Tempat Fasum: RSPI Sulianti Saroso

  • Sebelum Meninggal Hotma Sitompul Alami Ganguan Ginjal hingga Cuci Darah, Ini Cara Pencegahannya – Halaman all

    Sebelum Meninggal Hotma Sitompul Alami Ganguan Ginjal hingga Cuci Darah, Ini Cara Pencegahannya – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Kabar duka saat ini datang dari dunia hukum Indonesia.

    Hotma Sitompul, Pengacara senior yang dikenal dalam menangani berbagai kasus besar ini meninggal dunia Rabu (17/4/2025) kemarin. 

    Sebelum meninggal, kondisi kesehatan Hotma dilaporkan menurun drastis hingga harus menjalani cuci darah secara rutin. 

    Kondisi kesehatan yang mengharuskan seseorang menjalani cuci darah umumnya berkaitan dengan gangguan pada fungsi ginjal.

    Prosedur ini biasanya dilakukan ketika ginjal tidak lagi mampu menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah secara optimal.

    Dilansir dari website Kementerian Kesehatan, ginjal berfungsi untuk membuang sisa metabolisme dalam tubuh.

    Semua proses dalam tubuh akan dibuang melalui hati dan ginjal, pembuangan dari ginjal disalurkan melalui urin sedangkan pembuangan dari hati itu melalui anus.

    Fungsi ginjal selain memproduksi urin adalah sebagai keseimbangan cairan.

    Misal saat suhu udara dingin maka tubuh akan lebih sering buang air kecil, tapi kalau suhu udara panas tubuh akan merasa kekurangan cairan.

    Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr. Zulkhair Ali mengatakan kalau ginjal tidak berfungsi maka akan terjadi gagal ginjal. 

    Ia menyebut penyakit ginjal yang umum dialami adalah batu ginjal, infeksi ginjal, radang ginjal, ginjal karena diabetes, ginjal karena hipertensi, ginjal karena lupus, dan ginjal karena polikistik.

    Penyakit-penyakit tersebut dapat menurunkan fungsi ginjal. 

    Fungsi ginjal dapat dibagi dua, umumnya yaitu gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronik. Kemudian pada penyakit ginjal kronik ada fase yang dinamakan akut on kronik

    “Yang menarik adalah pada penyakit ginjal akut, gejala pada pasien terlihat berat sekali tapi bisa sembuh sempurna. Sedangkan penyakit ginjal kronik itu pasien tidak merasakan apapun, tidak ada gejala, tapi ketika sudah berat akhirnya harus cuci darah dan tidak bisa disembuhkan kembali,”kata dr Zulkhairi, dilansir dari website resmi, Rabu (16/5/2025). 

    Penyakit ginjal kronik, lanjutnya, merupakan masalah kesehatan global karena prevalensi gagal ginjal itu semakin hari semakin meningkat. 

    Tidak hanya itu penyakit tersebut bersifat progresif dan tidak bisa sembuh kembali, tingkat mortalitas yang tinggi, dan memakan biaya mahal.

    Ilustrasi dokter ginjal (freepik)

    Karenanya perlu dilakukan pencegahan dengan deteksi sedini mungkin terhadap penderita penyakit ginjal. 

    Pencegahan idealnya dilakukan dari fase normal, yakni menskrining orang-orang yang tidak sakit untuk mengetahui apakah ada faktor risiko terjadinya penyakit ginjal atau tidak.

    Kalau sudah ditemukan adanya faktor risiko, maka langkah selanjutnya harus menurunkan faktor risiko tersebut. 

    Skrining juga dilakukan terhadap pasien-pasien yang sedang mengalami penyakit ginjal.

    “Kemudian kalau sudah terjadi kerusakan kita harus melakukan pengobatan, baik melakukan pengobatan terhadap ginjalnya untuk menunda atau memperlambat progresivitas penyakit ginjalnya nya maupun mengobati komorbid yang ada,” ucap dr. Zulkhair.

    Namun apabila sudah terjadi gagal ginjal maka harus dilakukan terapi pengganti ginjal atau transplantasi ginjal.

    Sebagai langkah pencegahan diperlukan deteksi dini penyakit ginjal dengan mengenali penyebab – penyebab gagal ginjal. 

    Penyebab penyakit ginjal yang paling sering terjadi adalah hipertensi, diabetes, dan radang ginjal.

    Sementara untuk gejala penyakit ginjal kronis antara lain mual, gatal-gatal, sesak napas, anemia, dan hipertensi. 

    Sayangnya gejala ini baru muncul setelah tahap lanjut atau pada stadium lanjut. Pada stadium awal gejala sama sekali tidak terlihat atau tidak terasa.

    Oleh karena itu solusinya adalah harus melakukan pemeriksaan secara berkala, secara rutin.

    Terutama bagi faktor risiko menderita penyakit ginjal antara lain usia di atas 50 tahun, penderita diabetes, penderita hipertensi, perokok, obesitas, dan ada riwayat keluarga yang menderita penyakit ginjal.

    “Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap 1 tahun,” ucapnya.

    Penyebab Hotma Sitompul Sempat Cuci Darah 

    Diketahui beberapa kali Hotma Sitompoel melakukan cuci darah sebelum meninggal dunia.

    Cuci darah atau dialisis adalah perawatan bagi orang dengan kondisi ginjal yang sudah tidak lagi berfungsi. 

    Bila mengalami gagal ginjal, ginjal tidak lagi bisa menyaring darah sebagaimana mestinya.

    Kebutuhan untuk cuci darah meningkat secara signifikan dari tahun 2007 hingga 2020, dengan cuci darah menjadi prosedur yang paling banyak dilakukan pada tahun 2021. (HANDOUT)

    Penyakit ginjal dibagi menjadi 2 bagian, yaitu akut dan kronis.

    Penyakit ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan berpotensi kembali normal bila penyebabnya telah diatasi.

    Sedangkan penyakit ginjal kronis berlangsung perlahan-lahan selama tidaknya tiga bulan dan dapat menyebabkan gagal ginjal permanen.

    Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: riwayat keluarga, penyakit ginjal, kelahiran prematur, usia, trauma atau kecelakaan, jenis penyakit tertentu (Lupus, Anemia, Kanker, AIDS, Hepatitis C dan Gagal Jantung Berat).

    Faktor risiko yang dapat dimodifikasi Diabetes (tipe2), Hipertensi, Konsumsi Obat, Pereda Nyeri, Napza Radang Ginjal.

    Penyakit ginjal menjadi salah satu yang paling diperhatikan di negara ini. 

    Selain angka pasien yang cukup tinggi, penyakit ginjal juga menelan angka pengobatan yang tidak sedikit. 

    Kasus ginjal di Indonesia

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2018 menunjukkan prevalensi penyakit ginjal di Indonesia sebesar 0,38 persen atau 3,8 orang per 1000 penduduk. 

    Diketahui, umumnya masyarakat Indonesia baru memeriksakan diri jika penyakit sudah berada di stadium lanjut. 

    Menurut Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso I Wayan Nariata sebagian besar penyakit ginjal tidak bergejala sama sekali. 

    Namun, pada tahap agak lanjut, ada beberapa gejala yang bisa dicurigai sebagai penyakit ginjal. 

    “Di awal biasanya sama sekali tidak ada gejala. Tapi begitu lebih lanjut, biasanya ada beberapa yang bisa kita kenali,” ungkapnya pada talk show kesehatan di Kementerian Kesehatan, Senin (14/5/2024). 

    Pertama, muncul keluhan kaki bengkak. Sebagian orang berpikir jika kaki bengkak karena berdiri terlalu lama. 

    Padahal, kondisi ini bisa jadi pertanda jika cairan di dalam tubuh sulit dikeluarkan karena ginjal yang bermasalah. 

    Kedua, tubuh mudah lemas dan pusing. Biasanya, dokter dalam hal ini akan melakukan pemeriksaan adanya dugaan dari penyakit lain. 

    Tanda yang ketiga adalah jarang buang air kecil. 

    “Biasanya (volume urine) normal 1.500-2000 cc perhari. Tiba-tiba berkurang, misalnya kurang dari 400 cc per hari,” ungkapnya pada talk show kesehatan, Kementerian Kesehatan, Senin (14/5/2025). 

    Keempat, muncul rasa gatal-gatal di seluruh tubuh dan tidak kunjung membaik jika diberi obat kulit biasa. 

    Terakhir, pada stadium lanjut muncul rasa mual dan muntah-muntah. 

    Untuk mencegah penyakit ginjal sampai ke stadium lanjut, dr Nariata menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dini atau skrining. 

     

    Skrining bisa menggunakan pemeriksaan darah dan urine.

    “Sebenarnya sangat sederhana dari pemeriksaan urine. Nanti kita bisa lihat apakah ada protein di urine. Secara awam bilangnya ada kebocoran protein,” jelasnya. 

    Selain protein, perlu dicurigai adanya kerusakan ginjal jika ditemukan adanya darah pada urine. Kondisi ini disebut sebagai hematuria. 

    Dengan melakukan pemeriksaan, kita menjadi tahu apakah sudah ada gangguan atau belum pada ginjal. 

  • Waspada, Sering Lemas dan Jarang Pipis Bisa Jadi Tanda Penyakit Ginjal – Halaman all

    Waspada, Sering Lemas dan Jarang Pipis Bisa Jadi Tanda Penyakit Ginjal – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyakit ginjal menjadi salah satu yang paling diperhatikan di negara ini. 

    Selain angka pasien yang cukup tinggi, penyakit ginjal juga menelan angka pengobatan yang tidak sedikit. 

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2018 menunjukkan prevalensi penyakit ginjal di Indonesia sebesar 0,38 persen atau 3,8 orang per 1000 penduduk. 

    Diketahui, umumnya masyarakat Indonesia baru memeriksakan diri jika penyakit sudah berada di stadium lanjut. 

    Menurut Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso I Wayan Nariata sebagian besar penyakit ginjal tidak bergejala sama sekali. 

    Namun, pada tahap agak lanjut, ada beberapa gejala yang bisa dicurigai sebagai penyakit ginjal. 

    “Di awal biasanya sama sekali tidak ada gejala. Tapi begitu lebih lanjut, biasanya ada beberapa yang bisa kita kenali,” ungkapnya pada talk show kesehatan di Kementerian Kesehatan, Senin (14/5/2024). 

    Pertama, muncul keluhan kaki bengkak. Sebagian orang berpikir jika kaki bengkak karena berdiri terlalu lama. 

    Padahal, kondisi ini bisa jadi pertanda jika cairan di dalam tubuh sulit dikeluarkan karena ginjal yang bermasalah. 

    Kedua, tubuh mudah lemas dan pusing. Biasanya, dokter dalam hal ini akan melakukan pemeriksaan adanya dugaan dari penyakit lain. 

    Tanda yang ketiga adalah jarang buang air kecil. 

    “Biasanya (volume urine) normal 1.500-2000 cc perhari. Tiba-tiba berkurang, misalnya kurang dari 400 cc per hari,” ungkapnya pada talk show kesehatan, Kementerian Kesehatan, Senin (14/5/2025). 

    Keempat, muncul rasa gatal-gatal di seluruh tubuh dan tidak kunjung membaik jika diberi obat kulit biasa. 

    Terakhir, pada stadium lanjut muncul rasa mual dan muntah-muntah. 

    Untuk mencegah penyakit ginjal sampai ke stadium lanjut, dr Nariata menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dini atau skrining. 

    Skrining bisa menggunakan pemeriksaan darah dan urine.

    “Sebenarnya sangat sederhana dari pemeriksaan urine. Nanti kita bisa lihat apakah ada protein di urine. Secara awam bilangnya ada kebocoran protein,” jelasnya. 

    Selain protein, perlu dicurigai adanya kerusakan ginjal jika ditemukan adanya darah pada urine. Kondisi ini disebut sebagai hematuria. 

    Dengan melakukan pemeriksaan, kita menjadi tahu apakah sudah ada gangguan atau belum pada ginjal. 

  • Kemenko Polkam Pastikan Keamanan Destinasi Wisata Ancol saat Libur Lebaran

    Kemenko Polkam Pastikan Keamanan Destinasi Wisata Ancol saat Libur Lebaran

    loading…

    Tim Siaga Pemantauan Kemenko Polkam memastikan keamanan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, saat libur Lebaran. Foto/istimeaw

    JAKARTA – Tim Siaga Pemantauan Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan (Kemenko Polkam) memastikan keamanan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, saat libur Lebaran Idulfitri 1446 Hijriah/2025 Masehi.

    Bahkan, Tim Siaga Pemantauan Kemenko Polkam langsung berkunjung untuk memastikan kesiapan aparat keamanan serta manajemen Ancol dalam menghadapi lonjakan pengunjung selama libur Lebaran. Tim mengecek kesiapan aparat serta manajemen Ancol terkait persiapan menghadapi pengunjung saat libur Lebaran.

    “Saya minta ke Kapolsek untuk melaksanakan pengamanan dengan sebaik-baiknya. Harapan kami terjaga masalah keamanan di Ancol. Informasinya H+1 sampai H+3 Ancol akan menjadi tempat yang banyak dikunjungi. Semua fasilitas di sini harus bisa membantu para pengunjung,” kata Deputi Bidkoor Hanneg dan Kesbang Purwito, Minggu (30/3/2025).

    VP Beach Park Division Taman Impian Jaya Ancol, Dimas Dwi Andriyanto mengatakan, manajemen Ancol telah mempersiapkan beberapa hiburan untuk para pengunjung, terutama pada saat mengalami kenaikan lonjakan pengunjung yang diprediksi terjadi pada hari ke 2, 3, dan 4 setelah Lebaran. Selain itu juga akan disediakan fasilitas shuttle gratis untuk semua pengunjung.

    “Kami juga mempersiapkan petugas medis yang tersebar di 8 titik. Untuk pos kesehatan dilengkapi dengan dokter, perawat dan ambulans. Kita juga bekerja sama dengan 3 RS yaitu RS Koja, RS Sulianti Saroso dan RS Satya Negara sebagai respon apabila ada taruna,” kata Dimas.

    Sementara itu, Kapolsek Pademangan Kompol Imanuel Sinaga mengatakan, terkait pengamanan menjelang libur Lebaran, aparat keamanan bersinergi dengan TNI/Polri dan seluruh stakeholders mulai dari Kecamatan, Walikota, dan seluruh manajemen Ancol.

    “Biasanya H-1 kami melaksanakan apel dengan seluruh stakeholder yang berada di 3 pilar, dan kami melaksanakan patroli terutama di wilayah yang ada objek vitalnya,” katanya.

    Sebagai informasi, Kemenko Polkam telah mengerahkan enam Tim untuk terjun langsung memantau arus mudik dan arus balik di 6 provinsi prioritas yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Banten. Langkah ini diharapkan meminimalisasi gangguan selama puncak arus balik yang diprediksi terjadi pada 5-7 April 2025.

    (cip)

  • Polisi masih fokus cari korban kapal terbakar di Dermaga Marina Ancol

    Polisi masih fokus cari korban kapal terbakar di Dermaga Marina Ancol

    angin kencang membuat kapal  terdorong ke tengah kolam Ancol sehingga menyulitkan proses pemadaman

    Jakarta (ANTARA) – Kepolisian Resor (Polres) Kepulauan Seribu masih fokus mencari satu korban yang belum ditemukan dari kapal KM Tenggiri yang meledak dan terbakar di Dermaga Ancol Kota Jakarta Utara pada Sabtu (8/2) malam.

    “Kami masih fokus pencarian korban yang masih belum ditemukan,” kata Kapolres Kepulauan Seribu AKBP Ajie Lukman di Jakarta, Jumat.

    Ia menjelaskan terdapat satu korban yang dilaporkan belum ditemukan sehingga petugas masih terus melanjutkan pencarian.

    Selain itu, kata dia, beberapa korban yang menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit juga belum dapat diajak berkomunikasi sehingga menyebabkan Kepolisian sulit untuk mengungkap kasus tersebut.

    Ia mengatakan setelah dilakukan pemadaman kapal, bangkai kapal tersebut berhasil diangkat untuk kemudian diperiksa di laboratorium forensik.

    “Kami sudah lakukan pemeriksaan untuk mengungkap penyebab terjadinya kebakaran,” kata dia

    AKBP Ajie Lukman mengatakan berdasarkan keterangan saksi-saksi di lokasi kejadian pada Sabtu (8/2) sekitar pukul 22.05 WIB terjadi ledakan saat kapal tengah mengisi bahan bakar minyak (BBM) dari mobil tangki yang kemudian membakar seluruh badan kapal.

    Kejadian tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan lima orang luka-luka serta satu korban hilang

    “Tiba-tiba terjadi ledakan yang menyebabkan kapal terbakar. Anak buah kapal (ABK) yang berada di dalam kapal langsung melompat ke laut untuk menyelamatkan diri,” kata dia.

    Menurut dia setelah mendengar suara ledakan, petugas piket Polres Kepulauan Seribu bersama warga sekitar segera merespons dengan mengevakuasi para korban.

    Anggota piket Polres Kepulauan Seribu kemudian berkoordinasi dengan Damkar Ancol dan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Provinsi DKI Jakarta yang kemudian ditindaklanjuti dengan mengirimkan empat unit kendaraan damkar agar kobaran api dari KM Tengiri bisa dipadamkan.

    Namun karena angin kencang membuat kapal terdorong ke tengah kolam Ancol sehingga menyulitkan proses pemadaman.

    Api baru berhasil dipadamkan setelah tujuh jam penyemprotan, dikarenakan mesin Damkar sempat mengalami kerusakan ditambah bahan kapal dari fiber sehingga api sulit dipadamkan.

    Korban luka-luka segera dilarikan ke beberapa rumah sakit terdekat, yakni tiga orang ke RS Koja, satu orang ke RS Sulianti Saroso, dan satu orang ke RS Satya Negara.

    Sementara itu, satu korban meninggal dunia yang diketahui bernama Tommy langsung dibawa ke RS Polri karena diduga tidak bisa berenang saat insiden terjadi.

    “Hingga saat ini kami masih melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai penyebab pasti ledakan serta pencarian terhadap satu korban yang dilaporkan hilang,” kata dia.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Kronologi 2 Kapal Terbakar di Dermaga Marina Ancol dari Mata Saksi

    Kronologi 2 Kapal Terbakar di Dermaga Marina Ancol dari Mata Saksi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dua kapal terbakar di Dermaga Marina Ancol, Jakarta Utara. Kejadian itu terjadi saat kapal sedang mengisi BBM. Kejadian terbakarnya dua kapal ini pada Sabtu (8/2/2025) pada pukul 22.00 WIB.

    Operasi Pemadaman baru berakhir pada pagi ini 05.28 WIB. “Awal kejadian menurut keterangan saksi pada saat pengisian BBM dari mobil tangki ke kapal tiba-tiba terjadi ledakan,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, mengutip Detikcom, Minggu (9/2/2025).

    Ledakan itu membuat satu kapal terbakar. Operasi pemadaman baru berakhir pagi ini 05.28 WIB.

    Saat pengisian bahan bakar, saksi sempat melihat ada anak buah kapal (ABK) yang merokok.

    Kini Para korban pun telah dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Sedangkan 1 korban meninggal dunia dibawa ke RS Polri. “Terdapat 3 orang dibawa ke RS. Koja, 1 orang ke RS. Sulianti Saroso, 1 orang RS. Satya Negara. Terdapat 1 Orang meninggal dunia A.N T dan langsung dibawa ke RS. Polri,” sebutnya.

    Adapun menurut Kasi Ops Damkar Jakarta Utara, Gatot Sulaeman, identitas salah satu korban yang meninggal bernama Tomi.

    Gatot mengatakan ada enam orang mengalami luka bakar. Korban luka bakar ini merupakan para anak buah kapal dan sopir tangki.

    Para korban luka bakar masing-masing bernama Rian, Hatim, Maja, Muiz. Keempatnya merupakan anak buah kapal yang terbakar. Satu korban luka bakar lainnya merupakan sopir tangki bernama Indra Supriyadi. “Kerugian Rp 6.000.000.000,” ujar Gatot.

    (pgr/pgr)