Tempat Fasum: Mayo Clinic

  • Sariawan Tak Kunjung Sembuh? Bisa Jadi Tanda Imun Lemah

    Sariawan Tak Kunjung Sembuh? Bisa Jadi Tanda Imun Lemah

    Jakarta

    Sariawan atau aphthous ulcers adalah luka kecil yang biasanya muncul pada jaringan lunak dalam mulut atau gusi. Sariawan tidak menular tapi bisa terasa nyeri dan memicu gangguan makan dan berbicara.

    Sebagian besar sariawan akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-2 pekan.

    Jenis-jenis Sariawan

    Berdasarkan gejalanya, sariawan dibagi menjadi tiga jenis. Jenis sariawan dibagi menjadi minor, mayor, dan herpetiform. Dikutip dari Mayo Clinic, berikut ini perbedaannya:

    Minor

    – Biasanya berukuran kecil.
    – Berbentuk oval dengan tepi merah.
    – Sembuh tanpa meninggalkan bekas luka dalam satu hingga dua minggu.
    – Biasanya disebabkan oleh cedera ringan, penurunan imun, stres, kekurangan nutrisi, hingga perubahan hormon.

    Mayor

    – Berukuran lebih besar.
    – Biasanya berbentuk bulat dengan batas jelas, tapi bisa memiliki tepi tidak beraturan jika ukurannya sangat besar.
    – Terasa sangat menyakitkan.
    – Membutuhkan waktu hingga enam minggu untuk sembuh dan mungkin meninggalkan bekas luka yang luas.
    – Biasanya disebabkan gangguan autoimun, defisiensi nutrisi berat, faktor genetik, hingga infeksi kronis.

    Herpetiform

    – Berukuran sangat kecil, seperti titik.
    – Seringkali muncul berkelompok antara 10-100 sariawan, atau bergabung menjadi satu sariawan besar.
    – Memiliki tepi yang tidak beraturan.
    – Sembuh tanpa meninggalkan bekas luka dalam satu hingga dua minggu.
    – Dapat disebabkan oleh sistem imun tidak seimbang, faktor genetik, kekurangan nutrisi, hingga stres.

    Sariawan Tanda Imun Lemah

    Sariawan bisa disebabkan oleh banyak faktor. Hingga saat ini, belum ada penyebab pasti mengapa sariawan bisa muncul. Bisa jadi karena cedera ringan akibat pembersihan gigi, pasta gigi atau obat kumur yang tidak cocok, hingga sensitivitas pada makanan tertentu.

    Sariawan juga bisa disebabkan oleh gangguan imun lemah. Begini penjelasannya:

    1. Sistem Imun Turun karena Stres dan Sakit

    Sariawan lebih rentan dialami oleh orang yang mengalami penurunan imun, misalnya saat tubuh kelelahan, stres, atau setelah sakit.

    Dalam sebuah penelitian oleh University of Sao Paulo, Brasil, ditemukan stres emosional dan fisik memiliki efek negatif pada sistem imun. Mereka menemukan stres yang tinggi juga berkaitan dengan Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) atau sariawan berulang.

    2. Respons Imun Berlebih

    Sistem kekebalan tubuh yang bermasalah dapat menyerang sel-sel sehat dalam mulut, alih-alih menyerang patogen seperti virus dan bakteri. Kondisi ini yang akhirnya memicu munculnya sariawan.

    Dikutip dari The American Academy of Oral Medicine, sariawan dapat muncul ketika sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan sehingga sel darah putih yang ada justru menyerang sel-sel mukosa yang melapisi mulut.

    3. Penyakit Autoimun Serius

    Sariawan yang berulang kadang bisa menjadi gejala penyakit autoimun serius seperti lupus, penyakit behcet (kelainan peradangan di seluruh tubuh), hingga radang usus seperti penyakit crohn.

    Penyakit crohn merupakan radang usus kronis yang memengaruhi seluruh lapisan dinding pencernaan, mulai dari mulut hingga anus. Kondisi ini paling sering muncul di usus kecil atau besar. Penyakit ini dapat memunculkan gejala sariawan.

    4. Kekurangan Nutrisi yang Mendukung Imunitas

    Kekurangan vitamin B12, zinc, asam folat, dan zat besi sangat berkaitan dengan fungsi sistem imun dan kemunculan sariawan. Vitamin B12 dan asam folat misalnya memiliki peran penting dalam produksi sel darah putih yang menjadi komponen utama sistem kekebalan tubuh.

    Zinc berperan penting dalam mengenali dan melawan patogen, sedangkan zat besi dibutuhkan untuk membawa oksigen ke jaringan dan mendukung pertumbuhan fungsi sel imun.

    Nutrisi-nutrisi tersebut juga memiliki peran penting dalam proses penyembuhan luka dan regenerasi sel-sel mukosa.

    Menjaga kebersihan gigi dan mulut bisa menjadi salah satu langkah perawatan sariawan. Jangan lupa membersihkan mulut dengan obat kumur dan minum suplemen bila memang dibutuhkan.

    Jika sariawan terlalu parah dan menyakitkan, pemeriksaan ke dokter bisa dilakukan. Dokter biasanya akan memberikan obat topikal atau oral untuk mengatasi sariawan tersebut.

    (avk/tgm)

  • Wanita Idap Kanker Lambung Stadium 4, Gejalanya Sering Dikira GERD oleh Dokter

    Wanita Idap Kanker Lambung Stadium 4, Gejalanya Sering Dikira GERD oleh Dokter

    Jakarta

    Seorang wanita di Inggris Raya mengeluhkan sakit perut selama berbulan-bulan. Gejala itu dialami Georgia-Leigh Gardiner saat Natal 2024.

    Saat itu, ia mulai mengalami sakit perut, penurunan berat badan. dan ketidakmampuan untuk makan. Wanita 28 tahun itu dulu sangat mencintai makanan, tapi kini tubuhnya menolak segalanya.

    “Saya mengalami sakit perut bagian atas. Sakitnya sangat hebat, terasa tajam, dan terjadi terus-menerus,” kata Gardiner yang dikutip dari laman People, Senin (30/6/2025).

    Selama berbulan-bulan, ia bolak-balik ke dokter dan didiagnosis mengalami GERD. Ia diberi resep obat lansoprazole, yang biasanya digunakan untuk mengobati sakit GERD dan kondisi perut lainnya.

    Akhirnya dia dirujuk ke jalur gejala non spesifik, yang membantu pasien berisiko mengalami kanker.

    “Saya tidak menyadari bahwa ini adalah jalur kanker sampai saya pergi untuk diperiksa lebih lanjut,” tutur Gardiner.

    Gardiner menjalani endoskopi melalui tenggorokannya, agar dokter bisa melihat ke dalam sistem pencernaan pasien melalui kamera.

    Sampai pada Jumat 13 Juni 2025, Gardiner dan tunangannya, Callum, pergi ke Rumah Sakit St James University untuk mengetahui hasil pemeriksaannya. Ternyata, ia didiagnosis mengidap linitus plastica yakni kanker lambung yang agresif.

    Gardiner merasa seluruh dunianya hancur. Dokter menemukan bahwa kanker yang diidapnya telah menyebar ke kelenjar getah bening dan organ dalam lainnya.

    Mendengar hasil pemeriksaan, yang Gardiner pikirkan adalah anaknya yang masih berusia 2 tahun. Hatinya makin hancur saat mendengar kondisinya mungkin tidak dapat disembuhkan.

    “Saya rasa saya bahkan tertawa dan bertanya pada Callum apakah yang mereka katakan itu nyata. Saya merasakan semua emosi dalam waktu 5 menit,” beber Gardiner.

    “Namun, itu nyata dan faktanya saya mengidap kanker stadium 4 dan tidak tahu berapa lama lagi saya bisa bertahan hidup,” sambungnya.

    Gardiner yakin harapan hidup untuk orang dengan kanker ini adalah sekitar satu tahun. Penelitian medis bervariasi, tetapi beberapa studi menunjukkan tingkat kelangsungan hidup lima tahun adalah sekitar 3-10 persen bagi mereka yang hidup dengan kondisi linitis plastica.

    “Saya masih muda dan sehat. Selain penunan berat badan, saya tetap semangat menjalani hidup. Saya memulai kemoterapi dalam beberapa minggu yang berpotensi memperlambat pertumbuhan kanker,” jelas Gardiner.

    “Orang-orang benar-benar perlu melihat kehidupan apa adanya, karena kehidupan itu indah dan kita semua bisa menghabiskan begitu banyak waktu untuk mengkhawatirkan hal-hal yang bahkan tidak penting. Hari esok tidak pernah dijanjikan, peluklah orang-orang yang Anda cintai lebih erat dan jalani hidup ini,” pungkasnya.

    NEXT: Menyoal kanker lambung

    Menyoal Kanker Lambung

    Dikutip dari Mayo Clinic, kanker lambung merupakan kondisi pertumbuhan sel yang berawal dari lambung. Kondisi ini dapat terjadi di bagian lambung mana saja.

    Sampai saat ini, belum diketahui pasti penyebab kanker lambung. Para ahli percaya bahwa sebagian besar kanker lambung berawal saat ada sesuatu yang melukai lapisan dalam lambung, seperti infeksi, refluks asam lambung yang berlangsung lama, hingga terlalu banyak mengonsumsi makanan asin.

    Namun, tidak semua orang dengan faktor risiko ini terkena kanker lambung. Jadi, diperlukan lebih banyak peelitian untuk mengetahui penyebabnya.

    Kanker lambung bermula saat ada sesuatu yang melukai sel-sel di lapisan dalam lambung. Hal ini menyebabkan sel-sel mengalami perubahan pada DNA mereka. Perubahan tersebut memberi tahu sel-sel untuk berkembang biak dengan cepat.

    Sel-sel tersebut dapat terus hidup, sementara sel-sel yang sehat akan mati sebagai bagian dari siklus hidup alami mereka. Hal ini menyebabkan banyaknya sel tambahan di lambung yang dapat membentuk massa yang disebut tumor.

    Sel-sel kanker di lambung dapat menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat, yang mungkin mulai tumbuh lebih dalam ke dinding lambung. Seiring waktu, sel-sel kanker dapat pecah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ketika sel-sel kanker menyebar ke bagian tubuh lainnya, hal itu disebut metastasis.

    Gejala Kanker Lambung

    Di awal, kanker lambung tidak selalu menimbulkan gejala. Tetapi, seiring berjalannya waktu, ada beberapa gejala yang dapat muncul, seperti:

    Sulit menelanNyeri perutMerasa kembung setelah makanMerasa kenyang setelah makan sedikitTidak merasa lapar saat Anda seharusnya merasa laparMulasGangguan pencernaanMualMuntahTurun berat badan tanpa penyebab pastiMerasa sangat lelahTinja atau feses berwarna hitam

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • 5 Gejala Liver Bermasalah yang Sering Diabaikan

    5 Gejala Liver Bermasalah yang Sering Diabaikan

    Jakarta

    Liver atau hati merupakan organ penting di dalam rongga dada, terletak di sisi kanan. Beratnya sekitar 1,8 kg, berfungsi membantu sistem metabolisme dan membuang racun dan pengotor di dalam tubuh.

    Fungsi hati akan bermasalah ketika organ ini mengalami berbagai gangguan penyakit. Bicara tentang penyakit liver, umumnya merujuk pada kondisi kronis yang memicu kerusakan progresif pada hati. Infeksi virus, keracunan, dan beberapa kondisi metabolik bisa menyebabkan penyakit liver kronis.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, liver memiliki kemampuan regenerasi atau memperbaiki diri sendiri yang baik. Namun jika dihadapkan pada masalah terus menerus, maka liver tidak bisa ‘keep-up’ pada akhirnya.

    Tahapan Liver Bermasalah

    Masalah penyakit liver sangat beragam, namun secara sederhana dapat dibagi menjadi 4 level.

    Hepatitis, yang artinya radang pada jaringan hepar atau liver. Penyebabnya beragam, infeksi virus hingga autoimun.Fibrosis, yakni ketika jaringan liver mengeras dan membuat fungsinya mulai terganggu. Pada beberapa kondisi, kerusakan ini masih reversibel atau bisa pulih.Sirosis atau cirrhosis, yakni kerusakan parah dan permanen pada hati yang sudah tidak reversibel. Meski demikian, pada kondisi ini kerusakan masih bisa dihentikan agar tidak semakin parah.Gagal hati atau liver failure, yakni ketika liver sudah tidak bisa menjalankan fungsi secara adekuat.5 Gejala Liver Bermasalah

    Sayangnya, dikutip dari Mayo Clinic, penyakit hati tidak selalu memunculkan gejala yang mudah teramati. Namun demikian, ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai sebagai tanda-tanda liver mulai bermasalah.

    1. Fatigue atau letih berlebihan

    Salah satu fungsi liver adalah membantu sistem metabolisme mengolah nutrisi, hingga mengatur kadar gula darah. Kerusakan seperti karena infeksi virus hepatitis dapat memicu kelelahan karena tubuh tidak bisa mengolah sumber energi yang cukup.

    “Kebanyakan penderita tidak menyadari jika dirinya sedang terinfeksi virus hepatitis C akut. Gejala seperti mual, lelah, dan perut begah sering dianggap gejala masuk angin, maag, atau kelelahan,” kata dr Femmy Nurul Akbar SpPD KGEH dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    2. Nyeri perut kanan atas

    Tanda lain yang bisa dicermati adalah nyeri di perut bagian kanan atas, yang merupakan tempat liver berada. Liver sendiri tidak memiliki jaringan saraf, namun punya lapisan tipis yang disebut Glisson’s capsule yang punya reseptor nyeri.

    Saat terjadi radang dan pembengkakan pada liver, maka bagian tersebut akan merasakan nyeri atau ketidaknyamanan. Tingkatan nyeri yang terasa bisa bervariasi.

    3. Mata menguning

    Jaundice atau warna kekuningan pada kulit hingga mata merupakan indikasi penumpukan bilirubin. Kondisi ini terjadi karena liver gagal memetabolismenya dengan efektif, karena mengalami kerusakan.

    “Infeksi pun bisa menyebabkan kuning akibat kerusakan sel-sel hati akibat infeksi,” kata dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH.

    4. Urine gelap

    Penumpukan bilirubin juga bisa menyebabkan warna urine menjadi gelap hingga kecokelatan. Warna gelap akibat masalah pada fungsi hati ini tidak pudar meski hidrasi tercukupi.

    5. Berat badan turun

    Kegagalan fungsi hati memetabolisme sumber nutrisi juga berdampak pada penurunan berat badan, baik karena nafsu makan berkurang maupun pencernaan terganggu. Waspada jika mengalami penurunan berat badan secara cepat dan tidak jelas penyebabnya.

    Kapan Harus Periksa?

    Jika salah satu atau beberapa gejala muncul terus menerus, maka sebaiknya periksa untuk memastikan kondisi liver.

    Apa Saja Pemeriksaan untuk Melihat Kondisi Liver?

    Ada banyak tes yang bisa dilakukan untuk mengetahui kondisi liver. Beberapa di antaranya:

    tes darah untuk mengamati enzym, protein, dan kadar bilirubinpemindaian, baik dengan abdominal ultrasound, CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging)elastography, yakni pemindaian untuk mengetahui pengerasan pada jaringan liverendoskopi, melibatkan alat berupa kamera kecil atau endoskop yang dimasukkan ke dalam tubuhdan sebagainya.

    (up/up)

  • Awas, Kebiasaan Naik Motor Seperti Ini Bisa Bikin Bapak-bapak Susah Punya Anak

    Awas, Kebiasaan Naik Motor Seperti Ini Bisa Bikin Bapak-bapak Susah Punya Anak

    Jakarta

    Ada banyak faktor yang tanpa disadari bisa mempengaruhi kualitas sperma. Bahkan, kebiasaan sehari-hari seperti naik motor pun bisa menurunkan kualitas sperma.

    Spesialis urologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof dr Ponco Birowo SpU(K), PhD mengatakan suhu yang meningkat pada testis dapat merusak sperma. Hal ini bisa terjadi karena cara naik motor yang kurang tepat.

    “Kalau dia naik motor, testisnya ada (nempel) di tangki, tangki kan panas. Jadi dia (testis) kepanasan,” kata dr Ponco saat ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).

    “Agar sperma sehat, testis harus lebih dingin dua sampai empat derajat (celsius). Nggak boleh kepanasan testis itu,” sambungnya.

    dr Ponco menambahkan, jika testis berada dalam suhu yang terlalu panas, dia akan berhenti memproduksi sperma karena ada protein yang tidak bekerja. Suhu normal agar testis bisa memproduksi sperma yang baik ada di kisaran 32-34 derajat celsius.

    Dikutip dari Mayo Clinic, ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk menjaga sperma agar tetap dalam keadaan sehat.

    1. Menjaga Berat Badan

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan body mass index (BMI) dikaitkan dengan penurunan jumlah sperma dan pergerakan sperma.

    Infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia dan gonore dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Untuk menurunkan risiko tertular IMS, jangan memiliki banyak pasangan seksual dan selalu gunakan alat kontrasepsi saat berhubungan seks. Lalu, bisa juga dengan menjalin hubungan hanya dengan satu orang yang tidak mengidap IMS.

    3. Mengelola Stres

    Stres dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk berhubungan seks. Stres juga dapat memengaruhi hormon yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan sperma yang sehat.

    (dpy/up)

  • Virus Hanta Muncul di Bandung, Bahaya atau Bisa Sembuh? Ini Kata Dokter

    Virus Hanta Muncul di Bandung, Bahaya atau Bisa Sembuh? Ini Kata Dokter

    Jakarta

    Infeksi hantavirus atau virus hanta ditemukan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) baru-baru ini. Meski infeksi tersebut bisa memicu komplikasi yang lebih fatal, pasien saat ini dilaporkan sudah sembuh.

    “Saat ini kasus sudah dinyatakan sembuh dan sudah kembali bekerja,” tulis Kementerian Kesehatan RI, menyinggung kasus di KBB, dalam laporan yang dipublikasikan pada Sabtu (21/6/2025).

    Kasus infeksi hantavirus di KBB dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada 20 Mei 2025. Kasus konfirmasi ditemukan di RSUP Hasan Sadikin Kota Bandung.

    Selain kasus di KBB, Kemenkes RI hingga 19 Juni 2025 juga mencatat total 8 kasus infeksi hantavirus di 4 provinsi yakni:

    DI YogyakartaJawa BaratNusa Tenggara TimurSulawesi UtaraApakah Hantavirus Berbahaya?

    Laman The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC) menyebut hantavirus merupakan kelompok virus yang dapat memicu penyakit serius dan bahkan mematikan. Kelompok virus tersebut dapat memicu komplikasi sebagai berikut:

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    Kemenkes RI menyebut, seluruh kasus yang ditemukan di Indonesia memiliki manifestasi klinis HFRS.

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)

    Dikutip dari Mayo Clinic, kasus HPS dapat secara cepat mengancam nyawa. Kondisi keparahan pada HPS dapat dipicu oleh kegagalan jantung memompa oksigen ke seluruh tubuh. Tingkat kematian beragam tergantung jenis virusnya, salah satunya yang ditularkan oleh tikus rusa atau deer mice (Peromyscus) memicu kematian hingga 30-50 persen.

    Gejala yang menyertai HPS dapat muncul pada 4-10 hari sejak fase awal, antara lain:

    fatigue atau kelelahandemamnyeri ototsakit kepalapusingmenggigilgangguan lambung seperti mual, muntah, diare, hingga nyeri perut.

    Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    HFRS dapat berakibat fatal karena mempengaruhi fungsi ginjal. Gejala biasanya muncul dalam 1-2 pekan sejak paparan, dan dalam kasus langka dalam 8 pekan. Gejala awalnya antara lain:

    sakit kepala intensnyeri punggung dan perutdemam dan menggigilmualmata buram.

    Gejala lanjutan dapat berupa:

    tekanan darah rendahaliran darah berkurang (syok akut)perdarahan internal (kebocoran pembuluh darah)gagal ginjal akut.

    Tingkat kematian bervariasi tergantung jenis virus yang menginfeksi. Virus Hantaan dan Dobrava bisa memiliki tingkat kematian hingga 5-15 persen.

    Pengobatan Hantavirus

    US CDC menyebut tidak ada pengobatan yang spesifik untuk hantavirus. Pasien cukup diberi perawatan suportif, mencakup istirahat, hidrasi, dan perawatan sesuai gejala.

    Pencegahan Infeksi

    Infeksi virus hanta menular melalui kontak dengan urine, tinja, liur, dan bahkan tempat bersarang rodentia atau hewan pengerat. Pencegahannya adalah dengan menghindari kontak.

    menerapkan perilaku bersih dan sehatmenjaga kebersihan rumah dan tempat-tempat yang lama tidak dipakaihindari menyentuh rodentia, baik hidup maupun matimengelola sampah dengan benarmenempatkan perangkap tikus untuk mengurangi populasi rodentiamenggunakan alat pelindung diri jika bekerja di lingkungan yang berisiko kontak dengan rodentia.

    (up/up)

  • Tangan Sering Dingin? Ini Penjelasan Medisnya

    Tangan Sering Dingin? Ini Penjelasan Medisnya

    Jakarta

    Tangan sering dingin kerap diartikan sebagai gejala penyakit jantung. Ada benarnya sedikit, tapi lebih banyak tidak tepatnya. Begini penjelasannya secara medis.

    Terkait gejala penyakit jantung, dr Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), FIHA, FAsCC, FSCAI, menegaskan tangan sering terasa dingin bukan gejala yang spesifik. Artinya, ada banyak kemungkinan penyebab di luar penyakit jantung.

    “Tidak ada keterkaitan ilmiah bahwa telapak tangan sering basah atau sering dingin itu pasti ada hubungannya dengan penyakit jantung. Tidak ada bukti ilmiah,” tegasnya dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    Memang, tidak menutup kemungkinan tangan dingin tersebut memang dialami oleh pasien penyakit jantung. Namun untuk memastikan kondisi tersebut merupakan indikasi jantung bermasalah, tidak ada bukti kuat untuk mendukungnya.

    “Hal itu bisa saja terjadi. Tangannya basah, tangannya dingin, dan sebagainya, sebagai dampak dari penyakit jantungnya,” jelasnya, menegaskan bahwa keterkaitan antara keduanya tidak bisa dipastikan.

    Menurut dr Vireza, ada banyak kemungkinan penyebab tangan dingin selain penyakit jantung. Di antaranya gangguan tiroid dan riwayat diabetes mellitus.

    Penyebab Tangan Terasa Dingin

    Dikutip dari Mayo Clinic, ada banyak penyebab tangan terasa dingin, terlebih jika hanya sesekali dirasakan. Sesimpel habis berada di ruangan yang dingin atau sejuk bisa menjadi penyebabnya, yang menandakan tubuh berusaha mengontrol temperaturnya.

    Namun demikian, tangan yang selalu dingin bisa jadi menandakan ada masalah pada aliran darah di tangan. Dikutip dari Cleveland Clinic, darah mengalir dari jantung ke tangan melalui ulnar artery dan radial artery di lengan bawah. Saat terpapar dingin, otot di sekitar pembuluh darah berkontraksi sehingga aliran darah dikonsentrasikan ke organ dalam seperti jantung.

    Terkadang, pembuluh darah menyempit atau konstriksi secara tiba-tiba meski tidak sedang kedinginan. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut vasospasm. Mekanisme ini membuat tangan terasa dingin meski temperatur di sekitarnya normal. Pada kasus langka, vasospasm yang terlalu sering bisa memicu kerusakan jaringan dan melukai kulit.

    Gejala penyerta yang perlu diwaspadai

    Umumnya, tangan terasa dingin tidak menjadi persoalan serius. Namun sebaiknya periksa jika disertai gejala lain yakni:

    luka (ulcers)nyerikesemutanmengalami perubahan pada kulit, terutama jika terasa kencang atau mengeras, atau berubah warnasering terasa dingin juga di kaki dan jari-jari.Bisa Juga Dipicu Penyakit

    Beberapa penyakit atau kondisi kesehatan juga dapat disertai gejala tangan sering terasa dingin. Di antaranya:

    1. Raynoud’s syndrome

    Sindrom ini menyebabkan pembuluh darah di jari dan jempol mengalami konstriksi mendadak. Kulit tangan dan jari juga akan berubah warna menjadi biru, putih, atau ungu.

    2. Hipotiroidisme

    Terjadi ketika kelenjar tiroid tidak melepas hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Dampaknya, metabolisme melambat sehingga tubuh gampang merasa dingin meski temperatur di sekitarnya normal.

    3. Lupus

    Merupakan gangguan autoimun yang dapat memicu radang di berbagai bagian tubuh. Dapat pula terjadi di kulit dan pembuluh darah sehingga menjadi sensitif terhadap temperatur.

    4. Scleroderma

    Scleroderma juga termasuk gangguan autoimun yang menyebabkan kulit di jemari dan tangan lebih tebal dari seharusnya. Pengidapnya umumnya juga memiliki riwayat Raynoud’s syndrom.

    Mengatasi Tangan Selalu Dingin

    Berdasarkan pemeriksaan, dokter mungkin bisa meresepkan obat atau terapi untuk mengatasi penyebab. Sedangkan untuk mengatasi gejala tangan terasa dingin, beberapa tips berikut bisa diikuti.

    mengurangi paparan suhu dinginmemakai sarung tangan atau semacamnyamengelola stres dan anxiety atau kegelisahanmembatasi asupan alkohol, atau menghindari sama sekali akan lebih baikmelakukan perawatan kulit.

    (up/up)

  • Tanda Radang Otak di Kepala dan Leher hingga Otot yang Jarang Disadari

    Tanda Radang Otak di Kepala dan Leher hingga Otot yang Jarang Disadari

    Jakarta

    Radang otak disebut juga sebagai ensefalitis. Kondisi yang langka ini menyebabkan peradangan di otak sehingga membuatnya membengkak.

    Radang otak bisa mengancam jiwa atau menyebabkan komplikasi jangka panjang. Penting untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan segera. Untuk itu, mengetahui tanda-tanda radang otak sangat diperlukan untuk mencegah kondisi semakin memburuk.

    Tanda Radang Otak di Kepala, Leher, hingga Otot

    Radang otak bisa disebabkan oleh infeksi di otak, kondisi ini dikenal sebagai ensefalitis infeksiosa. Tak hanya itu, radang otak juga bisa disebabkan karena sistem imun yang menyerang otak, yang disebut dengan ensefalitis autoimun.

    Tanda Radang Otak karena Infeksi

    Dikutip dari laman Mayo Clinic, kebanyakan orang dengan ensefalitis infeksiosa memiliki gejala mirip flu, seperti:

    Sakit kepalaDemam tinggiNyeri otot atau persendianKelelahan

    Pada umumnya, gejala ini diikuti oleh gejala yang lebih serius seperti:

    Kekakuan leherKebingungan, halusinasiKejangTidak bisa menggerakkan area tertentu pada wajah atau tubuhGerakan tidak teraturKelemahan ototMasalah dengan bicara atau pendengaranKehilangan kesadaran

    Tanda Radang Otak karena Autoimun

    Pada ensefalitis autoimun, gejalanya bisa berkembang lebih lambat selama beberapa minggu. Umumnya, orang dengan ensefalitis autoimun mengalam kombinasi gejala seperti:

    Perubahan kepribadianHilang ingatanMelihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada, dikenal sebagai halusinasiKesulitan memahami apa yang nyata dan apa yang tidak, dikenal sebagai psikosisKejangPerubahan dalam penglihatanMasalah tidurHilangnya sensasiKesulitan berjalanKelemahan ototGerakan tidak teraturFaktor Risiko Radang Otak

    Radang otak bisa dialami oleh siapa saja. Namun beberapa faktor yang bisa meningkatkan risikonya meliputi:

    Beberapa bentuk ensefalitis autoimun lebih umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda. Sementara, beberapa bentuk ensefalitis virus umumnya dialami oleh anak kecil dan orang lanjut usia.

    Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah

    Orang yang mengidap HIV-AIDS, yang mengonsumsi obat penguat kekebalan tubuh atau dengan kondisi lain yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh lemah berisiko mengalami radang otak.

    Orang yang sudah memiliki kondisi autoimun kemungkinan lebih rentan mengalami ensefalitis autoimun.

    Merokok bisa meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru. Pada gilirannya penyakit ini bisa meningkatkan risiko terkena sindrom paraneoplastik, termasuk ensefalitis.

    Kapan Harus ke Dokter?

    Segera periksakan ke dokter saat mengalami gejala ensefalitis yang serius. Sakit kepala parah, demam, dan perubahan kesadaran memerlukan perawatan segera.

    (elk/up)

  • Sering Nyeri Pinggang Kiri Belakang? Hati-hati, Bisa Jadi Tanda-tanda Batu Ginjal

    Sering Nyeri Pinggang Kiri Belakang? Hati-hati, Bisa Jadi Tanda-tanda Batu Ginjal

    Jakarta

    Nyeri pinggang merupakan salah satu gejala yang paling umum ditemukan pada pasien batu ginjal. Namun nyeri pinggang yang seperti apa sih yang membedakannya dari nyeri pinggang pada umumnya?

    “Nyeri di pinggang belakang ya, di kiri sini di bawah iga, di bawah dada belakang,” kata Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS, dokter urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), menjelaskan nyeri pinggang yang menandakan adanya batu ginjal.

    “Kalau batunya masih di ginjal, mungkin terlokalisir hanya di situ saja. Tapi kalau batunya sudah mulai turun ke bawah, nah itu mungkin nyerinya bisa berpindah ke lipat paha. Bahkan sampai ke kemaluan,” lanjutnya, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (25/6/2025).

    Batu ginjal yang sudah turun ke saluran kemih bagian bawah, menurut dr Widi, juga bisa disertai dengan gejala kencing keluar darah. Bahkan, dimungkinkan juga keluar pasir saat kencing.

    “Keluar pasir. Batu kecil-kecil gitu,” jelas dr Widi.

    Apa Itu Batu Ginjal?

    Dijelaskan oleh dr Widi, batu ginjal pada dasarnya adalah kristal yang terbentuk di saluran kencing yang memang bermuara di ginjal. Kristal batu ginjal bisa terbentuk dari berbagai macam mineral, utamanya kalsium.

    Kristal batu ginjal juga dapat terbentuk dari asam urat atau uric acid, yakni senyawa hasil metabolisme purin. Terlalu banyak mengonsumsi jeroan banyak dikaitkan dengan kelebihan kadar asam urat di dalam tubuh, yang juga bisa meningkatkan risiko batu ginjal.

    Gejala Lainnya

    Butuh pemeriksaan untuk memastikan adanya batu ginjal dengan akurat, namun beberapa gejala kerap menyertai kondisi ini. Selain nyeri pinggang, gejala yang juga dapat menandakan adanya batu ginjal antara lain:

    nyeri yang menyebabkan susah duduk nyamannyeri yang disertai perut tidak nyaman bahkan muntahnyeri yang disertai demamkeluar darah saat kencingsulit buang air kecil.

    Faktor Risiko Batu Ginjal

    Dikutip dari Mayo Clinic, beberapa faktor risiko batu ginjal mencakup:

    Riwayat keluarga. Jika di dalam silsilah keluarga ada yang pernah memiliki batu ginjal, ada kemungkinan lebih besar seseorang akan mengalaminya juga.Dehidrasi. Kurang minum bisa meningkatkan risiko.Pola makan. Makanan tinggi oksalat, protein, garam natrium, dan gula, dapat meningkatkan risiko batu ginjal.Obesitas. Penyakit kompleks ini juga disertai kadar lemak terlalu banyak, yang dikaitkan dengan risiko batu ginjal.dan sebagainya.

    (up/up)

  • 5 Risiko Kelahiran Caesar yang Jarang Dibahas

    5 Risiko Kelahiran Caesar yang Jarang Dibahas

    Jakarta

    Caesar merupakan prosedur pembedahan, di mana bayi dilahirkan melalui sayatan di perut dan rahim. Dalam dunia medis modern, operasi caesar seringkali dianggap sebagai solusi cepat dan aman untuk proses persalinan yang rumit.

    Seringkali, operasi caesar dipilih saat persalinan normal tidak memungkinkan dilakukan. Namun, di balik kemudahanya ada sejumlah risiko tinggi dari operasi caesar yang mungkin luput dari perhatian. Risiko ini bisa dialami oleh ibu ataupun bayi yang dilahirkan.

    5 Risiko Kelahiran yang Lebih Tinggi dari Caesar tapi Jarang Dibahas

    Dikutip dari laman National Health Service, operasi caesar bisa memberikan infeksi pada luka atau lapisan rahim. Tak hanya itu, ada juga beberapa risiko lebih besar dari operasi caesar yang mungkin jarang diketahui. Berikut di antaranya:

    1. Perdarahan Berlebihan

    Operasi caesar bisa menyebabkan pendarahan hebat setelah melahirkan. Dikutip dari laman Mayo Clinic, dalam kondisi ini, pasien mungkin memerlukan transfusi darah pada kasus yang parah.

    2. Trombosis Vena Dalam (DVT)

    Caesar juga bisa meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah di dalam vena dalam, terutama di kaki atau panggul. Jika gumpalan darah mengalir ke paru-paru dan menyumbat aliran darah (emboli paru), kerusakannya bisa mengancam jiwa.

    3. Kerusakan pada Kandung Kemih

    Kerusakan pada kandung kemih atau saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih bisa dialami ketika menjalani operasi caesar. Pasien yang mengalami kondisi ini mungkin memerlukan pembedahan lebih lanjut.

    4. Peningkatan Risiko selama Kehamilan Berikutnya

    Operasi caesar bisa meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan berikutnya dan operasi lainnya. Semakin banyak operasi caesar yang dilakukan, semakin tinggi risiko plasenta previa dan kondisi di mana plasenta menempel pada dinding rahim.

    Operasi ini juga meningkatkan risiko robeknya rahim di sepanjang garis bekas luka saat mencoba melahirkan normal di kehamilan selanjutnya.

    5. Masalah Pernapasan atau Luka pada Kulit Bayi

    Bayi yang lahir melalui operasi caesar yang dijadwalkan lebih mungkin mengalami masalah pernapasan. Hal ini bisa membuat bayi bernapas terlalu cepat selama beberapa hari setelah lahir.

    Selain itu, luka sayatan yang tidak disengaja bisa terjadi selama operasi. Meski demikian, hal ini jarang terjadi.

    Mengapa Operasi Caesar Dilakukan?

    Dokter mungkin merekomendasikan operasi caesar karena beberapa kondisi. Berikut di antaranya:

    1. Distosia

    Dikutip dari laman repository Universitas Andalas, distosia merupakan persalinan sulit yang ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kondisi ini menjadi salah satu alasan paling umum untuk persalinan caesar.

    2. Bayi dalam Keadaan Tertekan

    Saat bayi dalam keadaan yang tertekan, operasi caesar mungkin dilakukan. Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran akan perubahan detak jantung bayi.

    3. Bayi Berada dalam Posisi yang Tidak Biasa

    Operasi caesar dianggap menjadi cara yang paling aman untuk melahirkan bayi dengan kaki atau bokong yang memasuki jalan lahir terlebih dahulu (sungsang). Begitu pula dengan bayi yang sisi atau bahunya masuk terlebih dahulu (melintang).

    4. Kehamilan Kembar

    Wanita yang mengandung bayi kembar dua, kembar tiga atau lebih juga mungkin dilakukan tindakan caesar. Terutama, jika persalinan dimulai terlalu dini atau posisi kepala bayi tidak berada di bawah.

    5. Ada Masalah dengan Plasenta

    Dalam kasus tertentu, plasenta bisa menutupi pembukaan serviks. Hal ini membuat operasi caesar mungkin direkomendasikan.

    6. Pernah Menjalani Operasi Caesar atau Operasi Lain pada Rahim

    Seringkali, memungkinkan saja untuk melahirkan secara normal setelah operasi caesar. Namun, penyedia layanan kesehatan mungkin menyarankan operasi caesar.

    Selain itu, kemungkinan beberapa ibu hamil meminta operasi caesar untuk menghindari komplikasi dari persalinan normal atau ingin merencanakan waktu persalinan. Kendati demikian, menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, hal ini mungkin bukan menjadi pilihan yang baik bagi wanita yang berencana memiliki beberapa anak. Sebab, semakin banyak operasi caesar dilakukan, maka semakin ada risiko di kehamilan berikutnya.

    (elk/elk)

  • 4 Masalah Kulit Berbahaya yang Ditandai dengan Bercak Tak Biasa

    4 Masalah Kulit Berbahaya yang Ditandai dengan Bercak Tak Biasa

    Jakarta

    Bintik-bintik merah atau bercak tak biasa yang tiba-tiba muncul pada kulit jangan semuanya dianggap sebagai kondisi yang ringan. Ada kalanya, bercak tersebut bisa menjadi pertanda awal adanya masalah kesehatan yang serius.

    Dikutip dari Verywell Health, meskipun beberapa bintik merah atau bercak akan memudar dengan sendirinya, beberapa lainnya mungkin memerlukan perhatian medis, terutama jika disertai dengan rasa sakit, pembengkakan, atau demam.

    Hal ini membuat perlunya bantuan tenaga medis untuk benar-benar memastikan kondisi yang sedang terjadi pada kulit.

    Lantas, bercak tak biasa tersebut bisa menjadi tanda-tanda penyakit apa saja?

    1. Basal Cell Carcinoma

    Basal cell carcinoma (karsinoma sel basal) merupakan salah satu jenis kanker kulit. Biasanya, kanker kulit jenis ini sering menyebabkan benjolan lilin berwarna putih atau bercak bersisik berwarna coklat pada kulit yang terpapar sinar matahari.

    Karsinoma sel basal memiliki beberapa pengobatan yang efektif termasuk Mohs. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk karsinoma sel skuamosa, tetapi dapat juga diobati dengan obat topikal atau jenis pembedahan lainnya.

    2. Squamous Cell Carcinoma

    Squamous cell carcinoma (karsinoma sel skuamosa) merupakan jenis kanker kulit lain. Seseorang yang mengidap jenis kanker kulit ini dapat menyebabkan nodul merah keras, luka datar bersisik, atau bercak merah di dalam mulut atau pada alat kelamin atau anus.

    3. Melanoma

    Melanoma sering dikenali dari perubahan pada tahi lalat yang ada (termasuk perubahan warna, hingga ukuran). Melanoma mungkin memerlukan operasi pengangkatan tumor, radiasi, kemoterapi, dan imunoterapi.

    4. Actinic Keratosis

    Dikutip dari Mayo Clinic, actinic keratosis adalah bercak kasar dan bersisik pada kulit yang terbentuk akibat paparan sinar matahari selama bertahun-tahun. Kondisi ini sering ditemukan di wajah, bibir, telinga, lengan bawah, kulit kepala, leher, atau punggung tangan.

    Seiring waktu, bercak ini akan mengeras dan permukaannya menyerupai kutil. Actinic keratosis tumbuh perlahan dan biasanya pertama kali muncul pada orang berusia di atas 40 tahun. Mengurangi risiko kondisi kulit ini bisa dengan meminimalkan paparan sinar matahari dan melindungi kulit dari sinar ultraviolet (UV).

    (dpy/up)