Tempat Fasum: SPBU

  • Beli BBM dari Pertamina Enggak Haram, Dulu Pernah

    Beli BBM dari Pertamina Enggak Haram, Dulu Pernah

    Jakarta

    Shell menegaskan bukan hal haram untuk membeli BBM dari Pertamina. Pihaknya juga sudah pernah melakukannya, asalkan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

    Shell belum mencapai kesepakatan untuk membeli BBM dari Pertamina. Sejatinya, Shell tidak masalah bila harus beli BBM dari Pertamina. Membeli BBM yang diimpor lewat Pertamina itu bagi Shell bukanlah hal haram yang harus dihindari. Presiden Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian menjelaskan, pihaknya terbuka untuk membeli BBM dari Pertamina. Asalkan, spesifikasi BBM itu sesuai dengan ketentuan yang disepakati kedua belah pihak.

    “Kami memberikan contoh bahwa mendapatkan barang dari lokal atau Pertamina itu bukan hal yang haram buat Shell atau hal yang tabu. Kami pernah melakukannya, jadi kami percaya ini masih perlu didiskusikan tapi itu bukan yang akan kami tolak sepanjang tiga aspek itu terpenuhi,” ungkap Ingrid.

    Shell saat ini sudah kehabisan stok bensin. Seluruh SPBU-nya di Indonesia sudah tak ada lagi yang menjual Shell Super, Shell V-Power, hingga Shell V-Power Nitro+.

    Sebelumnya, diketahui pada 19 September 2025, sejumlah SPBU swasta termasuk Shell sudah melakukan pertemuan dengan Menteri ESDM. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa Pertamina ditugaskan untuk menyuplai BBM ke SPBU swasta dalam bentuk base fuel (tanpa additive dan pewarna). Selain itu, ada joint surveyor yang disetujui bersama antara Pertamina dan SPBU swasta saat loading dan discharge cargo di terminal untuk mengecek kualitas dan kuantitas.

    Selanjutnya, harga akan disusun sedemikian rupa supaya fair, tidak ada pihak yang dirugikan dan openbook bagi swasta maupun masyarakat. Atas ketentuan itu, Shell hingga saat ini belum bernegosiasi dengan Pertamina menyoal pembelian BBM tersebut. Namun Ingrid menyatakan pihaknya masih sangat terbuka untuk berdiskusi dengan Pertamina.

    Berbeda dengan Shell, BP dan Vivo justru nyaris membeli BBM dari Pertamina. Keduanya sempat sepakat untuk menyerap BBM yang diimpor Pertamina, namun pada akhirnya batal. Ini lantaran pada BBM tersebut ditemukan adanya kandungan etanol 3,5 persen. Sementara BP dan Vivo menginginkan BBM murni yang belum ada campuran sama sekali.

    “Hampir beli tapi ada beberapa hal teknis seperti speknya yang belum disepakati sehingga akhirnya dibatalkan,” ujar Direktur Vivo Energy Indonesia Leonard Mamahit.

    Senada dengan Vivo, BP juga menyebut batal membeli BBM Pertamina karena ada kandungan etanolnya. Sementara BBM yang digunakan SPBU BP tak menggunakan campuran etanol sama sekali.

    “Dari sisi mutu jawaban dari kami gini, mari kita ke proses yang sudah disepakati di tanggal 19 eptember, jadi kami mengirimkan pesifikasi kemudian itu ditender pada saat sebelum berangkat dari Singapura kami punya kesempatan untuk meng-assign independent surveyor supaya sama juga dengan Pertamina sama-sama memutuskan mutunya sesuai,” ujar Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura.

    (dry/din)

  • Pertamina: Terminal BBM Labuan Bajo perkuat ketahanan energi Indonesia

    Pertamina: Terminal BBM Labuan Bajo perkuat ketahanan energi Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – PT Pertamina Patra Niaga menyebutkan keberadaan Terminal BBM (Fuel Terminal/FT) Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, akan makin memperkuat ketahanan energi, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur.

    Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, mengatakan terminal Labuan Bajo akan memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendukung destinasi wisata super prioritas (DPSP) Labuan Bajo.

    “Terminal Labuan Bajo akan melengkapi jaringan infrastruktur energi di Pulau Flores, NTT,” ujarnya.

    Sebelumnya, Pertamina telah mengoperasikan empat FT yakni Reo, Ende, Maumere, dan Larantuka, yang menjadi penopang utama pasokan BBM bagi masyarakat dan sektor produktif di NTT.

    Mars Ega menjelaskan Pertamina juga telah membangun dan meningkatkan infrastruktur terminal BBM dan LPG di Kupang, Bima, Wayame, hingga Jayapura untuk menjaga dan meningkatkan ketahanan energi nasional di Indonesia timur.

    Pada Kamis (2/10/2025), Pertamina Patra Niaga meresmikan Terminal Labuan Bajo berkapasitas 488 kiloliter dengan delapan tangki untuk produk Pertamax dan Dex, yang akan melayani kebutuhan empat stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan satu solar packed dealer nelayan (SPDN) di Labuan Bajo.

    Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi mengatakan kehadiran Fuel Terminal Labuan Bajo akan makin menumbuhkan ekonomi masyarakat di daerahnya.

    Mars Ega menambahkan Terminal Labuan Bajo juga sejalan dengan Astacita Presiden Prabowo Subianto khususnya tentang mewujudkan kemandirian bangsa melalui swasembada energi dalam menjaga dan memperkuat ketahanan energi nasional.

    Pewarta: Kelik Dewanto
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina, Begini Reaksi Bahlil

    SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina, Begini Reaksi Bahlil

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, buka suara usai SPBU swasta seperti BP-AKR dan VIVO batal membeli bahan bakar minyak (BBM) dari PT Pertamina (Persero). Menurut dia, negosiasinya masih berlanjut hingga sekarang.

    Bahlil menegaskan, SPBU swasta masih menjalin komunikasi secara B to B (business to business) dengan Pertamina untuk pembelian BBM murni. Sehingga, peluangnya belum benar-benar tertutup.

    “B to B-nya silakan. Kami hanya memberikan guidance. Selebihnya diatur (secara B to B),” kata Bahlil saat ditemui di Gedung BPH Migas, Jakarta, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (3/10).

    Ilustrasi SPBU swasta Foto: detikcom/Aulia Damayanti

    Namun yang pasti, Bahlil menegaskan, stok BBM dalam negeri dalam kondisi aman dan cukup hingga tiga pekan ke depan.

    Khusus untuk ketersediaan BBM pada SPBU swasta, dia memastikan, pemerintah sudah menambahkan kuota impor BBM sebesar 10 persenlebih tinggi dibandingkan kuota impor tahun lalu.

    “Jadi tidak ada alasan dan tidak ada satu persepsi bahwa BBM kita, ketersediaan kita menipis. Nggak ada. Sudah penuh. Semuanya ada. Kuota impornya pun kita sudah berikan sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya,” ungkapnya.

    Alasan SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina

    Diberitakan sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar menjelaskan, VIVO dan BP-AKR sebelumnya telah sepakat membeli BBM murni dari Pertamina. Hanya saja, selang beberapa waktu, mereka tiba-tiba membatalkan rencana tersebut.

    Achmad mengungkap, alasan SPBU swasta membatalkan pembelian BBM karena base fuel Pertamina mengandung etanol 3,5%. Hal itu tidak sesuai dengan kriteria mereka. Padahal, menurut regulasi, kandungan etanol dalam BBM diperbolehkan hingga batas 20%.

    “Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini, adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, dimana secara regulasi itu diperkenankan, etanol itu sampai jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20% etanol, kalau tidak salah. Sedangkan ada etanol 3,5%,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI.

    “Nah ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Dimana konten itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah,” tambahnya.

    Achmad memastikan, selain VIVO dan BP-AKR, pihaknya juga sempat melakukan negosiasi dengan Shell. Namun negosiasi tersebut tidak berjalan lancar. Menurutnya, negosiasi tak berlanjut karena birokrasi internal perusahaan.

    “Tidak bisa melakukan, meneruskan negosiasi ini, dikarenakan bahwa ada birokrasi internal yang harus ditempuh,” kata dia.

    (sfn/sfn)

  • Ramai Ditolak SPBU Swasta, Apa Dampak Kandungan Etanol pada BBM untuk Mobil-Motor?

    Ramai Ditolak SPBU Swasta, Apa Dampak Kandungan Etanol pada BBM untuk Mobil-Motor?

    Jakarta

    Kandungan etanol 3,5 persen pada BBM yang diimpor Pertamina bikin Vivo dan BP batal membelinya. Memang apa dampaknya ada etanol pada BBM?

    BP dan Vivo batal membeli BBM base fuel dari Pertamina. Batalnya pembelian base fuel tersebut bukan tanpa alasan. Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkap bahwa dua SPBU swasta itu enggan membeli dari Pertamina lantaran ada kandungan etanol dalam base fuel yang diimpor.

    “Isu yang disampaikan rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten, kontennya itu ada kandungan etanol dimana secara regulasi itu diperkenankan etanol dalam jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20 persen, nah sedangkan ada etanol 3,5 persen nah ini yang membuat kondisi temen-temen SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena konten etanol tersebut,” jelas Achmad.

    BP mengamini hal tersebut. Menurutnya, kargo BBM yang sudah berlabuh di Tanjung Priok itu tak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan perusahaan. Alasannya karena ada kandungan etanol pada base fuel tersebut.

    “Kalau yang sudah sampai di Priok memang sampai saat ini kami belum menerima, salah satu concernnya karena etanol, memang diformulasi kami sampai saat ini belum mengandung etanol,” jelas Presiden Direktur BP-AKR, Vanda Laura.

    Pada kesempatan terpisah, Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun menegaskan kandungan etanol dalam produk BBM merupakan praktik yang lazim di kalangan perusahaan migas dan berlaku secara internasional.

    “Penggunaan BBM dengan campuran etanol hingga 10% telah menjadi best practice di banyak negara seperti di Amerika, Brasil, bahkan negara tetangga seperti Thailand, sebagai bagian dari upaya mendorong energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus mendukung pengurangan emisi karbon,” ujar Roberth dikutip detikFinance.

    Ada Etanol pada BBM, Aman?

    Adapun untuk digunakan pada kendaraan, sebenarnya diperbolehkan. Etanol merupakan alkohol yang diproduksi dari fermentasi dan penyulingan tebu, molase, atau biji-bijian bertepung seperti singkong dan jagung. Mengutip laman Car From Japan, etanol telah digunakan di negara-nefara industri sebagai bahan bakar yang berdiri sendiri atau dicampurkan ke bensin untuk meningkatkan oktan sekaligus mereduksi emisi karbon.

    Ketika dicampur BBM, kadar oktan memang meningkat sekitar 3-5 unit. Indikator peningkatan oktan itu membuat pembakaran di mesin jadi lebih baik. Tidak heran bila perusahaan di industri BBM keap mencari aditif dengan tujuan meningkatkan kadar oktan BBM. Tapi etanol berbeda dari aditif karena bisa dianggap sebagai bahan bakar sendiri. Etanol memiliki kadar oktan tinggi yakni 108-109. Makanya ketika dicampur BBM dia bisa meningkatkan oktan dari BBM itu sendiri. Selain tiu, etanol memiliki kandungan oksigen yang bisa membantu pembakaran di mesin jadi lebih sempurna. Konsumsi BBM juga bisa dihemat sekaligus meminimalisir emisi gas karbon selama mesin menyala.

    Ada banyak pendapat soal penggunaan etanol pada campuran bensin terutama digunakan pada kendaraan. Dari banyak sumber ahli otomotif menilai, bensin dengan campuran etanol rendah dari E2-E10 dapat digunakan pada mesin mobil dan sepeda motor tanpa masalah.

    “Dengan penggunaan etanol rasio 5%, penggunaan E5 dan bensin biasa secara bergantian tidak memiliki dampak ke mesin,” begitu bunyi pernyataannya.

    Di lain sisi, ada juga yang menganggap penggunaan etanol memiliki dampak buruk ke mesin. Dilansir laman PennState Extension, bensin tidak larut dalam air, tetapi etanol larut. Oleh karena itu, etanol dapat menyerap kontaminan yang tidak diserap oleh bensin dan mungkin menumpuk kontaminan tersebut di dalam mesin kendaraan, menyebabkan filter atau injektor tersumbat. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja mesin yang signifikan jika tidak segera ditangani.

    Pada kendaraan yang sudah berumur, sistem bahan bakarnya cenderung lebih lemah. Adanya kandungan etanol justru bisa membuat sistem jadi rusak, menyusut, yang mengakibatkan kebocoran. Beberapa melaporkan mesin menjadi overheat saat menggunakan BBM dengan kandungan etanol.

    Selain itu, BBM yang dicampur dengan etanol berkadar tinggi juga bisa merusak komponen yang terbuat dari logam, karet, plastik, dan juga polimer karena kandungan alkoholnya sangat korosif. Sistem injeksi juga bisa mengalami gangguan. Perlu diingat gangguan muncul bila kadar etanol terlalu besar.

    (dry/din)

  • Tanpa Insentif, Penjualan Mobil Listrik Bisa Runtuh

    Tanpa Insentif, Penjualan Mobil Listrik Bisa Runtuh

    Jakarta

    Program pajak kendaraan listrik federal atau Federal EV Tax telah berakhir di Amerika Serikat (AS). Imbasnya, mobil nonemisi di sana tak lagi mendapat insentif sebesar US$ 7.500 atau Rp 125 jutaan. Bagaimana dampaknya terhadap penjualan?

    Disitat dari Carscoops, Federal EV Tax telah berakhir sejak Selasa (30/9). Menurut Chief Executive Officer (CEO) Ford, Jim Farley, situasi tersebut membuat penjualan mobil listrik setempat kemungkinan runtuh. Bahkan, dia meramal, penurunannya bisa mencapai 50 persen!

    Farley menilai dampak absennya keringanan pajak sangat besar. Jika sebelumnya pangsa pasar mobil listrik di AS mencapai 10-12 persen, dia khawatir angka itu akan kembali jeblok ke lima persen atau setara tiga tahun lalu.

    “Saya pikir ini akan tetap jadi industri yang hidup, tapi lebih kecil, jauh lebih kecil dari yang kita kira. Apalagi dengan perubahan kebijakan emisi gas buang, plus insentif US$ 7.500 yang hilang,” ujar Jim Farley dalam acara Ford Pro Accelerate di Detroit, dikutip Kamis (10/2).

    “Sebulan lagi kita akan lihat, tapi saya tidak akan kaget kalau penjualan EV di AS turun menjadi hanya 5 persen,” tambahnya.

    Mobil listrik Ford. Foto: Dok. Ford

    Kondisi itu membuat tim Model e Ford terus menghitung ulang arah bisnisnya. Kapasitas pabrik mobil listrik dan baterai yang sudah terlanjur dibangun mungkin harus dialihfungsikan bila penurunan permintaan benar-benar terjadi.

    “Kami akan tetap mengisinya (pabrik), tapi akan lebih stres, karena sebelumnya ada kebijakan jelas selama empat tahun. Sekarang kebijakannya berubah. Semua harus menyesuaikan, dan saya pikir ini baik untuk negara, tapi jelas akan jadi satu tekanan lagi,” jelasnya.

    Di sisi lain, Farley juga jujur soal preferensi konsumen. Menurut dia, masyarakat belum tertarik untuk membeli mobil listrik mahal.

    “Pelanggan tidak tertarik dengan mobil listrik US$ 75 ribu (Rp 1,5 miliar). Mereka menganggapnya menarik-mobilnya cepat, efisien, tidak perlu ke SPBU-tapi tetap saja mahal,” kata dia.

    (sfn/din)

  • Bensin Shell Habis Total!

    Bensin Shell Habis Total!

    Jakarta

    Tak ada lagi bensin Shell yang dijual. Stok BBM Shell habis total!

    Stok BBM Shell habis. Diakses pada laman Shell Indonesia per 3 Oktober 2025, stok Shell Super tak tersedia lagi. Tak cuma itu, Shell V-Power dan Shell V-Power Nitro+ juga tak tersedia.

    “Mohon maaf Shell Super tidak tersedia di SPBU Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan,” tulis Shell dalam laman tersebut.

    Sejatinya, kosongnya stok bensin di SPBU Shell sudah diprediksi sebelumnya. Presiden Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI pada hari Rabu juga sudah mengatakan bahwa sisa stok bensin hanya tersisa di lima SPBU. Stok bensin Shell itu akan habis pada Kamis malam.

    “Jadi kami memang benar-benar mengalami stock out atau kelangkaan untuk BBM jenis bensin,” ungkap Ingrid.

    Shell sudah mengantisipasi hal tersebut sejak bulan Juni. Shell juga sudah mengajukan permohonan kuota impor tambahan mengingat adanya kenaikan permintaan. Namun dari Kementerian ESDM dijelaskan ada pembatasan kuota impor. SPBU swasta diminta untuk membeli BBM dari Pertamina. SPBU swasta itu menyanggupi asalkan Pertamina bisa menyediakan base fuel tanpa campuran apapun. Terkait hal itu, Ingrid menyebut pihaknya belum melakukan negosiasi dengan Pertamina. Namun, dia mengatakan Shell siap menyerap BBM dari Pertamina asalkan sesuai dengan ketentuan dari perusahaan.

    “Kami memberikan contoh bahwa mendapatkan barang dari lokal atau Pertamina itu bukan hal haram yang haram buat Shell atau hal yang tabu. Kami pernah melakukannya, jadi kami percaya ini masih perlu didiskusikan tapi itu bukan yang akan kami tolak sepanjang tiga aspek itu terpenuhi,” terang Ingrid.

    SPBU swasta lainnya yakni BP dan Vivo diketahui sempat sepakat untuk membeli BBM dari Pertamina. Namun kesepakatan itu batal karena ditemukan adanya kandungan etanol 3,5 persen pada base fuel yang didatangkan Pertamina.

    “Isu yang disampaikan rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten, kontennya itu ada kandungan etanol dimana secara regulasi itu diperkenankan etanol dalam jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20 persen, nah sedangkan ada etanol 3,5 persen nah ini yang membuat kondisi temen-temen SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena konten etanol tersebut,” jelas Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar.

    (dry/din)

  • Pertamina resmikan terminal BBM, dukung pariwisata Labuan Bajo

    Pertamina resmikan terminal BBM, dukung pariwisata Labuan Bajo

    Labuan Bajo, NTT (ANTARA) – PT Pertamina Patra Niaga meresmikan terminal BBM di Pelabuhan Multipurpose Wae Kelambu, Manggarai Barat, NTT, guna mendukung keberlanjutan ekonomi dan pengembangan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super prioritas (DPSP).

    “(Terminal BBM ini) kami lakukan kerja sama dan berkolaborasi melalui sinergi BUMN baik itu dengan Pelindo maupun dengan Elnusa Petrofin,” kata Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat Pertamina Patra Niaga Hari Purnomo saat peresmian terminal di Labuan Bajo, NTT, Kamis.

    Ia menambahkan Fuel Terminal Labuan Bajo dibangun di atas lahan seluas 6.000 meter persegi dengan kapasitas tangki pada tahap pertama mencapai 500 kiloliter.

    “Diharapkan nantinya di ultimate goalnya terminal ini akan memiliki kapasitas setara dengan dua juta liter (2.000 kiloliter), untuk menunjang tersebut ada dua filling atau dua tempat pengisian yang dilakukan untuk pengisian mobil tangki dalam rangka mendistribusikan ke lembaga penyalur di mana tadi dari sampaikan ada empat SPBU dan satu SPDN,” katanya.

    Secara operasi, lanjut dia, keberadaan Fuel Pertamina Labuan Bajo merupakan pendukung Fuel Terminal Reo, Kabupaten Manggarai. Pasokan energi atau bahan bakar minyak nantinya disuplai dari Fuel Terminal Reo ke Fuel Terminal Labuan Bajo sebagai persediaan tambahan atau cadangan yang disimpan untuk mengantisipasi permintaan yang tidak terduga atau fluktuasi dalam rantai pasokan.

    “Ini dalam rangka memitigasi adanya beberapa kendala ketika proses distribusi dari Reo menuju Labuan Bajo di mana sering kali terkendala adanya longsor maupun adanya kondisi ketika hujan deras,” ujarnya.

    Ia menegaskan Pertamina berkomitmen menjaga keandalan, ketersediaan, dan ketahanan energi di Labuan Bajo.

    “Nantinya, di tahap kedua insya Allah akan ada empat tangki yang akan kami bangun dan satu part line yang akan ke jeti milik Pelindo, sehingga ke depannya mode supply ke Labuan Bajo tidak lagi menggunakan moda mobil tangki, tapi menggunakan moda kapal,” katanya.

    Pewarta: Gecio Viana
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pertamina Resmikan Fuel Terminal Labuan Bajo, Layani 4 SPBU & 1 SPDN

    Pertamina Resmikan Fuel Terminal Labuan Bajo, Layani 4 SPBU & 1 SPDN

    Jakarta

    PT Pertamina Patra Niaga meresmikan Fuel Terminal Labuan Bajo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Hadirnya Fuel Terminal Labuan Bajo ini diharapkan memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendukung sektor pariwisata Labuan Bajo sebagai salah satu Destinasi Wisata Super Prioritas (DPSP).

    Fuel Terminal Labuan Bajo memiliki kapasitas 488 Kiloliter (KL) dengan 8 tangki untuk produk Pertamax dan Pertamina Dex. Dengan kapasitas ini, Fuel Terminal Labuan Bajo dapat melayani kebutuhan 4 SPBU dan 1 SPDN untuk Nelayan di sekitar wilayah Labuan Bajo.

    Dalam kesempatan ini, Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi menyambut baik kehadiran Fuel Terminal Labuan Bajo ini.

    “Dengan hari ini kita meresmikan Fuel Terminal di kawasan Labuan Bajo, maka ada harapan pertumbuhan ekonomi di tempat ini di berbagai sektor akan melaju begitu pesat,” ujar Edistasius dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025).

    Pembangunan Fuel Terminal Labuan Bajo tidak hanya untuk mendukung pariwisata, tetapi juga bagian dari komitmen yang sejalan dengan Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto. Hal ini khususnya tentang mewujudkan kemandirian bangsa melalui swasembada energi dalam menjaga dan memperkuat ketahanan energi nasional.

    Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra menjelaskan dengan hadirnya Fuel Terminal ini, pasokan Labuan Bajo yang sebelumnya bergantung pada Fuel Terminal Reo, saat ini akan jauh lebih efisien dan distribusi lebih cepat.

    Labuan Bajo kini melengkapi jaringan infrastruktur energi di Pulau Flores. Sebelumnya, Pertamina telah mengoperasikan empat Fuel Terminal (FT) di wilayah ini, yakni FT Reo, FT Ende, FT Maumere, dan FT Larantuka, yang menjadi penopang utama pasokan BBM bagi masyarakat dan sektor produktif di wilayah Nusa Tenggara Timur ini.

    “Dengan hadirnya Fuel Terminal Labuan Bajo, sistem distribusi energi di Pulau Flores semakin kuat dan merata. Inilah bentuk kehadiran negara dan Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga yang memastikan energi tersedia dan terjangkau hingga ke destinasi wisata super prioritas (DPSP). Tidak hanya soal ketersediaan energi, adanya Fuel Terminal Labuan Bajo akan menciptakan multiplier effect untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat lokal dan memperkuat daya saing daerah,” tegasnya.

    Mars Ega menambahkan pihaknya juga telah membangun dan meningkatkan infrastruktur terminal BBM dan LPG di Kupang, Bima, Wayame, hingga Jayapura untuk menjaga dan meningkatkan ketahanan energi nasional di Indonesia Timur.

    Secara terpisah, Direktur Utama Elnusa Petrofin, Doni Indrawan menyatakan Elnusa Petrofin, sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur Fuel Terminal Labuan Bajo, berkomitmen mendukung keandalan dan pemerataan infrastruktur energi.

    Ia menegaskan kontribusi ini sejalan dengan komitmen perusahaan sebagai bagian dari Pertamina Group dalam memperkuat akses energi di berbagai wilayah Indonesia.

    “Sebagai bagian dari Pertamina Group, Elnusa Petrofin berkomitmen mendukung distribusi energi nasional. Pembangunan Fuel Terminal Labuan Bajo ini adalah langkah penting untuk memastikan pasokan energi yang lebih andal bagi masyarakat dan sektor pariwisata,” pungkasnya.

    Sebagai informasi, Fuel Terminal Labuan Bajo turut diresmikan oleh Bupati Manggarai Barat, Edistasius Ende, Komisaris Pertamina Patra Niaga, Sudung Situmorang, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra serta Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat, Hari Purnomo.

    Dengan peresmian Fuel Terminal Labuan Bajo, Pertamina Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mendorong upaya menjaga ketahanan energi di Indonesia Timur sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dan pariwisata nasional.

    (prf/ega)

  • Bahlil Buka Suara soal Vivo-Shell Cs Batal Beli Base Fuel Pertamina

    Bahlil Buka Suara soal Vivo-Shell Cs Batal Beli Base Fuel Pertamina

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akhirnya buka suara soal polemik SPBU swasta seperti Vivo, BP, dan Shell yang batal membeli bahan baku BBM atau base fuel dari Pertamina.

    Bahlil menegaskan bahwa pemerintah hanya menjadi penyambung bagi Pertamina dan badan usaha (BU) swasta penyalur BBM dalam memenuhi kebutuhan. Menurutnya, proses selanjutnya ditentukan melalui skema business to business (B2B).

    Namun, Bahlil mengungkapkan SPBU swasta masih memiliki kemungkinan  tetap membeli base fuel dari Pertamina, spesifikasi sudah cocok.

    “B2B-nya lagi dikomunikasikan. Saya kan udah katakan bahwa B2B-nya itu kolaborasi antara swasta dengan Pertamina. Ya, masih berjalan,” ucap Bahlil di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

    Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu pun memastikan stok BBM di dalam negeri berada di level aman. Dia juga menekankan bahwa kuota impor tahun ini sudah diberikan kepada para pelaku usaha SPBU.

    Oleh karena itu, jika stok di SPBU swasta habis, pelaku usaha swasta itu bisa membeli di Pertamina. Sebab, Pertamina masih memiliki kuota impor yang belum dipergunakan.

    “Semuanya [ketersediaan BBM] ada. Kuota impornya pun kami sudah berikan sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya,” ujar Bahlil

    SPBU Swasta Belum Sepakat 

    Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga mengungkapkan alasan Vivo, Shell, dan BP yang tak berminat membeli bahan baku BBM atau base fuel dari perusahaan pelat merah tersebut.

    Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar menjelaskan, Vivo, Shell, dan BP mulanya berminat untuk membeli base fuel. Oleh karena itu pihaknya mendatangkan 100.000 barel base fuel khusus untuk SPBU swasta tersebut.

    Dia menyebut, Vivo bahkan mulanya sepakat membeli 40.000 barel pada 26 September 2025 lalu. Namun, di tengah jalan Vivo membatalkan dan tak melanjutkan transaksi.

    “Vivo membatalkan untuk melanjutkan. Setelah setuju [membeli] 40.000 barel, akhirnya tidak disepakati,” kata Achmad dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025).

    Achmad menjelaskan, SPBU swasta itu membatalkan untuk melanjutkan pembelian base fuel lantaran masalah kandungan etanol. Menurutnya, terdapat kandungan 3,5% etanol dalam base fuel Pertamina.

    Dia menilai kandungan etanol itu sebenarnya masih dalam batas wajar. Sebab, toleransi kandungan etanol dalam base fuel adalah di bawah 20%.

    Namun, Achmad mengatakan SPBU swasta tidak berkenan meski kandungan etanol itu minim.

    “Ini yang membuat kondisi SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut,” tutur Achmad.

    Menurutnya, alasan ini juga yang membuat BP melalui PT Aneka Petroindo Raya (APR) membatalkan minat membeli base fuel. APR adalah perusahaan joint venture atau patungan antara BP dan AKR Corporindo Tbk.

    Achmad menyebut, BP tak mau membeli base fuel karena ada kandungan etanol, meski sedikit.

    “APR akhirnya tidak juga, jadi tidak ada semua, isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol,” jelasnya.

    Sementara itu, Shell membatalkan minat membeli base fuel dari Pertamina lantaran ada urusan birokrasi internal.

    “Tidak bisa meneruskan negosiasi ini karena mengatakan bahwa ada birokrasi internal yang harus ditempuh,” ucap Achmad.

    Namun, Achmad menyebut para pihak pengusaha SPBU swasta itu akan kembali berminat membeli base fuel dari Pertamina. Dengan catatan, Pertamina bisa menyediakan base fuel secara murni tanpa kandungan etanol.

    “Tapi teman-teman SPBU swasta jika nanti di kargo selanjutnya siap berkoordinasi jika kontennya aman,” katanya.

  • ESDM Siapkan Mekanisme Baru Pengadaan BBM untuk SPBU Swasta

    ESDM Siapkan Mekanisme Baru Pengadaan BBM untuk SPBU Swasta

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji mekanisme pengadaan BBM untuk pelaku usaha SPBU.

    Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaiman memastikan skema baru itu bakal dibuat seideal mungkin. Hal ini dilakukan agar kejadiaan kehabisan stok BBM di SPBU swasta yang lebih cepat, tak terulang.

    “Kita akan siapkan suatu mekanisme yang pas. Sehingga nanti kedepannya kita tidak menghadapi kondisi-kondisi seperti sekarang,” ucap Laode di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

    Kendati, Laode belum bisa membocorkan mekanisme seperti apa yang dia maksud. Dia hanya menyebut, pelaku usaha SPBU, khususnya swasta telah mengajukan kuota impor untuk 2026.

    Laode juga tak bisa membocorkan dulu berapa kuota yang diajukan itu. Namun, dia memberi sinyal bahwa kuota yang diminta lebih tinggi dibanding 2025.

    “Saya belum bisa bocorkan angkanya ya. Nanti saja. Tapi intinya kita akan bahas khusus untuk tahun 2026,” ucap Laode.

    Asal tahu saja, kuota impor BBM untuk SPBU swasta pada 2025, telah naik 10% dibanding 2024. Adapun secara volume anhka mencapai 776.248 kiloliter (KL).

    Adapun realisasi impor BBM badan usaha swasta saat ini sudah berada di atas 98%.

    Perinciannya, kuota impor BBM untuk Shell pada 2025 mencapai 329.704 KL untuk RON 92, 119.601 KL RON 95, dan 38.674 KL RON 98.

    Sementara untuk BP, kuota impor BBM mencapai 97.107 KL untuk RON 92 dan 11.863 KL untuk RON 95. Sedangkan kupat impor BBM Vivo mencapai 18.642 KL untuk RON 90, 60.857 KL RON 92, dan 7.302 KL RON 95.