Tempat Fasum: Mayo Clinic

  • Chef Gordon Ramsay Jalani Operasi Kanker Kulit, Ini Gejala yang Muncul

    Chef Gordon Ramsay Jalani Operasi Kanker Kulit, Ini Gejala yang Muncul

    Jakarta

    Chef Gordon Ramsay (58) baru-baru ini mengatakan bahwa dirinya menjalani operasi pengangkatan karsinoma sel basal (KSB) atau kanker kulit non-melanoma. Ramsay juga mengingatkan kepada para penggemarnya untuk tidak lupa menggunakan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan.

    “Bersyukur dan sangat berterima kasih atas tim yang luar biasa di The Skin Associates dan kerja cepat mereka dalam mengangkat karsinoma sel basal ini, terima kasih,” tulis Ramsay di akun Instagram-nya, dikutip detikcom, Minggu (31/8/2025).

    “Tolong jangan lupa tabir surya Anda akhir pekan ini. Aku janji ini bukan (operasi) facelift,” sambungnya.

    Apa Itu Karsinoma Sel Basal?

    Dikutip dari Mayo Clinic, KSB merupakan salah satu jenis kanker kulit yang bermula di sel-sel basal, yakni sejenis sel di dalam kulit yang menghasilkan sel-sel kulit baru saat sel-sel lama mati.

    Karsinoma sel basal sering muncul sebagai benjolan yang agak transparan pada kulit, meskipun dapat muncul dalam bentuk lain. Karsinoma sel basal paling sering terjadi pada area kulit yang terpapar sinar matahari, seperti kepala dan leher.

    Sebagian besar karsinoma sel basal diduga disebabkan oleh paparan radiasi ultraviolet (UV) jangka panjang dari sinar matahari. Menghindari sinar matahari dan menggunakan tabir surya dapat membantu melindungi diri dari kanker kulit ini.

    Gejala yang Muncul

    Karsinoma sel basal biasanya berkembang di bagian tubuh yang terpapar sinar matahari, terutama kepala dan leher. Meskipun jarang, karsinoma sel basal juga dapat berkembang di bagian tubuh yang biasanya terlindungi dari sinar matahari, seperti alat kelamin.

    Karsinoma sel basal muncul sebagai perubahan pada kulit, seperti pertumbuhan atau luka yang tak kunjung sembuh. Perubahan pada kulit ini (lesi) biasanya memiliki salah satu karakteristik sebagai berikut:

    1. Benjolan Mengkilap

    Muncul benjolan mengkilap yang sewarna dengan kulit. Benjolan ini dapat terlihat putih mutiara atau merah muda pada kulit putih. Pada kulit cokelat dan hitam, benjolan ini seringkali terlihat cokelat atau hitam mengkilap.

    2. Muncul Lesi

    Lesi ini bisa berwarna macam-macam, seperti coklat, hitam, atau biru, bahkan lesi dengan bintik-bintik gelap. Lalu bisa juga muncul lesi berwarna putih, seperti bekas lilin dengan tepi menonjol.

    3. Bercak Datar Bersisik

    Munculnya bercak yang bersisik juga bisa menjadi salah satu gejala KSB. Bercak ini biasanya memiliki tepi yang menonjol, dan seiring waktu dapat membesar.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Soal Operasi Karsinoma Sel Basal yang Dijalani Chef Gordon Ramsay”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Seperti Apa Bahaya Minum Kopi Pakai Gula Setiap Hari? Ini Penjelasannya

    Seperti Apa Bahaya Minum Kopi Pakai Gula Setiap Hari? Ini Penjelasannya

    Jakarta

    Banyak orang menyebut dirinya sebagai coffee drinker, bahkan menganggap kopi sudah mengalir dalam darah mereka. Tak bisa dipungkiri, secangkir kopi di pagi hari memang bisa membuat tubuh lebih bersemangat berkat kandungan kafeinnya.

    Namun, kafein bukan satu-satunya hal yang perlu diperhatikan. Kebiasaan menambahkan gula ke dalam kopi bisa menjadikan minuman ini sumber gula tambahan harian yang berisiko bila dikonsumsi berlebihan.

    Perlu diketahui, gula tambahan berbeda dengan gula alami yang terdapat pada makanan berkarbohidrat seperti buah, sayuran, biji-bijian, dan susu. Added sugar adalah gula yang sengaja ditambahkan ke makanan atau minuman, misalnya pada kopi atau coffee creamer, untuk meningkatkan rasa.

    Dampak Minum Kopi Pakai Gula Setiap Hari

    Jika dikonsumsi terlalu sering, gula tambahan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Dikutip dari Livestrong, berikut penjelasannya.

    1. Peningkatan Kadar Gula Darah

    Mengonsumsi gula dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang memberi dorongan energi sesaat, tetapi cepat diikuti oleh penurunan drastis atau sugar crash.

    “Gula diserap oleh aliran darah. Hal ini mengakibatkan lonjakan kadar gula darah yang memberikan lonjakan energi cepat, tetapi hanya sesaat dan diikuti oleh penurunan drastis kadar gula darah,” jelas Jennifer Schlette, RD, ahli gizi sekaligus integrative nutrition health coach.

    Bagi pengidap diabetes atau gangguan terkait gula darah, kondisi ini bisa berisiko. Namun, pada populasi umum, lonjakan dan penurunan ini tidak dianggap membahayakan.

    2. Peningkatan Berat Badan

    Kasus obesitas meningkat dalam beberapa dekade terakhir, seiring dengan meningkatnya konsumsi gula. Penelitian menunjukkan gula bukanlah penyebab tunggal epidemi obesitas, tetapi menjadi salah satu kontributor utama kenaikan berat badan, menurut Johns Hopkins Medicine.

    3. Kerusakan Gigi

    Gula juga berkontribusi terhadap kerusakan gigi atau tooth decay. Minuman manis menjadi salah satu sumber utama gula tambahan, menurut World Health Organization (WHO). Mengurangi konsumsi gula bisa membantu menjaga kesehatan gigi.

    4. Kekurangan Nutrisi

    Terlalu banyak makanan tinggi gula dapat menggantikan makanan bernutrisi. Menurut Mayo Clinic, banyak makanan manis minim vitamin dan mineral penting. Contohnya, kue manis sarat gula tidak dapat menggantikan serat dan vitamin C yang biasanya didapatkan dari buah.

    5. Risiko Penyakit Jantung

    Asupan gula berlebih juga berdampak pada kesehatan jantung. Pola makan tinggi gula dikaitkan dengan obesitas, tekanan darah tinggi, peradangan kronis, peningkatan trigliserida, dan kadar kolesterol yang tinggi. Menurut Cleveland Clinic, konsumsi gula yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

    Jumlah Gula yang Direkomendasikan Per Hari

    Perlu diketahui, gula bukanlah zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh. Karena itu, berbagai lembaga kesehatan memberikan batasan konsumsi gula tambahan agar tidak berlebihan.

    Menurut Dietary Guidelines for Americans, asupan kalori dari gula tambahan sebaiknya tidak lebih dari 10 persen dari total kebutuhan kalori harian. Bagi seseorang yang mengonsumsi 2.000 kalori per hari, batas maksimal gula tambahan setara dengan 12 sendok teh (50 gram atau 200 kalori) per hari, menurut Food and Drug Administration (FDA).

    Sementara itu, American Heart Association (AHA) memberikan rekomendasi yang lebih ketat:

    Laki-laki: maksimal 9 sendok teh (36 gram atau 150 kalori) gula tambahan per hari.Perempuan: maksimal 6 sendok teh (25 gram atau 100 kalori) gula tambahan per hari.

    (suc/suc)

  • Tren Beli Obat Cacing di Kalangan Gen Z Buntut Meninggalnya Bocah Sukabumi

    Tren Beli Obat Cacing di Kalangan Gen Z Buntut Meninggalnya Bocah Sukabumi

    Jakarta

    Kasus kematian Raya, balita di Sukabumi, Jawa Barat, pasca infeksi kecacingan sontak menjadi perhatian publik. Penyakit yang selama ini dianggap ringan ternyata bisa berdampak serius bila tidak kunjung diobati, lantaran berpengaruh pada kondisi gizi anak.

    Imbas peristiwa tersebut, tidak sedikit warganet utamanya generasi Z panik dan buru-buru membeli obat cacing. Video-video di TikTok memperlihatkan sejumlah Gen Z yang kembali minum obat cacing setelah bertahun-tahun tidak pernah mengonsumsinya.

    “POV: gen z setelah lihat kasus yang lagi viral, langsung buru-buru minum obat cacing setelah 2 tahun nggak minum obat cacing,” beber salah satu pengguna akun TikTok **iau**lll, seperti dilihat detikcom Jumat (22/8/2025).

    “Jangan lupa minum obat cacing 6 bulan sekali. Terakhir minum pas SD, sekarang umur 26 baru minum lagi,” tulis salah satu narasi video viral.

    “Ketakutan Gen Z: minum obat cacing,” komentar pengguna TikTok lain.

    Kasus Raya memicu diskusi lebih luas di publik, apakah orang dewasa yang tinggal di perkotaan dengan kondisi sehat juga perlu rutin minum obat cacing?

    Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Riyadi, SpA, Subs IPT(K), MKes, menegaskan obat cacing pada dasarnya aman dikonsumsi segala usia. Lantaran kecacingan tidak hanya menyerang anak-anak, tetapi juga bisa dialami orang dewasa.

    “Minum obat cacing kalau bergejala boleh, umur 1 tahun sampai umur berapa pun bisa. Di atas 1 tahun, kalau ada gejala, ada indikasi, jangan lupa minum obat harus dengan saran dokter,” jelas dr Riyadi dalam agenda temu media IDAI, Jumat (22/8/2025).

    Namun, ia mengingatkan agar penggunaan obat cacing tetap harus sesuai indikasi. “Obat cacing itu kayak antibiotik, dia antimikroba. Jangan berlebihan karena ada kemungkinan resisten,” tegasnya.

    Infeksi cacing bisa terjadi pada siapa saja, termasuk orang dewasa. Penularannya biasanya melalui makanan yang terkontaminasi atau kebiasaan hidup dengan sanitasi buruk.

    Dikutip dari Mayo Clinic, gejalanya dapat berupa:

    Gatal di area anus atau vaginaGangguan pencernaan seperti diare, mual, atau nyeri perutPenurunan berat badan tanpa sebab yang jelasRasa lelah berkepanjangan

    Menurut dr Riyadi, meskipun jarang secara langsung menyebabkan kematian, kecacingan memiliki dampak kronis. “Kecacingan bisa membuat seseorang lebih rentan terinfeksi penyakit lain dan memperburuk kesehatan dalam jangka panjang,” ujarnya.

    Tidak Semua Orang Perlu Minum

    Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada, Prof Zullies Ikawati, mengingatkan agar masyarakat tidak serta-merta latah ikut membeli obat cacing jika tidak ada indikasi. Menurutnya, konsumsi obat cacing tidak diwajibkan bagi semua kelompok masyarakat.

    “Orang dewasa yang sehat, tinggal di lingkungan dengan sanitasi baik, air bersih, serta kebersihan pribadi terjaga, sebenarnya tidak perlu minum obat cacing setiap enam bulan. Namun, tetap dianjurkan bila ada risiko tinggi atau gejala,” tutur Prof Zullies.

    Meski begitu, ia menegaskan bahwa pemberian obat cacing rutin enam bulan sekali sangat dianjurkan bagi mereka yang tinggal di daerah endemis atau wilayah dengan angka kecacingan masih tinggi.

    “Pemberian obat cacing dianjurkan secara rutin setiap 6 bulan sekali, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa yang tinggal di daerah endemis. Hal ini sejalan dengan rekomendasi WHO dan Kementerian Kesehatan RI melalui program mass drug administration (MDA),” jelasnya.

    Risiko Infeksi Ulang

    Prof Zullies menambahkan, obat cacing yang selama ini diberikan, seperti albendazol 400 mg atau mebendazole 500 mg dosis tunggal, efektif membunuh cacing dewasa, tetapi tidak bisa mencegah telur atau larva baru masuk ke tubuh.

    “Seseorang bisa kembali terinfeksi dalam beberapa minggu hingga bulan setelah pengobatan. Obat hanya membunuh cacing dewasa,” ungkapnya.

    Karena itu, bagi kelompok berisiko tinggi, pemberian obat cacing secara berkala menjadi penting agar infeksi tidak berulang dan tidak menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang.

    Kelompok Prioritas Pemberian Obat Cacing

    Prof Zullies merinci kelompok masyarakat yang lebih rentan terinfeksi cacing, sehingga menjadi prioritas dalam pemberian obat cacing rutin, yaitu:

    Anak prasekolah (1-5 tahun): sering bermain tanah tanpa alas kaki.Anak usia sekolah (6-14 tahun): target utama program pemberian obat cacing di sekolah dasar.Wanita usia subur: termasuk ibu hamil trimester kedua dan ketiga.Orang dewasa di daerah endemis dengan sanitasi buruk: seperti pekerja sawah, kebun, tambang, atau mereka yang sering kontak dengan tanah.Populasi dengan status gizi rendah.

    “Dengan memahami sasaran dan jadwal yang tepat, pemberian obat cacing akan lebih efektif dalam mencegah malnutrisi, anemia, serta dampak jangka panjang akibat kecacingan,” pungkas Prof Zullies.

    Fenomena paniknya Gen Z yang ramai-ramai membeli obat cacing memperlihatkan adanya kekhawatiran yang wajar, tetapi perlu dilandasi informasi yang tepat. Obat cacing aman dan bermanfaat, tetapi harus digunakan sesuai indikasi dan anjuran tenaga kesehatan.

    Bagi masyarakat yang tinggal di daerah endemis atau masuk kelompok berisiko, pemberian obat cacing rutin merupakan langkah penting untuk menjaga kesehatan. Namun, bagi mereka yang hidup di lingkungan bersih dengan sanitasi baik, konsumsi obat cacing bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan gejala yang muncul dan tetap perlu anjuran dokter.

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Video: Dokter Ingatkan soal Tren Beli Obat Cacing Usai Kasus Balita Sukabumi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

    Tren Gen Z Beli Obat Cacing

    5 Konten

    Kasus meninggalnya seorang bocah di Sukabumi karena kecacingan yang tidak tertangani menuai sorotan banyak pihak. Bahkan memunculkan tren baru di kalangan Gen Z, yakni ramai-ramai beli dan minum obat cacing sendiri.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Gen Z Ramai-ramai Beli Obat Cacing Imbas Kematian Bocah Sukabumi, Dokter Ingatkan Ini

    Gen Z Ramai-ramai Beli Obat Cacing Imbas Kematian Bocah Sukabumi, Dokter Ingatkan Ini

    Jakarta

    Kasus kematian balita di Sukabumi, Jawa Barat, menjadi perhatian serius. Penyakit kecacingan kerap dianggap sepele padahal bisa menurunkan kualitas hidup orang yang terinfeksi.

    Di media sosial, tidak sedikit Gen Z yang ‘borong’ obat cacing, menyusul kejadian nahas bocah di Sukabumi. Tidak sedikit yang mengaku takut dan parno sehingga akhirnya mengonsumsi obat cacing di usia dewasa.

    “Jangan lupa minum obat cacing 6 bulan sekali. Terakhir minum pas SD, sekarang umur 26 baru minum lagi,” tulis narasi video viral di TikTok.

    “Ketakutan Gen Z: minum obat cacing,” komentar pengguna lainnya.

    Menanggapi hal tersebut, Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI dr Riyadi, SpA, Subs IPT(K), MKes mengatakan obat cacing secara umum aman dikonsumsi segala usia karena kecacingan bisa terjadi pada siapa saja.

    Tetapi dia mengingatkan konsumsi obat cacing albendazol hanya dengan indikasi dan harus dengan resep dokter.

    “Minum obat cacing kalau bergejala boleh, umur 1 tahun sampai umur berapa pun bisa. Di atas 1 tahun, kalau ada gejala, ada indikasi, jangan lupa minum obat harus dengan saran dokter,” kata dr Riyadi dalam agenda temu media IDAI, Jumat (22/8/2025).

    “Obat cacing itu kayak antibiotik, dia antimikroba. Jangan berlebihan karena ada kemungkinan resisten,” tegas dia.

    Tak jauh berbeda dengan gejala kecacingan pada anak, infeksi di usia dewasa bisa terjadi akibat sanitasi dan kebersihan pribadi yang buruk, yang menyebabkan penularan melalui makanan atau tangan yang terkontaminasi telur cacing.

    Dikutip dari Mayo Clinic, gejala kecacingan bisa berupa gatal di anus atau vagina, masalah pencernaan seperti diare dan mual, penurunan berat badan, serta kelelahan.

    dr Riyadi menambahkan kecacingan sebenarnya jarang menyebabkan kematian namun berisiko kronis. Artinya, kecacingan bisa membuat seseorang lebih rentan terinfeksi penyakit lain, menyebabkan perburukan kesehatan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Dokter Ingatkan soal Tren Beli Obat Cacing Usai Kasus Balita Sukabumi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/up)

    Tren Gen Z Beli Obat Cacing

    5 Konten

    Kasus meninggalnya seorang bocah di Sukabumi karena kecacingan yang tidak tertangani menuai sorotan banyak pihak. Bahkan memunculkan tren baru di kalangan Gen Z, yakni ramai-ramai beli dan minum obat cacing sendiri.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Kronologi ‘Putri Tidur’ Thailand Koma Hampir 3 Tahun, Alami Infeksi Parah

    Kronologi ‘Putri Tidur’ Thailand Koma Hampir 3 Tahun, Alami Infeksi Parah

    Jakarta

    Putri Bajrakitiyabha Narendira Debyavati merupakan seorang putri sulung Raja Thailand, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn. Ia lahir pada 7 Desember 1978, yang kini berusia 46 tahun.

    Ia sempat digadang-gadang sebagai calon pewaris takhta dari sang ayah. Putri Bajrakitiyabha Narendira dianggap bisa menjadi raja perempuan pertama di Thailand, meskipun ayahnya belum menunjuk penerus sejak naik tahta pada tahun 2016.

    Awal Mula Koma

    Awalnya, wanita yang dikenal sebagai ‘Putri Bha’ itu jatuh sakit pada Rabu (14/12/2022) malam, saat sesi pelatihan anjing militer di Nakhon Ratchasima. Tetapi, pada 15 Desember 2022, Putri Bha koma di rumah sakit.

    Menurut pernyataan dari pihak istana, ia kehilangan kesadaran karena aritmia jantung parah akibat peradangan, setelah infeksi mikoplasma.

    Kabar Terkini Kondisi Putri Bha

    Pihak istana akhirnya kembali memberikan kabar terbaru soal kondisi Putri Bha sejak tahun 2023. Dikatakan bahwa Putri Bha mengalami infeksi aliran darah yang parah dan masih menjalani perawatan medis.

    “Sejak 9 Agustus 2025, tim medis mendeteksi adanya infeksi parah pada aliran darah. Sehingga mereka memberikan antibiotik dan obat-obatan untuk menstimulasi tekanan darah agar tetap stabil,” demikian pernyataan pihak istana yang dikutip dari laman Zee News, Rabu (20/8/2025).

    “Para dokter telah melaporkan bahwa paru-paru dan ginjal Putri telah berfungsi dengan baik berkat dukungan peralatan medis dan obat-obatan,” sambung mereka.

    Mengalami Tekanan Darah Rendah

    Pada Selasa (19/8), tim medis mengungkapkan bahwa Putri Bha masih mengalami tekanan darah rendah. Itu terjadi meski tengah menjalani perawatan untuk infeksi aliran darah yang parah.

    Beberapa obat-obatan diberikan untuk mendukung tekanan darahnya tetap normal. Ditambah dengan antibiotik, terapi penggantian ginjal (renal replacement therapy), dan bantuan pernapasan.

    Tekanan darah rendah merupakan kondisi saat tekanan darah yang menekan dinding arteri terlalu rendah. Kondisi yang disebut sebagai hypotension atau hipotensi ini ditandai dengan tekanan darah yang berada di bawah 90/60 mmHg.

    Pada sebagian orang, tekanan darah rendah mungkin tidak menimbulkan kondisi berbahaya atau menunjukkan gejala yang disadari. Tetapi, tekanan darah yang rendah dapat mengancam nyawa.

    Dikutip dari Mayo Clinic, penyebab tekanan darah rendah bisa karena dehidrasi dan kondisi medis serius lainnya. Hal ini yang menekankan untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami tekanan darah rendah.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Kondisi Terkini ‘Putri Tidur’, Anak Raja Thailand yang Koma Hampir 3 Tahun

    Kondisi Terkini ‘Putri Tidur’, Anak Raja Thailand yang Koma Hampir 3 Tahun

    Jakarta

    Tim medis yang merawat putri sulung Raja Thailand Maha Vajiralongkorn, Putri Bajrakitiyabha Mahidol, memberikan kabar terbaru terkait kondisinya. Wanita yang dikenal sebagai ‘Putri Bha’ itu hilang kesadaran akibat insiden jantung dan dirawat di rumah sakit sejak 15 Desember 2022.

    Hari ini Selasa (19/8/2025), tim medis mengungkapkan bahwa Putri Bha masih mengalami tekanan darah rendah. Itu terjadi meski ia tengah menjalani perawatan untuk infeksi aliran darah yang parah.

    Dikutip dari Thai PBS World, Putri Bha diberikan beberapa obat-obatan untuk mendukung tekanan darahnya. Ditambah dengan antibiotik, terapi penggantian ginjal (renal replacement therapy), dan bantuan pernapasan.

    Menurut pengumuman terbaru, tim medis terus memantau kondisinya secara ketat dan memberikan perawatan intensif. Pada tanggal 15 Agustus, tim mengungkapkan bahwa infeksi parah telah terdeteksi dalam aliran darahnya.

    “Sejak 9 Agustus, tim medis mengatakan bahwa ia masih dalam kondisi tekanan darah rendah, yang membutuhkan perawatan berkelanjutan,” demikian pernyataan dari Biro Rumah Tangga Kerajaan.

    “Para dokter sedang memberikan obat untuk menstabilkan tekanan darahnya, beserta peralatan medis dan antibiotik untuk mendukung fungsi ginjal dan pernapasan,” sambung mereka yang dikutip dari The Straits Times, Rabu (20/8/2025).

    Dikutip dari Mayo Clinic, tekanan darah rendah adalah kondisi di mana tekanan darah yang menekan dinding arteri terlalu rendah. Kondisi ini juga disebut hypotension atau hipotensi.

    Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg). Secara umum, tekanan darah rendah adalah angka di bawah 90/60 mmHg.

    Kondisi ini mungkin tidak berbahaya bagi sebagian orang dan terkadang tidak menimbulkan gejala yang disadari. Tetapi, tekanan darah yang rendah dapat mengancam jiwa.

    Penyebab tekanan darah rendah meliputi dehidrasi dan kondisi medis serius lainnya. Maka dari itu, penting untuk mengetahui penyebab tekanan darah rendah agar dapat diobati, jika memang diperlukan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Ini Tanda-tanda Seseorang Alami ‘Jam Koma’ “
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Jarang Disadari, Ini Gejala Kanker Kolorektal yang Makin Banyak Serang Usia Muda

    Jarang Disadari, Ini Gejala Kanker Kolorektal yang Makin Banyak Serang Usia Muda

    Jakarta

    Seorang wanita berusia 29 tahun didiagnosis mengidap kanker kolorektal stadium lanjut. Meski merasa selalu sehat dan bugar, Monika Choudhary, tidak pernah menyangka akan mengidap kanker.

    “Saya selalu fokus, terutama dalam hal kesehatan. Dulu, saya makan sehat dan menjaga pola makan dengan baik,” terang Monika yang dikutip dari Times of India, Selasa (19/8/2025).

    “Saya tidak suka makanan yang digoreng atau berminyak,” sambungnya.

    Namun, kehidupannya berubah setelah mulai mengerjakan situs web sendiri. Monika tidak menyadari betapa berat dan lelahnya pekerjaan itu.

    Dalam penjelasannya, jam kerja Monika sangat panjang dan membuatnya harus bertahan lama di depan layar. Belum lagi deadline terus-menerus muncul yang membuatnya stres, baik secara mental maupun fisik.

    “Hari-hari saya menjadi kurang gerak, jarang keluar rumah, dan benar-benar meninggalkan rutinitas fisik saya seperti lari malam hari yang menjadi terapi saya,” katanya.

    Sampai akhirnya, muncul tanda-tanda yang tidak baik. Ia mulai merasa kelelahan dan rasa tidak nyaman yang muncul secara perlahan.

    “Tetapi, saya mengabaikannya. Saya menyalahkan semua itu pada tekanan pekerjaan dan kurang tidur,” tutur Monika.

    Ia pun menjalani pemeriksaan kesehatan di rumah sakit. Monika didiagnosis kanker kolorektal stadium 4 yang membuatnya sangat terkejut.

    Monika menyebut kondisi ini mungkin terjadi akibat stres, kelelahan, dan kurangnya aktivitas fisik dari waktu ke waktu.

    Menyoal Kanker Kolorektal Stadium 4

    Kanker kolorektal stadium 4 adalah kanker yang dimulai dari usus besar dan menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kondisi ini juga dikenal sebagai kanker usus besar metastatik, stadium lanjut, atau jauh.

    Kanker itu dapat menyebar ke bagian hati (liver), paru-paru, rongga perut, atau kelenjar getah bening. Kondisi ini tidak selalu menimbulkan gejala, meskipun telah berkembang ke stadium 4.

    Dikutip dari Mayo Clinic, kanker kolorektal stadium 4 meliputi:

    Merasa kenyang segera setelah makan.Benjolan di area pusar.Perubahan kebiasaan buang air besar, seperti diare yang lebih sering, sembelit, atau perubahan bentuk tinja.Pendarahan rektal atau darah dalam tinja.Anemia defisiensi besi, yang dapat menyebabkan kelelahan, lemas, dan perubahan warna kulit.Ketidaknyamanan berkelanjutan di area perut, seperti kram, gas, kembung, atau nyeri.Perasaan bahwa usus tidak kosong sepenuhnya saat buang air besar.Nyeri di punggung, bokong, atau kaki.

    Pada kanker kolorektal stadium 4, gejala lain mungkin muncul, tergantung di mana kanker telah menyebar. Lokasi paling umum kanker usus besar metastatik adalah hati, paru-paru, rongga perut, dan kelenjar getah bening.

    Gejala kanker usus besar stadium 4 yang telah menyebar ke hati meliputi:

    Nyeri di bagian kanan atas perut.Kehilangan nafsu makan.Penurunan berat badan tanpa usaha.Perut kembung dan membuncit, disebut asites.Menguningnya kulit dan bagian putih mata, disebut penyakit kuning.Kulit gatal.

    Gejala kanker usus besar stadium 4 yang telah menyebar ke paru-paru meliputi:

    Batuk terus-menerus.Sesak napas.Batuk berdarah.Gejala kanker usus besar stadium 4 yang telah menyebar ke kelenjar getah bening yang jauh meliputi:Pembengkakan kelenjar getah bening di atas tulang selangka atau di area selangkangan.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Jarang Disadari, Ini Gejala Kanker Kolorektal yang Makin Banyak Serang Usia Muda

    Pria Ini Tak Bisa Makan gegara Sulit Menelan, Ternyata Idap Kanker Esofagus

    Jakarta

    Seorang pria di California, Amerika Serikat, terkejut saat dokter mendiagnosis dirinya mengidap kanker. Pria bernama Mark Sevillano Jr itu justru mengalaminya ketika sedang berusaha menjalani hidup sehat.

    Pada 2021, Sevillano mengalami masa sulit. Ia harus bercerai dengan pasangannya setelah 11 tahun menikah, tepat di saat dirinya tengah menempuh kuliah untuk meraih gelar magister.

    Ia berhasil lulus pada awal 2024. Saat itu, ia merasa hidupnya mulai membaik dan berusaha menata kembali kehidupannya.

    Sejak awal tahun, Sevillano rutin pergi ke pusat kebugaran tiga kali seminggu. Ia juga mulai mengonsumsi makanan sehat dan merasakan kondisi tubuhnya semakin baik.

    Namun, pria berusia 41 tahun itu kemudian mengalami keluhan yang membuatnya sangat tidak nyaman.

    “Saya merasa lebih baik, dan tepat pada saat itu saya merasa tidak bisa menelan makanan dengan nyaman,” tuturnya yang dikutip dari Unilad, Minggu (17/8/2025).

    Sevillano selalu mengandalkan air putih untuk membantu menelan makanannya. Namun, setelah dua bulan, gejalanya justru semakin memburuk hingga akhirnya ia memutuskan pergi ke dokter.

    Sevillano mengaku, saat itu dokter tampak tidak terlalu khawatir. Ia hanya diminta menjalani tes menelan.

    Hingga akhirnya, Sevillano memutuskan mendatangi unit gawat darurat. Di sanalah ia baru mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker esofagus.

    “Saya tidak pernah membayangkan bahwa saya mengidap kanker apapun, apalagi kanker esofagus,” kata Sevillano.

    “Saya bahkan tidak pernah menyebut kata esofagus. Itu sama sekali tidak terlintas di benak saya,” tambahnya.

    Sevillano juga baru menyadari bahwa berat badannya menurun. Saat itu, ia sempat mengira hal tersebut disebabkan gaya hidupnya yang lebih sehat, bukan karena kanker.

    Ketika mengingat kembali kondisinya, Sevillano menyadari ada banyak tanda bahaya yang ia abaikan. Bahkan, dokter yang pertama kali memeriksanya pun tidak mengetahuinya.

    Sevillano menjelaskan betapa parahnya kondisi kerongkongannya saat itu. Ia bahkan tidak bisa menelan cairan, merasa kerongkongannya seperti saluran pembuangan yang tersumbat dan terisi air.

    Dokter yang mendiagnosisnya saat itu menemukan adanya massa pada kerongkongan, yang akhirnya berkembang menjadi kanker. Saat ini, Sevillano dalam tahap pemulihan.

    Menjalani Operasi

    Operasi yang berlangsung intensif itu dilakukan pada bulan Oktober 2024. Dokter mengangkat 15 cm esofagusnya dan sebuah tumor seukuran stroberi.

    Dokter menggunakan usus bagian atasnya untuk membuat kerongkongan baru yang terhubung ke organ yang tersisa. Setelah menjalani beberapa putaran kemoterapi, kondisi Sevillano membaik dan dinyatakan remisi dari kanker setelah menjalani pemindaian rutin selama lima tahun.

    Menyoal Kanker Esofagus

    Dikutip dari Mayo Clinic, kanker esofagus adalah pertumbuhan sel abnormal yang bermula di esofagus, yaitu tabung berongga panjang yang menghubungkan tenggorokan dengan lambung.

    Esofagus berfungsi memindahkan makanan yang ditelan dari bagian belakang tenggorokan ke lambung untuk dicerna. Kanker esofagus umumnya berawal dari sel-sel yang melapisi bagian dalam esofagus, meski bisa muncul di bagian mana pun dari organ tersebut.

    Kanker esofagus lebih umum terjadi pada pria. Faktor risikonya meliputi konsumsi alkohol dan merokok.

    Umumnya, pengobatan kanker esofagus kerap melibatkan pembedahan untuk mengangkat kanker. Kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi, radiasi, atau kombinasi keduanya.

    Di tahap awal, kanker esofagus mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda atau gejala itu akan muncul saat penyakit sudah berada di tahap lanjut.

    Tanda atau gejala kanker esofagus meliputi:

    Kesulitan menelan.Nyeri dada, rasa tertekan, atau terbakar.Batuk atau suara serak.Penurunan berat badan.Gangguan pencernaan atau nyeri ulu hati yang makin parah.

    Halaman 2 dari 4

    (sao/suc)

  • Ibu Jeff Bezos Meninggal di Usia 78 Setelah Berjuang Lawan Penyakit Lewy Body Dementia

    Ibu Jeff Bezos Meninggal di Usia 78 Setelah Berjuang Lawan Penyakit Lewy Body Dementia

    Jakarta

    Ibu dari miliarder Jeff Bezos, Jacklyn Gise Bezos meninggal dunia di usia 78 tahun. Diketahui, Jacklyn sebelumnya berjuang melawan penyakit lewy body dementia (LBD) sejak 2020 silam.

    “Setelah perjuangan panjang melawan lewy body dementia, dia meninggal dunia hari ini. Dikelilingi oleh banyak orang yang menyayanginya, anaknya, cucunya, dan ayah saya,” tulis Jeff Bezos di akun Instagram pribadi, dikutip detikcom, Jumat (15/8/2025).

    “Saya tahu dia merasakan kasih sayang kami di saat-saat terakhirnya. Kami semua beruntung berada di dalam hidupnya. Saya selalu menyimpannya di hati saya,” sambungnya.

    Lewy Body Dementia, Apa Itu?

    Dikutip dari Mayo Clinic, merupakan salah satu jenis dementia paling umum kedua setelah alzheimer. Endapan protein yang disebut ‘badan Lewy’ atau ‘lewy body’ berkembang di sel-sel saraf otak. Ini memengaruhi area otak yang berperan dalam berpikir, mengingat, dan bergerak.

    Ada dua jenis LBD yang menyebabkan gejala kognitif, yakni demensia dengan ‘lewy body’ dan demensia akibat penyakit parkinson. Mereka yang mengidap LBD biasanya memiliki gejala seperti parkinson, yakni otot kaku, gerakan lambat, kesulitan berjalan, hingga tremor.

    Selain itu, ada beberapa gejala lain yang mungkin muncul dari penyakit LBD.

    1. Halusinasi Visual

    Pasien biasanya akan melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada, atau yang disebut halusinasi. Gejala ini mencakup melihat bentuk, hewan, atau orang yang tidak ada.

    2. Masalah Pergerakan

    Tanda-tanda penyakit parkinson juga bisa muncul. Gejala-gejala ini meliputi gerakan yang melambat, otot kaku, tremor, atau berjalan terseok-seok. Hal ini dapat menyebabkan pasien terjatuh.

    3. Sistem Saraf Terganggu

    Bagian sistem saraf yang mengendalikan fungsi otomatis disebut sistem saraf otonom. LBD dapat memengaruhi kemampuan sistem saraf otonom dalam mengendalikan tekanan darah, detak jantung, keringat, dan pencernaan.

    Hal ini dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba saat berdiri, pusing, terjatuh, kehilangan kendali kandung kemih, dan masalah usus seperti sembelit.

    4. Perubahan Kognitif

    Pengidap LBD mungkin mengalami perubahan berpikir yang mirip dengan gejala penyakit Alzheimer. Gejala-gejala ini dapat meliputi kebingungan, penurunan perhatian, masalah visual-spasial, dan kehilangan memori.

    5. Sulit Tidur

    Pasien dapat mengalami gerakan mata cepat, yang juga dikenal sebagai gangguan perilaku tidur REM. Gangguan ini menyebabkan mereka secara fisik mewujudkan mimpi mereka saat tidur. Pasien mungkin akan memukul, menendang, berteriak, atau menjerit saat tidur.

    6. Depresi

    Pasien yang mengalami LBD mungkin akan mengalami depresi atau kehilangan motivasi untuk hidup.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • Obat Tradisional Cacar Air untuk Mempercepat Pengeringan dan Meredakan Gatal

    Obat Tradisional Cacar Air untuk Mempercepat Pengeringan dan Meredakan Gatal

    Jakarta

    Cacar air adalah penyakit yang umum, terutama pada anak anak. Meskipun biasanya sembuh dalam 1-2 minggu, gejalanya sering kali cukup mengganggu.

    Selain pengobatan medis, ada beberapa obat tradisional atau alami yang dapat membantu mengeringkan luka dan meredakan rasa gatal akibat cacar air.

    Obat Tradisional Cacar Air

    Obat tradisional yang bisa digunakan untuk mengeringkan dan meredakan gatal cacar air di antaranya soda kue, teh kamomil, hingga aloe vera. Begini penjelasannya.

    1. Soda Kue

    Mandi air hangat yang dicampur dengan soda kue bisa membantu mengeringkan cacar air dan meredakan rasa gatal karenanya. Dikutip dari laman Healthline, tambahkan satu cangkir soda kue ke dalam bak mandi air hangat. Lalu berendam selama 15-20 menit.

    2. Teh Kamomil

    Teh kamomil di dapur juga bisa meredakan gatal di area cacar air. Chamomile memiliki sifat antiseptik dan antiinflamasi saat dioleskan ke kulit.

    Caranya, seduh 2-3 kantong teh kamomil dan biarrkan dingin atau rendam dengan air hangat. Celupkan kapas lembut atau waslap ke dalam teh dan tempelkan ke area kulit yang gatal. Setelah selesai mengompres, tepuk-tepuk kulit dengan lembut hingga kering.

    3. Oatmeal

    Oatmeal mengandung beberapa senyawa yang meredakan iritasi, peradangan, dan gatal akibat cacar air. Dikutip dari Very Well Health, oatmeal koloid atau yang digiling halus bisa dibeli di apotek ataupun secara online.

    Selain membelinya, oatmeal halus juga bisa dibuat sendiri di rumah. Hancurkan dengan food processor dan taburi ke air mandi hangat. Berendam di bak mandi selama 15-20 menit untuk hasil yang optimal.

    4. Gel Lidah Buaya

    Lidah buaya dikenal dengan sifat anti-inflamasi dan dapat memberikan efek menenangkan. Dikutip dari laman Apollo Pharmacy, mengoleskan gel lidah buaya bisa membantu menutrisi kulit, mengurang rasa gatal, dan mempercepat penyembuhan.

    Gejala Cacar Air

    Tahap aktif lesi cacar air bisa berlangsung sekitar 4-7 hari. Namun, orang yang mengalami kondisi ini bisa menularkan virus kepada orang lain dari sejak 1-2 hari sebelum ruamnya muncul sampai lesinya kering. Jika ditotal, umumnya periode ini berlangsung selama 1-2 minggu.

    Gejala yang mungkin muncul 1-2 hari sebelum ruam meliputi:

    DemamKehilangan selera makanSakit kepalaKelelahan dan perasaan tidak enak badan

    Setelah ruam muncul, ada 3 fase yang dilewati:

    Benjolan menonjol yang disebut papula munculBenjolan berisi cairan (vesikel) terbentuk dalam waktu sekar satu hari, kemudian pecah dan bocorKerak dan koreng menutupi benjolan yang pecah dan membutuhkan berapa hari untuk sembuh.Penyebab Cacar Air

    Dikutip dari laman Mayo Clinic, cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster. Virus ini merupakan anggota famili virus herpes.

    Virus menyebar saat seseorang yang terinfeksi menularkannya kepada orang lain. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, virus bisa menyebar melalui:

    Sentuhan orang yang mengidap cacar airMenghirup udara dari orang yang terinfeksi, seperti melalui bersin atau batukTerkena cairan mata, hidung, atau mulut orang yang terinfeksi.

    (elk/suc)