Tempat Fasum: RTH

  • Kota Tangerang Manfaatkan Teknologi RDF, Ubah Sampah Jadi Kompos
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 April 2025

    Kota Tangerang Manfaatkan Teknologi RDF, Ubah Sampah Jadi Kompos Megapolitan 16 April 2025

    Kota Tangerang Disebut sebagai Kota Hijau dengan Teknologi Pengelolaan Sampah Terpadu
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Pemerintah Kota (Pemkot) terus berupaya mengatasi pengelolaan
    sampah
    yang menjadi permasalahan serius dengan membangun infrastruktur dan memanfaatkan teknologi terkini.
    Salah satu upaya itu dilakukan dengan mengintegrasikan teknologi dalam
    pengelolaan sampah
    dan lingkungan. 
    Dalam hal ini,
    Pemkot Tangerang
    menjalankan program menjemput sampah organik hingga memanfaatkan teknologi dengan mesin
    refused derived fuel
    (RDF).
    Dengan Program Jemput
    Sampah
    Organik, masyarakat dapat meminta layanan penjemputan sampah organik dari rumah ke rumah. Sampah tersebut kemudian diolah menjadi kompos.
    Kepala Dinas Lingkungan HIdup (DLH) Kota Tangerang Wawan Fauzi mengatakan, pihaknya berupaya mewujudkan Kota Tangerang sebagai kota layak dengan langkah-langkah nyata yang melibatkan teknologi dan partisipasi aktif masyarakat.
    “Urusan sampah menjadi tanggung jawab bersama dengan pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku perubahan. Teknologi juga terus dikembangkan untuk dijadikan alat untuk mempercepat,” katanya melansir tangerangkota.go.id, Senin (14/4/25).
    Sementara itu, pengoperasian mesin RDF dalam pengolahan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Rawa Kucing diubah menjadi bahan bakar yang setara dengan batu bara.
    Fasilitas RDF TPA Rawa Kucing mempunyai dua
    line
    produksi yang bisa mengolah sampah 48-64 ton per hari dengan RDF yang dihasilkan sebanyak 7,2 -9,6 ton RDF per hari per line mesin. 
    Kapasitas produksi satu
    line
    itu sekitar 20 ton per hari. Dua
    line
    produksi maksimal bisa 60 ton per hari.
    Pemkot Tangerang juga mulai merealisasikan kebijakan penyerahan kewenangan pengelolaan sampah dari DLH Kota Tangerang kepada perangkat kewilayahan. 
    Terobosan baru tersebut dilengkapi dengan penyerahan 208 becak motor (bentor) kebersihan kepada 104 kelurahan yang tersebar di seluruh Kota Tangerang.
    Lebih lanjut, Pemkot Tangerang juga aktif memperluas ruang hijau dengan membangun dan merevitalitasi taman kota serta menambah ruang terbuka hijau (RTH) di seluruh wilayah. 
    Untuk diketahui, saat ini terdapat 31 taman tematik hingga 230 ruang terbuka hijau di Kota Tangerang. 
    Semua RTH tersebut tidak hanya menjadi paru-paru kota, tetapi juga ruang interaksi sosial, edukasi lingkungan, dan rekreasi sehat bagi warga.
    Pemkot Tangerang juga masif memperkuat urban farming yang tersebar di lingkungan RW dan sekolah-sekolah. 
    Warga didorong untuk memanfaatkan lahan sempit di pekarangan rumah, gang, dan atap bangunan untuk budi daya sayuran, buah, hingga tanaman obat.
    Pemkot Tangerang juga berencana menambah teknologi RDF di tingkat wilayah, salah satunya TPST Benua Indah, Kecamatan Karawaci. 
    Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah menetapkan Peta Jalan Akselerasi Penuntasan
    Pengelolaan Sampah
    di Kota Tangerang hingga menutup TPS di seluruh jalan protokol.
    Untuk mendukung program pengelolaan sampah tersebut, fasilitas pendukung telah tersedia di 456 tempat pembuangan sementara, 209 unit armada, 238 unit bentor, biokonversi
    maggot
    , tujuh unit Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) dan satu
    intermediate treatment facility
    (ITF).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pembongkaran Taman Parkir ABA Jangan Telantarkan Warga

    Pembongkaran Taman Parkir ABA Jangan Telantarkan Warga

    JAKARTA – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta proses pembongkaran kawasan Parkir Abu Bakar Ali (ABA) Kota Yogyakarta menjadi ruang terbuka hijau (RTH) tidak menelantarkan nasib warga, khususnya para juru parkir.

    “Yang penting itu mereka tidak ditelantarkan sehingga bisa beralih di parkir Mandala Krida, Terminal Giwangan dan sebagainya,” ujar Sultan di kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa, 15 April dilansir ANTARA.

    Sultan menekankan pentingnya penyediaan solusi relokasi yang manusiawi sebelum pembongkaran dilakukan.

    Menurut Sultan, beberapa lokasi sudah disiapkan untuk relokasi, baik bersifat permanen maupun sementara.

    Lokasi relokasi permanen di antaranya Terminal Giwangan dan tempat parkir Ketandan, sedangkan untuk penampungan sementara disiapkan di Stadion Mandala Krida.

    Terkait keberadaan pedagang di kawasan ABA, Sultan mengaku tak mengetahui secara pasti siapa yang memberikan izin karena sejak awal area tersebut diperuntukkan untuk parkir.

    Ia justru mempertanyakan mengapa kawasan parkir bisa ditempati pedagang.

    “Yang suruh (menempati) siapa ? Ya saya nggak tahu, karena itu dikelola sama Pemkot. Ya nanti kita cari pemecahan, tapi kita harus bicara sama Pemkot. Jika modelnya seperti ini tidak akan pernah selesai semua. Tempat parkir tapi dimasuki pedagang,” kata dia.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan DIY Wiyos Santoso menyatakan kontrak sewa pengelolaan aset ABA diperpanjang hingga 28 April 2025 dan setelah itu bangunan akan dibongkar dan difungsikan sebagai RTH.

    Pemda DIY dan Pemkot Yogyakarta kini tengah mematangkan rencana relokasi para jukir dan pedagang.

    Untuk pedagang, Pemkot menyiapkan lokasi relokasi di kawasan Babadan/Batikan dengan daya tampung 168 kios. Saat ini proses kurasi sedang berlangsung oleh Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta agar penempatan sesuai jenis dagangan masing-masing.

    “Kurasi ini akan lebih memudahkan dalam menempatkan lokasi pedagang sesuai jenis dagangan,” kata Wiyos.

    Sementara untuk juru parkir, Dishub Kota Yogyakarta tengah memetakan lokasi parkir alternatif di badan jalan dan kantong parkir khusus.

    Jika kurasi pedagang maupun jukir selesai dilakukan maka ada lokasi alternatif relokasi. Diharapkan bangunan ABA dapat dibongkar dan dipindahkan ke lokasi permanen di Parkir Ketandan pada 29 April 2025.

     

    Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengatakan Pemkot telah menyiapkan empat titik kantong parkir sementara dan melihat potensi lahan-lahan tidak produktif seperti ruko kosong di Terminal Giwangan dan lahan di sekitar Pasar Satwa dan Tanaman Hias (PASTY).

    “Kami memulai menyiapkan tempat-tempat yang sebelumnya mungkin tidak produktif, akan kami ubah menjadi produktif. Contohnya Terminal Giwangan, itu kan selama ini lahan tidur,” kata dia.

     

  • Warga dukung Tebet Eco Park buka 24 jam asalkan keamanan terjaga

    Warga dukung Tebet Eco Park buka 24 jam asalkan keamanan terjaga

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah warga mendukung Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, dibuka selama 24 jam asalkan keamanan dan ketertiban tetap terjaga di wilayah tersebut.

    “Prinsipnya warga mendukung sepanjang tetap menjaga keamanan, ketertiban dan kenyamanan warga sekitar,” kata Camat Tebet Dyan Airlangga saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

    Dyan menegaskan yang terpenting kebijakan pembukaan taman 24 jam bisa berjalan beriringan dengan keamanan dan kenyamanan warga.

    Kemudian, pihaknya bertugas memastikan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar dapat diterima warga dan semua pihak yang mendukung.

    “Warga prinsipnya paham fungsi taman dan kita semua mendukung,” ujarnya.

    Sementara itu, warga bernama Rama turut mendukung adanya taman di Jakarta yang dibuka selama 24 jam untuk mendukung ruang terbuka hijau sekaligus tempat bersosialisasi.

    “Saya pikir untuk dibukanya 24 jam ini menurut saya bagus ya, tapi akan makin bagus kalau didukung dengan keamanan,” kata Rama.

    Rama menyoroti ada banyak fasilitas yang perlu diperhatikan mulai dari menempatkan petugas dan kamera pengawas (CCTV) untuk pengamanan serta lampu penerangan.

    “Misalkan ada Kepolisian atau petugas yang lainnya yang berjaga maupun dari fasilitas lainnya seperti penerangan. Saya rasa kalau hal-hal itu terpenuhi tidak masalah apabila dibuka 24 jam,” katanya.

    Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan membuka enam taman selama 24 jam dalam waktu dekat.

    Tebet Eco Park yang sebelumnya menjadi salah satu taman dibuka selama 24 jam dikabarkan sementara hanya dibuka sampai pukul 22.00 WIB. Hal ini mengingat taman itu berada di kawasan padat penduduk.

    Selain Tebet Eco Park, taman lain yang akan dibuka 24 jam, yakni Taman Langsat, Taman Ayodya, Taman Lapangan Banteng, Taman Menteng dan Taman Literasi Martha Tiahahu.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Mengatasi banjir dan genangan malapetaka Jabodetabek

    Mengatasi banjir dan genangan malapetaka Jabodetabek

    Foto udara luapan air Sungai Ciliwung yang menggenangi jalan dan permukiman di Jatinegara, Jakarta, Selasa (4/3/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.

    Mengatasi banjir dan genangan malapetaka Jabodetabek
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 11 April 2025 – 09:45 WIB

    Elshinta.com – Hari-hari ini rakyat miskin yang tidak berpunya terus mengalami deraan hidup. Gas melon yang sempat susah dibeli, lalu harga bahan pokok yang masih relatif tinggi, dan belum tahu kapan berakhirnya.

    Baru-baru ini banjir dan genangan juga datang kembali. Bencana yang terus berulang melanda Jakarta dan sekitarnya.

    Publik mendengar beritanya di media on-line maupun off-line, bahkan dilaporkan secara live oleh masyarakat.

    Mengapa demikian, argumennya sangat kuat, karena air hujan yang tidak dapat tertampung di tanah yang sudah banyak berubah menjadi beton sehingga banjir dan genangan akan terjadi yang diperparah jika sedang terjadi rob (pasang air laut) sehingga bagaikan benteng mencegah terbuangnya air ke laut.

    Pada musim kemarau masyarakat miskin akan mengalami kelangkaan air alias kekeringan.

    Semakin kering pada musim kemarau, maka pertanaman banyak yang mati, sehingga pada musim hujan, daya sangga airnya anjlok, erosinya semakin dahsyat, sehingga kerusakan akan terus terjadi dan semakin dipercepat.

    Pertanyaan fundamentalnya, apa penyebab fundamental banjir dan genangan terus terjadi dengan besaran (magnitude) terus meningkat, baik intensitas, areal terdampak maupun durasinya?

    Pemicu dan pemacu banjir serta genangan
    berdasarkan pemantauan lapangan dari hulu Sungai Ciliwung sampai hilir di pantai, tampak jelas bahwa perubahan tutupan lahan (land cover) dari tanaman ke hutan beton menjadi faktor determinannya.

    Kondisinya diperburuk dengan rendahnya pengawasan pemerintah kabupaten/kota mulai kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok dan Daerah Khusus Ibukota dan menjaga tutupan lahan bervegetasi.

    Justru yang terjadi, sawah dialihfungsikan, lahan kering dibetonkan, daerah hijau bahkan resapan bisa dirubah secara periodik lima tahunan dengan persetujuan DPRD kabupaten/Kota.

    Motif ekonomi menjadi biang keladinya, tapi yang paling mendasar adalah mental dan komitmen aparat dalam menegakkan aturan tata ruang yang benar.

    Tragisnya lagi, pemerintah pusat belum melakukan moratorium pembangunan rumah tapak, sehingga cepat dan pasti tutupan lahan bervegetasi akan habis, dan permukaan lahan menjadi tutupan beton yang sifatnya tidak meloloskan air ke dalam tanah (impermeable) dan sebaliknya mempercepat aliran air, meningkatkan laju erosi dan destruksi ketika masuk ke dalam Sungai.

    Dampak ekonomi sosial

    Banjir dan genangan yang terus berulang, jelas akan merugikan banyak pihak, terutama orang miskin yang bermukim di bantaran dan rawan banjir.

    Orang kaya umumnya dengan akses keuangan yang baik, mereka bisa memilih areal pemukiman yang relatif aman terhadap banjir.

    Meskipun begitu, mereka tidak bisa menghindar, karena banjir akan mengganggu transportasi dan mobilitas masyarakat. Semua menjadi lama, mahal, dan itu harus ditanggung oleh masyarakat dan negara.

    Beban biaya ini semakin berat dan mahal, ketika saat yang sama terjadi rob (muka air laut yang naik). Implikasinya aliran air Sungai dari hulu tertahan di hilir, sehingga menimbulkan genangan, dengan besaran yang lebih besar.

    Apalagi jika durasinya genangan makin lana, tinggi genangan terus meningkat. Selain kerusakan fisik, maka merebaknya wabah penyakit tidak bisa dihindari.

    Biaya hidup yang harus dikeluarkan oleh korban banjir dan genangan semakin besar dan mahal. Akibatnya harga bahan pokok seperti beras, mie, telur, minyak dan bahan pokok harus membayar biaya angkut yang lebih mahal.

    Terbatasnya pasokan akan lebih mengerek harga bahan pangan pokok, karena saat itu berlaku hukum pasar antara pasokan dan permintaan. Itu yang terjadi di konsumen.

    Tersendatnya pasokan bahan makanan akan menurunkan harga di produsen dalam hal ini petani.

    Celakanya, begitu banjir selesai, masyarakat dan pemerintah terkesan melupakan penyelesaiannya.

    Banjir seakan merupakan ritual rutin tahunan yang harus diterima sebagai takdir. Implikasinya masalah mitigasi banjir dan genangan, seperti “dijadikan” proyek yang justru mendatangkan keuntungan.

    Buktinya banjir praktis tidak pernah terselesaikan, sekalipun pemerintahan terus berganti, eksperimen terus dilakukan, biaya besar terus digelontorkan.

    Bahkan belakangan muncul ide membangun giant great wall di Pantai utara Jawa untuk memitigasi rob.

    Pertanyaan mendasarnya, bagaimana dengan banjir yang asalnya dari hulu, apalagi distruksi sistemik tutupan lahan di hulu seakan berjalan terus, dipercepat tanpa terkendali?

    Akankah, rakyat akan terus menjadi korban dan bahkan terkesan dibiarkan menjadi korban banjir dan genangan yang semakin dahsyat? Lalu bagaimana dengan mitigasi banjir yang praktikan, operasional, dan berkeadilan?

    Mitigasi banjir

    Jika pemerintah berhasil memitigasi banjir dan genangan di Jakarta dan sekitarnya, maka paling tidak 50 persen masalah Jakarta terkendali, ekonomi berputar, dan economic loss yang tidak perlu dapat direduksi secara signifikan.

    Argumennya, banjir dan genangan akan melumpuhkan urat nadi ekonomi tanpa pandang bulu.

    Dampak ikutannya juga sangat banyak. Biaya pemerintah yang seharusnya digunakan untuk keperluan lain terpaksa harus digunakan untuk menolong rakyat yang terdampak banjir.

    Salah satu usulan rekomendasi praktikan dan operasional yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota adalah moratorium pembangunan rumah tapak, semua harus beralih ke rumah vertikal.

    Publik dapat melihat bagaimana negara negara seperti Singapura, Jepang, Korea, Amerika Serikat, demi memperluas ruang terbuka hijau, mereka membangun permukiman semakin tinggi dibanding sebelumnya dan sisanya dijadikan lahan terbuka hijau.

    Selanjutnya dilakukan moratorium alih fungsi lahan sawah, sehingga secara langsung kita mempertahankan retensi air di hulu.

    Agar moratorium itu berhasil, maka Presiden dapat mengeluarkan Perpu termasuk tutupan lahan hijau minimum di setiap wilayah disertai sanksi yang tegas dan menimbulkan jera, agar lahan terbuka hijau benar benar bisa terjaga, bahkan ditingkatkan.

    Serapan air dalam jumlah yang tidak terbatas dari hulu sampai hilir baik di zona permukiman dan non permukiman harus dilakukan secara masif dan ditransfer menjadi aliran permukaan sudah berkurang jauh volumenya dan kecepatannya.

    Pemerintah dapat membuat skenario penurunan koefisien run off (rasio antara volume aliran permukaan terhadap volume hujan).

    Semakin tinggi koefisien run-off dapat mengindikasikan bahwa daerah tangkapan air tidak baik. Sebaliknya, jika koefisien run-off kecil, maka kapasitas tampung daerah tangkapan air bagus. Artinya daerah tangkapan air dapat mengatur dan mengelola serta mendistribusikan air dengan baik.

    Pemerintah dapat menyusun skenario koefisien run-off dari saat ini menuju yang ideal. Berdasarkan kondisi sungai dan vegetasi serta tutupan lahan, maka disarankan koefisien run-off tidak lebih dari 3 persen agar tidak menimbulkan banjir dan genangan yang signifikan.

    Itu jika dan hanya jika semua pihak mengambil peran dalam menampung air hujan di sepanjang musim penghujan.

    Manfaat jangka panjangnya, pasokan air pada musim kemarau akan lebih baik, sehingga bencana kekeringan juga termitigasi ketika mitigasi banjir berhasil dilakukan.

    Adaptasi banjir

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pasti sudah memiliki peta zona rawan banjir dan genangan. Pemanfaatan peta tersebut perlu dimaksimalkan dengan mengembangkan rumah adaptif banjir dan genangan berdasarkan skenario tinggi genangan maksimum yang pernah terjadi.

    Masyarakat Jakarta sebagian besar sudah melakukan adaptasi terhadap banjir dan genangan, terutama yang bermukim di bantaran Sungai.

    Namun, karena magnitude banjir makin besar, maka adaptasi tersebut tidak mampu merespons besaran banjir.

    Untuk itu pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum perlu menghitung kembali besaran banjir maksimum untuk periode ulang 10 tahun, 25 tahun dan 50 tahun untuk menyusun langkah adaptasinya.

    Masyarakat dapat beradaptasi terhadap banjir dan genangan dengan menyesuaikan tinggi rumah panggung permukiman yang rawan banjir dan genangan.

    Pengembangan pilot project rumah yang adaptif terhadap banjir di beberapa daerah endemik perlu diintroduksi, agar ada teladan bagi Masyarakat untuk melakukannya secara benar.

    Pekerjaan besar ini perlu dirancang jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dalam bentuk master plan mitigasi dan adaptasi banjir dalam 100 tahun ke depan.

    Master plan ini selanjutnya ditetapkan menjadi Perda dan disetujui DPRD, sehingga menjadi pedoman kerja bagi Gubernur terpilih siapapun orangnya, dari manapun partai pengusungnya.

    Pekerjaan ini bisa dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk membuat keputusan dalam mitigasi dan adaptasi banjir dan genangan Jakarta.

    Kalau banjir dan genangan Jakarta terus terjadi dan bahkan terus meningkat besarannya, maka dipastikan penyelesaian yang dilakukan tidak menyeluruh alias tambal sulam, karena tidak mampu menyelesaikan akar masalahnya.

    Ini menjadi tantangan bagi Gubernur Jakarta yang baru terpilih, sehingga publik dapat menagih janjinya. Kelak rakyat dan publiklah yang akan menilainya.

    Sumber : Antara

  • Merenungkan Kembali Jakarta Saat Lebaran

    Merenungkan Kembali Jakarta Saat Lebaran

    Jakarta – Jakarta saat Lebaran seperti menemukan ruang untuk bernapas. Jalanan yang biasanya riuh mendadak lengang, udara yang saban hari diselimuti polusi terasa lebih ringan, dan kota yang akrab dengan hiruk-pikuk sejenak melambat dalam keheningan. Ada semacam ketenangan yang menyelinap di antara gedung-gedung tinggi dan trotoar yang lebih lapang, seolah Jakarta sedang menunjukkan wajah lain—lebih ramah.

    Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta mencatat bahwa selama periode Lebaran, volume kendaraan turun hingga 50 persen dibandingkan hari biasa, sementara indeks PM2.5 merosot 60 persen, menandakan bahwa tanpa kemacetan harian, Jakarta bisa menjadi kota yang lebih sehat dan layak huni.

    Namun, di balik suasana itu, terselip sebuah ironi yang tak bisa diabaikan: mengapa Jakarta baru terasa nyaman saat sebagian besar penghuninya pergi? Jika jeda ini bisa menghadirkan kota yang lebih tertata, bukankah seharusnya ada cara agar ketenangan seperti ini bukan sekadar peristiwa musiman?

    Jakarta Tempo Dulu

    Jakarta seperti tidak pernah benar-benar dibangun dengan visi jauh ke depan, melainkan tumbuh dengan logika tambal sulam. Pada rentang 1965-1985, kota ini mengalami transformasi besar-besaran sebagai ibu kota negara, namun perencanaannya lebih berfokus pada mengejar pertumbuhan ekonomi ketimbang menciptakan tatanan kota yang berkelanjutan. Pelebaran jalan raya digenjot, kawasan bisnis di pusat kota dikembangkan, dan permukiman baru terus meluas. Namun, di tengah gegap gempita pembangunan, transportasi publik sebagai aspek krusial luput dari perhatian.

    Sejak awal, Jakarta lebih bersahabat dengan kendaraan pribadi ketimbang warganya sendiri. Pada dekade 1970-an, gagasan pembangunan ring road untuk mengurai kepadatan mulai digagas, tetapi implementasinya setengah hati. Kawasan industri mulai digeser ke pinggiran seperti Bekasi dan Tangerang, tetapi ini pun tak cukup untuk meredam gelombang harian para komuter yang tetap harus bekerja di pusat kota. Tanpa sistem transportasi massal yang memadai, Jakarta terjebak dalam pusaran urban sprawl—pertumbuhan kota yang melebar tanpa kendali, menggerogoti ruang hijau dan merenggut kenyamanan warganya.

    Seandainya rencana tata ruang masa itu terlaksana dengan lebih cermat, Jakarta mungkin tak akan sesak seperti sekarang. Distribusi pusat ekonomi akan lebih merata, tak hanya menumpuk di pusat kota, tetapi tersebar ke kota-kota satelit seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sistem transportasi publik yang matang sejak awal juga akan membentuk pola mobilitas yang lebih sehat, mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.

    Kota ini seharusnya bisa memiliki jaringan MRT dan LRT yang luas sejak dekade 1980-an, sebagaimana yang terjadi di Tokyo atau Singapura. Jika itu terjadi, kemacetan yang kini kita anggap sebagai bagian tak terpisahkan dari Jakarta mungkin hanya akan menjadi catatan sejarah. Namun, kenyataan berkata lain. Banyak rencana besar yang akhirnya hanya menjadi dokumen birokrasi. Konsistensi kebijakan mudah goyah oleh kepentingan jangka pendek.

    Dominasi bisnis properti lebih banyak didorong oleh kebutuhan pasar ketimbang visi pembangunan kota yang berkelanjutan. Urbanisasi yang tak terkendali mempercepat krisis infrastruktur. Jakarta akhirnya berkembang tanpa pola yang jelas, hingga kini harus menanggung beban kemacetan, polusi udara, dan ketimpangan ruang yang semakin nyata.

    Tantangannya Kini

    Kondisi Jakarta saat ini menggambarkan sebuah kota yang terperangkap dalam dinamika pertumbuhan yang cepat, namun tanpa pengelolaan yang seimbang. Permukiman yang semakin padat menjadi potret nyata dari kota yang kehilangan ruangnya. Dengan lebih dari 10 juta orang yang beraktivitas di pusat kota pada siang hari dan lebih dari 12 juta orang jika dihitung dengan kawasan sekitarnya, Jakarta sudah sangat sesak.

    Urban sprawl yang tak terkendali membuat kota ini terus meluas ke pinggiran, tetapi malah memperparah kepadatan di pusatnya. Kawasan permukiman yang seharusnya menjadi ruang hunian kini banyak yang terintegrasi dengan zona komersial dan industri, mengaburkan fungsi ruang dan menciptakan ketidakseimbangan. Alih-alih memberikan kenyamanan, pertumbuhan ini justru menciptakan kondisi menuju tidak layak huni.

    Kemacetan menjadi gambaran lain yang tak bisa lepas dari Jakarta. Setiap hari, warga Jakarta menghabiskan waktu berharga mereka di jalan, dengan rata-rata 2 hingga 3 jam perjalanan menuju tempat kerja. Berdasarkan laporan TomTom Traffic Index 2023, Jakarta menempati urutan ke-6 dalam daftar kota-kota dengan kemacetan terburuk di dunia, dengan indeks kemacetan mencapai 53 persen.

    Artinya, waktu tempuh perjalanan menjadi lebih lama 53 persen dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan tanpa kemacetan. Dampaknya jelas: produktivitas menurun, kualitas hidup tergerus, dan kesehatan terancam. Kemacetan ini, pada gilirannya, juga memperburuk polusi udara yang sudah lama menjadi masalah utama.

    Polusi udara di Jakarta mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan kualitas udara yang sering berada pada level berbahaya. Partikel halus (PM2.5) dan nitrogen dioksida (NO2), yang mayoritas berasal dari kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran sampah, menjadi musuh utama. Data IQAir pada 2024 menunjukkan bahwa kualitas udara Jakarta sering kali berada pada kategori “berbahaya” atau “tidak sehat”, memberikan dampak buruk pada kesehatan pernapasan dan jantung, terutama bagi anak-anak dan lansia.

    Dengan lebih dari 17 juta kendaraan yang mengisi jalan-jalan Jakarta, emisi gas buang semakin sulit untuk dikendalikan. Akibatnya, polusi udara semakin menjadi ancaman nyata bagi kesehatan warga kota, memperburuk kualitas hidup mereka setiap harinya.

    Jakarta kini menjadi cerminan dari sebuah kota yang terus berkembang, tetapi dengan harga yang semakin mahal. Kemacetan yang kronis, polusi udara yang semakin buruk, serta ketimpangan dalam penataan ruang menunjukkan bahwa pertumbuhan kota ini lebih mengarah pada keberlanjutan yang rentan.

    Jika strategi penataan ruang dan transportasi tidak diterapkan dengan berani dan lebih terintegrasi, maka Jakarta akan semakin terjerat dalam lingkaran krisis perkotaan yang sulit untuk diatasi. Sudah saatnya Jakarta berhenti hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi semata, dan mulai memperhitungkan batas ekologis serta daya dukung ruang kota.

    Kota ini membutuhkan visi pembangunan yang berpihak pada keberlanjutan, untuk memastikan bahwa masa depannya lebih layak huni, nyaman, dan ramah lingkungan. Sebab apa yang kita saksikan hari ini bukanlah sekadar hasil dari keputusan-keputusan di masa lalu, melainkan konsekuensi dari cara kita memahami dan mengelola kota.

    Batasi Pertumbuhan

    Laporan Club of Rome tentang Limit to Growth pada 1972 adalah pengingat kepada dunia akan bahaya pertumbuhan tak terbatas yang dapat membawa kehancuran ekologis. Tak sedikit kota besar berusaha mencari model pembangunan yang lebih berkelanjutan. Namun, Jakarta, sayangnya, masih terperangkap dalam paradigma ekspansi yang tidak terkendali.

    Fenomena urban sprawl yang meluas tanpa pengendalian matang semakin memperparah ketimpangan akses terhadap infrastruktur dan layanan publik. Permukiman yang tumbuh liar tanpa koneksi transportasi yang efisien semakin meningkatkan ketergantungan pada kendaraan pribadi. Hal ini tidak hanya memperburuk kemacetan, tetapi juga mengakibatkan polusi udara yang merusak kualitas hidup warganya.

    Untuk keluar dari jebakan ini, Jakarta harus berani mengubah arah kebijakan perencanaan kota. Alih-alih terus memperluas wilayah terbangun dan membangun jalan-jalan baru yang hanya akan mendorong penggunaan kendaraan pribadi lebih masif, kota ini seharusnya mulai mengoptimalkan ruang yang sudah ada.

    Penerapan konsep compact city yang mengutamakan pembangunan vertikal yang terhubung dengan sistem transportasi publik yang efisien bisa menjadi solusi yang tepat. Kawasan Transit-Oriented Development (TOD) yang sudah mulai diterapkan memang menunjukkan potensi, namun perlu diperluas dan diintegrasikan secara menyeluruh. Tanpa itu, TOD hanya akan menjadi proyek prestisius yang tak membawa perubahan signifikan terhadap sistem transportasi dan mobilitas kota.

    Selain itu, pembatasan kendaraan pribadi adalah langkah penting yang harus diambil Jakarta. Sistem ganjil-genap yang ada saat ini, meskipun sudah memberikan dampak positif, masih belum cukup efektif. Oleh karena itu, kebijakan pajak kendaraan yang lebih tinggi bagi keluarga yang memiliki lebih dari satu mobil harus segera diberlakukan.

    Pendekatan ini akan semakin efektif jika disertai dengan penguatan sistem transportasi publik yang lebih terintegrasi, nyaman, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Tanpa langkah tegas dan terencana, Jakarta akan terus melampaui daya dukung ekologisnya, dan pada akhirnya, kota ini akan terperangkap dalam ketidakseimbangan lingkungan yang semakin sulit untuk diperbaiki.

    Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kendaraan, Jakarta memerlukan kebijakan yang lebih berani dan berfokus pada keberlanjutan, bukan hanya pertumbuhan yang eksploitatif. Jika kota ini terus terjebak dalam pola pikir pembangunan tanpa batas, dampak ekologis yang semakin berat akan menghantui kita semua, mengancam keberlanjutan sosial dan ekonomi di masa depan.

    Kota yang nyaman, ramah lingkungan, dan berkelanjutan bukanlah impian yang tidak mungkin diwujudkan, tetapi itu hanya akan tercapai jika kita mulai merancang kembali Jakarta dengan visi yang jauh ke depan, mengutamakan keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan.

    Perlu Keseimbangan

    Konsep Doughnut Economy yang diperkenalkan oleh Kate Raworth pada 2012 menawarkan solusi yang lebih berimbang: bagaimana memastikan pertumbuhan ekonomi tetap berjalan tanpa menghancurkan ekosistem yang menopang kehidupan di dalamnya. Jakarta, sebagai kota yang terus berkembang pesat, seharusnya dapat mengadopsi model ini dengan menggeser orientasi kebijakannya dari ekspansi ke optimalisasi, dari pola pertumbuhan eksploitatif ke pola yang lebih regeneratif.

    Langkah pertama yang harus diambil adalah penyebaran pusat-pusat ekonomi ke luar Jakarta. Kota-kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Depok, dan Karawang harus didorong untuk berkembang sebagai pusat bisnis dan industri baru. Hal ini harus didukung dengan pembangunan sistem transportasi publik yang terintegrasi dan berkualitas tinggi, agar arus komuter yang membebani Jakarta bisa berkurang secara signifikan. Dengan demikian, pusat kota tidak lagi menjadi satu-satunya episentrum ekonomi yang menciptakan beban berlebih pada infrastruktur dan kualitas hidup warganya.

    Langkah kedua yang krusial adalah memperhatikan ruang hijau dan infrastruktur berbasis alam dalam perencanaan kota. Ruang terbuka hijau seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetis, tetapi harus menjadi bagian integral dari sistem ekologis kota yang berperan sebagai kawasan resapan air, pengendali suhu, serta habitat untuk biodiversitas. Jakarta harus memiliki target yang jelas untuk memastikan keberadaan ruang hijau yang fungsional, bukan sekadar taman kecil yang hanya ada sebagai simbol penghijauan. Ruang hijau yang nyata bisa membantu menjaga keseimbangan lingkungan, serta mengurangi dampak pemanasan global.

    Langkah ketiga adalah implementasi sistem ekonomi regeneratif dalam sektor industri dan pembangunan. Alih-alih membiarkan industri berbasis bahan bakar fosil terus berkembang tanpa kendali, Jakarta harus segera bertransisi ke ekonomi berbasis energi terbarukan. Pengelolaan limbah yang lebih ketat juga harus diberlakukan. Kawasan industri yang ada bisa diubah menjadi ecopark yang menerapkan prinsip ekonomi sirkular, limbah dari proses produksi diolah kembali menjadi sumber daya yang dapat digunakan. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berdampak negatif pada daya dukung ekologis kota.

    Keempat, kebijakan pengendalian alih fungsi lahan harus ditegakkan dengan lebih disiplin. Saat ini, konversi lahan hijau dan pertanian menjadi kawasan properti komersial sering kali terjadi tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Pembatasan ini harus diiringi dengan dorongan untuk pembangunan berbasis green building, yang lebih ramah lingkungan. Insentif fiskal untuk pembangunan yang mengutamakan keberlanjutan harus diprioritaskan agar pengembang lebih termotivasi untuk mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan.

    Langkah kelima yang tidak kalah penting adalah melibatkan masyarakat dalam pengelolaan kota. Model urban commons, warga kota berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumber daya seperti air, energi, dan ruang publik, bisa menjadi solusi untuk mengurangi tekanan ekonomi sekaligus meningkatkan keterlibatan sosial. Kesadaran publik mengenai pentingnya pola hidup berkelanjutan juga harus terus didorong agar kebijakan pemerintah dapat berjalan dengan efektif dan diterima dengan baik oleh masyarakat.

    Jakarta saat Lebaran memang memberikan gambaran tentang kota yang lebih tenang, sehat, dan nyaman untuk dihuni. Namun, untuk mewujudkan kondisi ini secara permanen, kita harus mulai dengan merencanakan dan membangun kota ini dengan pendekatan yang lebih bijak dan berkelanjutan. Penerapan konsep-konsep keberlanjutan seperti Doughnut Economy dalam pengelolaan tata ruang, penguatan sistem transportasi publik, serta kebijakan yang memprioritaskan keseimbangan ekologis akan menjadikan Jakarta sebagai kota yang tidak hanya maju, tetapi juga ramah lingkungan.

    Perubahan ini tentu saja tidak bisa tercapai hanya dengan satu atau dua kebijakan semata. Dibutuhkan komitmen bersama dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan Jakarta yang lebih baik. Sebuah kota yang nyaman, aman, dan berkelanjutan adalah cita-cita yang bukan hanya impian, melainkan tujuan yang bisa dicapai jika kita bertindak dengan tegas dan visioner. Jakarta yang lebih baik bukanlah sebuah utopia yang jauh dari kenyataan, melainkan sebuah distopia yang bisa dihindari jika kita bertindak sekarang.

    Dengan kebijakan yang berfokus pada keberlanjutan dan pengelolaan kota yang bijak, kita bisa memastikan bahwa Jakarta akan berkembang menjadi kota yang seimbang, kemajuan dan keberlanjutan berjalan seiring sejalan.

    Marselinus Nirwan Luru staf pengajar Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Trisakti

    (mmu/mmu)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Legislator DKI apresiasi respons cepat Pemprov tangani banjir

    Legislator DKI apresiasi respons cepat Pemprov tangani banjir

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Bun Joi Phiau memberikan apresiasi terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) yang bergerak cepat untuk menangani daerah yang terendam banjir.

    “Kami mengacungi jempol kepada respons Pemprov DKI Jakarta terhadap hujan dan banjir yang terjadi,” kata Bun di Jakarta, Senin.

    Bun mengaku sudah berkomunikasi dengan Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta untuk memastikan infrastruktur dan personel pengendalian banjir bekerja secara optimal di lapangan.

    Karena, kata dia, berkat respon yang cepat maka genangan air di beberapa tempat bisa lebih cepat dikeringkan dan surut, sehingga tidak terlalu lama mengganggu aktivitas masyarakat.

    “Semua pasukan biru bekerja keras, meskipun masih momen lebaran di mana seharusnya semua berlibur. Dedikasi ini harus kita apresiasi karena menunjukkan komitmen terhadap publik yang dilayani,” ujarnya.

    Kendati demikian, masih ada beberapa hal lainnya yang perlu ditingkatkan supaya mitigasi dalam penanganan banjir dapat berjalan lebih baik lagi ke depannya.

    Ke depan, tambah dia, arah pembangunan infrastruktur banjir harus diarahkan untuk menyediakan konstruksi yang dapat terus memperlancar lajunya air dan penyerapan air di Jakarta.

    “Kali-kali harus terus dikeruk. Kemudian, ruang terbuka hijau perlu ditambah. Selanjutnya, jaringan saluran-saluran air juga perlu diperluas,” katanya.

    Pemprov DKI Jakarta juga diharapkan bisa meningkatkan kemampuan ibu kota memitigasi bencana banjir yang disebabkan baik oleh hujan lokal maupun kiriman dari daerah ke depannya.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Destinasi Liburan Murah di Jakarta? Berikut Daftar Rekomendasi Tamannya
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 April 2025

    Destinasi Liburan Murah di Jakarta? Berikut Daftar Rekomendasi Tamannya Megapolitan 5 April 2025

    Destinasi Liburan Murah di Jakarta? Berikut Daftar Rekomendasi Tamannya
    Editor
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Liburan pada momen Lebaran 2025 bersama keluarga tidak selalu harus ke luar kota atau nguras dompet.
    Buat kamu yang tinggal di Jakarta dan ingin refreshing bersama keluarga atau teman tanpa harus keluar banyak uang, mungkin ini bisa memanfaatkan ruang terbuka hijau.
    Lewat unggahan akun Instagram @dkijakarta, Pemprov Jakarta kasih rekomendasi tiga taman kota terbaru yang punya fasilitas kece dan cocok banget buat piknik santai, olahraga, sampai main bareng anak-anak.
    Serunya lagi, semua lokasi ini bisa kamu temukan dengan mudah lewat fitur Peta di aplikasi JAKI.
    Berikut tiga taman kota terbaru di Jakarta yang wajib kamu datangi:
    Taman yang satu ini cocok buat semua kalangan, dari anak kecil sampai orang tua.
    Anak-anak bisa puas main di playground, sementara orang tua bisa jogging, olahraga di outdoor fitness, atau sekadar refleksi kaki di jalur khusus.
    Ada juga area amphitheater dan plaza buat kumpul-kumpul santai, bahkan taman berkebun juga ada.
    Kalau kamu tinggal di Jakarta Selatan, Taman Bango Pola bisa jadi spot favorit baru.
    Selain playground yang seru, taman ini juga punya jalur jogging dan area buat nonton pertandingan olahraga.
    Masyarakat bisa duduk santai di gazebo sambil nikmatin pemandangan bunga dan pepohonan yang rindang.
    Buat warga Jakbar, taman ini bisa jadi tempat healing murah meriah. Ada playground, lapangan olahraga, dan fasilitas fitness outdoor buat masyarakat yang pengen tetap aktif.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Daftar Lengkap Lokasi Rest Area di Tol Trans Jawa untuk Istirahat saat Arus Balik Lebaran 2025

    Daftar Lengkap Lokasi Rest Area di Tol Trans Jawa untuk Istirahat saat Arus Balik Lebaran 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Rest area menjadi lokasi penting yang dibutuhkan para pemudik saat istirahat dalam perjalanan ke kampung halaman.

    Biasanya, di sepanjang jalan tol ada banyak titik lokasi rest area.

    Rest area ini memiliki tiga tipe. TIPE A adalah rest area tipe besar yang dilengkapi SPBU, rumah makan, ATM, pengisian e-Toll, toilet, klinik kesehatan, minimarket, masjid/musholla, ruang terbuka hijau hingga lahan parkir yang cukup luas.

    TIPE B adalah rest area tipe sedang yang tidak memiliki SPBU, namun telah dilengkapi beberapa fasilitas umum seperti musala, toilet, dan restoran.

    Sedangkan TIPE C adalah rest area yang ukuran lebih kecil jika dari TIPE A dan TiIPE B. Rest area TIPE C umumnya hanya memiliki toilet, kios atau warung, musala kecil dan tempat parkir yang bersifat sementara.

    Jika terdapat kode A pada rest area tersebut, maka lokasinya berada di jalur yang pergi meninggalkan Jakarta menuju ke arah Timur. Sedangkan, rest area dengan kode B adalah jalur yang menuju ke arah Jakarta atau menuju Barat.

    Daftar Rest Area Tol Trans Jawa yang Dapat Anda Singgahi 2025

    Rest Area Tol Trans Jawa Koridor Merak-Jakarta

    Berikut adalah daftar lokasi rest area yang tersedia di ruas tol Tangerang-Merak dan Jakarta-Tangerang berdasarkan arah perjalanan.

    1. Ruas Tol Tangerang-Merak

    Arah menuju Merak: TIPE A KM 42 dan TIPE A KM 68
    Arah menuju Jakarta: TIPE A KM 68 dan TIPE A KM 45

    2. Ruas Tol Jakarta-Tangerang

    Arah menuju Tangerang: TIPE A KM 13
    Arah menuju Jakarta: TIPE A KM 14

    Rest Area Tol Trans Jawa Koridor Jakarta-Cirebon-Semarang

    Salah satu rest area di bawah ini dapat menjadi pilihan memiliki fasilitas lengkap untuk memenuhi kebutuhan pengemudi dan penumpang. Berikut adalah daftar rest area berdasarkan ruas tol dan arah perjalanan.

    1. Ruas Tol Jakarta-Cikampek

    Arah menuju Cikampek: TIP C KM 18, TIP A KM 19, TIP C KM 25, TIP B KM 33, TIP A KM 40, TIP C KM 41, TIP B KM 50, TIP A KM 57, dan TIP C KM 59
    Arah menuju Jakarta: TIPE A KM 6, TIPE C KM 19, TIPE B KM 32, TIPE C KM 34, TIPE A KM 42, TIPE B KM 52, TIPE C KM 58, TIPE A KM 62, dan TIPE B KM 71

    2. Ruas Tol Cikampek-Palimanan

    Arah menuju Palimanan: TIPE B KM 86, TIPE A KM 102, TIPE B KM 130, dan TIPE A KM 166
    Arah menuju Cikampek: TIPE B KM 86, TIPE A KM 101, TIPE B KM 130, dan TIPE A KM 164

    3. Ruas Tol Palimanan-Kanci

    Arah menuju Kanci: TIPE A KM 207
    Arah menuju Palimanan: TIPE A KM 208

    4. Ruas Tol Kanci-Pejagan

    Arah menuju Pejagan: TIPE A KM 228
    Arah menuju Kanci: TIPE A KM 229

    5. Ruas Tol Pejagan-Pemalang

    Arah menuju Pemalang: TIPE B KM 252, TIPE B KM 275, dan TIPE A KM 287
    Arah menuju Pejagan: TIPE B KM 260, TIPE B KM 282 dan TIPE A KM 293

    6. Ruas Tol Pemalang-Batang

    Arah menuju Batang: TIPE C KM 344
    Arah menuju Pemalang: TIPE C KM 344

    7. Ruas Tol Batang-Semarang

    Arah menuju Semarang: TIP A KM 379 dan TIP B KM 391
    Arah menuju Batang: TIP A KM 360 dan TIP A KM 389

    Rest Area Tol Trans Jawa Terdekat Koridor Semarang-Surakarta-Surabaya

    Berikut adalah daftar rest area sebelum Anda melanjutkan perjalanan berdasarkan ruas tol dan arah perjalanan:

    1. Ruas Tol Semarang ABC

    Semarang dalam kota: TIP B KM 5

    2. Ruas Tol Semarang-Solo

    Arah menuju Solo: TIP A KM 429, TIP C KM 458, dan TIP C KM 487
    Arah menuju Semarang: TIP C KM 429, TIP B KM 444, TIP C KM 456, dan TIP C KM 487

    3. Ruas Tol Solo-Ngawi

    Arah menuju Ngawi: TIP A KM 519, TIP B KM 538, dan TIP A KM 575
    Arah menuju Solo: TIP A KM 519, TIP B KM 538, dan TIP A KM 575

    4. Ruas Tol Ngawi-Kertosono

    Arah menuju Kertosono: TIP B KM 597, TIP A KM 626, dan TIP C KM 640
    Arah menuju Ngawi: TIP B KM 597, TIP A KM 626, dan TIP C KM 640

    5. Ruas Tol Kertosono-Mojokerto

    Arah menuju Mojokerto: TIP B KM 678 dan TIP B KM 695
    Arah menuju Kertosono: TIP B KM 678 dan TIP B KM 695

    6. Ruas Tol Mojokerto-Surabaya

    Arah menuju Surabaya: TIP A KM 725
    Arah menuju Mojokerto: TIP A KM 726

    Rest Area Tol Trans Jawa Terdekat Koridor Surabaya-Gempol-Banyuwangi

    Rest area di Tol Trans Jawa koridor Surabaya-Gempol-Banyuwangi menjadi pilihan tepat bagi pengendara yang membutuhkan tempat istirahat selama perjalanan. Berikut adalah daftar rest area berdasarkan ruas tol dan arah perjalanan:

    1. Ruas Tol Surabaya-Gempol

    Arah menuju Gempol: TIP A KM 26
    Arah menuju Surabaya: TIP A KM 25

    2. Ruas Tol Gempol-Pasuruan

    Arah menuju Pasuruan: TIP C KM 792
    Arah menuju Gempol: TIP C KM 792

    3. Ruas Tol Pasuruan-Probolinggo

    Arah Probolinggo: TIP C KM 819 dan 833
    Arah Pasuruan: TIP C KM 833 dan 819

  • Melihat Suasana Pasar Seni Ancol Saat Libur Lebaran, Sunyi Ketenangan di Pusat Keramaian – Halaman all

    Melihat Suasana Pasar Seni Ancol Saat Libur Lebaran, Sunyi Ketenangan di Pusat Keramaian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah riuh pengunjung di kawasan Ancol, Pasar Seni berdiri bak oase ketenangan.

    Lorong-lorongnya sepi berhiaskan lukisan, patung, dan kerajinan tangan yang menyimpan cerita di setiap goresan.

    Meski berada di pusat keramaian, tempat ini anomali. Sekira 200 kios itu hidup segan mati tak mau, meski bisa dinikmati cuma-cuma alias gratis.

    Saat Tribunnews datang di siang hari, tepat pada hari keempat lebaran tidak ada pengunjung yang mampir ke bangunan yang sudah berdiri hampir setengah abad itu.

    KARYA SENI – Patung dan sejumlah lukisan tampak tidak terurus di Pasar Seni Ancol. Pasar Seni dan Ecopark, menjadi unit yang bisa dinikmati gratis oleh pengunjung. (Tribunnews.com/Alfarizy)

    Padahal, siang itu, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, mencatat ada 37.166 pengunjung yang datang ke Ancol.

    Beberapa pengunjung hanya bersantai di halaman pasar seni yang memang rindang dan sepi, cocok untuk melepas penat dari keramaian.

    Layaknya Pasar Seni, di kios-kios tersebut tentu menawarkan nilai estetika, ekspresi, atau simbolik.

    Karya-karya dari para seniman itu hanya dipajang di kios tanpa penjagaan. Bentuknya masih apik, meski berselimut debu.

    Bahkan, ada beberapa kios yang memang sudah tidak digunakan, karya seninya pun entah dipindah kemana.

    Hanya ada 1-2 penjaga kios yang terlihat berada di lokasi siang itu. Sisanya, ratusan kios hanya dipakai tempat bermain bagi kucing.

    Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Daniel Windriatmoko, mengimbau agar para pengunjung bisa menikmati Pasar Seni dan juga Ecopark, yang menjadi ruang terbuka hijau (RTH) di area Ancol.

    “Dua area ini adalah yang paling teduh, dan ini mengapa titik parkir kami arahkan ke sana (Ecopark dan Pasar Seni),” ungkap Daniel, kepada Tribunnews.

    “Supaya para pengunjung bisa menikmati, yang habis dari pantai bisa ‘adem-adem’ di Pasar Seni dan Ecopark,” imbuhnya.

  • Puncak Bogor Macet! Ini Rekomendasi 8 Tempat Wisata Alam di Jakarta

    Puncak Bogor Macet! Ini Rekomendasi 8 Tempat Wisata Alam di Jakarta

    Jakarta, Beritasatu.com – Memasuki musim libur Lebaran, Puncak Bogor kerap menjadi tempat utama masyarakat untuk pergi berlibur dengan berwisata. Akibatnya, kawasan ini sering mengalami kemacetan akibat lonjakan kendaraan pengunjung.

    Bagi yang ingin menikmati suasana alam tanpa harus terjebak macet, Jakarta memiliki beberapa alternatif wisata alam yang bisa dikunjungi dengan mudah.

    Dihimpun dari berbagai sumber, berikut delapan rekomendasi wisata alam di Jakarta yang menawarkan keindahan dan ketenangan.

    Tempat Wisata Alam di Jakarta

    1. Taman Wisata Alam Mangrove

    Taman Wisata Alam Mangrove yang terletak di kawasan Angke Kapuk menghadirkan suasana hijau yang asri dan udara yang segar. Pengunjung dapat berjalan-jalan menikmati keindahan hutan mangrove, berfoto, atau bahkan mengikuti program penanaman mangrove.

    Tempat ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB hingga 17.30 WIB pada hari kerja dan pukul 07.00 WIB pada akhir pekan serta hari libur nasional. Harga tiket masuknya bervariasi, mulai dari Rp 30.000 untuk dewasa dan Rp 15.000 untuk anak-anak.

    2. Taman Margasatwa Ragunan

    Bagi yang ingin melihat berbagai macam satwa, Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta Selatan adalah pilihan tepat. Selain menghadirkan berbagai spesies hewan, tempat ini juga dilengkapi dengan taman refleksi dan area bermain anak.

    Kebun binatang ini buka dari Selasa hingga Minggu mulai pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB, dengan tarif masuk Rp 4.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak.

    3. Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK)

    Hutan Kota GBK merupakan ruang terbuka hijau yang cocok untuk piknik atau sekadar bersantai. Tempat ini dibuka dari Selasa hingga Minggu dengan dua sesi kunjungan, yakni pukul 06.00-10.00 WIB dan 15.00-18.00 WIB. Tidak ada biaya masuk, sehingga pengunjung dapat menikmati suasana asri secara gratis.

    4. Tebet Eco Park

    Taman ini menawarkan area hijau dengan berbagai fasilitas seperti Jembatan Infinity, TEP Plaza, dan taman tematik. Selain menjadi tempat bersantai, Tebet Eco Park juga mendukung pelestarian lingkungan dan interaksi antara manusia dengan alam. Tempat ini buka setiap hari dari pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB tanpa dipungut biaya masuk.

    5. Pulau Pari

    Tempat wisata selanjutnya, Pulau Pari yang terletak di Kepulauan Seribu, dikenal dengan pantainya yang alami dan keindahan bawah lautnya. Pengunjung dapat menikmati snorkeling, bermain water sports, atau sekadar bersantai di pantai. Pulau Pari buka setiap hari dari pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB dengan tiket masuk seharga Rp 30.000 per orang.

    6. Pantai Ancol

    Pantai Ancol menawarkan kombinasi keindahan laut dan suasana perkotaan yang nyaman. Pengunjung dapat berenang, bermain pasir, menikmati matahari terbit dan terbenam, atau mencoba berbagai wahana air. Pantai ini buka setiap hari mulai pukul 06.00 WIB hingga 24.00 WIB dengan tiket masuk Rp 35.000 per orang.

    7. Pulau Pramuka

    Pulau ini merupakan pusat konservasi penyu sisik yang terancam punah. Selain menikmati pemandangan laut, pengunjung juga dapat belajar mengenai kehidupan penyu sebelum dilepaskan ke alam bebas. Pulau Pramuka dapat dikunjungi kapan saja karena beroperasi 24 jam, meskipun terdapat biaya untuk transportasi penyeberangan.

    8. Taman Menteng

    Taman Menteng merupakan ruang terbuka hijau dengan berbagai fasilitas seperti jogging track, taman bermain anak, dan lapangan olahraga. Taman ini juga memiliki rumah kaca yang menjadi spot foto menarik. Beroperasi selama 24 jam, taman ini dapat dikunjungi tanpa biaya masuk.

    Bagi masyarakat yang ingin menghindari kemacetan di Puncak, Jakarta memiliki banyak pilihan tempat wisata alam yang menarik dan mudah diakses. Dengan berbagai pilihan ini, liburan tetap bisa dinikmati tanpa harus bepergian jauh.