Tempat Fasum: SPBU

  • Daftar Harga BBM SPBU Pertamina, Shell, BP & Vivo per 20 September 2025

    Daftar Harga BBM SPBU Pertamina, Shell, BP & Vivo per 20 September 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga BBM di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina, Shell, BP, dan Vivo mengalami perubahan pada September 2025.

    Harga BBM di SPBU seluruh Indonesia mengalami penyesuaian harga saban tanggal 1 setiap bulannya. Adapun per Sabtu (20/9/2025) ini, harga BBM masih mengacu pada penetapan 1 September 2025.

    Perinciannya, Pertamina menurunkan harga sebagian besar BBM besutan mereka, sementara harga BBM di SPBU swasta mayoritas naik untuk September ini.

    Mengutip laman resmi MyPertamina, harga Pertamax Turbo kini dipatok Rp13.100 per liter. Harga BBM jenis bensin dengan nilai oktan 98 (RON 98) turun sebesar Rp100 per liter dibandingkan Agustus 2025 yang dipatok Rp13.200 per liter.

    Selanjutnya, harga Dexlite mengalami penurunan sebesar Rp250 menjadi Rp13.600 per liter, dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp13.850 per liter.

    Kemudian, Pertamina Dex dipatok seharga Rp13.850 per liter atau turun Rp300 dibandingkan bulan lalu yang dibanderol seharga Rp14.150 per liter.

    Sedangkan, harga Pertamax di Jakarta tidak mengalami perubahan dari bulan sebelumnya, yakni tetap Rp12.200 per liter. Harga Pertamax di Pertashop juga tetap dibanderol Rp12.100 per liter.

    Harga BBM keluaran terbaru Pertamina, Pertamax Green 95, juga tidak berubah atau tetap dipatok Rp13.000 per liter.

    Sementara itu, untuk harga BBM subsidi jenis Pertalite (RON 90) tetap Rp10.000 per liter dan solar subsidi Rp6.800 per liter.

    Di sisi lain, harga BBM di SPBU swasta mayoritas naik. Perinciannya, harga Shell V-Power kini dipatok Rp13.140 per liter. Harga itu naik dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai Rp13.050 per liter.

    Selanjutnya, Shell V-Power Nitro+ dipatok  Rp13.300 per liter pada September ini, harga itu naik dari bulan lalu yang senilai Rp13.230 per liter.

    Adapun, harga Shell V-Power Diesel turun dari Rp14.380 menjadi Rp14.130 per liter pada September ini. Sementara, harga Shell Super tak mengalami perubahan, yakni masih dipatok Rp12.580 per liter.

    Seperti Shell, mayoritas harga BBM di SPBU BP juga naik. Tercatat, harga BP Ultimate kini dipatok Rp13.120, naik dibandingkan bulan lalu yang senilai Rp13.050 per liter.

    Berikutnya, harga BP 92 kini dipatok Rp12.610 per liter. Harga itu naik dibanding bulan lalu yang senilai Rp12.550 per liter.

    Di sisi lain, harga BP Ultimate Diesel turun dari Rp14.380 menjadi Rp14.140 per liter pada September ini.

    Tak ketinggalan, harga BBM di SPBU Vivo juga mayoritas naik. Perinciannya, harga Revvo 90 naik dari Rp12.490 menjadi Rp12.530 per liter.

    Lalu, Revvo 92 naik dari Rp12.580 menjadi Rp12.610 per liter. Kemudian, Revvo 95 naik dari Rp13.050 menjadi Rp13.140 per liter.

    Sementara itu, harga Diesel Primus Plus turun dari Rp14.380 menjadi Rp14.140 per liter.

    Berikut daftar harga BBM terbaru per 1 September 2025:

    1. Pertamina

    – Pertalite (RON 90): Rp10.000 per liter

    – Bio Solar (Diesel CN48): Rp6.800 per liter

    – Pertamax (RON 92): Rp12.200 per liter

    – Pertamax Turbo (RON 98): Rp13.100 per liter

    – Pertamax Green (RON 95): Rp13.000 per liter

    – Dexlite (CN 51): Rp13.600 per liter

    – Pertamina Dex (CN 53): Rp13.850 per liter

    2. Shell

    – Shell Super: Rp12.580 per liter

    – Shell V-Power: Rp13.140 per liter

    – Shell V-Power Diesel: Rp14.130 per liter

    – Shell V-Power Nitro+: Rp13.300 per liter

    3. BP

    – BP Ultimate: Rp13.120 per liter

    – BP 92: Rp12.610 per liter

    – BP Ultimate Diesel: Rp14.140 per liter

    4. Vivo

    – Revvo 90: Rp12.530 per liter

    – Revvo 92: Rp12.610 per liter

    – Revvo 95: Rp13.140 per liter

    – Diesel Primus Plus: Rp14.140 per liter

  • Pertamina Bantah Aji Mumpung BBM Langka Buat Cari Cuan dan Monopoli

    Pertamina Bantah Aji Mumpung BBM Langka Buat Cari Cuan dan Monopoli

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menyebut pihaknya tidak akan memanfaatkan situasi kelangkaan BBM di sejumlah SPBU swasta untuk mencari keuntungan dengan solusi kesepakatan impor.

    Sebagaimana diketahui, pemerintah sepakat dengan sejumlah perusahaan swasta yang menjalankan bisnis SPBU untuk mengisi ketersediaan BBM. Caranya dengan melakukan impor melalui Pertamina dan didistribusikan ke swasta dalam bentuk base fuel, atau bahan bakar dengan kadar oktan murni tanpa campuran aditif.

    Simon menyebut mekanisme impor BBM oleh Pertamina sekaligus penjualannya ke berbagai SPBU swasta itu akan dilakukan secara terbuka dan open book. Pihaknya akan melihat apa saja biaya yang muncul untuk memenuhi ketersediaan BBM di dalam negeri, kemudian diatur mekanisme kontrak dengan skema business-to-business (B2B).

    “Yang pasti jangan sampai membebankan dan nanti harga ke konsumen jadi lebih tinggi. Jadi, kita harapkan harga ke konsumen tidak berubah. Pertamina juga tidak memanfaatkan situasi ini dan tidak mencari keuntungan di sini,” jelasnya usai menghadiri pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/9/2025).

    Pertamina, kata Simon, memiliki mandat untuk menjaga ketahanan energi sekaligus meningkatkan lifting minyak kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lainnya. Dia mengatakan bahwa mekanisme impor base fuel itu merupakan solusi yang disepakati ESDM dan swasta.

    Sebelum dipanggil Presiden ke Istana pada sore hari, Dirut Pertamina sejak November 2024 itu turut menghadiri konferensi pers bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia serta distributor BBM swasta di kantor Kementerian ESDM. 

    Setibanya di Istana setelah dari kantor ESDM, Simon mempertegas kembali pernyataan Bahlil bahwa BUMN yang dipimpinnya itu tidak melakukan monopoli.

    “Jadi kembali lagi tadi Pak Menteri ESDM sudah menyampaikan bahwa sekali lagi tidak ada monopoli oleh Pertamina,” kata Simon sebelum masuk ke ruang rapat di Istana Kepresidenan.

    Menurutnya juga, alokasi pemberian kuota BBM impor kepada swasta juga sudah sesuai. Bahkan, sudah ada penambahan persentasenya.

    Pria yang juga kader Partai Gerindra itu turut membantah ada kebijakan impor satu pintu oleh Pertamina, kecuali untuk penambahan di luar kuota tahunan seperti yang disepakati ESDM dan swasta guna memenuhi stok hingga akhir tahun ini.

    “Tidak ada impor satu pintu oleh Pertamina, karena kebijakan importasi itu sesuai seperti sebelumnya adalah melalui badan usaha masing-masing kecuali penambahan. Jadi tadi untuk penambahan sampai akhir tahun ini itu adalah penambahan dari alokasi yang sudah diberikan. Nah untuk penambahan memang saran dari kementerian untuk dikolaborasikan dengan Pertamina,” ujar Simon.

    Adapun kelangkaan BBM di SPBU swasta sempat menjadi perhatian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Hasil analisis lembaga itu menemukan bahwa kebijakan Kementerian ESDM yang membatasi kenaikan impor bensin nonsubsidi maksimal 10% dari volume penjualan 2024 sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Nomor T-19/MG.05/WM.M/2025 pada 17 Juli 2025.

    Hasil utama dari analisis KPPU adalah bahwa kebijakan tersebut telah mempengaruhi kelangsungan operasional Badan Usaha (BU) swasta yang bergantung sepenuhnya pada impor, hilangnya pilihan konsumen atas produk BBM non-subsidi dan memperkuat dominasi pasar Pertamina.

    “Keterbatasan pasokan BBM non-subsidi telah berdampak pada berkurangnya pilihan konsumen di pasar dan memengaruhi kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat maupun pelaku usaha. Padahal, tren peningkatan konsumsi BBM non-subsidi menunjukkan perkembangan positif yang sebaiknya terus dijaga,” terang Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama KPPU, Deswin Nur melalui siaran pers, Kamis (18/9/2025).

  • Pertamina Siap Guyur BBM Impor untuk Shell Cs dalam Seminggu

    Pertamina Siap Guyur BBM Impor untuk Shell Cs dalam Seminggu

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) menargetkan untuk menyelesaikan masalah kelangkaan BBM di SPBU swasta tuntas dalam waktu satu minggu.

    Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengatakan, penambahan kuota impor BBM untuk memenuhi stok swasta itu akan dibeli dari beberapa negara. Namun, dia enggan memerinci dari negara mana saja BBM akan dibeli oleh BUMN tersebut.

    “Dari mana saja [impornya]. Tadi kan disampaikan oleh Pak Menteri [ESDM Bahlil Lahadalia] juga, pokoknya kita usahakan dalam satu minggu ke depan ini sudah terpenuhi dan SPBU swasta sudah bisa berjalan dengan normal,” terangnya kepada wartawan usai menghadiri rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/9/2025).

    Simon juga masih belum mau mengungkap berapa volume impor yang akan dilakukan Pertamina guna memenuhi pasokan ketersediaan BBM di beberapa SPBU swasta. Perseroan masih menunggu laporan dari masing-masing perusahaan.

    Namun demikian, dia menyebut alokasi impor yang akan dilakukan tidak akan terlalu besar karena hanya untuk memenuhi ketersediaan sampai akhir tahun. Sebagaimana diketahui, belakangan ini terjadi kelangkaan BBM di SPBU swasta karena pengaturan BBM impor.

    Pria yang sebelumnya menjabat Komisaris Utama Pertamina itu juga menyebut pihaknya masih akan melakukan rapat-rapat dengan perusahaan BBM swasta serta Kementerian ESDM. Dia menyampaikan masalah kelangkaan itu akan diselesaikan dalam waktu tujuh hari lamanya.

    “Iya secepatnya, kita target satu minggu harus mulai normal. Kita usahakan yang terbaik,” pungkas Simon sebelum masuk ke mobilnya dan meninggalkan Istana Kepresidenan.

    Adapun sebelum tiba di Istana pada Jumat sore, Simon juga hadir pada konferensi pers di Kementerian ESDM serta badan usaha BBM swasta pada siang harinya. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memastikan bahwa stok BBM di Indonesia aman untuk 18 hingga 21 hari ke depan.

    Dari rapat tersebut, berbagai pihak juga menyepakati untuk melakukan impor BBM berbentuk base fuel atau bahan bakar dengan kadar oktan murni tanpa campuran aditif. Nantinya, base fuel akan diserahkan Pertamina ke masing-masing perusahaan swasta untuk diramu masing-masing SPBU.

    “Mereka setuju untuk kolaborasi dengan Pertamina, syaratnya adalah harus berbasis base fuel, artinya belum bercampur-campur. Jadi produknya saja nanti dicampur di masing-masing, tangki di SPBU masing-masing. Ini juga sudah disetujui, ini solusi,” kata Bahlil di Jakarta, Jumat (19/9/2025).

  • 10
                    
                        SPBU Swasta Sepakat Beli BBM Pertamina, Dirut Pertamina: Kami Tak Cari Untung
                        Nasional

    10 SPBU Swasta Sepakat Beli BBM Pertamina, Dirut Pertamina: Kami Tak Cari Untung Nasional

    SPBU Swasta Sepakat Beli BBM Pertamina, Dirut Pertamina: Kami Tak Cari Untung
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Direktur Utama (Dirut) Pertamina Simon Aloysius Mantiri menegaskan tidak mencari keuntungan dari kesepakatan yang mengizinkan SPBU swasta membeli BBM lewat Pertamina.
    “Pertamina juga tidak memanfaatkan situasi ini dan tidak mencari keuntungan di sini,” ujar Simon di Kompleks Istana, Jakarta, Jumat (19/9/2025) malam.
    Bahkan, Simon menekankan agar mekanisme penjualan BBM ke SPBU swasta ini dilakukan terbuka atau dengan mekanisme
    open book
    .
    Sebab, Simon tidak ingin harga BBM yang dijual ke masyarakat nantinya malah jadi lebih tinggi.
    “Jadi, kita melihat
    cost-cost
    apa yang muncul, kemudian diatur mekanisme secara B2B. Yang pasti jangan sampai membebankan dan nanti harga ke konsumen jadi lebih tinggi. Jadi, kita harapkan harga ke konsumen tidak berubah,” jelasnya.
    Menurut Simon, Pertamina bersama SPBU swasta juga sedang menyiapkan langkah impor tambahan untuk menutup kebutuhan pasokan.
    Namun, ia menyebutkan, volume impor akan menunggu laporan kebutuhan dari masing-masing badan usaha.
    Selain itu, Simon memastikan kualitas bahan bakar akan tetap sesuai standar. Pertamina pun berkomitmen menjaga konsistensi mutu BBM sebagai bentuk tanggung jawab kepada masyarakat.
    “Nanti kan standarnya sesuai spesifikasi Dirjen Migas. Nah setelah itu, itu yang kita kirimkan ke semua, nanti akan diramu sesuai dengan resep dari masing-masing. Jadi penambahan aditif dan lainnya gitu,” tambahnya.
    Sebagaimana diberitakan, belakangan ini stok BBM di SPBU swasta mengalami keterbatasan.
    Merespons ini, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menggelar rapat dengan seluruh manajemen SPBU swasta mulai dari Shell, BP AKR, Vivo, hingga Exxon untuk melakukan rapat membahas kelangkaan BBM di sejumlah SPBU milik swasta.
    Dalam rapat itu, para perusahaan swasta tersebut sepakat untuk membeli BBM dari PT Pertamina (Persero).
    “Jadi mereka setuju dan harus setuju untuk kolaborasi dengan Pertamina, syaratnya harus basis
    base fuel
    , belum kecampur dalam bentuk teh. Kalau awalnya Pertamina mau jual kayak teh. Katanya air panas saja, nanti dicampur di tangki masing-masing. Ini sudah disetujui,” jelas Bahlil di Kantor Kementerian ESDM di Jakarta, Jumat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bos Pertamina Jamin Tak Cari Untung Pasok BBM ke Shell-BP

    Bos Pertamina Jamin Tak Cari Untung Pasok BBM ke Shell-BP

    Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menegaskan perusahaannya tidak mencari untung dalam kesepakatan dengan badan usaha Penyedia BBM swasta.

    Simon memastikan semua pihak terbuka dan melakukan mekanisme open book dalam hal biaya-biaya yang muncul. Selain itu juga diatur mekanisme secara business to business (B2B) supaya harga BBM tidak melambung di masyarakat.

    “Yang pasti jangan sampai membebankan dan membuat harga ke konsumen jadi lebih tinggi. Jadi kita harapkan harga konsumen tidak berubah,” kata Aloysius, saat ditanya marjin keuntungan Pertamina dari rencana impor untuk memasok BBM ke SPBU swasta, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (19/9/2025).

    “Pertamina juga tidak memanfaatkan situasi ini dan tidak mencari keuntungan di sini,” sambungnya.

    Aloysius mengatakan semua stakeholder mendapatkan mandat untuk menjaga ketahanan energi. Selain itu juga bertugas untuk meningkatkan lifting migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang lain.

    “Jadi kalau ada kesempatan ini hanya diminta untuk kolaborasi dengan Pertamina. Mekanismenya kita lakukan dengan baik dan tentunya Badan Usaha Swasta juga bisa dapat sustainable operasionalnya secara komersial tetap masuk,” katanya.

    Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan kesepakatan dari hasil pertemuan pihaknya dengan badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM), baik Pertamina dan juga SPBU swasta seperti Shell Indonesia, BP-AKR, ExxonMobil, dan Vivo Energy Indonesia, pada siang ini.

    Dalam pertemuan itu, ada 4 hal yang disepakati, sebagai berikut:

    Pertama, perihal persetujuan pengambilan stok impor Pertamina oleh SPBU swasta. Artinya, ‘jatah’ impor Pertamina akan dibeli oleh badan usaha swasta melalui Pertamina. Namun, BBM yang diimpor berupa BBM murni yang belum tercampur aditif alias base fuel.

    Kedua, para badan usaha swasta setuju akan adanya surveyor yang memastikan saat BBM yang diimpor untuk swasta tersebut belum dicampurkan dengan bahan aditif apapun.

    Ketiga, para badan usaha swasta setuju agar BBM yang dijual ke pihaknya memiliki harga yang sama-sama menguntungkan termasuk dengan Pertamina.

    Terakhir, pemerintah memastikan bahwa stok BBM badan usaha swasta sudah dipenuhi dalam kurun waktu tujuh hari dari sekarang.

    Seperti diketahui, selama beberapa pekan terakhir SPBU Shell dan BP mengalami keterbatasan pasokan BBM karena telah habisnya kuota impor dari yang telah ditetapkan pemerintah tahun ini. SPBU swasta tersebut meminta tambahan kuota impor BBM hingga akhir tahun.

    Namun permintaan tambahan impor ini tidak bisa diizinkan karena SPBU swasta tersebut telah mendapatkan kenaikan kuota impor 10% dibandingkan realisasi impor pada 2024 lalu.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bos Pertamina Beberkan Upaya Kembalikan Kepercayaan Konsumen

    Bos Pertamina Beberkan Upaya Kembalikan Kepercayaan Konsumen

    Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri mengakui fenomena marak konsumen beralih dari SPBU Pertamina ke SPBU swasta. Hal ini menyebabkan penjualan BBM di SPBU swasta melonjak hingga kuota impornya habis lebih cepat.

    Simon mengatakan salah satu faktor penyumbangnya adalah penurunan kepercayaan masyarakat karena kasus tata kelola hukum yang berlangsung sejak awal tahun ini.

    “Ya, Pertamina tentunya harus kerja keras,” kata Simon usai menghadiri rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan pada malam ini, Jumat (19/9/2025).

    Adapun kiat Pertamina mengembalikan kepercayaan konsumen, kata Simon, adalah memperbaiki tata kelola perusahaan. Selain itu juga meningkatkan kualitas BBM yang ditawarkan.

    “Kita secara rutin melakukan sosialisasi terkait yang sudah kami lakukan. Tentunya kita terus meningkatkan kapasitas kilang kita, upgrade kapasitas kilang. Supaya nanti ketika kapasitas kilang lebih bagus, hasil-hasil produksi kita akan lebih meningkat,” ia menuturkan.

    Pengembangan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan disebut sebagai salah satu upaya Pertamina untuk menghasilkan produk berkualitas berstandar Euro 5 dengan kandungan sulfur maksimum 10 PPM.

    “Jadi tentunya kita terus-menerus investasi juga ke arah sana. Meneruskan pekerjaan-pekerjaan yang sudah ada sebelumnya,” pungkasnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video: SPBU Swasta Beli BBM Pertamina-Trump Bawa Rp700 T ke Inggris

    Video: SPBU Swasta Beli BBM Pertamina-Trump Bawa Rp700 T ke Inggris

    Jakarta, CNBC Indonesia -Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa Badan Usaha Penyedia BBM Nonsubsidi seperti Shell, BP-AKR dan Vivo Energy telah sepakat membeli BBM dari Pertamina.

    Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama sejumlah raksasa teknologi seperti Microsoft dan Nvidia melakukan kunjungan kerja ke Inggris. Dalam kunjungan ini, mereka langsung mengucurkan investasi senilai USD 42 Miliar atau setara Rp 684 Triliun.

    Selengkapnya dalam program Evening Up CNBC Indonesia, Jumat (19/09/2025).

  • Komisi VI DPR sebut gangguan BBM di SPBU swasta faktor internal

    Komisi VI DPR sebut gangguan BBM di SPBU swasta faktor internal

    “Permintaan di lapangan sifatnya sangat dinamis. Kalau ada SPBU swasta yang stoknya habis lebih cepat, itu biasanya karena perencanaan internal mereka kurang akurat, apalagi kuota-nya sudah ditambah 110 persen dibanding 2024,”

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Nurdin Halid menyatakan gangguan distribusi BBM di sejumlah SPBU swasta belakangan ini lebih dipicu faktor internal perusahaan dalam memproyeksikan permintaan dan mengelola rantai pasok, bukan akibat kelangkaan pasokan nasional.

    “Permintaan di lapangan sifatnya sangat dinamis. Kalau ada SPBU swasta yang stoknya habis lebih cepat, itu biasanya karena perencanaan internal mereka kurang akurat, apalagi kuota-nya sudah ditambah 110 persen dibanding 2024,” ujar Nurdin di Jakarta, Jumat.

    Menurut dia, pemerintah telah menetapkan strategi agar pasokan energi tetap terjaga melalui skema impor satu pintu dengan evaluasi berkala.

    Kebijakan ini bertujuan menyeimbangkan kebutuhan domestik dengan kondisi makroekonomi sekaligus menjaga stabilitas harga BBM di tengah fluktuasi harga minyak dunia.

    Berdasarkan data Kementerian ESDM, kebutuhan BBM nasional rata-rata mencapai 1,5 juta barel setara minyak per hari, sedangkan kapasitas produksi kilang dalam negeri baru sekitar 850 ribu barel. Defisit sekitar 650 ribu barel per hari masih dipenuhi dari impor.

    Kementerian ESDM mencatat impor BBM sepanjang 2024 mencapai 165 juta barel. Dengan mekanisme fleksibel dan evaluasi tiap tiga bulan, kuota impor diatur presisi agar tidak menekan devisa maupun neraca transaksi berjalan.

    Di sisi lain, pemerintah bersama Pertamina dan BPH Migas juga memperketat distribusi BBM bersubsidi melalui sistem MyPertamina yang kini mencatat lebih dari 9,8 juta kendaraan terdaftar. Sistem ini diharapkan mampu menekan kebocoran subsidi dan memastikan distribusi lebih tepat sasaran.

    Nurdin menegaskan, kondisi pasokan nasional saat ini tetap aman, sehingga gangguan di beberapa SPBU swasta jangan dipelintir menjadi isu kelangkaan BBM.

    Ia juga memastikan DPR bersama pemerintah akan terus mengawal kebijakan energi agar kebutuhan masyarakat terpenuhi dan perekonomian nasional terlindungi.

    “Gangguan distribusi jangan dibesar-besarkan seolah pasokan nasional bermasalah. Faktanya stok nasional aman, kuota impor terkendali, dan DPR akan terus mengawal agar energi rakyat tetap terjamin,” ujarnya menegaskan.

    Pewarta: Aria Ananda
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kelangkaan BBM di SPBU Swasta, Konsumen Terpaksa Cari Alternatif Lain
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        19 September 2025

    Kelangkaan BBM di SPBU Swasta, Konsumen Terpaksa Cari Alternatif Lain Megapolitan 19 September 2025

    Kelangkaan BBM di SPBU Swasta, Konsumen Terpaksa Cari Alternatif Lain
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
    Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta, seperti Shell dan Vivo, membuat konsumen setia terpaksa beralih ke SPBU milik Pertamina.
    Salah satunya dialami Umam (28), warga Tangerang Selatan. Ia mengaku selalu menggunakan BBM nonsubsidi Shell untuk kendaraan roda duanya.
    Namun, dalam dua minggu terakhir, ia terpaksa beralih ke Pertamina karena kesulitan mendapatkan stok Shell.
    “Terakhir kali ngisi di Shell minggu lalu, tapi sekarang sudah kosong,” ujar Umam kepada
    Kompas.com,
    Jumat (19/9/2025).
    Umam yang biasa menggunakan Shell V-Power kini beralih ke Pertamax Turbo.
    “Akhirnya saya isi Pertamax Turbo di Pertamina. Sebenarnya tetap pilih Shell karena lebih bersih ya, tapi ya sekarang lagi kosong, terpaksa isi di Pertamina,” katanya.
    Hal serupa dirasakan Desi (35), warga Ciputat, yang sudah enam bulan terakhir menjadi pelanggan Shell. Kelangkaan memaksanya kembali ke Pertamina, meski ia mengaku masih menyimpan rasa khawatir.
    “Sementara ini beralih ke Pertamax, tapi ada sedikit kekhawatiran karena sebelumnya sempat dengar isu BBM oplosan,” ujarnya.
    Desi menuturkan, ia sebelumnya merupakan pengguna Pertamina. Namun, kasus korupsi di Pertamina pada awal tahun membuat kepercayaannya luntur sehingga ia beralih ke Shell.
    Kini, ia berharap pasokan BBM di SPBU swasta bisa segera normal kembali.
    “Kalau bisa sih jangan sampai kosong. Saya tetap lebih cocok pakai Shell,” kata Desi.
    “Saya lihat di Depok ada yang jualan snack, di sini ada yang jual kopi. Mudah-mudahan bisa bangkit lagi Shell-nya, kasihan karyawannya,” lanjut dia.
    Sandro, warga Jakarta, juga mengaku awalnya berpindah ke SPBU swasta setelah kasus dugaan oplosan Pertamax mencuat pada Februari 2025.
    Menurut dia, konsumen BBM nonsubsidi menginginkan kualitas bahan bakar yang lebih baik sebanding dengan harga lebih tinggi.
    “Ini kan soal kepercayaan. Saya beli BBM tanpa subsidi, berharap dapat kualitas untuk jangka panjang mesin kendaraan. Sementara konsumen enggak bisa ngecek gimana kualitas BBM yang masuk ke tangki mobil,” ucap Sandro.
    Ia menilai, pemerintah bersama Pertamina perlu memperbaiki mutu dan pelayanan di SPBU agar bisa menarik kembali konsumen.
    “Konsumen pasti senang dilayani dengan ramah, apalagi sampai dibersihkan kaca mobilnya. Bahkan sampai ditanya, ‘ada yang bisa saya bantu lagi?’ Sederhana, tapi buat konsumen senang,” tambahnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bahlil Ungkap SPBU Swasta Mulai Lirik Bangun Kilang di Tanah Air

    Bahlil Ungkap SPBU Swasta Mulai Lirik Bangun Kilang di Tanah Air

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan pengusaha SPBU swasta tengah mempertimbangkan untuk membangun kilang minyak di Indonesia.

    Hal itu disampaikan ahlil usai mengadakan rapat dengan para pelaku usaha SPBU seperti Shell, BP, Vivo, dan Pertamina di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/9/2025).

    Adapun rapat itu membahas terkait kelangkaan BBM di SPBU swasta yang terjadi sejak akhir Agustus 2025. Kendati, bahlil menyebut, para pelaku usaha swasta itu mulia memikirkan memabngun kilang sendiri di Tanah Air.

    “Itu step kedua. Dan saya yakin teman-teman pengusaha sudah mulai memikirkan untuk membangun kilang, selain daripada Pertamina,” kata Bahlil.

    Asal tahu saja, SPBU swasta umum tidak memiliki kilang di Indonesia. Mereka mengimpor BBM dari kilang jaringan global mereka, misalnya dari Singapura atau Malaysia.

    Selain itu, SPBU swasta memiliki opsi membeli dari Pertamina melalui skema business-to-business jika ada kekosongan stok.

    Lebih lanjut, Bahlil mengungkapkan untuk mengatasi kelangkaan stok SPBU swasta sepakat membeli bahan baku BBM atau base fuel dari Pertamina.

    Bahlil mengatakan, pemerintah telah memberikan tambahan kuota 2025 kepada SPBU swasta sebesar 10% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Dengan begitu, kuota BBM SPBU swasta pada tahun ini mencapai 110%.

    Namun dalam perjalanannya, jatah SPBU swasta itu habis sebelum akhir tahun. Sebagai gantinya, Bahlil meminta SPBU swasta berkolaborasi dengan Pertamina lantaran perusahaan pelat merah itu masih memiliki stok dan jatah impor.

    “Mereka [SPBU swasta] setuju dan memang harus setuju untuk kolaborasi dengan Pertamina. Syaratnya adalah harus berbasis base fuel ya. Artinya belum dicampur-campur,” ucap Bahlil.

    Base fuel merupakan bahan bakar murni atau dasar yang belum dicampur dengan aditif, sehingga menjadi bahan dasar yang kemudian dapat diproses lebih lanjut oleh SPBU swasta atau Pertamina. Adapun pengolahan dilakukan untuk menghasilkan bahan bakar yang memiliki standar dan karakteristik tertentu.

    Bahlil lantas mengatakan, SPBU swasta kelak bakal mengolah kembali base fuel dari Pertamina sesuai dengan standar masing-masing perusahaan.

    “Jadi produknya saja nanti dicampur di masing-masing tangki di SPBU masing-masing. Dan ini juga sudah disetujui,” ucap Bahlil.