Tempat Fasum: SPBU

  • Jawaban Mengejutkan Shell soal Kabar Mau Tutup SPBU di RI

    Jawaban Mengejutkan Shell soal Kabar Mau Tutup SPBU di RI

    Jakarta

    Shell Indonesia angkat bicara usai berembus kabar perusahaan energi dan petrokimia global itu menutup seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Indonesia. Kabar hengkangnya Shell dari Indonesia ini terdengar oleh Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas).

    Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal menyebut telah mendengar desas-desus tersebut sejak beberapa minggu lalu. Moshe menilai kabar hengkangnya perusahaan raksasa migas yang berbadan hukum di Inggris ini tak lepas dari sulitnya bisnis penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. Menurut Moshe, pasar jaringan ritel penyaluran produk BBM di SPBU saat ini didominasi Pertamina.

    “Kalau dibilang pernah dengar nggak, ya pernah dengar ada kabar itu (Shell tutup). Jadi, sudah beberapa minggu yang lalu. Jadi, ini kan perkiraan saya, tapi memang bisnis BBM, apalagi distribusi BBM, SPBU itu sulit. Kenapa? Di Indonesia, karena memang sudah dimonopoli oleh Pertamina kan,” kata Moshe kepada detikcom, Minggu kemarin.

    Moshe menjelaskan perusahaan migas yang ingin menyalurkan produk BBM di Indonesia harus mempunyai nilai tambah lebih dibandingkan dengan produk Pertamina, seperti dari segi kualitas, performance-nya, hingga pelayanan. Namun, di sisi lain produk-produk Pertamina juga makin kompetitif.

    Moshe menilai Pertamina makin lebih baik dari segi kualitas produk hingga pelayanan. Hal inilah yang menjadi tantangan perusahaan migas di Indonesia.

    “Nah, di satu sisi kualitas BBM Pertamina ini kan semakin lama semakin baik juga. BBM untuk mereka bersaing itu akhirnya semakin ketat. Dan kita pengendara, masyarakat yang melihat, misalkan masyarakat yang pakai Pertamax, Pertamax Plus, dan sebagainya melihat tidak ada nilai tambah yang signifikan yang membuat mereka harus pakai Shell daripada pakai Pertamina. Itu yang jadi tantangannya, jadi lebih berat. Memang kualitas Pertamina dari sisi pelayanannya, dari sisi BBM semakin lama semakin baik, nah itu yang jadi sulit,” jelas Moshe.

    Shell Indonesia Buka Suara

    Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea membantah kabar tersebut. Susi menekankan kabar yang beredar merupakan tidak benar. Meski begitu, Susi tidak dapat memberikan komentar terkait spekulasi yang terjadi.

    “Shell Indonesia menginformasikan bahwa informasi yang beredar terkait rencana Shell untuk menutup seluruh SPBU di Indonesia adalah tidak benar. Kami tidak dapat berkomentar atas spekulasi yang terjadi di pasar,” kata Susi kepada detikcom.

    Pihaknya pun berkomitmen untuk tetap fokus pada kegiatan operasional SPBU untuk para pelanggannya. “Shell Indonesia tetap berfokus pada kegiatan operasi SPBU untuk para pelanggan kami,” jelas Susi.

    (kil/kil)

  • ESDM-Pertamina cek stok BBM serta LPG jelang Natal dan Tahun Baru

    ESDM-Pertamina cek stok BBM serta LPG jelang Natal dan Tahun Baru

    Kunjungan ini untuk memastikan kesiapan dan ketersediaan bahan bakar dan elpiji jelang Natal dan Tahun Baru

    Surabaya (ANTARA) – Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur, BPH Migas, serta Executive General Manager Region Jatimbalinus, PT. Pertamina (Persero) melakukan pengecekan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) serta LPG di Malang jelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.

    “Kunjungan ini untuk memastikan kesiapan dan ketersediaan bahan bakar dan elpiji jelang Natal dan Tahun Baru,” kata Kepala Bidang Energi Baru Terbarukan (EBT) Rendy Herdijanto dalam keterangan di Surabaya, Minggu.

    Rombongan tersebut memantau Agen LPG PT. Seulawah Inong dan Agen LPG PT. Sari Bumi Mulia Kota Malang. Selanjutnya SPBU Rest Area KM 84B dan SPBU Rest Area KM 66A Tol Surabaya-Malang.

    “Data hasil kunjungan lapangan, pasokan BBM di Jawa Timur khususnya area Malang dan sekitarnya dalam kondisi aman menjelang Natal Tahun 2024 dan Tahun Baru 2025,” katanya.

    Sebelumnya, ESDM Jatim menggelar FGD sinergitas ketahanan energi bersama Pertamina, BPH Migas, organisasi perangkat daerah (OPD) kabupaten/kota.

    Kepala Dinas ESDM Jatim Aris Mukiyono mengatakan FGD koordinasi ini untuk mewujudkan sinergitas antara pemerintah pusat, Pemprov Jatim, pemerintah kabupaten/kota dan pemangku kebijakan terkait dalam rangka mengoptimalkan peningkatan ketersediaan/ pasokan BBM dan LPG di wilayah setempat.

    Sehingga distribusi BBM dan LPG bersubsidi yang tepat sasaran memiliki peran penting dalam memperkuat ketahanan energi, terutama dalam jangka pendek hingga menengah.

    “Dengan memastikan bahwa subsidi BBM dan LPG, hanya dinikmati oleh kelompok yang benar-benar membutuhkan, seperti masyarakat berpenghasilan rendah dan sektor-sektor produktif tertentu, negara dapat mengurangi pemborosan energi, mengoptimalkan anggaran energi, serta mendorong pola konsumsi energi yang lebih bijak dan berkelanjutan,” kata Aries.

    Pewarta: Willi Irawan
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2024

  • Respons Shell Terkait Kabar Tutup Seluruh SPBU di Indonesia – Page 3

    Respons Shell Terkait Kabar Tutup Seluruh SPBU di Indonesia – Page 3

    Sebelumnya, Shell Indonesia resmi mengumumkan rencana pembangunan pabrik manufaktur gemuk atau grease manufacturing pertamanya di Indonesia. Fasilitas ini, akan melengkapi pabrik pelumas atau Lubricants Oil Blending Plant (LOBP) Shell yang berada di Marunda, Bekasi, Jawa Barat.

    Setelah pembangunan selesai, pabrik baru milik Shell di Indonesia ini akan memiliki kapasitas produksi hingga 12 juta liter gemuk (grease) per tahun.

    Hal ini akan membantu memenuhi permintaan produk gemuk (grease) premium yang terus meningkat di Indonesia. Pabrik gemuk ini juga akan menerapkan penggunaan teknologi mutakhir, termasuk contact reactor, untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi produksi.

    Jason Wong, Global Executive Vice President Shell Lubricants, mengatakan, kesuksesan Shell selalu dibangun atas kemampuan pihaknya untuk memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan pelanggan yang terus berubah.

    “Investasi Shell di Indonesia menegaskan komitmen kami untuk menjadikan kebutuhan pelanggan sebagai fokus utama bisnis,” jelas jason, dalam keterangan resmi, Selasa (5/3/2024).

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat semakin menekankan pentingnya produk pelumas, termasuk gemuk (grease), untuk mendukung perkembangan berbagai sektor industri. Dengan menjamin pasokan yang konsisten, efisien, dan berkelanjutan bagi para pelanggan.

    “Proyek ini memastikan bahwa kami akan selalu ada untuk para pelanggan di masa yang akan datang,” tambah Jason.

     

     

  • Shell Indonesia Tutup Semua SPBU? Manajemen Bantah Begini

    Shell Indonesia Tutup Semua SPBU? Manajemen Bantah Begini

    Bisnis.com, JAKARTA — Shell Indonesia menyebut bahwa informasi bahwa perusahaan menutup semua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Tanah Air sebagai kabar tidak benar.

    Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea menyatakan perusahaan masih berfokus pada kegiatan operasi SPBU.

    “Shell Indonesia menginformasikan bahwa informasi yang beredar terkait rencana Shell untuk menutup seluruh SPBU di Indonesia adalah tidak benar,” kata Susi seperti dilansir Antara, Minggu (24/11/2024).

    Saat ini, Shell terpantau mengoperasikan lebih dari 170 SPBU di Indonesia. Akan tetapi, saat dikonfirmasi awal mula rumor bahwa Shell Indonesia akan menutup SPBU nya, ia enggan menyampaikan informasi lebih lanjut.

    “Kami tidak dapat berkomentar atas spekulasi yang terjadi di pasar. Shell Indonesia tetap berfokus pada kegiatan operasi SPBU untuk para pelanggan kami,” ujarnya.

    Kabar Shell akan menutup SPBU di Indonesia muncul dan dikaitkan dengan kondisi bisnis penyaluran ritel bahan bakar minyak di Indonesia.

    Kabar itu ditambah dengan informasi bahwa emiten petrokimia besutan Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) akan merampungkan akuisisi kilang minyak Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP) pada awal tahun depan.

    Shell sendiri saat ini memiliki satu pabrik pelumas di Marunda, Jakarta, untuk mendukung bisnis hilirnya dan juga satu terminal penyimpanan bahan bakar di Gresik, Jawa Timur.

  • Pertamina uji tera BBM SPBU di Jambi

    Pertamina uji tera BBM SPBU di Jambi

    Kegiatan ini dilakukan memberi rasa percaya dan nyaman kepada masyarakat dalam bertransaksi BBM di SPBU Pertamina,

    Jambi (ANTARA) – Pertamina melakukan uji tera bahan bakar minyak (BBM) di SPBU yang ada di Provinsi Jambi dalam rangka pengawasan dan memastikan kualitas produk.

    Sales Area Manager Pertamina Patra Niaga Wilayah Jambi Misbah Bukhori dalam keterangan resmi di Jambi, Minggu, mengatakan, uji tera dilakukan dengan menggunakan bejana ukuran dan dilakukan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan dalam pelaksanaan uji tera tersebut.

    “Selain uji tera, dilakukan juga pengecekan kualitas BBM secara visual dan uji Density,” katanya.

    Misbah menegaskan, pengujian dilakukan untuk memastikan serta menjamin kuantitas dan kualitas BBM terbaik di SPBU sesuai dengan ketentuan (on-spec secara takaran dan properties BBM) hingga tersalurkan kepada konsumen akhir.

    Dia menegaskan bahwa Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel terus berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh konsumen.

    Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel Tjahyo Nikho Indrawan menjelaskan bahwa uji tera dilakukan untuk memastikan takaran yang keluar dari dispenser sesuai dengan jumlah yang dibeli, sedangkan uji density adalah uji untuk mengetahui kualitas BBM dilihat dari tingkat kerapatan massa BBM sesuai dengan standar produk BBM Pertamina.

    “Kegiatan ini dilakukan memberi rasa percaya dan nyaman kepada masyarakat dalam bertransaksi BBM di SPBU Pertamina,” kata Nikho.

    Pertamina Patra Niaga memiliki beberapa Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk menjaga kualitas dan kuantitas produk BBM yang dijual di seluruh SPBU agar produk diterima oleh konsumen dengan kualitas yang sama.

    Salah satu SOP untuk menjaga kuantitas adalah setiap pompa dispenser SPBU wajib dilakukan tera ulang alat ukur di pompa dispenser SPBU yang dilakukan oleh Unit Metrologi Disperindag (Dinas Perdagangan) secara berkala agar hak konsumen terlindungi dan memperoleh jumlah liter BBM sesuai dengan yang dibayar.

    Pertamina Patra Niaga pun mengimbau jika masyarakat menemukan bukti kecurangan atau keluhan terkait produk dan layanan maka dapat menghubungi Pertamina Call Centre.

    Pewarta: Tuyani
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2024

  • Soal Kabar Akan Tutup Seluruh SPBU di Indonesia, Shell Buka Suara

    Soal Kabar Akan Tutup Seluruh SPBU di Indonesia, Shell Buka Suara

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar perusahaan migas asal Belanda dan Inggris, Shell Indonesia akan menutup seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Indonesia ramai di media akhir-akhir ini. Namun, Shell Indonesia membantah isu tersebut. 

    “Shell Indonesia menginformasikan bahwa informasi yang beredar terkait rencana Shell untuk menutup seluruh SPBU di Indonesia adalah tidak benar,” kata Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea saat dihubungi Antara di Jakarta, Minggu (24/11/2024).

    Berdasarkan data di laman resmi Shell, perusahaan migas yang bergerak di bisnis hulu dan hilir itu memiliki jaringan lebih dari 170 SPBU di Indonesia. Meski demikian, Shell tidak mau berkomentar lebih jauh mengenai spekulasi yang terjadi di pasar.

    “Kami tidak dapat berkomentar atas spekulasi yang terjadi di pasar. Shell Indonesia tetap fokus pada kegiatan operasi SPBU untuk para pelanggan kami,” ujarnya.

    Hal tersebut disampaikan Shell Indonesia menanggapi sejumlah pemberitaan yang beredar soal Shell akan tutup seluruh SPBU di Indonesia, akhir-akhir ini. Kabar Shell akan menutup SPBU di Indonesia muncul dan dikaitkan dengan kondisi bisnis penyaluran ritel bahan bakar minyak di Indonesia.

    Shell saat ini memiliki satu pabrik pelumas di Marunda, Jakarta, untuk mendukung bisnis hilirnya dan satu terminal penyimpanan bahan bakar di Gresik, Jawa Timur.

    Sebelum beredar kabar Shell akan tutup SPBU di seluruh Indonesia, Shell Indonesia memutuskan menutup operasional SPBU di Sumatera Utara pada 2024. Terhitung  1 Juni 2024, sembilan SPBU Shell di Sumatera Utara dihentikan operasionalnya.

    Susi Hutapea pernah menjelaskan, kebijakan untuk menutup sembilan SPBU di Sumatera Utara ini sejalan dengan strategi Shell secara global. Khususnya, untuk menciptakan nilai lebih dengan emisi yang lebih rendah. 

  • Respons Shell Terkait Kabar Tutup Seluruh SPBU di Indonesia – Page 3

    Shell Dikabarkan Tutup Semua SPBU di Indonesia, Kalah Saing dari Pertamina? – Page 3

    Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin (Unhas), Abdul Hamid Paddu, mengungkapkan bahwa Pertamina harus menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi jenis Pertamax. Ia menyebut bahwa hal itu dilakukan agar Pertamina tidak mengalami kerugian.

    “Dalam kondisi harga minyak berfluktuasi serta nilai tukar mata uang yang tertekan seperti sekarang, mau tidak mau Pertamina harus menyesuaikan harga Pertamax agar tidak merugi,” ungkap Hamid.

    Selain menjalankan amanat negara selaku BUMN, Hamid menyampaikan, Pertamina sebagai sebuah perusahaan juga memiliki kewajiban mendapatkan keuntungan dan menjaga agar keuangannya tetap stabil.

    “Pertamina harus menyelamatkan juga korporasinya untuk negara. Kalau (Pertamax) tidak dinaikkan, bisa berdampak serius pada keuangan BUMN tersebut,” ujarnya.

    Hamid mengatakan, pengelolaan BBM non subsidi seperti Pertamax, menjadi kewenangan Pertamina, karena Pertamax mengacu kepada harga pasar.

    Hamid menegaskan, jika Pertamina terus menahan harga Pertamax, tentu akan berdampak langsung kepada perusahaan.

    Oleh karena itu, menurut Hamid, harga BBM non subsidi jenis Pertamax harus dinaikkan sesuai mekanisme pasar.

    Hamid mengaku yakin, kalaupun Pertamina menaikkan Pertamax, tentu harga yang ditetapkan masih kompetitif sesuai dengan hasil penghitungan biayanya.

    “Pertamina tidak mungkin menaikkan harga semaunya,” katanya.

  • SPBU Shell Dikabarkan Mau Tutup, Begini Kondisi Bisnis BBM di RI

    SPBU Shell Dikabarkan Mau Tutup, Begini Kondisi Bisnis BBM di RI

    Jakarta

    Kabar rencana penutupan seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) datang dari Shell Indonesia. Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) membeberkan kondisi bisnis jaringan ritel penyaluran produk atau SPBU di Indonesia.

    Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal menilai persaingan bisnis jaringan ritel penyaluran produk BBM ini tidak lepas dari pangsa pasar yang didominasi oleh Pertamina. Apalagi Pertamina, sebagai salah satu badan usaha yang harus menyalurkan jenis BBM Subsidi. Hal inilah yang membuat pesaing bisnisnya cukup sulit bersaing.

    “Dengan adanya Pertamina, pemerintah mungkin lebih mudah mengontrol itu. BBM Subsid dibandingkan misalkan dengan perusahaan asing, karena kontrolnya nggak ada. Tapi kalau dengan Pertamina mungkin lebih, karena miliki pemerintah juga lebih mudah mengontrolnya. Jadi, Pertamina akan selalu mendapatkan upper hand, benefit yang lebih dibandingkan pemain-pemain yang lain. Itu membuat pemain-pemain lain akan sulit bertanding karena mereka harus punya nilai tambah,” kata Moshe kepada detikcom, Minggu (24/11/2024).

    Moshe menegaskan para pesaing ini harus membuat nilai tambah produk yang signifikan dan berdampak langsung pada konsumen. Sebab, apabila tidak mampu, konsumen tetap memilih Pertamina. Apalagi saat ini kualitas Pertamina semakin lebih baik, dari segi produk maupun pelayanannya.

    “Nilai tambahnya harus dilihat dari konsumen sebagai nilai tambah yang signifikan untuk konsumen bisa lebih baik saya pakai brand ini daripada Pertamina. Kalau nilai tambahnya itu tidak ada atau insignifikan, misal cuma karena dia ada di lokasi tertentu. Itu akan sulit. Kenapa? Karena Pertamina sudah di mana-mana dari sisi geografisnya penetrasi pasar Pertamina sudah luar biasa. Jadi sudah sulit orang-orang mau bersaingnya seperti apa,” terang Moshe.

    Sementara itu, Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman menilai bisnis penyaluran BBM di Indonesia masih cukup menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan kendaraan motor yang masih cukup tinggi.

    “Kalau berdasar kondisi saat ini dimana pertumb kendaraan bermotor masih cukup tinggi, ketergantungan kita pada bbm akan tetap tinggi,” kata Saleh kepada detikcom.

    Menurutnya, penjualan mobil dan motor semakin meningkat. Seiring dengan hal itu, Saleh menilai kebutuhan BBM juga tetap naik.

    “Tiap tahun penjualan mobil dan motor naik, daya beli juga membaik, jadi kebutuhan BBM juga akan naik. Mungkin pertumbuhannya bisa terkoreksi jika penjualan mobil motor listrik meningkat dan penggunaan transportasi publik meningkat pesat,” jelas dia.

    (rrd/rrd)

  • SPBU Shell Dikabarkan Mau Hengkang dari RI, Kenapa?

    SPBU Shell Dikabarkan Mau Hengkang dari RI, Kenapa?

    Jakarta

    Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) mendengar kabar soal rencana Shell Indonesia yang disebut ingin menutup seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Indonesia. Ketua Komite Investasi Moshe Rizal menyampaikan telah mendengar desas-desus tersebut sejak beberapa minggu lalu.

    Moshe menilai kabar hengkangnya perusahaan raksasa migas yang berbadan hukum di Inggris ini tak lepas dari sulitnya bisnis penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. Menurut Moshe, pasar jaringan ritel penyaluran produk BBM di SPBU saat ini didominasi oleh Pertamina.

    “Kalau dibilang pernah dengar nggak, ya pernah dengar ada kabar itu (Shell tutup). Jadi, sudah beberapa minggu yang lalu. Jadi, ini kan perkiraan saya, tapi memang bisnis BBM, apalagi distribusi BBM, SPBU itu sulit. Kenapa? Di Indonesia, karena memang sudah dimonopoli oleh Pertamina kan,” kata Moshe kepada detikcom, Minggu (24/11/2024).

    Moshe menjelaskan perusahaan migas yang ingin menyalurkan produk BBM di Indonesia harus mempunyai nilai tambah lebih dibandingkan dengan produk Pertamina, seperti dari segi kualitas, performance-nya, hingga pelayanan. Namun, di sisi lain produk-produk Pertamina semakin lebih kompetitif.

    Moshe menilai Pertamina semakin lebih baik dari segi kualitas produk hingga pelayanan. Hal inilah yang semakin menjadi tantangan perusahaan migas di Indonesia.

    “Nah, di satu sisi kualitas BBM Pertamina ini kan semakin lama semakin baik juga. BBM untuk mereka bersaing itu akhirnya semakin ketat. Dan kita pengendara, masyarakat yang melihat, misalkan masyarakat yang pakai Pertamax, Pertamax Plus, dan sebagainya melihat tidak ada nilai tambah yang signifikan yang membuat mereka harus pakai Shell daripada pakai Pertamina. Itu yang jadi tantangannya jadi lebih berat. Memang kualitas Pertamina dari sisi pelayanannya, dari sisi BBM semakin lama semakin baik, nah itu yang jadi sulit,” jelas Moshe.

    Moshe menegaskan alasan penutupan SPBU milik perusahaan migas asing tidak bisa disamaratakan. Sebab, dia menilai masih melihat SPBU-SPBU milik asing masih dapat beroperasi.

    Dia berpendapat Shell Indonesia bisa saja tidak melihat adanya pertumbuhan dan profitabilitas dari bisnis SPBU di Indonesia. Untuk itu, memilih menutup semua SPBU.

    “Kalau dia melihat ke depannya, oh ini kayaknya pertumbuhannya kurang. Ya ngapain mereka spend energi dan waktu dan kapital hanya untuk istilahnya melanjutkan bisnis yang pertumbuhannya mungkin kurang. Yang dianggap mereka kurang menarik. Mereka punya kriteria sendiri. Perusahaan lain mungkin masih menarik, makanya yang lain masih ada, masih eksis. Tapi bagi Shell mungkin ini kurang karena ada portfolio mereka atau aset bisnis mereka yang jauh lebih menarik. Mereka fokusnya ke sana. Jadi itu prioritas dari perusahaan, seperti apa,” terang Moshe.

    (rrd/rrd)

  • Pertamina Patra Niaga Uji Pemakaian Bioethanol E10 bersama Toyota dan TRAC – Page 3

    Pertamina Patra Niaga Uji Pemakaian Bioethanol E10 bersama Toyota dan TRAC – Page 3

    Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi Santoso menjelaskan bahwa untuk kebutuhan use case tersebut, Tangki Bioethaol E10 akan ditempatkan pada pool kendaraan TRAC Wonosari, Surabaya. 

    “Supply point Bioethanol E10 ini dari Fuel Terminal Surabaya dikirim ke lokasi pool TRSC yang sudah disiapkan tangki BBM disana, sehingga pengisian BBM E10 ini bukan dilakukan di SPBU tetapi di lakukan di pool TRAC tersebut,” ungkap Harsono Budi.

    Ditemui di lokasi penandatangan kerjasama, Vice President Director PT. Toyota-Astra Motor, Henry Tanoto menyampaikan bahwa Toyota mempelajari penggunaan bioethanol dengan melakukan pengambilan sample data seperti dyno test, carbon deposit quantity, dan uji emisi. 

    “Usaha mencapai netralitas karbon tidak dapat Toyota lakukan sendiri, tapi butuh kerjasama dengan key stake holder. Kolaborasi kali ini dengan Pertamina Patra Niaga serta SERA, kami lakukan untuk mempelajari penggunaan campuran bahan bakar alternatif yaitu bioethanol E10 dalam mobilitas sehari-hari customer Indonesia khususnya di Jawa Timur,” terang Henry.

    Senada, Presiden Direktur PT Serasi Autoraya (TRAC) juga menyampaikan kebutuhan penyediaan bahan bakar yang dapat mengurangi emisi karbon.

    “TRAC selalu berkomitmen untuk menjalankan bisnis transportasi yang ramah lingkungan. Kolaborasi ini merupakan salah satu wujud nyata usaha TRAC dalam menekan emisi karbon dengan uji coba pemanfaatan sumber energi yang lebih bersih dalam operasional kendaraan kami. Harapannya inisiatif ini dapat membantu kami dalam menyediakan transportasi yang lebih hijau serta untuk mencapai tujuan sustainability perusahaan,” ungkap Mohammad Farauk.

    Pertamina Patra Niaga terus berkomitmen menyediakan solusi energi bersih yang dapat diterapkan di berbagai sektor, dengan kolaborasi seperti ini diharapkan dapat mempercepat peralihan sistem transportasi hijau untuk mencapai target Indonesia Net Zero Emission 2060.