Tempat Fasum: Perpustakaan Nasional

  • Kala ChatGPT Berulang Kali Salah Jawab Pertanyaan Mahfud MD…

    Kala ChatGPT Berulang Kali Salah Jawab Pertanyaan Mahfud MD…

    Kala ChatGPT Berulang Kali Salah Jawab Pertanyaan Mahfud MD…
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pada acara peluncuran buku Mahkamah Konstitusi di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Jakarta Pusat, Rabu (17/12/2025), mantan Ketua MK Mahfud MD berkelakar soal akal imitasi atau artificial intelligence (AI).
    Dia bilang, hampir tiap hari bercanda dengan mesin buatan OpenAI tersebut. Bercanda karena mesin yang nama depannya adalah “kecerdasan” itu ternyata tidak terlalu cerdas.
    Salah satu tokoh yang hadir dalam acara itu adalah Ketua MK pertama, Jimly Asshiddiqie. Mahfud langsung mengambil contoh nama tokoh itu.
    Dia mengatakan, dua hari sebelumnya bertanya langsung dengan ChatGPT tentang profil Jimly.
    “Pak Jimly dua hari lalu saya tanya (profilnya ke ChatGPT) itu. Prof Jimly Asshiddiqie itu lahir di mana?” tanya Mahfud ke ChatGPT.
    “Jawabannya apa? Prof Jimly Asshiddiqie lahir di Sumenep (daerah di Madura -red),” kata Mahfud membacakan jawaban ChatGPT.
    Sontak hadirin, termasuk Jimly tertawa dengan jawaban konyol ChatGPT.
    Mahfud kemudian melanjutkan, ia menegur langsung ChatGPT bahwa jawaban itu salah. Karena Jimly adalah orang Palembang, Sumatera Selatan. Adapun Mahfud sendiri berasal dari Madura.
    ChatGPT kemudian mengaku salah dan berterimakasih Mahfud telah memberikan koreksi atas jawabannya.
    Atas peristiwa itu, Mahfud mengingatkan kepada para pengguna
    AI
    , jangan sekali-kali langsung percaya informasi yang diberikan oleh ChatGPT.
    “Jangan baru sekali jawab lalu diikuti. ChatGPT salah, banyak salahnya. Saya setiap hari bergurai dengan ChatGPT itu,” katanya berkelakar, disambut tawa para hadirin.
    Mahfud bilang, dia sering memancing pertanyaan sulit kepada ChatGPT. Jawaban ChatGPT sering ngawur, sehingga dia beberapa kali harus mengoreksi jawaban AI tersebut.
    “Benar, Anda lebih teliti, kami ralat,” kata Mahfud membacakan jawaban ChatGPT.
    Dalam konteks acara tersebut, Mahfud mengatakan internet dan AI mungkin memang memberikan kecepatan informasi, tapi bukan pada kedalaman informasi.
    Berbeda dengan membaca buku, setiap orang yang menghendaki kedalaman makna dan ilmu pengetahuan pasti akan memilih jalan membaca buku.
    Meurutnya, buku menolak opini dangkal dan menolak budaya instan.
    “Buku dibaca oleh mereka yang menghendaki kedalaman. Buku bukan sekadar publikasi, melainkan legasi yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya,” ucap Mahfud.
    Kami mencoba menanyakan hal serupa yang sempat ditanyakan
    Mahfud MD
    kepada ChatGPT, jawabannya berbeda, namun mesin AI memberikan penjelasan mengapa kesalahan itu bisa terjadi.
    Jawaban pertama, ChatGPT bekerja dengan kemungkinan bahasan, bukan ingatan faktual seperti manusia.
    Dia bekerja memprediksi jawaban berdasarkan pola paling sering muncul dalam data.
    Jika data tersebut keliru, artikel sekunder yang salah dan pengaitan geografis yang keliru, mesin bekerja melakukan pembenaran dengan argumen, meskipun dalam faktanya salah.
    “Maka saya bisa menyintesis jawaban yang terdengar meyakinkan tetapi faktualnya salah. Ini yang dalam studi AI disebut
    hallucination
    ,” tulis ChatGPT.
    Mesin AI ini juga bisa tertipu pada otoritas simbol. ChatGPT menyebut nama Jimly Asshiddiqie sering dikaitkan dengan simbol Islam, Pesantren, dan keilmuan Jawa-Madura.
    “Saya bisa ‘tergelincir’ menyamakan latar kultural dengan tempat lahir, sesuatu yang jarang dilakukan manusia pembaca biografi yang teliti,” tulis ChatGPT.
    Ketiga, AI mengaku tak memiliki naluri skeptis seperti soerang jurnalis atau sejarawan.
    ChatGPT menyebut dirinya tidak otomatis berhenti dan meragukan jawabannya sendiri kecuali ada yang memaksa verifikasi atau konteks yang menuntut presisi tinggi.
    “Tanpa itu, saya cenderung menjawab cepat dan koheren, karena itulah desain dasarnya,” tulis ChatGPT.
    Mesin AI ini kemudian berkesimpulan, ia hanya berguna pada peta konsep, analisis, dan kerangka pikir, tapi tak bisa dijadikan sumber final untuk fakta tanpa cek silang.
    “Kasus ‘Jimly’ ini justru contoh terbaik mengapa etika verifikasi manusia belum bisa dan tidak boleh digantikan,” tulis ChatGPT.
    AI ini juga sepemahaman dengan Mahfud MD terkait kedalaman berpikir orang yang membaca buku.
    Secara langsung ChatGPT menyebut dirinya sebagai alat yang menyajikan hasil pemikiran, sedangkan buku menyajikan proses berpikir.
    “Dan justru di situlah tantangan zaman ini: bukan memilih antara saya atau buku, melainkan memastikan manusia tidak kehilangan kemampuan membaca mendalam ketika mereka sudah terbiasa dengan jawaban instan,” tulis ChatGPT.
    Pengamat telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi mengatakan, apa yang dikatakan Mahfud MD terkait kasus ‘Jimly’ memberikan fakta bahwa AI masih jauh dari kata sempurna.
    Bahkan jawaban sederhana terkait tempat lahir tokoh Jimly Asshiddiqir pun terlihat “konyol” oleh perangkat AI.
    “Itu mengingatkan kita bahwa AI bukan pengganti otak manusia, tapi alat bantu,” kata Heru kepada
    Kompas.com.

    AI, kata Heru, bisa menjad alat bantu untuk mengerjakan tugas yang repetitif seperti menganalisis data besar, merangkum artikel panjang atau berdiskusi tentang ide kreatif.
    Salah satu contohnya adalah membuat latihan soal belajar bagi siswa dengan kebutuhan berbeda.
    Tetapi AI akan terlihat tumpul ketika mulai diajak berpikir kritis dan mendalam, khususnya terkait dengan konteks budaya, keputusan etis dan keadilan hukum.
    “Di situ, AI sering ‘dangkal’ karena bergantung pada data pelatihan, bukan pengalaman hidup,” tuturnya.
    Sebab itu, Heru memberikan saran yang sebelumnya dikatakan Mahfud MD, ketika menggunakan AI harus disertai dengan pemikiran yang bijak.
    “Selalu verifikasi dan cek kembali informasi atau data yang disampaikan, agar tidak salah data, mengambil kesimpulan bahkan kebijakan. Apalagi juga kalau menyangkut penyakit, baiknya tanya ke dokter,” tuturnya.
    “Jadikan AI sebagai asisten untuk membantu kita, bukan mengontrol kita atau jadi sumber rujukan satu-satunya yang kita percaya,” tandasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Honda BeAT Listrik Dilelang Mulai Rp 2 Jutaan, Pajaknya Rp 91 Ribu/Tahun

    Honda BeAT Listrik Dilelang Mulai Rp 2 Jutaan, Pajaknya Rp 91 Ribu/Tahun

    Jakarta

    Ada Honda BeAT listrik dilelang mulai Rp 2 jutaan. Pajaknya tercatat masih aktif dengan tarif Rp 90 ribuan per tahun.

    Ada tiga Honda BeAT listrik yang dilelang mulai Rp 2 jutaan. BeAT listrik itu merupakan motor konversi dari bensin. BeAT listrik itu merupakan keluaran tahun 2017 dengan kelir merah putih. Dikutip dari laman lelang.go.id, penjualnya merupakan Sestama Perpusnas yang beralamat di Jl.Salemba Raya no.28 A. Masing-masing terdaftar dengan pelat nomor B 3539 PQF, B 3540 PQF, dan B 3541 PQF.

    Pajak Honda BeAT Konversi Listrik

    Ditelusuri dalam laman Informasi Data Kendaraan dan Pajak Kendaraan Bermotor Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, ketiga motor konversi Honda BeAT tersebut dikenai pajak tahunan Rp 91.500. Rincian pajaknya sebagai berikut.

    PKB Pokok: Rp 56.500SWDKLLJ: Rp 35.000Total: Rp 91.500

    Ketiganya dilelang dengan nilai limit Rp 2,736 juta. Kamu yang tertarik harus menyertakan uang jaminan sebesar Rp 2,052 juta. Kalau penasaran kamu bisa melihat langsung ketiga BeAT konversi listrik itu terakhir pada hari ini, 4 Desember 2025, pada pukul 14.00 WIB di kantor Perpustakaan Nasional RI.

    Lelang akan dilakukan pada Jumat, 5 Desember 2025 dengan cara penawaran open bidding melalui aplikasi di laman https://lelang.go.id. Penawaran bisa dilakukan hingga Jumat, 5 Desember 2025 pukul 09.35 waktu server aplikasi lelang (sesuai WIB). Pada waktu tersebut juga sekaligus akan ditetapkan para pemenang lelang.

    Jika kamu menang lelang, maka pelunasan harga lelang dilakukan lima hari kerja setelah pelaksanaan lelang. Apabila tidak dilakukan pelunasan, maka pembeli dinyatakan wanprestasi dan uang jaminan akan disetor ke kas negara. Adapun pembeli akan dikenakan bea 2 persen dari harga lelang.

    Nah untuk mengikuti lelang, berikut ini persyaratannya:

    1. Memiliki akun yang telah terverifikasi pada situs www.lelang.go.id
    2. Syarat dan ketentuan serta tata cara mengikuti lelang dapat dilihat pada alamat situs di atas
    3. Informasi dapat menghubungi panitia lelang pada Sekretariat Utama Perpusnas RI di Jl.Salemba Raya no.28 A Jakarta Pusat telp 021-31908389 HP 081328774883 atau KPKNL Jakarta III telp 021-34835529.

    (dry/rgr)

  • ​Catat, 17 Lokasi Parkir Resmi saat Kegiatan Reuni 212 di Monas Sore Ini

    ​Catat, 17 Lokasi Parkir Resmi saat Kegiatan Reuni 212 di Monas Sore Ini

    Jakarta: Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta telah menyiapkan kantong parkir bagi masyarakat yang akan menghadiri Reuni Akbar 212 pada Selasa sore, 2 Desember 2025. Ada 17 kantong parkir yang tersedia dengan kapasitas 10.794 kendaraan.

    “Terdapat 17 titik lokasi parkir di sekitar lokasi kegiatan Reuni 212 dengan Satuan Ruang Parkir (SRP),” kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo dikutip dari Media Indonesia, Selasa, 2 Desember 2025.
    Daftar Kantong Parkir
    Syafrin merinci bahwa 17 lokasi parkir itu dapat menampung 5.401 motor dan 5.393 mobil. Berikut lokasi kantong parkir resmi:

    Pelataran Parkir IRTI Monas
    Stasiun Gambir
    Wisma Antara
    Menara Dana Reksa
    Kementerian BUMN
    Gedung Telkom STO Gambir
    Perpustakaan Nasional
    Lemhanas
    Kantor Indosat Ooredoo
    Galeri Nasional
    TPE Sabang
    Gedung Sarinah
    Gedung Djakarta Theater
    Gedung Jaya
    Wahid Hasyim
    Plaza Indonesia
    Grand Indonesia
     

     

    Rekayasa Lalu Lintas
    Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyiapkan rekayasa lalu lintas. Pengalihan arus dilakukan untuk mencegah kepadatan lalu lintas. Budi mengatakan pengalihan arus akan diberlakukan secara situasional mulai pukul 17.00 WIB hingga kegiatan selesai.

    “Kami mengimbau masyarakat yang melintas agar merencanakan rute alternatif dan mematuhi arahan petugas di lapangan demi keselamatan bersama,” ujar Budi.

    Budi membeberkan ada sejumlah jalan yang terdampak dari kegiatan Reuni Akbar 212. Masyarakat diminta menghindari jalan tersebut.

    Berikut ini jalan yang terdampak Reuni Akbar 212:
    Kawasan Monas
    Patung Kuda
    Jalan MH Thamrin
    Jalan Medan Merdeka Barat, Selatan, Timur, dan Utara
    Jalan Veteran I–III
    Jalan Majapahit sisi timur
    Jalan Perwira
    Jalan Budi Kemuliaan arah Patung Kuda
    Jalan MH Thamrin dari Simpang Patung Kuda hingga Simpang Kebon Sirih
    Jalan Medan Merdeka Selatan dari arah Tugu Tani atau Kedubes AS.

    Jakarta: Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta telah menyiapkan kantong parkir bagi masyarakat yang akan menghadiri Reuni Akbar 212 pada Selasa sore, 2 Desember 2025. Ada 17 kantong parkir yang tersedia dengan kapasitas 10.794 kendaraan.
     
    “Terdapat 17 titik lokasi parkir di sekitar lokasi kegiatan Reuni 212 dengan Satuan Ruang Parkir (SRP),” kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo dikutip dari Media Indonesia, Selasa, 2 Desember 2025.
    Daftar Kantong Parkir
    Syafrin merinci bahwa 17 lokasi parkir itu dapat menampung 5.401 motor dan 5.393 mobil. Berikut lokasi kantong parkir resmi:
     
    Pelataran Parkir IRTI Monas
    Stasiun Gambir
    Wisma Antara
    Menara Dana Reksa
    Kementerian BUMN
    Gedung Telkom STO Gambir
    Perpustakaan Nasional
    Lemhanas
    Kantor Indosat Ooredoo
    Galeri Nasional
    TPE Sabang
    Gedung Sarinah
    Gedung Djakarta Theater
    Gedung Jaya
    Wahid Hasyim
    Plaza Indonesia
    Grand Indonesia
     

    Baca juga: Reuni 212 di Monas, Warga Diimbau Hindari Sejumlah Ruas Jalan Ini

     

    Rekayasa Lalu Lintas
    Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyiapkan rekayasa lalu lintas. Pengalihan arus dilakukan untuk mencegah kepadatan lalu lintas. Budi mengatakan pengalihan arus akan diberlakukan secara situasional mulai pukul 17.00 WIB hingga kegiatan selesai.

    “Kami mengimbau masyarakat yang melintas agar merencanakan rute alternatif dan mematuhi arahan petugas di lapangan demi keselamatan bersama,” ujar Budi.
     
    Budi membeberkan ada sejumlah jalan yang terdampak dari kegiatan Reuni Akbar 212. Masyarakat diminta menghindari jalan tersebut.
     
    Berikut ini jalan yang terdampak Reuni Akbar 212:
    Kawasan Monas
    Patung Kuda
    Jalan MH Thamrin
    Jalan Medan Merdeka Barat, Selatan, Timur, dan Utara
    Jalan Veteran I–III
    Jalan Majapahit sisi timur
    Jalan Perwira
    Jalan Budi Kemuliaan arah Patung Kuda
    Jalan MH Thamrin dari Simpang Patung Kuda hingga Simpang Kebon Sirih
    Jalan Medan Merdeka Selatan dari arah Tugu Tani atau Kedubes AS.
     

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (RUL)

  • KKP perkuat tata kelola data geospasial dorong layanan publik akurat

    KKP perkuat tata kelola data geospasial dorong layanan publik akurat

    Keberhasilan KKP dalam Bhumandala Award 2025 menunjukkan dampak nyata transformasi digital yang tengah dijalankan,

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan komitmen memperkuat tata kelola data geospasial melalui transformasi digital yang menghasilkan informasi lebih akurat, transparan, dan terintegrasi guna meningkatkan kualitas pelayanan publik di sektor kelautan dan perikanan.

    “Inovasi ini menjadi langkah penting kami dalam memastikan informasi geospasial kelautan dan perikanan dikelola secara lebih efektif, transparan, dan terintegrasi,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

    Dia menyampaikan, berkat komitmen itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan kembali mencatat prestasi melalui penghargaan Bhumandala Kanaka (Emas) pada ajang Bhumandala Award 2025.

    Penghargaan dari Badan Informasi Geospasial (BIG) ini diberikan atas inovasi “Transformasi Digital Penyelenggaraan Informasi Geospasial Tematik (IGT) melalui Portal Data”.

    Menurut Trenggono, capaian itu mencerminkan komitmen kuat kementerian dalam memperkuat tata kelola data berbasis informasi geospasial.

    Penghargaan diserahkan dalam acara penganugerahan di Auditorium Sukarman, Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, dan diterima oleh Inspektur Jenderal sebagai perwakilan Menteri Kelautan dan Perikanan.

    “Keberhasilan KKP dalam Bhumandala Award 2025 menunjukkan dampak nyata transformasi digital yang tengah dijalankan,” ujar Trenggono.

    Ia menegaskan, platform digital yang dikembangkan tidak hanya mendukung proses pengambilan keputusan, tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan publik di sektor kelautan dan perikanan.

    “Dengan diraihnya Bhumandala Kanaka, KKP akan terus memperkuat inovasi dan kolaborasi untuk menghadirkan layanan data geospasial yang lebih maju, akurat, dan mudah diakses,” tutur Trenggono.

    Ia menambahkan, capaian itu menjadi penanda KKP berada pada jalur yang tepat dalam memanfaatkan Informasi Geospasial untuk perencanaan dan pembangunan sektor kelautan dan perikanan, sekaligus memperkuat peran kementerian bagi masyarakat dan pemangku kepentingan.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polemik Asal Usul Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

    Polemik Asal Usul Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

    Bisnis.com, JAKARTA — Polemik usulan pemberian gelar pahlawan nasional terhadap Presiden ke-2 RI, Soeharto terus bergulir.

    Usulan pemberian gelar pahlawan nasional terhadap Soeharto pertama kali digaungkan oleh Kementerian Sosial. Nama Soeharto masuk di antara beberapa nama yang diusulkan turut mendapatkan gelar tersebut.

    Rencana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto kembali mencuat sekitar Maret tahun ini. Saat itu, rencana tersebut dikemukakan oleh Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul.

    Dia mengemukakan bahwa pihaknya bersama dengan Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) telah membahas pengusulan calon Pahlawan Nasional tahun 2025.

    “Nah, semangatnya Presiden sekarang ini kan semangat kerukunan, semangat kebersamaan, semangat merangkul, semangat persatuan. Mikul duwur mendem jero,” kata Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dilansir dari laman resmi Kementerian Sosial, Rabu (19/3/2025).

    Adapun usulan itu akan diseleksi dan digodok oleh anggota TP2GP yang terdiri dari Staf Ahli, akademisi, budayawan, perwakilan BRIN, TNI, serta Perpustakaan Nasional. Selain lintas unsur sosial, mekanisme pengusulan Pahlawan Nasional juga harus melalui tahapan berjenjang dari tingkat daerah hingga ke pemerintah pusat. 

    “Jadi memenuhi syarat melalui mekanisme. Ada tanda tangan Bupati, Gubernur, itu baru ke kita. Jadi memang prosesnya dari bawah,” kata Mensos Gus Ipul.

    Sementara itu, Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Kemensos Mira Riyati Kurniasih mengungkapkan sudah ada 10 nama yang masuk dalam daftar usulan calon Pahlawan Nasional 2025. Dari jumlah tersebut, empat nama merupakan usulan baru, sementara enam lainnya merupakan pengajuan kembali dari tahun-tahun sebelumnya.

    “Untuk tahun 2025 sampai dengan saat ini, memang sudah ada proposal yang masuk ke kami, itu ada sepuluh. Empat pengusulan baru, dan enam adalah pengusulan kembali di tahun-tahun sebelumnya,” kata Mira Riyati.

    Dalam perkembangan terbaru, Gus Ipul optimistis nama Pahlawan Nasional yang baru dapat diumumkan secara resmi sebelum memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November 2025. 

    Kementerian Sosial tahun ini memberikan berkas usulan sebanyak 40 nama untuk menjadi pahlawan nasional kepada Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK), dan sebagian besar nama tersebut merupakan hasil pembahasan dari tahun-tahun sebelumnya.  

    “Ya mudah-mudahan, insyaallah sih. Insyaallah sebelum 10 November dan nanti dari nama-nama itu akan dipilih beberapa nama,” kata dia dilansir dari Antara, Selasa (28/10/2025).

    Namun, dia memastikan bahwa proses penetapan calon pahlawan nasional dilakukan melalui mekanisme seleksi berlapis dan melibatkan berbagai unsur, mulai dari masyarakat hingga tim ahli tingkat pusat.

    “Ya nanti itu menyesuaikan Dewan Gelar ya untuk punya kesempatan lapor kepada Presiden. Seperti Presiden Soeharto dan Presiden Gus Dur misalnya, itu sudah diusulkan lima atau 10 tahun yang lalu. Tapi kemarin itu karena masih ada hambatan-hambatan tentang syarat-syarat formal, maka masih ditunda. Tetapi karena syarat-syarat formalnya sudah terpenuhi semua, maka untuk tahun ini kita usulkan ke Dewan Gelar,” kata dia.

    Golkar Usulkan Nama Soeharto ke Prabowo

    Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia menghadap Presiden Prabowo Subianto untuk mengajukan Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai pahlawan nasional.

    “Saya bilang Bapak Presiden, dengan penuh harapan, lewat mekanisme rapat DPP Partai Golkar kami sudah mengajukan Pak Harto sebagai pahlawan nasional,” ujar Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.

    Bahlil menilai Soeharto memiliki jasa besar bagi bangsa dan negara, antara lain dalam membangun kedaulatan pangan dan energi, menekan inflasi tinggi, serta membawa Indonesia dikenal sebagai salah satu kekuatan ekonomi di Asia pada masanya.

    Sebagai tokoh pendiri dan pembina Partai Golkar yang memimpin Indonesia lebih dari tiga dekade, Bahlil mengatakan Soeharto telah memberikan kontribusi penting terhadap pembangunan nasional.

    “Saya pikir sudah sangat layak, pantas, dan sudah saatnya untuk kemudian pemerintah bisa memberikan sebagai gelar Pahlawan Nasional. Itu yang tadi keputusan daripada DPP Partai Golkar,” kata Bahlil dilansir dari Antara, Senin (3/11/2025).

    Dalam pertemuan tersebut, Bahlil mengatakan Presiden Prabowo menerima aspirasi Partai Golkar terkait usulan tersebut dan menyatakan akan mempertimbangkannya sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

    “Bapak Presiden Prabowo mengatakan bahwa saya menerima dan akan mempertimbangkan. Sudah barang tentu itu lewat mekanisme internal, kan ada, ada mekanisme yang harus dilalui,” ucap Bahlil.

    Melanggar Hukum

    Direktur Eksekutif Lembaga Kajian demokrasi dan kebajikan publik Public Virtue Research Institute (PVRI), Muhammad Naziful Haq menolak rencana penetapan gelar pahlawan untuk Presiden ke-2 Soeharto 

    Menurutnya, jika gelar tersebut tetap diberikan, maka sama saja mengkhianati cita-cita kemerdekaan Indonesia. Hal ini tidak lepas dari historis Soeharto yang lekat dengan pelanggaran HAM, penyelewengan kekuasaan, hingga militeristik. 

    “Soeharto bukan bukan nominasi yang tepat. Secara historis, dia adalah bagian dari otoritarianisme masa lalu yang mengkhianati cita-cita kemerdekaan,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (27/10/2025).

    Dia juga menyoroti usulan nama yang mendapatkan gelar pahlawan di mana dari 40 nama, 10 di antaranya berlatar belakang militer, 11 memiliki latar belakang elite agama, 19 lainnya dari berbagai latar. 

    Naziful menilai, hal ini berkaitan erat dengan kepentingan politik antara para elite untuk memberikan gelar pahlawan.

    “Nominasi nama-nama pahlawan di satu sisi tidak lepas dari politik pengkultusan individu, namun di sisi lain mencerminkan kompromi antara aktor penguasa dan kelompok agama yang sedang diakomodasi,” ujarnya.

    Selain itu, menurut Peneliti PVRI, Alva Maldini usulan nama Soeharto seolah mencoba mengubur masalah-masalah yang terjadi masa itu. Terlebih, katanya, nama Marsinah dan Gus Dur masuk dalam usulan sebagai simbol kelompok buruh dan ikon demokrasi. 

    “Namun ketika dua nama ini bersanding dengan nama Suharto dalam situasi militerisme dan menyempitnya ruang sipil, ada risiko dua nama ini menjadi apologi untuk situasi saat ini atau bahkan tukar guling politik,” jelas Alva.

    Ketua Dewan Setara Institute Hendardi menilai rencana pemberian gelar pahlawan untuk Presiden ke-2 Soeharto melanggar hukum. Menurutnya, Soeharto lekat dengan masalah pelanggaran HAM, korupsi, dan penyalahgunaan kewenangan.

    Hendardi mengatakan, upaya mengharumkan mertua Prabowo Subianto itu sudah berjalan sistematis. Sebab, katanya, tepat sebulan sebelum pelantikan Prabowo sebagai presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) secara resmi mencabut nama Soeharto dari Ketetapan (TAP) MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). 

    Menurutnya, pencabutan TAP MPR itu mengabaikan fakta historis bahwa 32 tahun masa kepemimpinannya penuh dengan pelanggaran HAM, korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Pemerintah dinilai seolah ingin melepaskan nama Soeharto dari masalah-masalah yang pernah dibuatnya.

    “Selain itu jika nantinya Soeharto ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, hal itu merupakan tindakan melawan hukum, terutama UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan,” kata Hendardi dalam keterangan tertulis, Senin (27/10/2025).

  • Diikuti 30 Akademisi dari Seluruh Dunia, Megawati Buka Konferensi Asia-Afrika di Makam Bung Karno Blitar

    Diikuti 30 Akademisi dari Seluruh Dunia, Megawati Buka Konferensi Asia-Afrika di Makam Bung Karno Blitar

    Blitar (beritajatim.com) – Kota Blitar, tempat peristirahatan terakhir Proklamator RI, kembali menjadi pusat perhatian dunia. Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, dijadwalkan akan membuka peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke-70 secara internasional pada Sabtu (01/11/2025).

    Acara bergengsi bertajuk “Bung Karno In a Global History: Commemorative Seminar of the 70th Anniversary of the 1955 Bandung Asian-African Conference” ini akan dipusatkan di Perpustakaan Nasional Bung Karno, yang berada persis di selatan Makam Bung Karno, Kelurahan Bendogerit, Kota Blitar.

    Sekretaris DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengatakan, bahwa konferensi ini menunjukkan kepemimpinan Indonesia di dunia. Lebih tepatnya visi dari Sang Proklamator Soekarno dalam membangun tata dunia baru.

    Konferensi Asia-Afrika ini merupakan semangat dekolonisasi dunia pasca abad ke-20. Seluruh bangsa Asia-Afrika memiliki semangat baru anti penjajahan tanpa campur tangan barat (Eropa dan Amerika Utara serta Sekutunya).

    “Konferensi ini menunjukkan kepemimpinan Indonesia di dunia. Lebih tepatnya visi dari Sang Proklamator Soekarno dalam membangun tata dunia baru,” ungkap Hasto.

    Konferensi Asia-Afrika yang digagas Soekarno adalah semangat dekolonisasi pasca abad ke-20, yang menyatukan bangsa-bangsa Asia-Afrika dengan semangat anti-penjajahan dan tanpa campur tangan kekuatan Barat (Eropa dan Amerika Utara).

    “Bung Karno-lah yang mengubah suatu kehidupan dunia yang digerakkan oleh nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan,” ujar Hasto.

    Acara di Blitar ini akan dihadiri oleh sekitar 30 perwakilan akademisi dari 30 negara yang akan turut serta berziarah ke Makam Bung Karno. Kegiatan ini akan digelar besok pada Sabtu (1/10/2025) di Perpustakaan Bung Karno Kota Blitar.

    “Kegiatan ini untuk menggugah kesadaran kita, bahwa Bangsa Indonesia punya kontribusi yang besar bagi peradaban dunia. Anti penjajahan itulah yang harus kita gelorakan baik dalam bidak politik, ekonomi, dan hukum,” tambahnya.

    Hasto menegaskan, kegiatan ini bertujuan menggugah kesadaran bahwa Indonesia memiliki kontribusi besar bagi peradaban dunia. Semangat anti-penjajahan itu harus terus digelorakan.

    Saat ini, jenis penjajahan telah berevolusi. Hasto menyebutkan, ada berbagai jenis penjajahan baru di dunia, seperti, Penjajahan teknologi, Penjajahan ekonomi, Penjajahan dalam bidang kebudayaan, politik, dan hukum.

    Sejalan dengan semangat tersebut, Hasto juga menyampaikan pesan Megawati kepada seluruh kader dan kepala daerah PDIP untuk fokus menyejahterakan rakyat.

    “Karena itu, Ibu (Megawati) menggembleng semangat kepada daerah di tengah persoalan yang tidak mudah. Saat ini semua bergerak ke bawah memberikan darma baktinya bagi peningkatan kesejahteraan rakyat,” pungkas Hasto. (owi/ian)

  • Humas dan Pustakawan dalam Semangat Sumpah Pemuda

    Humas dan Pustakawan dalam Semangat Sumpah Pemuda

    Bisnis.com, JAKARTA – Setiap bangsa memiliki masa, kejujuran informasi menentukan arah sejarahnya. Kita pernah mengalami itu di masa pergerakan, ketika kabar dan surat-surat perjuangan menjadi alat penyatu tekad kemerdekaan. Kini, di abad ke-21, bangsa Indonesia kembali dihadapkan pada ujian yang serupa namun dalam wujud yang berbeda, yakni krisis makna di tengah melimpahnya informasi.

    Informasi yang dulu menjadi sumber pencerahan kini bisa berubah menjadi sumber kebingungan. Ketika setiap orang dapat menjadi penyampai pesan, batas antara fakta dan opini, antara data dan narasi, semakin kabur. Dalam situasi seperti itu, komunikasi publik bukan hanya soal kecepatan menyampaikan pesan, tetapi tentang bagaimana menjaga makna agar tidak terdistorsi di tengah kebisingan digital.

    Di sinilah peran Humas (Hubungan Masyarakat) dan Pustakawan menjadi sangat strategis. Keduanya merupakan komunikator publik yang berada di garda depan penyebaran pengetahuan dan pembentukan kepercayaan sosial. Meskipun berasal dari disiplin yang berbeda, keduanya memiliki tanggung jawab moral yang sama, yaitu memastikan bahwa informasi yang sampai kepada publik bersumber dari niat baik, disampaikan dengan etika, dan berorientasi pada kepentingan bangsa. Humas sebagai penjaga kredibilitas badan publik, Pustakawan sebagai komunikator pengetahuan.

    Dalam pandangan Harold D. Lasswell (1948), komunikasi yang efektif dapat diringkas dalam pertanyaan sederhana. Who says what, in which channel, to whom, and with what effect? Pertanyaan itu menegaskan bahwa kualitas komunikasi sangat ditentukan oleh siapa yang berbicara dan bagaimana ia menyampaikan pesannya.

    Humas adalah representasi dari lembaga. Wajah dan suara yang menentukan apakah publik akan percaya atau justru curiga. Fungsi utamanya bukan sekadar menyampaikan informasi, melainkan membangun dan memelihara kepercayaan publik (public trust). Dalam konteks lembaga negara seperti Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), kepercayaan itu dibangun melalui komunikasi yang transparan, konsisten, dan berorientasi pelayanan.

    Humas lembaga publik dituntut untuk menjadi komunikator yang adaptif. Mereka harus mampu mengelola pesan di berbagai saluran. Misalnya, mulai dari pernyataan resmi di situsnya, hingga informasi populer di kanal media sosialnya. Tidak hanya itu, kolaborasi Humas dengan Pustakawan dapat dibuktikan dalam kerja-kerja komunikator, mulai dari klarifikasi isu hingga kampanye literasi digital. Mereka tidak hanya bekerja dalam ranah informasi, tetapi juga mengelola persepsi dan reputasi.

    Cutlip, Center, dan Broom (2006) dalam Effective Public Relations menyebut Humas sebagai fungsi manajemen yang membangun dan memelihara hubungan saling pengertian antara organisasi dan publiknya. Dalam era disinformasi, fungsi itu bergeser dari sekadar hubungan ke arah tanggung jawab moral: bagaimana memastikan masyarakat memperoleh informasi yang benar, tidak menyesatkan, dan memberi manfaat sosial.

    Ketika terjadi krisis informasi, misalnya penyebaran hoaks, kesalahan data, atau miskomunikasi kebijakan, Humas dituntut untuk bertindak cepat, akurat, dan beretika. Di sinilah profesionalitas komunikator diuji. Bukan hanya bagaimana ia menenangkan situasi, menguraikan informasi agar public teredikasi, melainkan juga bagaimana ia menjaga kepercayaan publik agar tetap utuh.

    Jika Humas adalah komunikator pesan, maka pustakawan adalah komunikator makna. Mereka tidak hanya menyimpan buku atau naskah, melainkan mengelola pengetahuan. Di tangan pustakawan, informasi mentah diubah menjadi pengetahuan yang terorganisasi, tervalidasi, dan mudah diakses.

    McQuail (2010) dalam Mass Communication Theory menekankan bahwa fungsi komunikator publik tidak sekadar menyampaikan pesan, tetapi menciptakan shared understanding atau kesepahaman bersama yang menjadi dasar bagi kohesi sosial. Pustakawan melaksanakan fungsi ini melalui literasi informasi, pelestarian sumber pengetahuan, dan pendidikan publik.

    Dalam konteks Perpusnas RI, pustakawan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Melalui pengelolaan naskah-naskah Nusantara, mereka menjaga warisan pengetahuan bangsa agar tidak hilang ditelan zaman. Pengarsipan, digitalisasi, dan promosi naskah bukan semata kegiatan teknis, tetapi bagian dari komunikasi kebangsaan. Naskah-naskah itu berisi nilai moral, etika sosial, dan filosofi hidup yang membentuk identitas nasional.

    Di era digital, pustakawan tidak lagi hanya berada di balik meja, melainkan aktif di ruang publik. Pustakawan mengedukasi masyarakat tentang cara menilai kredibilitas sumber, memverifikasi informasi, dan menggunakan media digital dengan bijak. Mereka adalah “silent educators” yang menanamkan literasi sebagai bentuk ketahanan nasional terhadap arus disinformasi.

    Humas dan pustakawan sesungguhnya memiliki tiga nilai fundamental yang sama, yaitu kepercayaan publik, integritas, dan etika komunikasi. Mereka bekerja untuk melayani masyarakat, bukan sekadar menyenangkan atasan. Baik Humas maupun pustakawan beroperasi di atas landasan etika profesional dan kebenaran data.

    Sinergi keduanya menciptakan ekosistem komunikasi yang sehat. Humas memastikan pesan lembaga disampaikan dengan kredibel, sementara pustakawan memastikan isi pengetahuan yang dibagikan benar dan terverifikasi.

    Perpusnas RI telah menjadi contoh bagaimana kolaborasi dua profesi ini bisa membangun ekosistem literasi yang kuat. Dalam program Kelas Literasi Anak (KELANA) Spesial Hari Sumpah Pemuda, misalnya, pendekatan literasi tidak hanya dilakukan lewat membaca, tetapi juga melalui psikoedukasi dan keterampilan olah wicara. Di sini, pustakawan, humas, dan komunitas bekerja bersama menanamkan nilai keberanian berbicara, empati, serta kecintaan terhadap pengetahuan sejak usia dini.

    Program semacam ini membuktikan bahwa komunikasi publik tidak berhenti pada penyebaran informasi, tetapi meluas menjadi pendidikan karakter. Itulah makna terdalam dari fungsi komunikator publik dalam lembaga literasi negara: menjadi penjaga makna, bukan sekadar penyampai berita.

    Sumpah Pemuda dan Literasi Digital

    Ketika para pemuda tahun 1928 mengikrarkan Sumpah Pemuda, mereka tidak hanya menyatukan bahasa, bangsa, dan tanah air, tetapi mereka juga menyatukan makna. Mereka memahami bahwa bangsa yang tercerai secara makna akan mudah goyah secara politik dan sosial.

    Kini, Indonesia kembali berada di persimpangan serupa, bahwa tantangan terbesar bukan lagi kolonialisme asing, melainkan kolonialisme informasi. Jika dulu bangsa ini berjuang melawan penjajahan fisik, kini ia berjuang melawan penjajahan algoritma, bias media, dan banjir hoaks yang menyesatkan.

    Dalam konteks kekinian, makna “Satu Nusa” dapat dibaca sebagai komitmen menjaga kedaulatan informasi nasional. Tanah air tidak hanya sebidang wilayah geografis, tetapi juga ruang pengetahuan tempat warga bangsa membangun kesadaran bersama.

    Humas menjadi penjaga agar ruang itu tidak tercemar oleh informasi palsu. Mereka memastikan bahwa komunikasi publik yang keluar dari lembaga negara, termasuk Perpusnas, berbasis data dan memperkuat rasa percaya terhadap institusi publik. Pustakawan memastikan isi pengetahuan yang menjadi referensi publik tetap orisinal dan dapat dipertanggungjawabkan.

    Ketika kedua peran ini berjalan seiring, bangsa memiliki fondasi kuat. Fondasi itu adalah informasi yang akurat dan publik yang literat. Itulah bentuk baru dari “kemerdekaan berpikir” yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa.

    Makna “Satu Bangsa” kini menemukan relevansinya dalam kolaborasi lintas profesi dan generasi. Humas tidak bisa bekerja sendiri; mereka memerlukan pustakawan, peneliti, dan pendidik untuk memastikan bahwa pesan publik didukung oleh data dan sumber tepercaya. Sebaliknya, pustakawan membutuhkan dukungan Humas agar hasil kerjanya diketahui dan dimanfaatkan publik secara luas.

    Dengan pendekatan komunikasi publik yang efektif, nilai-nilai kearifan lokal dari naskah-naskah lama dapat dihidupkan Kembali, dalam konteks kebangsaan masa kini. Bahkan nilai-nilai tersebut dapat menjadi sumber inspirasi etika, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial. Itulah esensi dalam kolaborasi kebangsaan, ketika setiap profesi menyumbangkan keahliannya untuk memperkuat collective intelligence bangsa.

    Bahasa menjadi sarana pemersatu. Namun, di era media sosial, bahasa juga bisa menjadi sumber perpecahan. Komentar tajam, ujaran kebencian, dan disinformasi kerap mengaburkan empati yang menjadi dasar komunikasi kebangsaan. Di titik ini, humas dan pustakawan memegang tanggung jawab penting. Kedua profesi tersebut bertugas mengembalikan bahasa publik ke fungsi aslinya, yaitu bahasa yang mencerdaskan dan menenangkan.

    Bahasa komunikasi publik seharusnya membangun pengertian, bukan mengadu domba. Ia harus inklusif, jernih, dan mengandung kejujuran. Humas mengelola pesan dengan etika, pustakawan mengelola pengetahuan dengan integritas. Keduanya mengajarkan publik untuk menggunakan bahasa yang berempati, untuk membaca dan berbicara dengan hati.

    Semangat Sumpah Pemuda bukan sekadar romantika sejarah. ia adalah kompas moral untuk menghadapi tantangan komunikasi modern. Dalam dunia yang dipenuhi informasi instan dan opini tak terbatas, semangat itu mengingatkan kita bahwa keutuhan bangsa hanya bisa dijaga jika kebenaran dijaga bersama.

    Humas dan pustakawan adalah dua penjaganya. Mereka mungkin tidak berada di barisan depan politik, tetapi merekalah yang memastikan agar bangsa ini tidak kehilangan jati dirinya di tengah perang makna. Di situlah semangat “pemuda bergerak” menemukan makna baru. Bukan lagi sekadar turun ke jalan, tetapi bergerak dalam literasi, komunikasi, dan tanggung jawab sosial.

    Pada akhirnya, Humas dan pustakawan adalah dua wajah dari satu panggilan, yaitu menjaga bangsa agar tetap bersatu dalam pengetahuan dan kebenaran. Keduanya bekerja di ruang yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama, membangun kepercayaan publik yang menjadi dasar kemajuan bangsa.

    Di tengah krisis informasi global, mereka berperan sebagai penuntun arah moral komunikasi, di mana Humas menjaga agar pesan publik tetap etis dan kredibel dan pustakawan menjaga agar isi pengetahuan tetap jernih dan terbuka. Keduanya menjadi manifestasi modern dari semangat Sumpah Pemuda, semangat untuk berpikir jernih, berkolaborasi, dan menjaga persatuan.

    Puluhan tahun setelah ikrar itu dikumandangkan, tantangan bangsa telah berubah dari perang senjata menjadi perang makna. Namun selama masih ada mereka yang bekerja dengan hati, yang menjaga kebenaran dengan tenang, dan yang berkomunikasi dengan empati, bangsa ini tidak akan kehilangan arah.

    Humas dan pustakawan mungkin bukan para orator di podium besar, tetapi merekalah penjaga nalar publik di tengah badai informasi. Selama semangat Sumpah Pemuda terus mengalir dalam kerja mereka, Indonesia akan tetap bersatu dalam bahasa yang jernih, dalam ilmu yang benar, dan dalam keyakinan bahwa pengetahuan adalah wujud paling tinggi dari cinta pada Tanah Air.

     

     

  • Tanggapi Narasi Sesat Tayangan Trans7, Senator Nawardi: Kiai Tidak Memperkaya Diri

    Tanggapi Narasi Sesat Tayangan Trans7, Senator Nawardi: Kiai Tidak Memperkaya Diri

    Surabaya (beritajatim.com) – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jawa Timur, Ahmad Nawardi, menanggapi keras tayangan televisi nasional yang narasinya dinilai melecehkan kiai dan pesantren.

    Tayangan tersebut disebut menyebarkan narasi sesat bahwa tradisi santri atau wali santri memberi amplop merupakan modus kiai memperkaya diri, dengan intonasi suara yang terkesan merendahkan.

    Menurut Senator Nawardi, tuduhan tersebut menunjukkan kebutaan total terhadap realitas pengorbanan kiai dan mekanisme gotong royong yang telah menjadi tulang punggung pesantren di Indonesia, khususnya di Jawa Timur yang memiliki ribuan pesantren berusia ratusan tahun.

    Nawardi secara tajam membalik narasi sesat itu dengan analogi sederhana namun menohok. Ia meminta agar tudingan-tudingan konyol dan tidak berdasar terhadap kiai segera dihentikan.

    “Amplop kecil yang diberikan santri atau wali murid kepada kiai bukanlah untuk memperkaya diri kiai. Sebaliknya, itu adalah investasi moral yang disalurkan kembali untuk keberlangsungan pendidikan,” tegasnya, Selasa (14/10/2025).

    “Kiai itu adalah petani jiwa. Tugasnya bukan hanya mengajar, tapi menanam, merawat, dan memanen akhlak mulia. Beliau bekerja 24 jam sehari tanpa menghitung jam kerja, mengorbankan hidupnya demi menjaga moral anak bangsa.”

    Nawardi menjelaskan bahwa ketika seorang santri atau wali santri memberikan amplop tabarukan, uang itu bukan untuk kepentingan pribadi sang kiai.

    “Itu adalah benih yang mereka titipkan. Benih ini tidak dimakan sendiri oleh ‘Petani Jiwa’ (kiai), melainkan ditaburkan kembali ke tanah pesantren — untuk membeli kitab baru, memperbaiki asrama yang bocor, memberi makan santri miskin, atau membiayai operasional pondok,” ujarnya.

    Ia menegaskan bahwa hasil dari penanaman benih itu adalah buah ilmu dan santri berakhlak, yang manfaatnya dirasakan oleh masyarakat, desa, hingga negara. Karena itu, menuduh kiai memperkaya diri dengan “amplop” dari santri adalah tuduhan absurd tanpa dasar.

    “Tuduhan itu sama bodohnya dengan menuduh perpustakaan nasional korup karena menerima sumbangan buku. Uang itu bukan untuk memperkaya kiai, tapi untuk memastikan roda pendidikan pesantren tetap berputar dan cahaya ilmu tidak padam,” tutur Nawardi.

    Ia mengajak masyarakat untuk berhenti menyebarkan fitnah yang dapat merusak moral bangsa. Nawardi juga menantang para penuduh untuk datang langsung ke pesantren dan melihat bagaimana pendidikan di sana membentuk generasi berakhlak.

    “Jika narasi sesat ini terus disebarkan, benteng akhlak bangsa bisa runtuh. Menurut saya, para penuduh itulah yang buta terhadap keindahan tawadhu dan keikhlasan berkorban,” pungkas Nawardi.
    (tok/kun)

  • Hadiri Peluncuran Buku Enteng Tanamal, Menbud Sebut Tata Kelola Royalti Harus Ikuti Zaman

    Hadiri Peluncuran Buku Enteng Tanamal, Menbud Sebut Tata Kelola Royalti Harus Ikuti Zaman

    JAKARTA – Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menjadi tamu penting dalam peluncuran buku sang musisi legendaris, Enteng Tanamal. Buku berjudul Memahami Hak Cipta dan Tata Kelola Royalti dalam Industri Musik Indonesia ini diperkenalkan di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Kamis, 9 Oktober kemarin.

    Acara peluncuran ini sekaligus menjadi perayaan ulang tahun ke-81 Enteng Tanamal, tokoh yang gigih berjuang menyuarakan tata kelola hak cipta musisi Indonesia.

    Menbud Fadli Zon menyambut baik lahirnya buku ini, tepat ketika isu hak cipta dan tata kelola royalti semakin krusial di tengah pesatnya kemajuan teknologi digital. Ia menyebut pengelolaan hak cipta dan royalti semestinya mengikuti perkembangan zaman yang ada.

    “Kemajuan teknologi membuat industri musik semakin kompleks. Karena itu, regulasi dan tata kelola hak cipta harus terus disesuaikan dengan zaman,” ujar Fadli dalam keterangan tertulis, 10 Oktober.

    Ia juga menjelaskan bahwa Kementerian Kebudayaan sedang menggelar Konferensi Musik Indonesia (KMI) di Hotel Sultan Jakarta pada 8–11 Oktober 2025, yang mempertemukan para musisi, pencipta lagu, promotor, penulis, hingga pengelola industri musik. Forum itu diharapkan menjadi ruang dialog untuk membangun ekosistem musik yang sehat, berdaya ekonomi, dan berperan sebagai diplomasi budaya. 

    “Musik adalah soft power yang mempersatukan kita, mengiringi kehidupan masyarakat dalam setiap suasana,” tegas Fadli Zon.

    Perjuangan untuk membenahi pengelolaan hak cipta juga menjadi concern pemerintah yang kini mendorong musik sebagai bagian penting dari Cultural and Creative Industry (CCI)—sektor yang mengandalkan kreativitas dan bakat individu untuk menciptakan nilai sosial dan ekonomi.

    “Industri budaya seperti musik, film, dan desain bisa menjadi sumber kesejahteraan baru,” ujarnya.

    Selain sistem yang mumpuni, Menbud juga menekankan perlunya kebijakan yang adil bagi semua pihak. 

    “Penghargaan terhadap pencipta lagu, penyanyi, dan seluruh pelaku musik adalah bentuk perlindungan hak budaya. Tata kelola performing rights perlu disusun dengan win-win solution,” tegasnya.

    Buku karya Enteng Tanamal ini tidak hanya mengulas hak cipta dan sistem royalti di Indonesia, tetapi juga merekam perjalanan hidupnya di dunia musik. Sebagai pendiri Yayasan Karya Cipta Indonesia, Enteng dikenal sebagai pelopor perjuangan hak cipta musisi tanah air.

    Peluncuran buku tersebut juga dihadiri berbagai tokoh musik nasional seperti Guntur Soekarnoputra, Candra Darusman, Dwiki Darmawan, dan Krisdayanti, serta perwakilan Perpusnas RI, LMK, dan organisasi profesi musik.

  • Festival Literasi 2025 di Sumenep: Bupati Fauzi Ajak Generasi Muda Tinggalkan Gadget dan Cinta Buku

    Festival Literasi 2025 di Sumenep: Bupati Fauzi Ajak Generasi Muda Tinggalkan Gadget dan Cinta Buku

    Sumenep (beritajatim.com) – Membaca diyakini sebagai simpul dari proses belajar. Karena itu, kebiasaan membaca sebaiknya ditanamkan sejak dini. Hal tersebut diungkapkan Bupati Sumenep, Ach. Fauzi Wongsojudo usai membuka Festival Literasi 2025 di Uniba Sumenep, Senin (22/09/2025).

    “Ini penting untuk para generasi muda. Dalam Alqur’an disebutkan, iqro’. Bacalah. Jadi kita ini memang sudah diperintahkan untuk membaca. Dengan membaca, kita jadi belajar. Kita bisa mendapatkan pengetahuan. Dan pengetahuan itu penting,” katanya.

    Festival bertema Merawat Tradisi Menggali Inspirasi Lewat Literasi ini digelar mulai 22 sampai 27 September 2025. Untuk tanggal 22 sampai 24 September, Festival Literasi berlangsung di Uniba, sedangkan pada 25 sampai 27 September digelar di Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumenep.

    “Festival ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga menjadi ruang edukasi terutama bagi generasi muda. Ini harus dilakukan rutin setiap tahun, mengajak anak-anak muda ini lebih rajin membaca,” ujar Fauzi.

    Ia mengakui tantangan berat yang dihadapi di era digitalisasi adalah anak-anak muda yang lebih akrab dengan gadget dibanding buku.

    “Karena itu, harus ada inovasi yang mendekatkan pada perubahan perilaku tersebut. Di perpustakaan nasional, sudah mengarah ke digitalisasi. Ini memang perlu proses,” paparnya.

    Sebanyak 500 peserta telah resmi terdaftar di berbagai rangkaian acara Festival Literasi 2025. Di antaranya bedah buku Berteman dengan Luka Masa Kecil, talkshow Membaca Budaya, Menulis Peradaban, serta lomba mewarnai untuk anak TK sederajat. Selain itu, pengunjung bisa menikmati bazar buku murah dengan diskon hingga 80 persen. [tem/ian]