Tempat Fasum: SPBU

  • Warga Surabaya Keluhkan Motor Brebet Usai Isi Pertalite, Pilih Beralih ke Penjual Eceran

    Warga Surabaya Keluhkan Motor Brebet Usai Isi Pertalite, Pilih Beralih ke Penjual Eceran

    Surabaya (beritajatim.com) – Fenomena motor brebet usai mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite kini ramai dikeluhkan warga di berbagai daerah di Jawa Timur. Salah satunya di Surabaya, sejumlah pengendara memilih tidak lagi membeli BBM di SPBU dan beralih ke penjual eceran.

    Sela (28), warga Surabaya Barat, mengaku motornya mendadak mogok setelah mengisi Pertalite di SPBU kawasan Lontar. Ia sempat membawa motornya ke bengkel karena mengira busi bermasalah, namun gangguan kembali terjadi tak lama setelah diperbaiki.

    “Sudah ke bengkel (diperiksa) businya, tapi habis dari bengkel pulang, lah kok mogok lagi,” ungkap Sela, Selasa (28/10/2025).

    Merasa curiga, Sela kemudian menguras tangki motornya dan menemukan adanya cairan bening yang terpisah dari warna hijau khas Pertalite. “Dapat seperempat botol (ukuran 1,5 liter) itu seperempatnya isinya itu (cairan bening),” jelasnya.

    Sejak itu, Sela memilih membeli BBM dari penjual eceran di pinggir jalan karena bisa memastikan kejernihan bahan bakar yang dijual. Menurutnya, membeli dari penjual eceran dengan wadah botol bening membuatnya lebih yakin Pertalite tidak tercampur bahan lain.

    “Sementara ini isi BBM dari bensin botolan (ecer) karena bisa kelihatan, itu ada campuran apa enggak,” ucapnya.

    Fenomena serupa juga dirasakan para penjual bensin eceran. Sukadi (56), penjual di kawasan Jagir, Surabaya, mengaku stok jualannya kini lebih cepat habis dibanding biasanya.

    “Kemarin habisnya lebih awal ya, sekitar jam 7 malam. Biasanya baru habis itu di jam 8 atau 9 malam,” tuturnya.

    Sukadi menyebut setiap hari menjual sekitar 80 botol Pertalite. Ia belum mengetahui secara pasti apakah peningkatan pembeli ini disebabkan oleh keluhan masyarakat terhadap kualitas Pertalite di SPBU. “Ya ndak tahu sebelumnya, soalnya saya setiap hari cuma jual 80 botol saja. Perbedaannya hanya pada waktu habis yang lebih cepat sejak kemarin,” tambahnya.

    Fenomena ini muncul di tengah maraknya laporan warga di sejumlah daerah di Jawa Timur, termasuk Mojokerto dan Sidoarjo, yang mengalami hal serupa: motor mendadak brebet atau mogok setelah mengisi Pertalite di SPBU. [rma/beq]

  • Sejumlah Motor di Kota Kediri Rusak Mendadak Diduga Akibat Pertalite Bermasalah

    Sejumlah Motor di Kota Kediri Rusak Mendadak Diduga Akibat Pertalite Bermasalah

    Kediri (beritajatim.com) – Sejumlah motor milik warga Kota Kediri mendadak rusak usai diisi bahan bakar jenis Pertalite. Dugaan ini muncul setelah beberapa pengendara mengalami kerusakan serupa dalam waktu berdekatan, terutama di kawasan Jalan Kili Suci, Kota Kediri, Jawa Timur.

    Bengkel-bengkel di sekitar jalan tersebut sejak Selasa (28/10/2025) tampak dipenuhi motor yang mogok. Para pemilik mengaku kendaraan mereka tiba-tiba mati mendadak setelah mengisi bahan bakar di sejumlah SPBU yang menjual Pertalite.

    Mekanik yang memeriksa menemukan indikasi kerusakan pada pompa bensin dan sistem bahan bakar.

    Salah satu warga, Adril, menceritakan motornya mogok tak lama setelah mengisi Pertalite.

    “Sebelumnya saya ngisi bensin Pertalite, tiba-tiba kendaraan macet. Yang rusak pada pompa bensin. Kata mas mekanik karena kualitas bahan bakarnya kurang bagus. Saya sempat cek, baunya memang berbeda, seperti alkohol,” ujarnya.

    Akibat kerusakan itu, Adril yang berprofesi sebagai ojek online terpaksa berhenti bekerja selama beberapa jam.

    Dugaan kualitas bahan bakar yang menurun juga disampaikan oleh para montir. Reza Fahlevi, salah satu montir di bengkel Jalan Kili Suci, mengatakan sejak kemarin hingga hari ini sudah ada tujuh motor dengan kerusakan serupa.

    “Keluhannya sama, motor tiba-tiba mati. Kebanyakan karena faktor bahan bakar yang kecampur seperti air, kotor, atau bahan bakar lama,” terangnya.

    Kondisi serupa juga terjadi di bengkel lain di kawasan yang sama. Hingga kemarin tercatat ada sebelas motor mengalami kerusakan yang diduga disebabkan bahan bakar Pertalite bermasalah.

    Para pemilik berharap pemerintah dan pihak Pertamina segera menindaklanjuti kasus ini, karena dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat yang bergantung pada kendaraan untuk bekerja.

    Warga menilai penanganan cepat sangat penting agar distribusi dan kualitas bahan bakar di Kediri kembali normal serta tidak merugikan pengguna motor.

    Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak terkait mengenai dugaan adanya permasalahan pada bahan bakar Pertalite di wilayah Kediri. [nm/ted]

  • Pertamina Patra Niaga mengapresiasi loyalitas pengemudi ojek online

    Pertamina Patra Niaga mengapresiasi loyalitas pengemudi ojek online

    loyalitas pengemudi ojek online menjadi salah satu indikator kepercayaan publik terhadap mutu produk dan layanan Pertamina

    Jakarta (ANTARA) – PT Pertamina Patra Niaga memberikan apresiasi tinggi atas loyalitas para pengemudi ojek online, yang telah setia memakai bahan bakar minyak (BBM) produk Pertamina.

    Pj Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, mengatakan loyalitas pengemudi ojek online menjadi salah satu indikator kepercayaan publik terhadap mutu produk dan layanan Pertamina.

    “Pertamina Patra Niaga terus menghadirkan BBM berkualitas yang tidak hanya efisien, namun juga tangguh untuk mendukung mobilitas tinggi masyarakat. Kepercayaan dari para pengemudi ojek online membuktikan bahwa produk kami mampu menjaga performa kendaraan dan memberikan nilai lebih bagi konsumen,” ujarnya.

    Roberth melanjutkan kepuasan konsumen juga didukung oleh peningkatan mutu layanan SPBU Pertamina, terutama melalui implementasi program Serv-Q (Service Quality).

    Salah satu pengemudi ojek online di Palembang, Sumsel, Desman mengaku di tengah mobilitas tinggi dan kebutuhan efisiensi operasional, dirinya memilih produk BBM Pertamina karena lebih irit, bertenaga dan jaringan SPBU-nya mudah dijangkau.

    Ia mengaku sudah bertahun-tahun menggunakan Pertamax karena performanya yang terbukti stabil.

    “Saya pakai Pertamax, awet dan membuat mesin lebih enteng, memang pas untuk kami para ojol,” sebutnya.

    Sementara, Rohman, pengemudi ojek online di Jakarta, menuturkan Pertamax paling efisien untuk penggunaan harian.

    “Kualitasnya oke, mesin nggak pernah bermasalah. Petugas SPBU melayani dengan baik dan saya selalu bayar pakai QRIS, soalnya mudah,” ujarnya.

    Roberth menambahkan selain melalui penyediaan BBM berkualitas, pihaknya juga mendorong penggunaan transaksi digital lewat MyPertamina, karena pelanggan dapat menikmati berbagai promo, reward poin, serta kemudahan dalam memantau riwayat transaksi.

    “Melalui semangat melayani energi negeri, kami berkomitmen untuk terus menjaga kualitas produk dan layanan terbaik bagi seluruh konsumen, termasuk para pengemudi ojek online yang menjadi bagian penting dalam ekosistem transportasi nasional,” sebutnya.

    Pewarta: Kelik Dewanto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Stok BBM di SPBU Swasta Kapan Terisi Lagi? Bahlil Jawab Begini

    Stok BBM di SPBU Swasta Kapan Terisi Lagi? Bahlil Jawab Begini

    Jakarta

    Stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah SPBU swasta hingga kini belum terisi lagi. Kekosongan ini sudah berlangsung sejak akhir Agustus 2025.

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa saat ini seluruh SPBU swasta sudah sepakat negosiasi dengan Pertamina untuk membeli base fuel atau BBM murni. Terkait kapan stok BBM di SPBU swasta terisi kembali, Bahlil bilang bahwa hal tersebut sepenuhnya menjadi urusan bisnis SPBU swasta dengan PT Pertamina (Persero).

    “Semua yang sudah B2B dengan Pertamina, pasti Pertamina sudah mempersiapkan itu, dan komunikasinya sudah jalan,” katanya usai acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).

    Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman optimistis stok BBM di sejumlah SPBU swasta akan terisi kembali pada akhir Oktober. Hal ini sejalan terus berlangsung negosiasi dari Pertamina dengan Badan Usaha (BU) swasta penyalur BBM.

    Ada perubahan mekanisme lelang dalam proses negosiasi BBM. Lelang antara Pertamina dengan BU swasta dilakukan tidak serentak, melainkan secara langsung.

    “Jadi nggak satu dikumpul lagi. Jadi nanti masing-masing di-treatment satu-satu. Karena ternyata begitu digabung tuh tiga masuk. Satu udah lolos, satunya mundur. Nah ini proses lelang ini kan nggak bisa terpecah-pecah. Harus menyatu terus. Makanya sekarang diubah,” katanya dikutip Kamis (16/10/2025).

    Laode meyakini dengan adanya perubahan mekanisme tersebut maka proses negosiasi akan membuahkan hasil yang lebih baik. Harapannya pada akhir Oktober ini semuanya sudah rampung.

    “Mungkin hari Jumat insyaallah itu sudah ada hasil yang lebih konkret. Pertamina secara private antara masing-masing Pertamina dengan badan swasta. (Akhir Oktober) Optimis, nanti kita tunggu saja,” katanya.

    (ara/ara)

  • Bahlil Minta SPBU Swasta Tak Paksakan Kehendak soal BBM

    Bahlil Minta SPBU Swasta Tak Paksakan Kehendak soal BBM

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta SPBU swasta tidak memaksakan kehendak terkait kandungan etanol dalam BBM base fuel.

    “Dan kedua jangan swasta memaksakan kehendak gitu loh. Apalagi SPBU-SPBU ini kan. Jangan dikira ini kita nggak paham. Seperti orang Papua bilang, adek, kau baru mau tulis, kakak sudah baca,” katanya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

    Mulanya, Bahlil membantah etanol tidak bagus sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahlil mengatakan saat ini sudah banyak negara yang menggunakan etanol sebagai campuran BBM.

    Sebagai informasi, pemerintah berencana menerapkan bahan bakar campuran etanol 10% (E10) pada tahun 2027.

    “Jadi sangat tidak benar jika ada diskusi, diskusi oleh berbagai kelompok bahwa etanol ini nggak bagus. India sudah pakai E10, Amerika E20, Thailand E20, beberapa negara di Amerika sudah E85. Kita ini jangan selalu beripkir selalu seolah-olah itu ada sesuatu-sesatu gitu,” katanya.

    Bahlil mengatakan produk etanol merupakan bahan bakar nabati yang bahan bakunya didapatkan dari produk lokal seperti jagung, tebu, dan singkong. Dengan begitu, Bahlil bilang hal ini akan dapat menciptakan lapangan kerja baru di Indonesia.

    “Etanol ini bahan bakunya dari jagung, tebu, singkong dan ini tidak hanya sekedaar untuk mempertahankan eneri kita. Tapi juga menciptakan lapangan kerja dan instrumen pertumbuhan yang bisa kita lakukan di daerah-daerah,” katanya.

    Bahlil menerangkan, mandatori E10 akan mengikuti suksesi B40 yang diniali telah mempu menekan impor solar. Bahkan Bahlil bilang jika mandatory B50 dapat jalan pada tahun depan, Indonesia bisa terbesar dari impor solar.

    “Sekarang kita mau bikin di bensin, caranya gimana biar nggak impor? Kita dorong E10 dan E20. Etanol,” katanya.

    (ara/ara)

  • Tidak Benar Etanol Nggak Bagus, India-AS Sudah Pakai

    Tidak Benar Etanol Nggak Bagus, India-AS Sudah Pakai

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membantah penggunaan etanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak bagus. Bahlil mengatakan saat ini sudah banyak negara yang menggunakan etanol sebagai campuran BBM.

    Sebagai informasi, pemerintah berencana menerapkan bahan bakar campuran etanol 10% (E10) pada 2027.

    “Jadi, sangat tidak benar jika ada diskusi, diskusi oleh berbagai kelompok bahwa etanol ini nggak bagus. India sudah pakai E10, Amerika E20, Thailand E20, beberapa negara di Amerika sudah E85. Kita ini jangan selalu berpikir selalu seolah-olah itu ada sesuatu-sesuatu gitu,” katanya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).

    Bahlil juga menanggapi SPBU swasta yang menolak campuran etanol dalam base fuel atau BBM murni yang diimpor Pertamina beberapa waktu lalu.

    “Dan kedua, jangan swasta memaksakan kehendak gitu loh. Apalagi SPBU-SPBU ini kan. Jangan dikira ini kita nggak paham. Seperti orang Papua bilang, adek kau baru mau tulis kakak sudah baca,” katanya.

    Bahlil mengatakan, etanol merupakan bahan bakar nabati yang bahan bakunya didapatkan dari produk lokal seperti jagung, tebu, dan singkong. Dengan begitu, Bahlil bilang hal ini akan dapat menciptakan lapangan kerja baru di Indonesia.

    “Etanol ini bahan bakunya dari jagung, tebu, singkong dan ini tidak hanya sekedar untuk mempertahankan energi kita, tapi juga menciptakan lapangan kerja dan instrumen pertumbuhan yang bisa kita lakukan di daerah-daerah,” katanya.

    Bahlil menerangkan, mandatori E10 akan mengikuti suksesi B40 yang dinilai telah menekan impor solar. Bahkan Bahlil bilang jika mandatori B50 dapat jalan pada tahun depan, Indonesia bisa terbesar sari impor solar.

    “Sekarang kita mau bikin di bensin, caranya gimana biar nggak impor? Kita dorong E10 dan E20. Etanol,” katanya.

    Lihat juga Video: Dipanggil Prabowo, Bahlil Lapor Soal Etanol-Hilirisasi

    (ara/ara)

  • Fenomena Motor Brebet Ramai di Tuban Hingga Surabaya, Diduga Akibat Pertalite Oplosan

    Fenomena Motor Brebet Ramai di Tuban Hingga Surabaya, Diduga Akibat Pertalite Oplosan

    Liputan6.com, Jakarta – Ramai motor di Tuban, Bojonegoro hingga Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, Gresik) mengalami brebet atau mogok secara tiba-tiba. Hal tersebut diduga akibat penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite oplosan.

    Arianto Deni (29) warga Sepanjang Sidoarjo, mengaku mengalami sepeda motor mbrebet setelah mengisi Pertalite di SPBU kawasan Medaeng Sidoarjo, pada Senin, 27 Oktober kemarin.

    “Kemarin, sempat mogok selama tiga kali. Pertama itu brebet dua kali malahan di pom yang sama, seberang Rutan Medaeng. Setelah itu jalan ke Surabaya, kejadian brebet lagi di Rolag Karah,” ujarnya, Selasa (28/10).

    Saat ini, lanjut Arianto, sepeda motornya memang sudah tidak brebet lagi. Namun performanya menurun dari biasanya. Dia juga sudah mengirim laporan ke pihak Pertamina, baik melalui pesan langsung maupun media sosial.

    “Sekarang sudah enggak apa-apa, tapi ngegas percepatan masih berat, kerasa campuran air ini. Akselerasi sepeda masih belum sesuai kehendak kecepatan kita. Saya sudah lapor juga kok ke Pertamina,” ucapnya.

    Hal senada juga disampaikan Marzuki (35) warga Menur Surabaya. Dia turut merasakan fenomena kendaraan brebet alias mogok tiba-tiba.

    Hal ini dirasakannya setelah mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite pada sepeda motor Vario miliknya. “Pagi ini saya isi Pertalite di SPBU kawasan Nginden kok brebet sepeda motor saya,” ujarnya.

    Sebenarnya, kata Marzuki, gejala brebet pada sepeda motornya sudah dirasakan beberapa hari terakhir. Dia sempat membawa ke bengkel terdekat. Karena merasakan tarikan gasnya tidak seperti biasanya. Performa motor pun turun.

    “Sudah beberapa hari ini merasakan tarikan enggak enak. Sudah servis sama ganti busi juga tapi sekarang malah brebet,” ucapnya.

    Marzuki pun curiga dengan kualitas BBM milik Pertamina. Terlebih, akhir-akhir ini juga viral dicampur dengan etanol. Untuk sementara waktu, ia tidak mau menggunakan BBM Pertalite pada kendaraan lainnya, terutama mobil.

    “Mobil saya isi Pertamax. Aman sih sejauh ini, enggak berani isi Pertalite, kalau rusak malah biayanya parah,” ujarnya.

  • Kelangkaan Solar di Pantura Lamongan Bikin Nelayan Kecil Tak Bisa Melaut Setiap Hari

    Kelangkaan Solar di Pantura Lamongan Bikin Nelayan Kecil Tak Bisa Melaut Setiap Hari

    Lamongan (beritajatim.com) – Kelangkaan solar bersubsidi yang melanda wilayah pesisir utara (Pantura) Lamongan sejak tiga bulan terakhir mulai berdampak serius pada nelayan kecil. Mereka yang biasanya melaut setiap hari kini terpaksa berdiam diri di darat karena sulit mendapatkan bahan bakar untuk kapal.

    “Hanya bisa melaut satu hari, lalu terpaksa libur dua hari karena kesulitan mendapatkan solar,” kata Iqbal, salah satu nelayan di wilayah Paciran, Selasa (28/10/2025).

    Kelangkaan ini terutama dirasakan oleh nelayan harian dengan kapal di bawah 5 gross ton (GT). Untuk mendapatkan solar, mereka harus menempuh jarak hingga 20 hingga 30 kilometer ke SPBU lain. Ironisnya, harga solar di lapangan juga tidak lagi sesuai dengan harga subsidi pemerintah, sehingga biaya operasional meningkat dan penghasilan nelayan menurun drastis.

    Kondisi ini mendorong Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Lamongan bersama Ikatan Keluarga Alumni Tarbiyatut Tholabah (IKA Tabah) Kranji Lamongan menggelar diskusi terbuka. Pertemuan yang dihadiri pelaku usaha perikanan, stakeholder, serta perwakilan nelayan ini membahas solusi darurat atas krisis bahan bakar tersebut.

    Wakil Penasehat KAHMI Lamongan, Muchlisin Amar, meminta agar para wakil rakyat segera turun tangan untuk mencari jalan keluar konkret. “Kami berharap dan memohon agar DPRD, DPR Provinsi, dan DPR RI menggunakan mata hatinya, pikiran sehatnya. Hadirlah di tengah-tengah masyarakat yang sedang kesulitan. Jangan pura-pura tidak tahu,” ujarnya.

    Muchlisin juga mendesak DPRD Lamongan untuk memanggil pihak-pihak terkait seperti Dinas Perikanan, Pertamina, dan SKK Migas. Menurutnya, koordinasi lintas lembaga dibutuhkan agar nelayan kecil tidak terus menjadi korban kelangkaan energi. “DPR harus lebih peduli, berpihak kepada wong cilik. Jangan diam,” tegasnya.

    Sementara itu, Ketua Umum Tarbiyatut Tholabah, Anas Thoha, menyatakan akan membawa persoalan ini ke tingkat nasional. Ia berkomitmen untuk berkonsultasi langsung dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Komisi VII DPR RI yang membidangi energi dan sumber daya mineral.

    “Solar, pertalite, dan gas adalah jantung penggerak ekonomi masyarakat. Jika ini dibiarkan, perekonomian nelayan akan terus menurun dan kesejahteraan mereka semakin terpuruk. Ini menyangkut pilar penting pembangunan ekonomi bangsa ke depan,” tutur Anas. [fak/beq]

  • Menanggapi Isu Dugaan Oplosan Pertalite di Tuban, Polisi Langsung Sidak di SPBU

    Menanggapi Isu Dugaan Oplosan Pertalite di Tuban, Polisi Langsung Sidak di SPBU

    Tuban (beritajatim.com) – Banyaknya aduan soal Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite yang diduga ada campuran air di Kabupaten Tuban, Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim Polres Tuban gerak cepat melakukan inspeksi mendadak di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di wilayah Kabupaten Tuban.

    Kanit Tipidter Iptu I Made Riandika Darsana mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut atas informasi dan keluhan masyarakat yang viral di media sosial mengenai dugaan adanya praktik pengoplosan BBM jenis pertalite.

    “Diduga sejumlah kendaraan milik masyarakat ngadat usai diisi bahan bakar jenis pertalite, sehingga hari ini kami melaksanakan inspeksi di sejumlah SPBU,” ujar I Made Riandika. Senin (27/10/2025).

    Lanjut, adanya isu yang berkembang di masyarakat terkait dengan pertalite yang bermasalah, hingga sore hari pihaknya telah melakukan inspeksi di dua SPBU yakni di SPBU Patung di Kelurahan Latsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban dan SPBU Dasin di Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu.

    “Rencananya kedepan nanti dilanjutkan pengecekan kembali ke sejumlah lokasi lain, sementara baru dua SPBU ini nanti mungkin akan berkembang,” terang Riandika sapanya.

    Dalam pengecekan ini, pihaknya mengajak kerja sama dengan Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan (Diskopumdag) Tuban, pengecekan dimulai dari melihat tangki penyimpanan, proses distribusi hingga melakukan pengambilan sampel BBM yang kemudian dilakukan pengecekan di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM).

    “Setelah pengambilan sampel, nanti akan kita cek di TBBM. Dari situ akan terlihat benang merahnya, apakah penyimpangan di SPBU atau di jalur pengiriman,” kata Riandika.

    Adapun hasil pengecekan akurasi dispenser yang ia lakukan untuk takaran BBM yang dikeluarkan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan dan tidak ditemukan adanya indikasi kecurangan pada alat ukur.

    “Untuk yang kita cek hari ini ya sesuai takaran dan sekilas warna dan baunya juga masih bagus, tapi tetap akan kita cek,” tegasnya.

    Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak resah dan khawatir karena dari Polres Tuban maupun Diskomundag selalu melakukan pemantauan terhadap pendistribusian BBM yang ada di kabupaten Tuban. “Tujuannya sebagai langkah preventif agar pelayanan kepada masyarakat tetap optimal serta menjaga ketersediaan BBM sesuai ketentuan pemerintah,” pungkasnya. [dya/ian]

  • Pertamina Pastikan Mutu BBM Pertalite di Tuban-Bojonegoro Aman

    Pertamina Pastikan Mutu BBM Pertalite di Tuban-Bojonegoro Aman

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) bergerak cepat menanggapi laporan masyarakat terkait dugaan kendala mesin kendaraan usai mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) wilayah Tuban dan Bojonegoro.

    Laporan yang diterima pada Sabtu (25/10/2025) menyebutkan adanya indikasi produk Pertalite yang diduga memicu gangguan pada mesin sepeda motor konsumen.

    Menanggapi keluhan tersebut, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi, memastikan bahwa seluruh proses distribusi BBM telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat. Setiap tahapan distribusi, termasuk pemeriksaan mutu produk melalui pengujian laboratorium, telah dilakukan sebelum disalurkan.

    “Prioritas utama kami adalah menjamin keamanan suplai serta mutu produk BBM yang diterima masyarakat sesuai dengan regulasi yang berlaku,” ujar Ahad dalam siaran persnya, Minggu (26/10/2025).

    Menurutnya, pengujian lab rutin menjadi bagian tak terpisahkan untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga dari terminal hingga ke tangan konsumen.

    Sebagai langkah verifikasi dan tindak lanjut, Pertamina Patra Niaga akan segera melakukan pemeriksaan laboratorium lanjutan terhadap sampel produk Pertalite yang berasal dari Fuel Terminal Tuban. Langkah ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan kesesuaian spesifikasi produk yang disalurkan.

    Selain melakukan pengecekan mutu, Pertamina juga menjamin bahwa pasokan BBM ke seluruh SPBU di wilayah tersebut tetap berjalan lancar dan tidak terganggu, sehingga kebutuhan energi masyarakat tetap terpenuhi.

    “Kami mengimbau masyarakat untuk menggunakan BBM secara bijak. Pertamina memastikan seluruh produk yang disalurkan telah melalui proses pengawasan ketat, mulai dari terminal pengirim hingga lembaga penyalur resmi, sebagai wujud komitmen kami dalam menghadirkan produk yang aman dan berkualitas bagi masyarakat,” tutup Ahad.

    Seorang montir menunjukkan busi yang menghitam karena pembakaran tidak normal.

    Masyarakat diimbau untuk menyampaikan setiap keluhan, laporan, atau masukan terkait produk dan layanan Pertamina melalui Pertamina Contact Center 135 agar dapat segera ditindaklanjuti sesuai prosedur yang berlaku.

    Diberitakan sebelumnya, puluhan pemilik sepeda motor di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban mengeluhkan kendaraannya mendadak bermasalah, mulai dari mesin tersendat (brebet), tarikan berat, hingga sulit dinyalakan (sulit distarter) dalam beberapa hari terakhir.

    Dugaan kuat, kerusakan ini dipicu oleh penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite yang diindikasi telah tercampur air atau etanol dengan kadar yang tidak wajar. Fenomena ini menjadi perhatian setelah sejumlah bengkel di Bojonegoro mengalami lonjakan jumlah motor dengan keluhan serupa.

    “Rata-rata motor yang datang ke sini mengeluh brebet dan susah hidup. Setelah dicek, businya hitam dan cepat kotor, ini adalah indikasi dari pembakaran yang tidak sempurna,” ujar salah seorang montir di bengkel seputaran kota, inisial S pada Sabtu (26/10/2025) yang telah menangani sekitar 45 motor dengan keluhan identik. [lus/but]