Tempat Fasum: Monas

  • Pigai Usul DPR Sediakan Ruang Demonstrasi di Halaman Kompleks Parlemen

    Pigai Usul DPR Sediakan Ruang Demonstrasi di Halaman Kompleks Parlemen

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai mengusulkan penyediaan ruang demonstrasi di halaman gedung DPR RI.

    Menurutnya, hal itu menjadi langkah strategis untuk memperkuat praktik demokrasi substantif.

    Pigai dalam keterangan diterima di Jakarta, Senin, mengatakan demokrasi substantif yang ia maksud, yaitu ketika aspirasi masyarakat tersalurkan, ketertiban publik terjaga, dan simbol kedaulatan hadir di jantung parlemen.

    “Menyediakan ruang demonstrasi di halaman DPR adalah pilihan strategis yang perlu dipertimbangkan serius karena akan mempertemukan masyarakat dengan lembaga yang mewakili mereka,” ujarnya dilansir dari Antara, Senin (15/9/2025).

    Menham mengemukakan masyarakat berhak menyampaikan pendapat secara damai.

    Dia juga menyebutkan bahwa Negara bukan hanya menghormati hak tersebut, melainkan juga berkewajiban memastikan ruang tersebut ada, salah satunya melalui gagasan penyediaan ruang demonstrasi itu.

    Menurut Pigai, usulan dimaksud sejalan dengan sikap Presiden Prabowo Subianto.

    Pada 31 Agustus 2025, ketika menyampaikan pernyataan terkait gelombang unjuk rasa, Presiden Prabowo menegaskan bahwa kebebasan menyampaikan pendapat dijamin oleh Kovenan Internasional PBB tentang Hak Sipil dan Politik serta Undang-Undang HAM.

    Bagi Pigai, pernyataan Presiden itu menunjukkan pemerintah konsisten dengan komitmen HAM internasional maupun nasional.

    Di samping itu, hak menyampaikan pendapat juga dijamin oleh Pasal 28E Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

    Namun, ia mengatakan praktik demokrasi di Indonesia kerap menimbulkan gesekan, terutama karena lokasi unjuk rasa sering berada di jalan utama yang menyebabkan kemacetan dan potensi benturan.

    Oleh karenanya, Pigai meyakini dengan menyediakan ruang demonstrasi di halaman gedung DPR RI, negara bisa menjawab dilema tersebut. Dengan begitu, hak masyarakat dijamin dan ketertiban umum tetap terjaga.

    Ia menyebut ruang demonstrasi sudah dipraktikkan di beberapa negara, di antaranya Jerman menyediakan alun-alun publik di Berlin untuk aksi besar dengan pemberitahuan resmi dan Inggris mengatur demonstrasi di Parliament Square dengan izin khusus.

    Singapura, kata dia, menyediakan ruang demonstrasi di Speakers’ Corner Hong Lim Park, sedangkan di Amerika Serikat terdapat free speech zones dalam acara politik besar.

    Sementara itu, Korea Selatan, masih menurut Pigai, melarang aksi di dekat istana, parlemen, dan pengadilan, tetapi memfasilitasi aksi besar di ruang publik ikonik seperti Gwanghwamun Square.

    “Gagasan semacam ruang demonstrasi ini juga sebenarnya sudah pernah diusulkan oleh DPR-RI dalam Rencana Strategis DPR 2015–2019 dengan menyebut pembangunan ‘alun-alun demokrasi’,” katanya.

    Lokasi Demonstrasi di Kompleks Gedung DPR

    Alun-alun demokrasi itu diusulkan dibangun di sisi kiri kompleks DPR, menempati area Taman Rusa, lapangan futsal, dan parkir. Rencana tersebut didesain untuk menampung lebih kurang 10.000 orang dengan fasilitas panggung orasi permanen, pengeras suara, jalur evakuasi, dan akses aman.

    “Peresmian simbolis pernah dilakukan pada 21 Mei 2015, tetapi proyek ini tidak berlanjut,” ucapnya.

    Selain itu, sambung Pigai, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2016 membangun Taman Aspirasi di Plaza Barat Laut Monas, seluas lebih kurang 1.000 meter persegi dengan fasilitas taman terbuka, mural, dan ruang ekspresi publik.

    “Namun, ruang ini lebih bersifat simbolik dan tidak difungsikan sebagai lokasi demonstrasi resmi yang diakui hukum,” tuturnya.

    Ia mengatakan pengalaman internasional memberi pelajaran penting, Singapura dengan Speakers’ Corner-nya kerap dikritik karena ruang demonstrasi justru berubah menjadi instrumen pembatasan.

    Sebaliknya, Jerman dan Korea Selatan menunjukkan ruang aspirasi di jantung kota memperkuat demokrasi tanpa menutup kemungkinan aksi di tempat lain.

    Oleh karena itu, kata Pigai, usulan ruang demokrasi di halaman DPR perlu dipandang sebagai penambahan ruang resmi yang representatif, aman, dan simbolis, alih-alih dimaknai sebagai upaya membatasi demonstrasi hanya di sana.

    Menurut Pigai, dengan cara itu, Indonesia bisa menghindari jebakan regulasi yang mengekang kebebasan dan justru memperluas fasilitasi demokrasi dalam bentuk paling substantif.

    Menteri HAM lanjut mengatakan usulan halaman DPR sebagai ruang demonstrasi merupakan kesempatan kedua untuk mewujudkan gagasan yang sudah lama tertunda.

    “Dulu, DPR pernah menuliskannya dalam renstra, Pemprov DKI pernah membangunnya di Monas. Kini, dengan momentum politik yang tepat, kita bisa memastikan ruang demokrasi itu benar-benar hadir, bukan sekadar wacana,” jelas Natalius Pigai.

    Respons DPR

    Komisi XIII DPR RI menilai usulan Menteri HAM Natalius Pigai menyediakan ruang demonstrasi di DPR sebagai solusi positif menyalurkan aspirasi rakyat, namun menekankan perlunya pengaturan agar tak mengganggu aktivitas parlemen.

    Wakil Ketua Komisi XIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Andreas Hugo Pareira menyambut baik usulan Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai menyediakan ruang demonstrasi di halaman gedung DPR karena menurutnya dapat membantu penyaluran aspirasi publik secara lebih tertib.

    “Ide yang baik, DPR kan rumah rakyat. Nanti ketika rapat di DPR, silakan Pak Natalius usulkan sehingga dapat dibicarakan,” kata Andreas kepada ANTARA di Jakarta, Selasa (16/9).

    Ia menjelaskan salah satu persoalan demonstrasi yang kerap terjadi di luar pagar DPR adalah timbulnya gangguan lalu lintas. Hal itu, menurut dia, bisa diatasi jika ada lokasi khusus untuk berorasi di dalam area DPR.

    Namun, Andreas tetap mengingatkan perlu ada pengaturan teknis agar usulan tersebut berjalan efektif, antara lain penentuan jumlah peserta, penanggung jawab demonstrasi, perizinan, jadwal kegiatan, kapasitas, serta koordinasi keamanan. Dia berharap usulan itu dapat segera dibahas bersama antara DPR dan Kementerian HAM agar rencana tersebut dapat mulai diatur dan direalisasikan.

    “Mungkin [ide] ini suatu solusi, namun perlu dikaji betul [aturan dan regulasi] karena bagaimanapun kegiatan sehari-hari di DPR didatangi berbagai orang, baik mitra kerja pemerintah maupun masyarakat dengan berbagai kepentingan,” ujarnya.

  • Perwakilan Istana Temui Massa Aksi BEM Nusantara di Monas, Sampaikan Arahan Presiden
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        15 September 2025

    Perwakilan Istana Temui Massa Aksi BEM Nusantara di Monas, Sampaikan Arahan Presiden Megapolitan 15 September 2025

    Perwakilan Istana Temui Massa Aksi BEM Nusantara di Monas, Sampaikan Arahan Presiden
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com —
    Perwakilan Istana Merdeka menemui massa aksi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara Wilayah Jakarta yang menggelar demonstrasi di Silang Selatan Monas, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (15/9/2025).
    Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Binbin Tresnadi, hadir untuk menerima aspirasi mahasiswa sekaligus menyampaikan sejumlah arahan dari Presiden Prabowo Subianto.
    Dalam dialog singkat bersama massa aksi, Binbin menegaskan kehadirannya merupakan mandat langsung Presiden untuk mendengar aspirasi mahasiswa dan masyarakat.
    “Presiden menginginkan reformasi besar dalam sistem pemilu, agar pemilih tidak hanya ditentukan oleh popularitas atau modal, tapi lebih pada kapabilitas dan integritas,” ujar Binbin, Senin.
    Binbin mengakui masih banyak hal yang perlu dibahas lebih mendalam, khususnya terkait reformasi partai politik (parpol), sistem pemilu, serta pendidikan politik. Ia menilai pendidikan politik di lembaga parpol selama ini belum berjalan optimal.
    Ia menambahkan, Presiden juga menaruh perhatian pada reformasi lembaga hukum, penanganan masalah agraria, serta perbaikan institusi keamanan seperti Polri dan TNI.
    Menurut dia, Presiden menolak segala bentuk kekerasan dalam penanganan konflik dan mendorong pendekatan yang lebih humanis serta dialogis.
    Koordinator Daerah BEM Nusantara Jakarta, Pier A. L. Lailossa, menyambut baik kehadiran perwakilan Istana. Ia menyampaikan sejumlah tuntutan langsung dalam aksi tersebut.
    “Kami minta agar reformasi partai politik lebih dari sekadar mekanisme pemilihan, tapi juga soal pendidikan dan kaderisasi yang serius. Selama ini masyarakat tidak tahu ideologi partai, tapi dipaksa memilih,” ujar Pier.
    Pier menegaskan, partai politik seharusnya diwajibkan memiliki lembaga pendidikan politik resmi dan permanen. Ia juga menyoroti pentingnya transparansi risalah sidang serta akses informasi publik untuk menjamin akuntabilitas pemerintahan.
    Selain itu, tuntutan lain yang disuarakan adalah penarikan kekuatan militer dari daerah konflik serta penindakan tegas terhadap mafia pendidikan.
    Aksi demonstrasi ini juga diwarnai dengan simbol-simbol kritis, termasuk pocong bertuliskan “Matinya Demokrasi”.
    Aliansi BEM Nusantara Wilayah Jakarta menyerukan agar agenda reformasi 1998 diwujudkan secara tuntas.
    Mereka menamai gerakan ini “Merdeka 100%: Tuntaskan Reformasi”, yang disebut sebagai gerakan moral dan politik terinspirasi dari perjuangan Tan Malaka melalui Persatuan Perjuangan.
    Adapun lima tuntutan utama yang dibawa massa aksi, yaitu:
    Hingga berita ini ditayangkan, massa aksi masih bertahan di lokasi meski telah menggelar audiensi dengan perwakilan Istana.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Demo Hari Ini di Jakarta, Polisi Kerahkan 4.562 Personel

    Demo Hari Ini di Jakarta, Polisi Kerahkan 4.562 Personel

    Bisnis.com, JAKARTA — Polisi kerahkan 4.562 personel untuk mengantisipasi aksi demonstrasi di Jakarta pada hari ini Senin (15/9/2025).

    Kabid Humas Polda Metro Jaya, Brigjen Ade Ary Syam Indradi mengatakan ribuan personel itu merupakan gabungan dari Polri, TNI hingga Pemda Jakarta.

    “Setidaknya ada 4.562 personil pengamanan yang kami turunkan,” ujarnya di Jakarta, Senin (15/9/2025).

    Dia mengemukakan bahwa agenda unjuk rasa hari ini bakal berlangsung di DPR hingga Silang Monas Selatan. Hanya saja, sejauh ini, belum ada massa aksi yang datang ke dua lokasi tersebut.

    “Hari ini, antara lain di DPR-MPR RI, kemudian nanti di Silang Monas Selatan. Namun sampai dengan pagi ini, situasi aman terkendali, masa belum hadir,” imbuhnya.

    Dia mengimbau kepada massa aksi agar tidak melakukan tindakan anarkis seperti merusak fasilitas umum (fasum).

    Di samping itu, kata Ade, Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi telah menginstruksikan kepada anggota untuk melakukan pengamanan aksi secara humanis.

    “Pelayanan pengamanan dilaksanakan secara humanis. Secara humanis, karena yang menyampaikan pendapat ini nantinya adalah saudara-saudara, saudara-saudara kami, saudara-saudara kita, adik-adik kita,” pungkasnya.

  • Menham: Ruang demonstrasi di halaman DPR langkah perkuat demokrasi

    Menham: Ruang demonstrasi di halaman DPR langkah perkuat demokrasi

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai menjelaskan gagasan penyediaan ruang demonstrasi di halaman gedung DPR RI merupakan langkah strategis untuk memperkuat praktik demokrasi substantif.

    Pigai dalam keterangan diterima di Jakarta, Senin, mengatakan demokrasi substantif yang ia maksud, yaitu ketika aspirasi masyarakat tersalurkan, ketertiban publik terjaga, dan simbol kedaulatan hadir di jantung parlemen.

    “Menyediakan ruang demonstrasi di halaman DPR adalah pilihan strategis yang perlu dipertimbangkan serius karena akan mempertemukan masyarakat dengan lembaga yang mewakili mereka,” ucapnya.

    Menham mengemukakan masyarakat berhak menyampaikan pendapat secara damai. Negara bukan hanya menghormati hak tersebut, melainkan juga berkewajiban memastikan ruang tersebut ada, salah satunya melalui gagasan penyediaan ruang demonstrasi itu.

    Menurut Pigai, usulan dimaksud sejalan dengan sikap Presiden Prabowo Subianto.

    Pada 31 Agustus 2025, ketika menyampaikan pernyataan terkait gelombang unjuk rasa, Presiden Prabowo menegaskan bahwa kebebasan menyampaikan pendapat dijamin oleh Kovenan Internasional PBB tentang Hak Sipil dan Politik serta Undang-Undang HAM.

    Bagi Pigai, pernyataan Presiden itu menunjukkan pemerintah konsisten dengan komitmen HAM internasional maupun nasional.

    Di samping itu, hak menyampaikan pendapat juga dijamin oleh Pasal 28E Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

    Namun, ia mengatakan praktik demokrasi di Indonesia kerap menimbulkan gesekan, terutama karena lokasi unjuk rasa sering berada di jalan utama yang menyebabkan kemacetan dan potensi benturan.

    Oleh karenanya, Pigai meyakini dengan menyediakan ruang demonstrasi di halaman gedung DPR RI, negara bisa menjawab dilema tersebut. Dengan begitu, hak masyarakat dijamin dan ketertiban umum tetap terjaga.

    Menurut Pigai, setidaknya terdapat delapan alasan pentingnya ruang demonstrasi itu penting, antara lain, sebagai simbolisme demokrasi autentik, kedekatan dengan target aspirasi, mengurangi beban lalu lintas, keamanan dan ketertiban, budaya dialog langsung, menghapus stigma negatif demonstrasi, efisiensi logistik, dan preseden bagi daerah.

    Ia menyebut ruang demonstrasi sudah dipraktikkan di beberapa negara, di antaranya Jerman menyediakan alun-alun publik di Berlin untuk aksi besar dengan pemberitahuan resmi dan Inggris mengatur demonstrasi di Parliament Square dengan izin khusus.

    Singapura, kata dia, menyediakan ruang demonstrasi di Speakers’ Corner Hong Lim Park, sedangkan di Amerika Serikat terdapat free speech zones dalam acara politik besar.

    Sementara itu, Korea Selatan, masih menurut Pigai, melarang aksi di dekat istana, parlemen, dan pengadilan, tetapi memfasilitasi aksi besar di ruang publik ikonik seperti Gwanghwamun Square.

    “Gagasan semacam ruang demonstrasi ini juga sebenarnya sudah pernah diusulkan oleh DPR-RI dalam Rencana Strategis DPR 2015–2019 dengan menyebut pembangunan ‘alun-alun demokrasi’,” katanya.

    Alun-alun demokrasi itu diusulkan dibangun di sisi kiri kompleks DPR, menempati area Taman Rusa, lapangan futsal, dan parkir. Rencana tersebut didesain untuk menampung lebih kurang 10.000 orang dengan fasilitas panggung orasi permanen, pengeras suara, jalur evakuasi, dan akses aman.

    “Peresmian simbolis pernah dilakukan pada 21 Mei 2015, tetapi proyek ini tidak berlanjut,” ucapnya.

    Selain itu, sambung Pigai, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 membangun Taman Aspirasi di Plaza Barat Laut Monas, seluas lebih kurang 1.000 meter persegi dengan fasilitas taman terbuka, mural, dan ruang ekspresi publik.

    “Namun, ruang ini lebih bersifat simbolik dan tidak difungsikan sebagai lokasi demonstrasi resmi yang diakui hukum,” tuturnya.

    Ia mengatakan pengalaman internasional memberi pelajaran penting, Singapura dengan Speakers’ Corner-nya kerap dikritik karena ruang demonstrasi justru berubah menjadi instrumen pembatasan.

    Sebaliknya, Jerman dan Korea Selatan menunjukkan ruang aspirasi di jantung kota memperkuat demokrasi tanpa menutup kemungkinan aksi di tempat lain.

    Oleh karena itu, kata Pigai, usulan ruang demokrasi di halaman DPR perlu dipandang sebagai penambahan ruang resmi yang representatif, aman, dan simbolis, alih-alih dimaknai sebagai upaya membatasi demonstrasi hanya di sana.

    Menurut Pigai, dengan cara itu, Indonesia bisa menghindari jebakan regulasi yang mengekang kebebasan dan justru memperluas fasilitasi demokrasi dalam bentuk paling substantif.

    Menteri HAM lanjut mengatakan usulan halaman DPR sebagai ruang demonstrasi merupakan kesempatan kedua untuk mewujudkan gagasan yang sudah lama tertunda.

    “Dulu, DPR pernah menuliskannya dalam renstra, Pemprov DKI pernah membangunnya di Monas. Kini, dengan momentum politik yang tepat, kita bisa memastikan ruang demokrasi itu benar-benar hadir, bukan sekadar wacana,” jelas Natalius Pigai.

    Usulan menyediakan pusat masyarakat menyampaikan aspirasi di halaman gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, pertama kali disampaikan Natalius Pigai di sela-sela peninjauan Kantor Wilayah Kementerian HAM di Denpasar, Bali, Jumat (12/9).

    Pewarta: Fath Putra Mulya
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polda Metro Jaya gelar patroli skala besar, 184 personel dikerahkan

    Polda Metro Jaya gelar patroli skala besar, 184 personel dikerahkan

    Jakarta (ANTARA) – Polda Metro Jaya mengerahkan 184 personel gabungan dari berbagai satuan untuk melaksanakan patroli skala besar di Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu.

    Kasiaga Biro Operasi Polda Metro Jaya, AKBP Aritonang di Jakarta menjelaskan bahwa patroli skala besar ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman sekaligus memperkuat interaksi dengan masyarakat.

    “Patroli ini dibagi dua rayon. Rayon pertama rutenya dari Polda menuju Matraman, Pramuka, Jakarta Utara, Pelabuhan, Sunter, Kemayoran, Manggarai, Tebet dan Pancoran. Lalu kembali ke Polda.

    Rayon kedua rutenya dari Polda menuju Kampung Melayu, Tebet Selatan, Lebak Bulus, Pondok Indah, Arteri Permata Hijau, Tentara Pelajar, Palmerah, Tomang, Harmoni, Monas dan kembali ke Polda.

    Aritonang menjelaskan masing-masing rayon diperkuat 92 personel. Pasukan gabungan tersebut terdiri dari Brimob, Dalmas, Sabhara hingga unit Reserse Kriminal (Reskrim).

    Patroli tidak hanya sekadar menjaga situasi kamtibmas, melainkan juga untuk berdialog dengan warga. Petugas akan menanyakan langsung kepada masyarakat terkait situasi keamanan di lingkungannya.

    “Kami kedepankan patroli dialogis. Anggota turun ke lapangan untuk menyapa masyarakat, mendengar informasi, keluhan atau masukan. Tujuannya agar Polri semakin dekat dengan warga,” ujarnya.

    Ia juga mengingatkan jajarannya untuk selalu bersikap humanis, siap siaga dan responsif. “Patroli ini harus siap, terlihat dan bermanfaat. Semoga pelaksanaannya berjalan lancar, anggota selamat dan masyarakat merasa aman,” katanya.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polda Metro Gelar Patroli Skala Besar Sore Ini, 184 Personel Dikerahkan

    Polda Metro Gelar Patroli Skala Besar Sore Ini, 184 Personel Dikerahkan

    Jakarta

    Polda Metro Jaya menggelar patroli skala besar dengan rute berbeda sore ini. Sebanyak 184 personel gabungan dari Brimob, Dalmas, Sabhara, hingga unit Reskrim dikerahkan dalam patroli tersebut.

    “Patroli ini dibagi dua rayon. Rayon pertama rutenya dari Polda menuju Matraman, Pramuka, Jakarta Utara, Pelabuhan, Sunter, Kemayoran, Manggarai, Tebet, Pancoran, lalu kembali ke Polda. Rayon kedua rutenya dari Polda menuju Kampung Melayu, Tebet Selatan, Lebak Bulus, Pondok Indah, Arteri Permata Hijau, Tentara Pelajar, Palmerah, Tomang, Harmoni, Monas, dan kembali ke Polda,” kata Kasiaga Biro Operasi Polda Metro Jaya, AKBP Aritonang kepada wartawan, Sabtu (13/9/2025).

    Aritonang mengatakan patroli skala besar ini bertujuan menghadirkan rasa aman dan memperkuat interaksi dialogis dengan masyarakat. Dia mengatakan petugas akan menanyakan langsung ke masyarakat terkait situasi keamanan di lingkungannya.

    “Kami kedepankan patroli dialogis. Anggota turun ke lapangan untuk menyapa masyarakat, mendengar informasi, keluhan, atau masukan. Tujuannya agar Polri semakin dekat dengan warga,” ujarnya.

    Lebih lanjut, dia juga mengingatkan jajarannya untuk selalu bersikap humanis ke masyarakat. Kemudian, tetap siap siaga dan responsif.

    “Patroli ini harus siap, terlihat, dan bermanfaat. Semoga pelaksanaannya berjalan lancar, anggota selamat, dan masyarakat merasa aman,” pungkasnya.

    (mib/zap)

  • Pramono soroti pentingnya peran orang tua dukung bakat anak sejak dini

    Pramono soroti pentingnya peran orang tua dukung bakat anak sejak dini

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menyoroti pentingnya peran orang tua untuk mendukung bakat anak sejak usia dini guna menunjang masa depan generasi bangsa.

    “Apa yang kemudian perlu dipersiapkan dan apa yang akan memberikan manfaat bagi kemajuan bangsa ini, salah satunya adalah anak-anak seumur 1-7 tahun harus dikenalkan dan mengenal dunia, dengan caranya, dengan cara yang sederhana,” kata Pramono dalam sambutannya pada peresmian Happy Hope Pre-school di Jakarta Selatan, Sabtu.

    Dia menilai saat ini Indonesia sebenarnya sedang tahap menikmati bonus demografi, namun hal itu tidak berarti jika anak-anak muda tidak diarahkan sejak dini untuk mengasah minat dan bakatnya.

    Untuk itu, kata dia, orang tua dan sekolah tak perlu memaksakan anaknya sehingga anak merasa belajar adalah sebuah beban.

    Pramono menyebut proses belajar anak-anak harus dilakukan dengan gembira dan menyenangkan, sehingga secara alami anak-anak dapat menikmati setiap proses belajarnya dan pelajaran yang didapat pun dapat terserap dengan baik.

    “Tidak semuanya harus menjadi insinyur, harus menjadi dokter. Kalau pengennya jadi chef ya monggo jadi chef. Tetapi yang paling penting adalah semuanya harus dipersiapkan dan diarahkan. Karena anak-anak seumur ini mereka perlu orang tua yang juga proaktif mengarahkan,” katanya.

    Berkaca dari pengalamannya pribadi yang semasa kecil diajak berlibur ke Monumen Nasional (Monas) oleh orang tuanya, Pramono mengatakan hal itu membuatnya memiliki keinginan untuk melihat Monas kembali.

    Atas doanya tersebut, Pramono pun tak menyangka bahwa kini ia bisa bekerja di Jakarta dan selalu berada tak jauh dari Monas.

    Pramono pun ingin orang tua juga dapat menumbuhkan mimpi dan cita-cita ke diri anak-anak dengan proses belajar yang menyenangkan, sehingga diharapkan ke depannya anak-anak, khususnya di Jakarta dapat mewujudkan Indonesia Emas 2045.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • HELLO PIK Perluas Promosi Wisata, Surabaya Jadi Kota Perdana

    HELLO PIK Perluas Promosi Wisata, Surabaya Jadi Kota Perdana

    FAJAR.CO.ID, SURABAYA — Surabaya resmi menjadi kota pertama peluncuran program nasional HELLO PIK yang digagas PIK Tourism Board. Acara pada 9 September 2025 itu mempertemukan lebih dari 125 pelaku industri pariwisata dari berbagai daerah, sekaligus memperkenalkan Pantai Indah Kapuk (PIK) sebagai destinasi wisata unggulan Indonesia.

    Program ini dirancang dalam format seminar yang menyuguhkan pemaparan informasi, promosi destinasi, serta sesi networking. Tour operator dan agen perjalanan Surabaya menjadi sasaran utama, dengan tujuan memperluas jangkauan promosi PIK ke Jawa Timur dan sekitarnya.

    Head of Tourism Development Center Agung Sedayu Group Fenny Maria menegaskan, HELLO PIK merupakan upaya memperkuat posisi PIK sebagai destinasi pariwisata sekaligus pusat gaya hidup.

    “Melalui peluncuran perdana program Hello PIK, PIK Tourism Board dengan semangat membuka ruang sinergi untuk memajukan PIK sebagai destinasi pariwisata, dan juga sebagai pilihan utama dalam pengadaan event seperti konser, pameran seni, dan kegiatan lainnya dalam skala yang lebih luas dari Jakarta, Banten, hingga ke seluruh penjuru Nusantara,” ujar Fenny.

    Antusiasme juga ditunjukkan pelaku industri pariwisata yang hadir. Business Development Aneka Kartika Tour & Travel Moh. Nachrodji menilai PIK punya potensi besar.

    “PIK sangat menjanjikan utk industri pariwisata Indonesia,” katanya.

    Senada dengan itu, pemilik Monas Tour & Travel Monas Tjahyono menyebut PIK telah menjadi ikon tersendiri bagi pariwisata nasional.

  • Motif batik di Jakarta mulai berkembang setelah 2009

    Motif batik di Jakarta mulai berkembang setelah 2009

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengemukakan motif batik di wilayah Jakarta mulai berkembang setelah 2009 dengan menambahkan motif ondel-ondel dan Monas.

    “Batik pengembangan seperti motif ondel-ondel, motif Monas, landmark yang lain, ataupun ciri khas kebudayaan di masing-masing daerah itu. Pengembangannya setelah 2009 ketika UNESCO menetapkan (batik) warisan budaya tak benda,” kata Ketua Satuan Pelaksana Koleksi, Informasi, dan Edukasi Unit Pengelola Museum Seni Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Ardi Hariyadi.

    Ardi dalam acara Komunitas Pembelajar Membatik bertema “Pengenalan Motif dan Ragam Hias Batik” di Jakarta, Kamis mengatakan awal kain batik berkembang pesat di Jakarta yakni saat bangsa Eropa datang ke Jakarta (dulu bernama Batavia).

    Kain batik kala itu menjadi diperdagangkan dan di Batavia dengan konsumennya adalah orang-orang Eropa.

    “Batik menjadi salah satu hal yang menarik untuk mereka (orang Eropa). None-none Belanda itu selalu memasangkan batik dengan kebaya. Motif-motif yang Buketan terus yang berkaitan dengan Eropa itu dibuatnya untuk pasar di Batavia,” jelas Ardi.

    Adapun, aspek batik sendiri terbagi dua yakni pedalaman dan pesisiran. Keduanya berbeda mulai dari sisi asal daerah, pengaruh budaya, motif, warna, teknik, makna filosofis, penggunaan awal hingga fungsi.

    “Batik pedalaman dan batik pesisiran ini dapat memudahkan untuk identifikasi motif-motif yang berkembang di Indonesia. Tapi untuk saat ini memang untuk batik pengembangan, sangat terbuka luas sekali untuk motif-motifnya,” kata Ardi.

    Lalu, seiring waktu dan hingga kini, batik dikembangkan motifnya. Bahkan, sambung Ardi, lima wilayah Kota Jakarta dan Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki motif batiknya masing-masing.

    “Jadi memang diperbolehkan untuk memakai motif-motif yang terjadi di perkembangannya. Tapi memang, ketika kita bicara batik, memang prosesnya harus menggunakan lilin malam dan juga canting ataupun cap. Saya menggunakan batik, berarti memang batiknya harus batik tulis atau batik cap,” katanya.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Saat Tuntutan Massa Buruh Direspons Istana…
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        11 September 2025

    Saat Tuntutan Massa Buruh Direspons Istana… Megapolitan 11 September 2025

    Saat Tuntutan Massa Buruh Direspons Istana…
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Massa buruh yang tergabung dalam Forum Urun Rembug Nasional Serikat Pekerja–Serikat Buruh menggelar demo di Patung Arjuna Wijaya atau Patung Kuda, Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2025).
    Pantauan
    Kompas.com
     di lokasi pukul 13.00 WIB, massa buruh terlebih dahulu melakukan
    long march
    dari depan Menara Thamrin menuju Silang Selatan Monas.
    Mereka membawa satu spanduk besar bertuliskan “10 Tuntutan Forum Urun Rembug Nasional Serikat Pekerja–Serikat Buruh” dan dikawal dua mobil komando yang dilengkapi pengeras suara.
    Massa yang hadir diperkirakan mencapai 500 orang. Mereka tampak mengenakan atribut serikat pekerja, membawa bendera organisasi buruh, serta mengibarkan bendera Merah Putih.
    Dalam aksi tersebut, massa mengusung sepuluh tuntutan utama yang mereka sebut sebagai agenda perjuangan buruh dan rakyat.
    Di spanduk besar berwarna putih tertulis 10 tuntutan yang diusung massa aksi, yakni sebagai berikut:
    Di bagian bawah spanduk, massa juga menyelipkan seruan besar: “Bangkit, Bergerak, Hancurkan Tirani.”
    Sekitar pukul 15.00 WIB, sebanyak 20 perwakilan buruh diterima untuk melakukan audiensi di Istana Merdeka, Jakarta. Pertemuan berlangsung tertutup hingga pukul 18.00 WIB.
    Kapolsek Gambir Kompol Rezeki Respati menyebutkan audiensi berjalan cukup panjang.
    “Iya tiga jam, lama audiensinya tadi tuh yang 20 orang,” ujarnya kepada
    Kompas.com
    di lokasi aksi.
    Koordinator Lapangan Forum Urun Rembug, Ajat Sudrajat, kemudian menyampaikan hasil pembahasan kepada massa melalui mobil komando.
    Ajat berujar, sejumlah usulan yang diajukan diapresiasi oleh pihak Istana. Bahkan, Sekretariat Negara disebut akan memfasilitasi undangan lanjutan untuk pembahasan bersama kementerian terkait.
    “Istana membuka ruang untuk pertemuan dengan Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Hukum dan HAM, serta Komisi III DPR RI,” jelas Ajat.
    Selain isu ketenagakerjaan umum, Ajat menambahkan bahwa pekerja ojek
    online
    (ojol) yang turut hadir juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
    Mereka sempat berdiskusi dengan Menteri UMKM Maman Abdurrahman serta Wakil Menteri Sekretaris Negara, Juri Ardiantoro.
    Ajat menyebut pembahasan yang berlangsung di Istana cukup konstruktif, khususnya terkait perlindungan buruh dan pekerja rentan.
    Ia menekankan bahwa pembahasan teknis akan berlanjut dalam forum resmi lintas kementerian.
    “Kami berharap Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Perhubungan bisa duduk bersama membicarakan perlindungan bagi pekerja ojol, termasuk hak dan kepastian hukum mereka,” ujar Ajat.
    Selain perwakilan buruh, mahasiswa yang ikut aksi juga sempat menyampaikan sejumlah temuan yang akan ditindaklanjuti.
    Meski mengapresiasi respons Istana, Ajat menegaskan bahwa perjuangan tidak akan berhenti.
    “Ini bukan
    lip

    service
    . Aksi akan terus berlanjut dengan skala yang lebih besar,” katanya, disambut sorak-sorai massa aksi.
    Sekitar pukul 18.10 WIB, massa aksi mulai membubarkan diri secara tertib. Petugas PPSU DKI Jakarta tampak membersihkan lokasi dari sampah makanan dan minuman sisa aksi.
    Sementara itu, polisi kembali membuka arus lalu lintas di Jalan Merdeka Selatan menuju Gambir yang sebelumnya ditutup selama demonstrasi berlangsung.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.