Tempat Fasum: SPBU

  • Shell Bersiap Balik ke Hulu Migas RI, Bisnis SPBU Ikut Terpompa?

    Shell Bersiap Balik ke Hulu Migas RI, Bisnis SPBU Ikut Terpompa?

    Bisnis.com, JAKARTA – Shell Plc kembali melirik peluang investasi di sektor hulu migas Indonesia setelah sempat hengkang beberapa tahun lalu. Raksasa migas asal Inggris itu tengah mengkaji prospek di sejumlah wilayah.

    Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto memberi bocoran bahwa Shell akan melakukan studi bersama atau joint study di lima prospek migas, baik di darat (onshore) maupun lepas pantai (offshore), dengan Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (Kufpec).

    Kelima prospek tersebut tersebar di wilayah Sulawesi Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

    “Dua wilayah onshore, offshore Sulawesi Barat. Tiga wilayah offshore, Bali dan NTB,” ucap Djoko di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (12/11/2025).

    Djoko mengatakan bahwa Shell dan Kufpec melakukan joint study bersama dengan porsi 50:50. Proposal joint study tersebut diajukan kepada Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

    Dia menambahkan bahwa saat ini Ditjen Migas sedang mengevaluasi kepastian blok migas yang diminati Shell untuk dieksplorasi.

    Kabar kembalinya Shell ke sektor hulu migas RI telah berhembus sejak awal 2025. Kala itu, Shell disebut tengah menjajaki peluang di lapangan eksis, yang berarti perusahaan tersebut akan berinvestasi di wilayah kerja yang saat ini juga dikelola kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lain. 

    Sebelumnya, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, & Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus menuturkan, Shell tertarik kembali ke sektor hulu migas Indonesia karena banyak temuan lapangan baru, terutama di area lepas pantai dan laut dalam (deepwater). Menurutnya, temuan tersebut relevan dengan kompetensi Shell, yakni pengeboran minyak lepas pantai dan laut dalam.

    “Dengan temuan semua yang ada, kami sangat berharap nanti di bulan November kami ajak lagi Shell untuk benar-benar hadir di Indonesia,” ucap Rikky dalam acara Bisnis Indonesia Forum, Kamis (9/10/2025).

    Dia menambahkan, Shell sempat ragu untuk kembali masuk ke sektor hulu migas RI. Namun, pihaknya berhasil meyakinkan perusahaan asal Eropa itu.

    Menurut Rikky, Shell akan kembali karena prospek migas di Tanah Air memiliki daya tawar yang cukup baik.

    “Kita punya daya tawar yang cukup baik. Kita akan tetap bertemu, dan jadi Shell kan juga banyak entitasnya, jadi ini tone positif bagi rekan-rekan,” ujarnya.

    Adapun, Shell sebelumnya memutuskan untuk hengkang dari salah satu megaproyek migas Tanah Air, Blok Masela. Pada 2023, 35% hak partisipasi Shell di Blok Masela resmi diambil alih oleh Pertamina dan Petronas.

    Niat Shell hengkang mengemuka sejak 2019 dan menyebabkan pengembangan Blok Masela tersendat. Shell menilai bahwa investasi di negara lain lebih menguntungkan sehingga prioritas pada proyek Lapangan Abadi Blok Masela ditinggalkan. Imbasnya, Inpex harus mencari mitra baru untuk menggarap blok tersebut. Proses divestasi Shell juga berlarut-larut hingga 4 tahun lamanya.

    Bisnis SPBU

    Sementara itu, di bisnis hilir, Shell memilih untuk melepaskan bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) miliknya di Indonesia.

    PT Shell Indonesia, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Shell Plc, bakal melepas bisnis SPBU ke perusahaan patungan baru (joint venture) antara Citadel Pacific Limited dan Sefas Group mulai 2026.

    Shell pun memastikan proses pengalihan kepemilikan SPBU yang tengah berjalan saat ini bukan disebabkan kondisi kelangkaan BBM yang terjadi sejak akhir Agustus 2025.

    Untuk diketahui, SPBU Shell tengah mengalami kekosongan stok BBM lantaran kuota impor mereka untuk tahun ini telah habis. 

    Berdasarkan catatan Bisnis, kuota impor BBM untuk Shell pada 2025 mencapai 329.704 kiloliter (kl) untuk RON 92, 119.601 kl untuk RON 95, dan 38.674 kl untuk RON 98.

    Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea menjelaskan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah dan mengantisipasi hasil positif dalam proses pengalihan kepemilikan bisnis SPBU Shell di Indonesia. Menurutnya, semua pihak tetap berkomitmen dengan kesepakatan awal.

    “Tidak terdapat dampak pada proses pengalihan kepemilikan bisnis SPBU Shell di Indonesia. Semua pihak tetap berkomitmen pada kesepakatan tersebut,” kata Susi kepada Bisnis, Minggu (28/9/2025).

    Dia menuturkan, pengalihan kepemilikan bisnis SPBU Shell di Indonesia tunduk pada penerimaan persetujuan peraturan dan diharapkan selesai pada tahun 2026.

    Adapun, proses pengalihan kepemilikan bisnis SPBU Shell diharapkan selesai pada 2026. Setelah itu, nantinya merek Shell akan tetap berada di Indonesia melalui perjanjian lisensi merek.

    “Produk BBM akan dipasok melalui Shell dan pelanggan akan terus memiliki akses untuk menggunakan produk BBM berkualitas tinggi,” kata Susi.

    Langkah Shell melepas bisnis SPBU ke Citadel dan Sefas telah diumumkan sejak Mei 2025 lalu. Pengalihan kepemilikan merupakan bagian dari strategi Shell untuk transformasi portofolio dan sejalan dengan komitmen Capital Markets Day Shell.  

    Untuk diketahui, bisnis SPBU Shell di Indonesia mencakup jaringan SPBU Shell dan kegiatan pasokan serta distribusi BBM. Saat ini Shell memiliki sekitar 200 lokasi SPBU di Indonesia di mana lebih dari 160 di antaranya dimiliki perusahaan dan terminal BBM di Gresik, Jawa Timur. 

    Pemilik baru Shell yakni Citadel Pacific adalah perusahaan yang mapan dan terdiversifikasi dengan kegiatan operasional di seluruh Asia-Pasifik. Citadel merupakan pemegang lisensi merek Shell di Guam, Saipan, Republik Palau, Makau, dan Hong Kong. 

    Sementara itu, Sefas Group adalah distributor pelumas Shell terbesar di Indonesia.

    Meski demikian, Shell tak sepenuhnya melepas bisnis hilirnya di Indonesia. Shell tetap melihat Indonesia menjadi pasar pertumbuhan utama untuk bisnis pelumas Shell. Shell memiliki dan mengoperasikan pabrik pelumas dengan kapasitas mencapai 300 juta liter per tahun.

    Bahkan, saat ini sedang membangun pabrik manufaktur gemuk di Marunda yang akan memiliki kapasitas 12 kiloton per tahun. 

    Pada 2022, Shell mengakuisisi EcoOils yang memiliki dua fasilitas pengolahan di Indonesia. Akuisisi EcoOils ini menambah portofolio bisnis bahan bakar rendah karbon Shell di kawasan tersebut.

  • KPK Sita Dokumen Negosiasi Terkait Kasus Digitalisasi SPBU Pertamina

    KPK Sita Dokumen Negosiasi Terkait Kasus Digitalisasi SPBU Pertamina

    Bisnis.com, JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa Direktur PT Pasifik Cipta Solusi periode 2018-2024 berinisial RJS terkait dugaan korupsi pengadaan digitalisasi SPBU PT Pertamina (Persero) periode 2018 – 2023.

    RJS diperiksa pada hari ini, Rabu (12/11/2025) di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan. RJS dimintai keterangan terkait perkara tersebut dan penyidik KPK melakukan penyitaan dokumen negosiasi pengadaan electronic data capture (EDC).

    “Hari ini Penyidik melakukan pemeriksaan dan penyitaan dokumen terkait proses klarifikasi negosiasi pengadaan EDC dari saksi RJS,” kata Juru Bicara KPK Budi Prasetyo dalam keterangan tertulis, Rabu (12/11/2025).

    Pasalnya, KPK menduga ada 23 ribu mesin EDC yang diduga dikorupsi dalam proyek ini. KPK juga bekerja sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melakukan sampling pengecekan mesin EDC di sejumlah SPBU yang tersebar di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Banten.

    Kerja sama dengan BPK sekaligus bertujuan untuk menghitung kerugian negara dari perkara tersebut guna kebutuhan aset recovery. 

    Sekadar informasi, kasus yang menyeret perusahaan pelat merah itu naik ke tahap penyidikan pada 20 Januari 2025.

    Pada 31 Januari 2025, KPK telah menetapkan 3 tersangka dalam perkara ini. Namun identitas para tersangka belum diumumkan.

    Pengungkapan salah satu tersangka baru diumumkan pada 6 Oktober 2025, yakni Elvizar (EL) merupakan Direktur PT Pasifik Cipta Solusi (PCS) saat kasus digitalisasi SPBU, dan Direktur Utama PCS di kasus mesin EDC.

    Dia juga tersangka di kasus pengadaan mesin electronic data capture di PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI (Persero).

  • ESDM Beri Sinyal BP-AKR Bakal Beli 300.000 Base Fuel dari Pertamina

    ESDM Beri Sinyal BP-AKR Bakal Beli 300.000 Base Fuel dari Pertamina

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberi sinyal SPBU BP-AKR milik PT Aneka Petroindo Raya (APR) bakal menambah pembelian base fuel sebanyak 100.000 barel dari Pertamina Patra Niaga.

    Dengan begitu, secara total BP-AKR bakal membeli 300.000 barel base fuel dari perusahaan pelat merah tersebut.

    Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman memerinci, BP-AKR sebelumnya telah membeli 100.000 barel base fuel dari Pertamina Patra Niaga. Kemudian, BP-AKR telah memesan tambahan 100.000 barel lagi yang akan tiba pada bulan ini.

    “BP-AKR kemarin sudah dua kali pesan 100.000 [atau] 2 kargo. Dan kita dengar-dengar akan ada lagi kargo ketiga [100.000 barel],” ucap Laode di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (12/11/2025).

    Kendati demikian, Laode belum bisa memerinci kapan kargo ketiga untuk BP-AKR tersebut dikirim. Menurutnya, hal ini masih indikasi imbas tingginya pesanan BBM BP-AKR di lapangan. “Ini kan baru indikasi. Indikasi yang bagus kan?” katanya.

    Lebih lanjut, Laode mengaku belum mengetahui nasib Shell dan Vivo terkait negosiasi pembelian base fuel dari Pertamina Patra Niaga. Dia menyebut, negosiasi masih dilakukan secara business to business (B2B).

    Oleh karena itu, pihaknya tidak bisa ikut campur tangan. Laode pun mengaku belum tahu kendala ataupun alasan Shell dan Vivo belum mau membeli base fuel dari Pertamina Patra Niaga.

    “Kalau mau tanya kendala, lebih pas kepada yang B2B-nya. Kita nggak tahu, karena ada yang berhasil dan ada yang masih membahas. Kalau yang berhasil kan mereka berarti membuktikan sudah tidak ada kendala,” jelasnya.

    Sebelumnya, BP-AKR mengumumkan BBM jenis BP 92 kini telah kembali tersedia di seluruh jaringan SPBU BP di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat, serta secara bertahap akan tersedia di Jawa Timur.  

    Ketersediaan kembali produk ini berasal dari pengadaan base fuel RON 92 hasil impor melalui mekanisme B2B dengan PT Pertamina Patra Niaga sesuai arahan pemerintah.  

    Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura mengatakan, kerja sama ini terlaksana setelah seluruh aspek tata kelola yang mencakup kepatuhan (compliance), kesesuaian spesifikasi dan standar kualitas, serta aspek komersial telah terpenuhi.

    Menurutnya, atas dukungan dari Kementerian ESDM, dan dilakukan melalui proses kolaboratif dengan PT Pertamina Patra Niaga, maka pengadaan base fuel impor dapat terlaksana dengan baik dan normalisasi pasokan bagi masyarakat terwujud.  

    “BP-AKR kembali menghadirkan bahan bakar berkualitas BP 92 dengan teknologi ACTIVE untuk memenuhi kebutuhan dan mendukung mobilitas masyarakat. Prioritas kami jelas, BP 92 kembali tersedia dan kualitas produk yang dihadirkan konsisten terjaga. Fokus mutu ini bagian dari komitmen jangka panjang kami membangun layanan energi yang terpercaya di Indonesia,” ucap Vanda melalui keterangan resmi, beberapa waktu lalu.

    BP-AKR menegaskan bahwa pasokan base fuel telah melalui uji kualitas dengan pengawasan surveyor independen yang terpercaya, untuk memastikan pasokan yang diterima telah sesuai dengan spesifikasi dan standar kualitas pemerintah Indonesia serta BP internasional.  

    Vanda mengatakan, semua tahapan ini dilakukan sebagai salah satu wujud komitmen BP-AKR dalam menjamin konsistensi mutu produk dan kenyamanan pelanggan.

    Dia menegaskan bahwa pengadaan base fuel impor melalui mekanisme yang ditetapkan oleh pemerintah, merupakan solusi sementara kesinambungan usaha yang diambil oleh BP-AKR secara hati-hati, terukur, dan bertanggung jawab.  

    Hal ini guna menjaga kelancaran pasokan bahan bakar di lapangan dan memastikan seluruh mitra operasional di jaringan SPBU bp dapat terus melayani masyarakat.

  • BP Sudah Mau Tambah Lagi, Kenapa Shell Belum Beli Base Fuel dari Pertamina?

    BP Sudah Mau Tambah Lagi, Kenapa Shell Belum Beli Base Fuel dari Pertamina?

    Jakarta

    Stok bahan bakar minyak jenis RON 92 dari di Shell masih kosong. Apa alasan badan usaha penyalur BBM swasta itu belum membeli base fuel dari Pertamina Patra Niaga?

    President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian mengatakan negoisasi yang berlangsung belum mencapai kesepakatan business-to-business (B2B) dengan Pertamina Patra Niaga terkait aspek komersial pasokan BBM impor. Akan tetapi, Inggrid mengatakan hingga kini pihaknya masih melakukan negosiasi dengan Pertamina Patra Niaga.

    “Shell Indonesia ingin menginformasikan bahwa saat ini belum mencapai kesepakatan business-to-business (B2B) terkait aspek komersial untuk pasokan base fuel dari Pertamina Patra Niaga,” katanya saat dihubungi detikcom, Selasa (11/11/2025).

    ⁠Saat ini, jaringan SPBU Shell tetap melayani para pelanggan dengan produk BBM Shell V-Power Diesel serta produk dan layanan lainnya, termasuk Shell Select, Shell Recharge, bengkel, dan pelumas Shell.

    Inggrid menyampaikan pihaknya terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan produk BBM di jaringan SPBU Shell Indonesia kembali tersedia sesuai dengan standar keselamatan operasional, prosedur dan pedoman pengadaan BBM, serta standar bahan bakar berkualitas tinggi Shell secara global.

    Dengan masih belum adanya BBM yang dijual di SPBU, Shell Indonesia meminta maaf kepada pelanggan. “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi,” katanya.

    Badan usaha penyalur BBM swasta yang sudah melakukan pembelian adalah BP-AKR. Sehingga stok BBM yang dijual ke pasaran kembali pulih.

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu dua pekan, BP AKR kembali memesan 100 ribu barel bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina Patra Niaga.

    “BP AKR 2 minggu lagi ada pesan lagi satu kargo 100 ribu (barel), di minggu ketiga November,” ucap Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman dikutip Antara.

    Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri merespons kabar rencana PT Aneka Petroindo Raya (APR) selaku operator SPBU BP-AKR yang ingin menambah pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) murni atau base fuel dari PT Pertamina Patra Niaga sebanyak 100 ribu barel.

    Ia mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu perkembangan negosiasi antara Pertamina Patra Niaga dengan PT APR. Karenanya Simon juga belum bisa memberikan kepastian terkait rencana pembelian base fuel ini.

    “Ya mungkin, kita lihat perkembangannya,” kata Simon saat ditemui wartawan di Kantor Kementerian ESDM, Senin (10/11/2025).

    Laode mengatakan, saat ini VIVO tengah melakukan negosiasi kembali dengan Pertamina Patra Niaga untuk membeli BBM.

    “Sebenarnya VIVO itu kan sudah dulu harusnya. Tapi mundur. Alasannya belum tahu. Sekarang nego lagi, kita tunggu aja,” katanya saat ditemui di Komplek DPR RI, Jakarta, Senin (10/11).

    Laode pun berharap VIVO untuk segera menyelesaikan negosiasi dan melakukan pemesanan BBM.

    “Karena kan BP-AKR aja sudah dua kargo, masa yang lain nggak pesen, nanti apa Itu bisa menyebabkan prognosa dia sampai akhir tahun turun, karena dia nggak mengkonsumsi apa-apa,” katanya.

    (riar/riar)

  • Pertamina Jalin Komunikasi Baik dengan SPBU Swasta, Shell-Vivo Ready?

    Pertamina Jalin Komunikasi Baik dengan SPBU Swasta, Shell-Vivo Ready?

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Pertamina (Persero) memastikan masih menjalin komunikasi intensif dengan sejumlah badan usaha pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta, termasuk Vivo dan Shell, terkait kerja sama pengadaan bahan bakar minyak (BBM) atau base fuel.

    Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengatakan, pihaknya terus membuka ruang dialog secara business-to-business (B2B) dengan pelaku usaha swasta untuk menjaga ketersediaan pasokan BBM di seluruh jaringan SPBU nasional.

    “Kemarin sudah ada (yang sepakat). Yang lain tentunya saya pikir juga komunikasi baik, tetapi masih menunggu laporan perkembangan,” ungkap Simon di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (11/11/2025).

    Ia menyebut, salah satu kerja sama yang sudah berjalan adalah dengan BP-AKR, yang kembali membeli base fuel dari Pertamina untuk mendukung operasional SPBU-nya.

    “Kalau kita berpikir ini (komunikasinya) positif ya. Kita selalu optimis, tentunya yang terbaik bagi semua,” tambah Simon.

    Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengungkapkan bahwa sejumlah SPBU swasta kini tengah melakukan negosiasi lanjutan dengan Pertamina Patra Niaga, anak usaha Pertamina yang bergerak di sektor hilir minyak dan gas.

    “(SPBU swasta) sedang bernegosiasi dengan Patra Niaga. Dan kemarin memang kami mendapatkan info bahwa Vivo sudah mendekati. Kita tunggu saja,” kata Laode saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (7/11/2025).

    Laode menjelaskan, Vivo sudah berada di tahap penjajakan lanjutan, sementara Shell baru mengajukan pertemuan dengan pihak Kementerian ESDM untuk membahas opsi pasokan bahan bakar dari Pertamina.

    “Shell tadi baru menghubungi saya, mau ketemu dahulu,” ujarnya tanpa merinci waktu pertemuan.

    Langkah negosiasi ini muncul setelah beberapa SPBU swasta seperti Vivo, Shell, dan BP-AKR dilaporkan mengalami kekosongan stok BBM akibat lonjakan permintaan sejak pertengahan tahun.

    Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa kuota impor tahunan BBM bagi badan usaha swasta telah habis, sehingga mereka tidak lagi memiliki izin impor bahan bakar baru untuk 2025.

    Sebagai solusi, Kementerian ESDM mendorong seluruh badan usaha non-BUMN untuk menjalin kerja sama pengadaan BBM dengan Pertamina agar pasokan di pasar tetap terjaga.

    “Negosiasi ini penting karena menyangkut ketersediaan energi untuk masyarakat. Pemerintah mendorong semua pihak menjaga stabilitas pasokan,” ujar Laode.

    Simon memastikan, Pertamina selalu membuka ruang kolaborasi dengan semua badan usaha agar ekosistem SPBU nasional tetap sehat dan kompetitif.

    Ia optimistis kesepakatan dengan pihak swasta dapat segera tercapai, sehingga layanan pengisian bahan bakar di berbagai jaringan SPBU kembali normal.

    “Kita harap komunikasi ini menghasilkan kesepakatan yang baik. Ekosistem SPBU di Indonesia harus berjalan bersama untuk kepentingan masyarakat,” tutup Simon.

  • ESDM prediksi mandatori bioetanol E10 dilakukan 2028 atau lebih cepat

    ESDM prediksi mandatori bioetanol E10 dilakukan 2028 atau lebih cepat

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi mandatori bioetanol 10 persen (E10) dapat dilakukan pada tahun 2028 atau lebih cepat.

    “Sesuai arahan kita memprediksi bahwa pada tahun 2028 atau lebih cepat bisa dilakukan mandatori E10,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI di Jakarta, Selasa.

    Eniya mengatakan, program mandatori bioetanol bertujuan untuk mengurangi impor bensin yang cukup tinggi.

    Pada saat tahun 2023, Kementerian ESDM mendorong adanya uji pasar (market trial) bioetanol oleh Pertamina. Pertamina melakukan market trial sejak 2023 dengan mencampurkan 5 persen etanol ke beberapa SPBU.

    Saat ini sudah ada BBM ramah lingkungan berbasis bioetanol 5 persen yang sudah dijual di 146 SPBU, seperti di Jabodetabek, Jawa Timur, Bandung, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

    “Seperti yang kami sampaikan bahwa pentahapan mandatori untuk etanol ini dikeluarkan nantinya sebagai turunan dari Peraturan Menteri ESDM 4/2025 tentang Pengusahaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati menjadi keputusan menteri,” kata Eniya.

    Menurut dia, terdapat sejumlah tantangan terkait bioetanol mulai dari ketersediaan bahan baku dan adanya keterbatasan insentif. Kemudian tantangan dalam fluktuasi harga dari minyak nabati juga sangat berpengaruh, isu lingkungan dan deforestasi juga menjadi satu hal yang harus dicermati.

    Lalu infrastruktur produksi dan distribusi, keterbatasan dari fasilitas di terminal bahan bakar minyak (TBBM) juga perlu dipertimbangkan, moda angkutnya yang memenuhi persyaratan termasuk fasilitas pendukung kapal jika pada suatu saat nanti ada pabrik bahan bakar nabati, lalu dari situ harus dikirimkan ke seluruh Indonesia.

    Di samping itu tantangan teknologi yang mana diperlukan adanya kesiapan teknologi yang dapat memproses secara efisien, dan sekaligus untuk menurunkan biaya produksi.

    Hal ini dikarenakan dari bahan baku yang ada, jika terjadi kompetisi dengan bahan pangan, bahan baku pupuk dan lain sebagainya, maka ini membuat tentunya industri bahan bakar nabati akan sulit berkembang. Pasar global juga menjadi satu atensi, karena adanya kriteria keberlanjutan (sustainability criteria) dan sebagainya.

    “Dari sini kami memberikan satu gambaran, bahwa dalam pelaksanaannya nanti tentunya perlu mempertimbangkan berbagai hal untuk pelaksanaan dari tantangan dan sinergi dari pelaksanaan program bahan bakar nabati ini,” ujar Eniya.

    Pewarta: Aji Cakti
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • ESDM Pede Implementasi E10 Bisa Tekan Impor Bensin

    ESDM Pede Implementasi E10 Bisa Tekan Impor Bensin

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimis implementasi bensin campur etanol 10% atau mandatory E10 dapat menekan impor bensin.

    Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyebutkan bahwa saat ini jumlah impor bensin Indonesia masih cukup besar, yakni mencapai 22,8 juta kiloliter (KL), sedangkan produksi dalam negeri baru sekitar 13,84 juta KL.

    “Tujuan dari mandatori bioetanol ini adalah untuk mengurangi impor bensin,” ujar Eniya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Selasa (11/11/2025).

    Eniya mencontohkan, penerapan BBM campur bioetanol 5% atau E5 selama ini mampu menekan impor bensin sekitar 5%.

    Menurutnya, regulasi kewajiban pencampuran BBM dengan bioetanol sudah ada sejak 2008 melalui Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 32 Tahun 2008, yang menetapkan kewajiban pencampuran etanol sebesar 1%. Kemudian, revisi ketiga Permen 32/2008 diatur dalam Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2015.

    Pada 2023, Kementerian ESDM mulai mendorong proyek uji pasar (market trial) bioetanol yang dilakukan oleh Pertamina. Dalam uji tersebut, Pertamina mencampurkan etanol 5% pada produk BBM dan memasarkan dengan nama Pertamax Green 95.

    “Saat ini, Pertamax Green 95 yang mengandung etanol 5% sudah dijual di 146 SPBU, yaitu di Jabodetabek, Jawa Timur, Bandung, Jawa Tengah, dan Yogyakarta,” imbuh Eniya.

    Ke depan, Eniya memprediksi mandatory E10 bisa diterapkan pada 2028 atau lebih cepat. Pentahapan mandatori untuk etanol akan diatur melalui keputusan menteri sebagai turunan dari Permen ESDM Nomor 4 Tahun 2025. Saat ini, pemerintah tengah mempersiapkan pasokan bahan baku serta mekanismenya.

    Terpisah, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan kebutuhan etanol berasal dari bahan baku nabati, seperti singkong, jagung, dan tebu, yang ditanam dan diolah di pabrik etanol. Ia memperkirakan proses ini membutuhkan waktu 1,5–2 tahun.

    “[Kebutuhan etanol 2027] sekitar 1,4 juta ton,” kata Bahlil kepada wartawan di Jakarta, Jumat (24/10/2025).

    Untuk mempercepat penerapan E10, pemerintah juga menggandeng Brasil sebagai salah satu produsen etanol terbesar dunia. Kesuksesan penggunaan etanol di Brasil dianggap dapat menjadi acuan bagi pengembangan di Indonesia.

    Brasil diketahui menerapkan mandatory etanol 30% dalam bensin dan melakukan transisi energi dengan cepat. Bahlil menambahkan, ada potensi investasi pengembangan etanol di Indonesia oleh investor Brasil.

    “Kemarin malam, saya menandatangani MoU dan berdiskusi. Ada kemungkinan besar investor Brasil akan ikut berinvestasi,” tuturnya.

  • 6 Hal yang Diketahui Tentang Bobibos, Bensi Ramah Lingkungan Karya Anak Bangsa

    6 Hal yang Diketahui Tentang Bobibos, Bensi Ramah Lingkungan Karya Anak Bangsa

    Jakarta: Belakangan ini, nama Bobibos mendadak ramai diperbincangkan publik Indonesia. Produk ini disebut sebagai bahan bakar minyak (BBM) karya anak bangsa yang memiliki angka oktan tinggi dan ramah lingkungan.

    Bobibos  pertama kali diperkenalkan ke publik pada awal November 2025. Produk ini dikembangkan oleh tim peneliti dalam negeri dan diklaim mampu menyaingi bahkan melampaui performa bensin beroktan tinggi komersial yang beredar di pasar. 

    Diklaim sebagai bahan bakar nabati (biofuel) dengan oktan tinggi yang ramah lingkungan, Bobibos  disebut-sebut siap menjadi alternatif BBM fosil di Indonesia. Berikut sejumlah fakta menarik tentang BBM viral tersebut:
    1. Diciptakan dari Riset Panjang 10 Tahun

    ​Bobibos ini tidak ujug-ujug muncul, tetapi merupakan buah riset intensif yang diklaim telah dilakukan selama 10 tahun oleh M. Ikhlas Thamrin bersama timnya. Inovasi ini berawal dari kegelisahan terhadap tingginya ketergantungan Indonesia pada energi impor dan masalah kenaikan harga BBM.

    “Kami ingin membuktikan bangsa ini bisa mandiri melalui inovasi. Setelah lebih dari satu dekade riset, akhirnya kami menghadirkan bahan bakar yang murah, aman, dan beremisi rendah,” ujar Ikhlas, dikutip Jumat, 7 November 2025.
    2. Filosofi Nama ​Bobibos
    ​Bobibos merupakan akronim dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos! Penciptanya bertekad membuktikan bahwa Indonesia mampu mandiri energi melalui ilmu pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya lokal.

    3. Bobibos Diklaim Memiliki RON 98
    ​Salah satu klaim paling mencengangkan dari Bobibos  adalah angka oktan (Research Octane Number/RON) yang dimilikinya. Bobibos diklaim memiliki angka RON mendekati 98, menjadikannya setara dengan BBM premium kelas atas seperti Pertamax Turbo atau V-Power Nitro+.

    ​Bahan bakar ini diklaim kompatibel untuk mesin bensin maupun diesel tanpa perlu modifikasi mesin dan sudah diuji jalan pada berbagai jenis kendaraan (mulai dari motor hingga bus). Bobibos  hadir dalam dua jenis: cairan putih untuk mesin bensin dan cairan merah untuk mesin diesel.
     

     

    4. Emisi Dinyatakan Hampir Nol
    Bobibos menantang dominasi BBM fosil dengan keunggulan utama, yakni dampak terhadap lingkungan.

    ​Bahan bakar ini diklaim menghasilkan emisi gas buang (CO2) hingga 70% lebih rendah dan kadar emisi yang mendekati nol, membuat pembakarannya sangat bersih. Asap yang dihasilkan disebut-sebut tanpa bau khas bahan bakar fosil.

    Hal ini didapat dari proses pembakaran yang lebih sempurna berkat bahan bakar nabati murni. Jika benar terbukti dalam uji resmi, hal ini dapat menjadi terobosan besar menuju transportasi rendah karbon di Indonesia.
    5. Terbuat dari Bahan Nabati yang Bisa Ditanam di Indonesia

    Keunikan Bobibos terletak pada bahan bakunya yang sepenuhnya berasal dari alam Indonesia. Bobibos  terbuat dari tanaman penghasil minyak nabati berlemak tinggi yang mudah ditemukan dan tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia.

    Konsep Bobibos tidak hanya mendukung kemandirian energi, tetapi juga ketahanan pangan nasional, karena tanaman bahan bakunya dapat dibudidayakan di lahan persawahan, memberikan manfaat ekonomi ganda bagi petani. 

    Konsep ini juga mendukung energi hijau dan memanfaatkan potensi agrikultur nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak mentah.
    6. Belum Tersedia di SPBU, Masih Dalam Proses Sertifikasi

    Meski sudah ramai diperbincangkan publik dan viral di media sosial, Bobibos belum dijual secara bebas di SPBU umum. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa bahan bakar tersebut belum memiliki sertifikasi resmi untuk peredaran massal dan masih dalam tahap pengujian mutu dan keamanan.

    Produk BBM harus melalui serangkaian tahapan evaluasi dan sertifikasi resmi dari Kementerian ESDM dan lembaga terkait seperti LEMIGAS, yang membutuhkan waktu minimal 8 bulan, untuk memastikan keamanan dan spesifikasi teknisnya.

    Inovasi Bobibos ini membuka harapan baru bagi transisi energi hijau Indonesia menuju kemandirian energi yang berkelanjutan.

    (Sheva Asyraful Fali)

    Jakarta: Belakangan ini, nama Bobibos mendadak ramai diperbincangkan publik Indonesia. Produk ini disebut sebagai bahan bakar minyak (BBM) karya anak bangsa yang memiliki angka oktan tinggi dan ramah lingkungan.
     
    Bobibos  pertama kali diperkenalkan ke publik pada awal November 2025. Produk ini dikembangkan oleh tim peneliti dalam negeri dan diklaim mampu menyaingi bahkan melampaui performa bensin beroktan tinggi komersial yang beredar di pasar. 
     
    Diklaim sebagai bahan bakar nabati (biofuel) dengan oktan tinggi yang ramah lingkungan, Bobibos  disebut-sebut siap menjadi alternatif BBM fosil di Indonesia. Berikut sejumlah fakta menarik tentang BBM viral tersebut:
    1. Diciptakan dari Riset Panjang 10 Tahun

    ​Bobibos ini tidak ujug-ujug muncul, tetapi merupakan buah riset intensif yang diklaim telah dilakukan selama 10 tahun oleh M. Ikhlas Thamrin bersama timnya. Inovasi ini berawal dari kegelisahan terhadap tingginya ketergantungan Indonesia pada energi impor dan masalah kenaikan harga BBM.

    “Kami ingin membuktikan bangsa ini bisa mandiri melalui inovasi. Setelah lebih dari satu dekade riset, akhirnya kami menghadirkan bahan bakar yang murah, aman, dan beremisi rendah,” ujar Ikhlas, dikutip Jumat, 7 November 2025.

    2. Filosofi Nama ​Bobibos
    ​Bobibos merupakan akronim dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos! Penciptanya bertekad membuktikan bahwa Indonesia mampu mandiri energi melalui ilmu pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya lokal.

    3. Bobibos Diklaim Memiliki RON 98
    ​Salah satu klaim paling mencengangkan dari Bobibos  adalah angka oktan (Research Octane Number/RON) yang dimilikinya. Bobibos diklaim memiliki angka RON mendekati 98, menjadikannya setara dengan BBM premium kelas atas seperti Pertamax Turbo atau V-Power Nitro+.
     
    ​Bahan bakar ini diklaim kompatibel untuk mesin bensin maupun diesel tanpa perlu modifikasi mesin dan sudah diuji jalan pada berbagai jenis kendaraan (mulai dari motor hingga bus). Bobibos  hadir dalam dua jenis: cairan putih untuk mesin bensin dan cairan merah untuk mesin diesel.
     

     

    4. Emisi Dinyatakan Hampir Nol
    Bobibos menantang dominasi BBM fosil dengan keunggulan utama, yakni dampak terhadap lingkungan.
     
    ​Bahan bakar ini diklaim menghasilkan emisi gas buang (CO2) hingga 70% lebih rendah dan kadar emisi yang mendekati nol, membuat pembakarannya sangat bersih. Asap yang dihasilkan disebut-sebut tanpa bau khas bahan bakar fosil.
     
    Hal ini didapat dari proses pembakaran yang lebih sempurna berkat bahan bakar nabati murni. Jika benar terbukti dalam uji resmi, hal ini dapat menjadi terobosan besar menuju transportasi rendah karbon di Indonesia.
    5. Terbuat dari Bahan Nabati yang Bisa Ditanam di Indonesia

    Keunikan Bobibos terletak pada bahan bakunya yang sepenuhnya berasal dari alam Indonesia. Bobibos  terbuat dari tanaman penghasil minyak nabati berlemak tinggi yang mudah ditemukan dan tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia.
     
    Konsep Bobibos tidak hanya mendukung kemandirian energi, tetapi juga ketahanan pangan nasional, karena tanaman bahan bakunya dapat dibudidayakan di lahan persawahan, memberikan manfaat ekonomi ganda bagi petani. 
     
    Konsep ini juga mendukung energi hijau dan memanfaatkan potensi agrikultur nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak mentah.
    6. Belum Tersedia di SPBU, Masih Dalam Proses Sertifikasi

    Meski sudah ramai diperbincangkan publik dan viral di media sosial, Bobibos belum dijual secara bebas di SPBU umum. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa bahan bakar tersebut belum memiliki sertifikasi resmi untuk peredaran massal dan masih dalam tahap pengujian mutu dan keamanan.
     
    Produk BBM harus melalui serangkaian tahapan evaluasi dan sertifikasi resmi dari Kementerian ESDM dan lembaga terkait seperti LEMIGAS, yang membutuhkan waktu minimal 8 bulan, untuk memastikan keamanan dan spesifikasi teknisnya.
     
    Inovasi Bobibos ini membuka harapan baru bagi transisi energi hijau Indonesia menuju kemandirian energi yang berkelanjutan.
     
    (Sheva Asyraful Fali)
     

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (RUL)

  • Pertamina Patra Niaga Sumbagsel datangkan kapal tanker BBM di Bengkulu

    Pertamina Patra Niaga Sumbagsel datangkan kapal tanker BBM di Bengkulu

    Jakarta (ANTARA) – PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mendatangkan kapal tanker untuk memastikan penyaluran BBM di Bengkulu dalam kondisi aman.

    Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Rusminto Wahyudi, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, mengatakan pihaknya terus melakukan optimalisasi penyaluran BBM ke seluruh SPBU di wilayah Bengkulu agar kebutuhan energi masyarakat tetap terpenuhi dengan baik.

    “Kami telah melakukan build up stok dengan kapal tanker, yang membawa 2.000 kiloliter Pertalite dan 1.000 kiloliter Pertamax untuk memastikan ketersediaan BBM di wilayah Bengkulu tetap aman,” sebutnya.

    Menurut dia, kapal pengangkut BBM juga telah tiba di pelabuhan, yang akan disalurkan melalui Fuel Terminal (FT) Pulau Baai guna memenuhi kebutuhan energi masyarakat Bengkulu dan sekitarnya.

    Rusminto menyampaikan bahwa Pertamina terus memantau kondisi lapangan dan memastikan suplai BBM berjalan dengan lancar.

    “Pertamina berkomitmen menjaga ketersediaan energi dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Bengkulu. Kami juga terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan distribusi BBM tetap aman dan terkendali,” ujarnya.

    Dalam menjaga kelancaran distribusi, Pertamina terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah serta institusi terkait.

    Di lapangan, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel juga menambah petugas pengatur antrean (marshall) guna memastikan ketertiban dan kenyamanan masyarakat saat melakukan pengisian BBM.

    Rusminto menambahkan Pertamina juga telah menginstruksikan seluruh SPBU di wilayah Bengkulu untuk tetap melayani masyarakat selama stok BBM masih tersedia, serta memastikan pelayanan dilakukan dengan tertib, transparan, dan sesuai ketentuan yang berlaku.

    Pertamina pun mengimbau masyarakat untuk membeli BBM sesuai kebutuhan dan peruntukannya, serta memastikan pembelian dilakukan di lembaga penyalur resmi perusahaan.

    “Langkah ini penting untuk menjaga penyaluran BBM berkualitas yang tepat sasaran dan berkeadilan,” sebut Rusminto.

    Pewarta: Kelik Dewanto
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Cerita di Balik Mobil Dinas Polisi Beli BBM di SPBU Pakai Drum

    Cerita di Balik Mobil Dinas Polisi Beli BBM di SPBU Pakai Drum

    Jakarta

    Viral di media sosial mobil dinas polisi membeli BBM dengan menggunakan drum yang disimpan di bagasi. Ternyata begini cerita di baliknya.

    Beredar di media sosial video yang menampilkan personel polisi tengah membeli BBM menggunakan drum. Dalam video itu terdengar narasi mobil dinas PJR membeli BBM yang diisi ke drum tersimpan di bagasi. Disebutkan kejadian tersebut berlangsung di salah satu SPBU di Surabaya.

    “Di salah satu SPBU di Surabaya nih kelihatan ada mobil dinas lagi isi BBM tapi kok BBM-nya dimasukin ke drum ya? Soalnya kalau kita rakyat biasa isi ke drum gini sih langsung dilarang sama petugas. Nah ini gimana ceritanya? Semoga aja ada penjelasan resmi ya biar nggak salah paham karena aturan kan harusnya berlaku buat semua bukan cuma buat sebagian,” demikian narasi yang terdengar dalam video.

    Usut punya usut, polisi yang membeli BBM di drum itu merupakan bentuk layanan darurat untuk membantu pengguna jalan tol yang kehabisan bahan bakar. Dilihat detikOto dalam laman Instagram ditlantaspoldajatim, mobil PJR itu mengambil BBM yang ada di drum untuk diisi ke mobil warga.

    “Video yang beredar terkait Personel PJR mengisi BBM menggunakan drum telah menimbulkan salah paham di masyarakat. Perlu kami luruskan bahwa BBM tersebut bukan untuk kepentingan pribadi.Pengisian BBM menggunakan drum dilakukan sebagai bagian dari layanan darurat untuk membantu pengguna jalan tol yang kehabisan bahan bakar di perjalanan,” begitu penjelasannya.

    Adapun layanan tersebut bertujuan untuk memastikan keamanan dan kelancaran lalu lintas, serta mencegah potensi kecelakaan akibat kendaraan berhenti mendadak di bahu jalan tol.

    “Kami memahami kekhawatiran publik dan menghargai setiap kritik. Terima kasih kepada masyarakat yang selalu peduli. Mari bersama menjaga keamanan dan kenyamanan di jalan raya,” demikian penjelasan ditlantaspoldajatim.

    (dry/din)