuaikan harga produk BBM non subsidi. Penyesuaian harga ini berlaku per 1 September 2025.

    Namun, untuk harga BBM bersubsidi seperti Solar subsidi dan Pertalite (RON 90) yang dijual di SPBU Pertamina tidak mengalami perubahan, masing-masing masih dibanderol Rp 6.800 dan Rp 10.000 per liter.

    Meski tidak mengalami perubahan harga, tapi ternyata harga keekonomian bensin Pertalite bukan lah Rp 10.000 per liter. Lantas, berapakah harga asli BBM Pertalite tersebut?

    Merujuk pada SPBU lainnya yang juga menjual bensin RON 90 atau setara Pertalite, harga BBM RON 90 per 1 September 2025 ini sudah mencapai Rp 12.530 per liter. Hal ini seperti berlaku pada SPBU PT Vivo Energy Indonesia. SPBU Vivo menjual Revvo 90 (RON 90) dengan harga Rp 12.530 per liter

    Artinya, harga bensin Pertalite masih lebih murah dibandingkan dengan harga keekonomiannya. Pemerintah pun akan memberikan kompensasi kepada Pertamina atas selisih harga keekonomian dan harga jual bensin Pertalite ini.

    Berikut Daftar Harga BBM di DKI Jakarta, berlaku sejak 1 September 2025:

    SPBU Pertamina

    Solar subsidi: Rp 6.800 per liter

    Pertalite: Rp 10.000 per liter

    Pertamax (RON 92): Rp 12.200 per liter

    Pertamax Turbo (RON 98): Rp 13.100 per liter

    Pertamax Green (RON 95): Rp 13.000 per liter

    Pertamina DEX: Rp 13.850 per liter

    Dexlite: 13.600 per liter

    SPBU Shell

    Shell Super: Rp 12.580 per liter

    Shell V-Power: Rp 13.140 per liter

    Shell V-Power Diesel: Rp 14.130 per liter

    Shell V-Power Nitro+: Rp 13.300 per liter

    SPBU BP

    BP Ultimate: Rp 13.120 per liter

    BP 92: Rp 12.610 per liter

    BP Ultimate Diesel: Rp 14.140 per liter

    SPBU Vivo Energy

    Revvo 90: Rp 12.530 per liter

    Revvo 92: Rp 12.610 per liter

    Revvo 95: Rp 13.140 per liter

    Diesel Primus Plus: Rp 14.140 per liter

    SPBU Mobil

    Gasoline 92 Rp 12.615 per liter.

    (wia)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Di Ajang SAFE 2025, Pertamina Tegaskan Strategi Menuju Energi Hijau dan NZE – Page 3

    Di Ajang SAFE 2025, Pertamina Tegaskan Strategi Menuju Energi Hijau dan NZE – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – PT Pertamina (Persero) kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga ketahanan energi nasional sekaligus mendorong keberlanjutan melalui target Net Zero Emission (NZE) yang dicanangkan Pemerintah Indonesia.

    Hal ini disampaikan Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, ketika hadir sebagai pembicara dalam acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2025 di Jakarta, Rabu, 10 September 2025.

    Dalam paparannya, Oki menjelaskan berbagai langkah konkret Pertamina dalam mempercepat transisi menuju energi bersih, seraya memastikan ketahanan energi tetap terjaga. Ia menyebut Pertamina mengusung konsep Dual Growth Strategy, yang mencakup dua fokus utama: memperkuat bisnis inti dan mengurangi ketergantungan impor energi, serta mengembangkan portofolio energi rendah karbon.

    “Di satu sisi Pertamina ingin impor berkurang, sehingga ketahanan energi semakin kuat dengan memaksimalkan bisnis eksisting seperti produksi migas, produksi dan distribusi BBM, LPG, dan sebagainya. Di sisi lain, kami mengembangkan bisnis rendah karbon untuk menjawab kebutuhan global dalam menekan emisi,” jelas Oki.

     

    Guna mewujudkan hal itu, lanjutnya, Pertamina menggulirkan 10 Sustainability Focus. Mulai dari pengurangan emisi, perlindungan lingkungan, pengembangan teknologi hijau, hingga inovasi menuju ekonomi hijau.

    “Alhamdulillah hasilnya sangat positif. Saat ini Pertamina dinobatkan sebagai salah satu perusahaan terintegrasi terbaik di dunia menurut lembaga pemeringkat ESG, Sustainalytics. Namun, kami tidak berhenti sampai di situ,” tambahnya.

    Lebih lanjut Oki menuturkan, inovasi yang digulirkan diantaranya dengan memproduksi bahan bakar ramah lingkungan. Pertamax Green 95, yakni bahan bakar ramah lingkungan dengan nilai oktan tinggi dan kandungan sulfur rendah. Produk ini dihasilkan melalui pencampuran bensin dengan bioetanol. Saat ini Pertamax Green tersedia di 160 SPBU yang ada di Pulau Jawa.

    Untuk sektor penerbangan, Pertamina juga tengah mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar pesawat terbang berbahan nabati. Menurutnya. Indonesia berpotensi menjadi Hub SAF di kawasan Asia. 

    Pertamina juga menargetkan pembangunan kilang hijau yang dapat memproduksi SAF hingga 100 persen, dan diharapkan menjadi pemasok utama SAF bagi negara lain.

    “Salah satu bahan baku yang kami gunakan adalah minyak goreng bekas atau Used Cooking Oil (UCO), yang kemudian diproses di kilang Pertamina seperti Cilacap,” jelas Oki.

    Pertamina juga terus mengembangkan biodiesel B40 berbasis minyak sawit. Serta mengembangkan renewable diesel yang lebih stabil dan bebas sulfur, sehingga bisa menjadi energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru.

     

    Lebih lanjut Oki mengatakan, Pertamina juga terus mengembangkan listrik hijau dari panas bumi (geothermal), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan biogas. 

    Kapasitas terpasang panas bumi Pertamina saat ini mencapai 727 MW, dan ditargetkan akan double capacity pada 2030. 

    “Dengan potensi 24–26 GW, Indonesia berpeluang menjadi negara terbesar penghasil panas bumi di dunia,” papar Oki.

    Selain itu, Pertamina juga tengah menyiapkan proyek green hydrogen berbasis energi panas bumi melalui elektrolisis air. Di mana saat ini sudah terpetakan potensi klaster hidrogen di Sumatra, Sulawesi, dan Jawa. Pertamina juga mengembangkan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk menekan emisi dari operasi migas. Salah satu proyek potensial ada di Asri Basin, Laut Jawa, dengan kapasitas penyimpanan lebih dari satu gigaton. 

    Oki menegaskan, seluruh langkah ini tidak hanya ditujukan untuk mengurangi emisi global, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional dengan mengurangi impor, membuka lapangan kerja, serta menciptakan ekosistem energi hijau di Indonesia.

    Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pertamina berkomitmen mengembangkan energi hijau di Tanah Air untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan swasembada energi. Dengan berkembangnya energi alternatif ini, masyarakat memiliki beragam sumber energi untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya.

    “Sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina mengambil langkah besar untuk terus berinovasi dan mengembangkan berbagai sumber energi baru terbarukan, yang berdampak positif bagi lingkungan serta menggerakan perekonomian nasional,” jelas Fadjar

  • Harga BBM Shell Super Hari Ini, Tersedia di SPBU Mana Saja?

    Harga BBM Shell Super Hari Ini, Tersedia di SPBU Mana Saja?

    Jakarta

    Harga BBM Shell Super hari ini masih Rp 12.580 per liter. Berikut ini daftar SPBU yang menyediakan Shell Super di kawasan Jabodetabek.

    Harga BBM Shell Super belum berubah. Per September 2025, harga BBM Shell Super per liternya Rp 12.580. Namun, ketersediaan bensin Super itu tak tersedia di seluruh SPBU Shell. Nah buat kamu pengguna BBM Shell Super, berikut ini daftar SPBU yang menyediakan BBM RON 92 tersebut di Jabodetabek per tanggal 10 September 2025 pagi.

    SPBU Shell yang Menyediakan Bensin Super

    Jakarta Barat:

    Shell Arjuna Utara-1Shell Daan Mogot-2Shell JORR-1Shell Kedoya-1Shell Kyai Tapa-1Shell Latumenten-2Shell Meruya Utara-1Shell Peta Selatan-1Shell Puri-1Shell West JORR-2

    Jakarta Utara:

    Shell Artha Gading-1Shell Kelapa Gading-1Shell PIK-1Shell Pluit Selatan-1Shell Semper-1Shell Sunter Utara-1Shell Yos Sudarso-1

    Jakarta Selatan

    Shell Antasari-1Shell Antasari-2Shell Ciputat Raya-1Shell Fatmawati-1Shell Gatot Subroto-1Shell Lapangan Ros-1Shell Mampang-1Shell M Kahfi-1Shell Petukangan-1Shell Radio Dalam-1Shell Satrio-1Shell Soepomo-1Shell TB Simatupang-1Shell Tj BaratShell Warung Jati Barat

    Jakarta Pusat

    Shell Ayani-1Shell Gn Sahari-1Shell Hasyim Ashari-1Shell Menteng-1Shell RP Soeroso-1Shell Salemba-1

    Jakarta Timur

    Shell Bekasi Raya-1Shell Cipinang-1Shell MT Haryono-1Shell Pemuda-1Shell Raden Inten

    Tangerang

    Shell Alam Sutera-1Shell Bintaro-1Shell BSD2Shell BSD3Shell BSD4Shell Cipondoh-1Shell CO Citra Raya-1Shell Graha Raya-1Shell JombangShell Karang Tengah-1Shell Lippo Karawaci-1Shell Metland PuriShell Otista-1Shell Pamulang-1Shell PIK-2Shell Serang Cikupa-1Shell Serpong-1 KM8Shell Soewarna Soetta-1Shell Suvarna Sutera-1

    Depok

    Shell Cibubur-1Shell Cinere Raya-1Shell Raya Muchtar-1Shell Sawangan-1Shell Siliwangi

    Bogor

    Shell Ciawi-1Shell Cibinong-1Shell DR Semeru-1Shell Jagorawi Tol KM 21Shell Kota Wisata-1Shell Pasir AnginShell Sentul City-1

    Bekasi

    Shell Agus SalimShell Ahmad Yani-1Shell Cibarusah-1Shell Cut Meutia-1Shell Cut Meutia-2Shell Deltamas 1Shell Diponegoro TambunShell Grand Wisata-1Shell I Gusti Ngurah Rai-1Shell Jatibening-1Shell JatimekarShell Lingkar Utara-1Shell Lippo Cikarang-1Shell Mangunjaya-1Shell Noer Ali-2Shell Pondok Gede-1Shell Raya Perjuangan-1Shell Wibawa Mukti-1

    Itu tadi deretan SPBU Shell yang menyediakan BBM Super. Untuk mengetahui pastinya, kamu bisa mengakses laman Shell Indonesia. Shell mengungkap belum mengetahui sampai kapan kekosongan stok BBM Super di sejumlah SPBU-nya.

    “Shell Indonesia ingin menginformasikan bahwa produk bahan bakar minyak (BBM) Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+ tidak tersedia di beberapa jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan,” ungkap President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian belum lama ini.

    (dry/rgr)

  • Video SPBU Swasta Diarahkan Beli BBM Pertamina, Bahlil: Bukan Soal Persaingan

    Video SPBU Swasta Diarahkan Beli BBM Pertamina, Bahlil: Bukan Soal Persaingan

    Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, tahun ini pemerintah sudah memberikan kuota impor BBM untuk SPBU swasta sebesar 110 persen dibanding kuota pada 2024.

    Ia juga memastikan jumlah yang diberikan itu adil. Namun untuk memenuhi stok BBM di SPBU swasta, pemerintah mendorong agar badan swasta membeli langsung BBM dari Pertamina.

  • ESDM buka opsi Pertamina impor BBM untuk penuhi kebutuhan SPBU swasta

    ESDM buka opsi Pertamina impor BBM untuk penuhi kebutuhan SPBU swasta

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka opsi bagi Pertamina melakukan impor bahan bakar minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan SPBU swasta yang saat ini mengalami kelangkaan BBM, seperti Shell dan BP.

    “Kalau (Pertamina) ditugaskan untuk memenuhi swasta, berarti dia (Pertamina) akan diberikan kesempatan untuk mengimpor. Kan satu pintu,” ucap Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu.

    Saat ini, kata Laode, Kementerian ESDM menunggu badan usaha pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), yakni Shell dan BP AKR, untuk mengirimkan data keperluan volume dan spesifikasi bahan bakar minyak (BBM) mereka.

    Laode berharap data tersebut dapat disiapkan oleh para pengelola SPBU swasta dalam kurun waktu sepekan, untuk nantinya diolah oleh Kementerian ESDM dan diserahkan kepada Pertamina.

    Data tersebut akan menjadi dasar bagi Pertamina untuk melakukan pengadaan. Apabila Pertamina dapat memenuhi kebutuhan SPBU swasta tanpa menambah impor, maka Indonesia tidak perlu mengimpor BBM lagi.

    Akan tetapi, apabila Pertamina merasa perlu melakukan impor tambahan untuk memenuhi kebutuhan SPBU swasta, maka impor memungkinkan untuk dilakukan oleh Pertamina.

    “Satu pintu. (tambahan impor) harus melalui Pertamina,” ucap Laode.

    Dalam kesempatan tersebut, Laode menegaskan bahwasanya pemerintah sudah memberikan kuota impor tambahan bagi SPBU swasta sebesar 10 persen untuk 2025 apabila dibandingkan dengan 2024.

    Untuk penetapan kuota impor 2026, Laode meminta kepada badan usaha untuk melakukan kajian yang nantinya akan menjadi masukan bagi Kementerian ESDM.

    “Saya sudah sampaikan ke badan usaha swasta, tolong berikan masukan ke kami guna proses pengambilan kebijakan tahun 2026,” kata dia.

    Pernyataan tersebut ia sampaikan setelah menggelar rapat bersama seluruh pengelola SPBU swasta, yang dipimpin oleh Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung. Rapat tersebut merupakan respons pemerintah terhadap kelangkaan BBM yang terjadi di SPBU swasta, yakni Shell dan BP, sejak Agustus.

    Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mempersilakan SPBU swasta, yakni Shell dan BP, untuk membeli BBM dari Pertamina.

    Bahlil menyampaikan bahwa Kementerian ESDM sudah memberikan kuota impor BBM tambahan untuk SPBU swasta sebesar 10 persen apabila dibandingkan dengan kuota impor BBM pada 2024.

    Apabila SPBU swasta masih kekurangan BBM untuk disalurkan, Bahlil menyarankan agar mereka membeli BBM-nya ke Pertamina, tidak mengandalkan impor.

    Ia juga menyampaikan bahwa stok BBM Pertamina masih banyak, sehingga bisa dibeli oleh para perusahaan pengelola SPBU swasta.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Stok BBM Kembang Kempis, Ini Dampaknya Bagi BP-AKR

    Stok BBM Kembang Kempis, Ini Dampaknya Bagi BP-AKR

    Jakarta, CNBC Indonesia – BP-AKR mengevaluasi kondisi dari pengembangan bisnis Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) pada tahun ini. Hal ini menyusul menipisnya pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin yang dijual perusahaan dalam sepekan terakhir.

    Direktur Utama BP-AKR Vanda Laura mengatakan bahwa perusahaan berencana membuka sebanyak 10 SPBU baru pada tahun ini. Namun, rencana tersebut masih dilihat secara jeli oleh perusahaan, mengingat ketersediaan pasokan BBM untuk SPBU.

    “Ya untuk saat ini tentunya kan masih melihat situasi dan kondisi. Kalau misalnya SPBU kami buka pun juga kalau nggak ada barangnya kan juga sayang ya. Itu yang menjadi perhatian kami juga sih,” ujar Vanda ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (10/9/2025).

    Alih-alih menambah impor baru, pemerintah mendorong agar Badan Usaha swasta melakukan proses sinkronisasi dengan pihak PT Pertamina (Persero). Dimana dalam proses ini, Badan Usaha swasta didorong untuk membeli BBM dari Kilang Pertamina.

    Vanda pun mengakui bahwa opsi untuk membeli BBM langsung dari Pertamina memang menjadi pembahasan dalam pertemuan bersama Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung pada hari ini. Namun demikian, rencana tersebut belum final.

    Menurut Vanda, sebelum mengambil keputusan tersebut, pihaknya masih perlu melakukan sejumlah evaluasi lebih lanjut dan melakukan antisipasi apabila terdapat risiko dan hal lain sebagainya.

    “Masing-masing perusahaan itu pasti punya spesifikasi dan standarnya sendiri-sendiri ya. Kami akan serahkan requirements yang kami punya. Ya nanti akan dibicarakan. Yang mesti dievaluasi juga dari tim Pertaminanya juga.

    Mungkin yang tim teknisnya pasti akan lebih memahaminya,” tambahnya.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BP-AKR evaluasi rencana tambah 10 SPBU baru imbas kelangkaan BBM

    BP-AKR evaluasi rencana tambah 10 SPBU baru imbas kelangkaan BBM

    tentunya masih melihat situasi dan kondisi. Kalau misalnya SPBU kami buka, kalau tidak ada barangnya (BBM) kan sayang, ya

    Jakarta (ANTARA) – BP-AKR mengevaluasi rencana menambah 10 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) baru sebab terjadi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang dialami oleh SPBU bp.

    “Untuk saat ini, tentunya masih melihat situasi dan kondisi. Kalau misalnya SPBU kami buka, kalau tidak ada barangnya (BBM) kan sayang, ya,” ucap Direktur Utama BP-AKR Vanda Laura ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Rabu.

    Permasalahan tersebutlah yang ia sampaikan dalam rapat bersama Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung. Rapat tersebut merupakan respons pemerintah terkait kelangkaan BBM di SPBU swasta, seperti Shell dan bp.

    Vanda mengungkapkan sesungguhnya 10 SPBU tersebut sudah dibangun, tinggal beroperasi.

    “Sebenarnya, kalau misalkan mau dilihat apakah SPBU sudah dibangun? Sudah ada, tinggal dibuka pintunya,” tutur Vanda.

    Selain menyampaikan kendala ekspansi bisnis yang disebabkan oleh kelangkaan BBM, Vanda juga menyampaikan kompleksitas kondisi bp ketika disarankan untuk membeli BBM dari Pertamina.

    Vanda menjelaskan bahwa masing-masing badan usaha, termasuk Pertamina dan bp, memiliki zat tambahan (aditif) yang berbeda, sehingga menyebabkan adanya perbedaan spek dari BBM yang dijual oleh masing-masing badan usaha.

    “Pada intinya, yang kami cari adalah solusi yang win-win untuk semua, paling penting adalah win-win untuk masyarakat,” kata Vanda.

    Vanda pun mengatakan bahwa pihaknya masih mencari solusi alternatif dari yang ditawarkan oleh pemerintah.

    “Itu (beli BBM di Pertamina) kan baru saran, ya. Kami tetap melihat alternatif-alternatifnya, begitu. Tentunya kami juga harus mengevaluasi lebih lanjut dan mengantisipasi apabila ada potensi risiko dan lain sebagainya,” ucap Vanda.

    Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mempersilakan SPBU swasta, yakni Shell dan bp, untuk membeli BBM dari Pertamina.

    Bahlil menyampaikan bahwa Kementerian ESDM sudah memberikan kuota impor BBM tambahan untuk SPBU swasta sebesar 10 persen apabila dibandingkan dengan kuota impor BBM pada 2024.

    Apabila SPBU swasta masih kekurangan BBM untuk disalurkan, Bahlil menyarankan agar mereka membeli BBM-nya ke Pertamina, tidak mengandalkan impor.

    Ia juga menyampaikan bahwa stok BBM Pertamina masih banyak, sehingga bisa dibeli oleh para perusahaan pengelola SPBU swasta.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.