Tempat Fasum: Malioboro

  • Hujan Tak Surutkan Antusiasme Wisatawan Kunjungi Malioboro

    Hujan Tak Surutkan Antusiasme Wisatawan Kunjungi Malioboro

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Hujan yang mengguyur kawasan Malioboro, Yogyakarta, pada libur panjang akhir pekan tak menyurutkan antusiasme para wisatawan. Ribuan pengunjung tetap memadati ikon wisata andalan Kota Gudeg tersebut sejak pagi hingga malam hari, Jumat (18/4/2025).

    Berbekal payung, jas hujan, hingga kantong plastik sebagai pelindung kepala, para wisatawan tampak menikmati suasana Malioboro. Mereka menyusuri trotoar, berfoto di berbagai spot ikonik, dan berbelanja aneka oleh-oleh di toko serta lapak pedagang kaki lima.

    Salah satu wisatawan asal Palembang, Alfianto, mengaku tetap semangat berkunjung ke Malioboro meski cuaca kurang bersahabat.

    “Di sini banyak pilihan belanja. Sebenarnya ke Yogyakarta sekalian antar adik wisuda dan mampir ke Malioboro,” ujarnya kepada Beritasatu.com.

    Kendati ramai oleh wisatawan, sejumlah pedagang mengaku belum merasakan lonjakan omzet yang signifikan.

    “Penjualan masih normal seperti biasa, belum ada peningkatan meski saat ini libur panjang,” ujar Triana, pengelola salah satu toko oleh-oleh di Malioboro.

    Ia berharap penjualan akan meningkat dalam beberapa hari ke depan, mengingat jumlah wisatawan diperkirakan terus bertambah hingga Minggu esok.

    Libur panjang kali ini membuktikan bahwa pesona Malioboro tak luntur meski hujan turun.

    Kehangatan suasana, keramahan warga, serta ragam wisata belanja dan kuliner tetap menjadi daya tarik utama Malioboro yang tak pernah sepi pengunjung.

  • Efisiensi Anggaran Pemerintah, Pendapatan Hotel Ini Turun 30 Persen

    Efisiensi Anggaran Pemerintah, Pendapatan Hotel Ini Turun 30 Persen

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Penerapan kebijakan efisiensi anggaran oleh berbagai lembaga pemerintah sejak awal tahun 2025 menyebabkan penurunan pendapatan hotel secara signifikan.

    Kondisi ini berdampak langsung terhadap performa bisnis perhotelan, terutama di kota-kota yang selama ini banyak bergantung pada kegiatan instansi pemerintah, termasuk Yogyakarta.

    General Manager éL Hotel Yogyakarta Malioboro Yunita Wulandari mengungkapkan, pada paruh pertama tahun 2025, pendapatan hotel menurun drastis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

    “Terjadi penurunan pendapatan sebesar 20 hingga 30 persen. Penurunan ini terlihat dari tingkat hunian kamar, rata-rata harga kamar, serta total pendapatan secara keseluruhan,” ujarnya pada Jumat (18/4/25).

    Lebih lanjut, Yunita menyampaikan bahwa dalam tiga bulan terakhir, tingkat okupansi hotel hanya berada di angka rata-rata 60 persen.

    Persentase ini menunjukkan penurunan cukup tajam dibandingkan periode sebelumnya yang mencatatkan rata-rata okupansi sebesar 78 persen. Menurutnya, pengurangan terbesar berasal dari segmen tamu dari instansi pemerintah.

    “Pangsa pasar dari kegiatan pemerintah sangat berkurang. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami yang selama ini cukup mengandalkan sektor tersebut,” jelasnya.

    Untuk mengatasi penurunan pendapatan, pihak hotel menerapkan sejumlah strategi guna mempertahankan operasional dan menjaga kestabilan usaha. Salah satu langkah utamanya adalah dengan merancang strategi harga yang lebih tepat sasaran dan sesuai dengan kondisi pasar saat ini.

    Selain menyesuaikan harga, éL Hotel juga mengubah arah pemasaran dengan membidik segmen konsumen baru di luar institusi pemerintah. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kembali jumlah pendapatan hotel di tengah penurunan dari pasar konvensional.
     

  • Pengembangan Kotagede Jadi Kawasan Kota Lama Yogyakarta
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        15 April 2025

    Pengembangan Kotagede Jadi Kawasan Kota Lama Yogyakarta Regional 15 April 2025

    Pengembangan Kotagede Jadi Kawasan Kota Lama Yogyakarta
    Tim Redaksi
    Yogyakarta, Kompas.com
    – Wali
    Kota Yogyakarta
    ,
    Hasto Wardoyo
    , mengumumkan rencana untuk mengembangkan kawasan
    Kotagede
    menjadi kawasan kota lama.
    Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk mendistribusikan konsentrasi wisatawan yang selama ini hanya terfokus di Malioboro.
    Hasto menjelaskan bahwa rencana ini sejalan dengan kebijakan melarang bus besar masuk ke Kota Yogyakarta.
    Sebagai alternatif, shuttle akan disediakan dan terintegrasi dengan beberapa kawasan wisata, termasuk Embung Giwangan, Taman Budaya Giwangan, kebun binatang, hingga Kotagede.
    “Ya, itu menjadi satu kawasan tersendiri yang bersentral di selatan supaya orang tidak hanya berkunjung ke Malioboro terus saja itu. Nah, lebih baik ada kiblat baru lah,” ungkap Hasto di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, pada Selasa (15/4/2025).
    Hasto menyoroti potensi Kotagede untuk diubah menjadi kawasan kota lama yang serupa dengan Semarang, Jawa Tengah.
    Ia menyatakan bahwa Kotagede memiliki fasad-fasad yang mendukung pengembangan tersebut, meskipun beberapa fasad kini dalam kondisi rusak dan memerlukan perbaikan.
    Langkah pertama yang akan diambil adalah merumuskan peraturan wali kota (perwal) untuk mengatur masyarakat dalam mempertahankan fasad Kota Gede.
    “Fasad harus ditata, yang di depan itu rusak sudah tidak heritage lagi, saya harus buat perwal untuk mengatur itu biar mereka taat kepada kaidah-kaidah mempertahankan fasad,” jelasnya.
    Selain itu, Hasto juga merencanakan agar kendaraan wisatawan dapat diparkir di Embung Giwangan, dan wisatawan akan berkeliling Kotagede menggunakan becak listrik.
    “Yang paling cocok becak listrik bukan becak motor supaya tidak bising, karena daerahnya sempit-sempit,” tambahnya.
    Mantan Bupati Kulon Progo ini mencatat bahwa fasad-fasad di pinggir jalan utama mengalami kerusakan, sehingga perbaikan sangat dibutuhkan.
    Ia menegaskan bahwa pembangunan tidak harus bergantung pada APBD murni Pemkot Yogyakarta, melainkan juga akan mengakses dana keistimewaan.
    “Kalau terminal Giwangan itu tahun ini pada anggaran perubahan, make up Kotagede kami harus menyusun anggaran,” ujarnya.
    “DED bisa saya mulai tahun ini, tahun depan bisa memulai pembangunannya sesuai dengan keuangan daerah,” tambah Hasto.
    Ia meyakini bahwa dengan menjadikan Kotagede sebagai kawasan kota lama, akan ada peluang untuk kembali mempromosikan kerajinan perak yang terkenal di daerah tersebut.
    “Kalau masih banyak pengrajinnya mengapa tidak (dipromosikan lagi), bisa kita bangkitkan, yang heritage dan produktif harus dibangkitkan kembali,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 3
                    
                        Soal Pedagang di Parkir ABA Yogyakarta, Sultan: Yang Suruh Masuk Sopo?
                        Yogyakarta

    3 Soal Pedagang di Parkir ABA Yogyakarta, Sultan: Yang Suruh Masuk Sopo? Yogyakarta

    Soal Pedagang di Parkir ABA Yogyakarta, Sultan: Yang Suruh Masuk Sopo?
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
    Sri Sultan Hamengku Buwono
    X menegaskan bahwa kawasan Tempat Khusus Parkir (TKP) Abu Bakar Ali (ABA) diperuntukkan hanya untuk parkir dan bukan untuk pedagang.
    “Pedagangnya, kenapa masuk? Yang suruh masuk
    sopo
    (siapa)? Itu kan hanya untuk parkir, bukan untuk pedagang,” ucap Sultan di Kantor Gubernur DIY, Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Selasa (15/4/2025).
    Ia mempertanyakan siapa yang memberikan izin kepada pedagang untuk menempati TKP ABA, mengingat kawasan tersebut seharusnya hanya digunakan untuk parkir.
    “Yang suruh siapa? Ya, saya
    ga tau
    , karena itu di-
    maintenance
    sama kota. Ya nanti kita cari pemecahan, tapi kita harus bicara sama kota (Pemkot Yogyakarta),” tambahnya.
    Sultan juga menyoroti bahwa masalah seperti ini tidak akan pernah teratasi jika terjadi alih fungsi kawasan yang awalnya direncanakan untuk parkir namun ditambah dengan fasilitas bagi pedagang.

    Lha nek modele ngene
    (kalau modelnya seperti ini), tidak akan pernah selesai semua.
    Wong dinggo
    parkir tapi
    dileboni
    orang lain (harusnya untuk parkir tapi dimasuki orang lain). Kan akhirnya kan tidak bertanggung jawab,” jelas Sultan.
    “Tapi saya yang disuruh tanggung jawab
    kon golekne gawean
    (disuruh mencarikan pekerjaan).
    Nyarikan
    tempat,” imbuhnya.
    Tribun Jogja/ Septiandri Mandariana TKP Abu Bakar Ali, salah satu tempat parkir terdekat dari kawasan Malioboro.
    Ke depannya, Sultan menyatakan akan mengutus Sekretaris Daerah (Sekda) untuk berkomunikasi dengan Pemkot Yogyakarta mengenai hal ini.

    Lha
    dulu yang masukkan siapa? Saya belum tahu, biar nanti Pak Sekda yang
    rembugan
    (diskusi) sama kota,” kata dia.
    Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menambahkan bahwa penanganan pedagang memerlukan pendekatan yang berbeda dan harus melalui pembahasan lintas sektor.
    “Tentu beda karena ada perencanaan dari sekda provinsi untuk menata pedagang,” ujarnya.
    Hasto menyatakan pihaknya siap mendukung kebijakan Pemerintah DIY dalam penataan pedagang di TKP ABA.
    “Mungkin kami
    support
    apa pun yang dikehendaki
    Ngarsa Dalem
    ,” katanya.
    Sementara itu, Pengelola TKP ABA, Doni Rulianto, menjelaskan bahwa sejak awal, TKP ABA memang ditujukan untuk parkir.
    Namun, terdapat berbagai fasilitas pendukung seperti tempat pedagang dan toilet umum.
    “Setahu saya, peruntukannya TKP ABA memang untuk parkir. Pedagang ini kan fasilitas pendukung dulu kalau tidak salah,” ucap Doni.
    Doni juga mengungkapkan bahwa informasi terakhir yang ia terima menyebutkan bahwa pedagang akan direlokasi sementara ke Pasar Batikan, namun rencana tersebut ditolak oleh para pedagang.
    “Mereka sepakat menolak solusi sementara dari Dishub untuk dipindah ke Batikan. Alasannya karena tempatnya belum ada kejelasan,” tambahnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kunjungan wisata di DIY selama libur Lebaran 2025 lampaui target

    Kunjungan wisata di DIY selama libur Lebaran 2025 lampaui target

    Wisatawan cenderung mencari akomodasi yang lebih murah seperti pondok wisata atau penginapan lainnya

    Yogyakarta (ANTARA) – Dinas Pariwisata (Dispar) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat jumlah kunjungan wisatawan selama libur Lebaran 2025 mencapai 1.459.542 orang atau melampaui target yang ditetapkan sebanyak 1,1 juta kunjungan.

    Kepala Dispar DIY Imam Pratanadi di Yogyakarta, Kamis, mengatakan angka tersebut merupakan akumulasi sementara kunjungan wisatawan ke berbagai destinasi wisata di DIY selama periode 24 Maret hingga 7 April 2025.

    “Angka tersebut merupakan capaian yang baik dan sudah melebihi target yang ditetapkan sebanyak 1.050.000 -1.100.000 kunjungan (pergerakan) wisatawan ke destinasi wisata,” ujar Imam.

    Menurut dia, jumlah kunjungan itu masih berpotensi bertambah sebab data dari Kota Yogyakarta belum sepenuhnya masuk.

    Selain melampaui target, kunjungan wisatawan di DIY pada libur Lebaran 2025 meningkat dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebanyak 1.037.319 orang pada periode 6-15 April 2024.

    Lonjakan jumlah wisatawan tahun ini, menurut Imam, antara lain dipengaruhi oleh durasi libur lebaran yang lebih panjang serta kebijakan “work from anywhere” (WFA) bagi pegawai kementerian dan lembaga.

    “Sehingga beberapa pegawai bisa mudik jauh-jauh hari sebelum Hari Raya Idul Fitri,” tuturnya.

    Ia menyebut kawasan Malioboro tetap menjadi magnet utama kunjungan wisata di DIY selama libur Lebaran 2025.

    Selain itu, destinasi wisata alam seperti Pantai Baron, Pantai Parangtritis dan kawasan Kaliurang juga masih menjadi favorit wisatawan, termasuk wisata edukasi seperti museum dan candi.

    Dari total kunjungan wisatawan yang tercatat, Kabupaten Sleman menjadi wilayah paling banyak dikunjungi dengan 550.091 orang, disusul Kota Yogyakarta sebanyak 493.701 orang, Gunungkidul 166.730 orang, Bantul 154.462 orang dan Kulon Progo 94.558 orang.

    Meski angka kunjungan meningkat, Imam mengakui selama Lebaran 2025 tingkat hunian kamar hotel di DIY dilaporkan hanya mencapai 50 persen, jauh di bawah target Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) yang memperkirakan 80 persen.

    Penurunan itu disinyalir akibat kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat yang menurun sehingga berdampak pada perputaran ekonomi di sektor pariwisata DIY.

    “Wisatawan cenderung mencari akomodasi yang lebih murah seperti pondok wisata atau penginapan lainnya,” ucap Imam.

    Meski demikian, dia menilai secara umum situasi libur Lebaran 2025 di DIY berlangsung aman dan lancar, yang ditandai minimnya keluhan wisatawan, termasuk soal parkir dan harga kuliner yang acap kali menjadi sorotan.

    “Terbukti dari minimnya keluhan dari wisatawan, terutama menyangkut masalah parkir dan kenaikan harga kuliner,” ujarnya.

    Pewarta: Luqman Hakim
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • 5 Oleh-oleh Khas Yogyakarta yang Wajib Dibawa Pulang Saat Libur Lebaran

    5 Oleh-oleh Khas Yogyakarta yang Wajib Dibawa Pulang Saat Libur Lebaran

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Ada lima oleh-oleh khas Yogyakarta yang wajib dibawa pulang saat libur Lebaran, salah satunya bakpia Pathok.

    Libur Lebaran menjadi momen spesial untuk berwisata bersama keluarga, dan Yogyakarta kerap menjadi destinasi favorit para pelancong. Selain dikenal dengan budaya dan keindahan alamnya, kota ini juga kaya akan ragam oleh-oleh khas Yogyakarta yang menggoda.

    Rasanya kurang lengkap jika pulang tanpa membawa buah tangan dari Kota Gudeg ini.
    Berikut lima rekomendasi oleh-oleh khas Yogyakarta yang wajib Anda bawa pulang seusai menikmati libur Lebaran:

    1. Bakpia Pathok
    Makanan legendaris ini seolah menjadi ikon oleh-oleh dari Yogyakarta. Bakpia berbentuk bulat pipih ini memiliki isi yang bervariasi, mulai dari kacang hijau, keju, cokelat, hingga matcha. Salah satu yang paling terkenal adalah bakpia Pathok 25, tetapi kini banyak merek lain dengan kualitas dan rasa yang tak kalah enak.

    2. Gudeg Kaleng
    Jika ingin membawa pulang cita rasa autentik Yogyakarta, gudeg kaleng bisa jadi pilihan. Praktis dan tahan lama, gudeg ini cocok dibawa bepergian jauh. Biasanya dikemas lengkap dengan krecek dan sambal goreng, sehingga siap santap kapan saja.

    3. Geplak
    Geplak adalah camilan tradisional yang terbuat dari kelapa parut dan gula. Warna-warni cerahnya menarik perhatian, rasanya manis dan legit. Geplak bisa ditemukan di berbagai pusat oleh-oleh, terutama di kawasan Bantul.

    4. Cokelat Monggo
    Ingin oleh-oleh yang lebih modern tetapi tetap khas Yogyakarta, cokelat monggo adalah jawabannya. Terbuat dari biji kakao pilihan Indonesia, cokelat ini hadir dalam berbagai varian seperti dark chocolate, durian, hingga cabai. Dikemas dengan desain klasik ala Eropa, cocok sebagai buah tangan yang elegan.

    5. Kain Batik dan Kerajinan Tangan
    Selain makanan, batik Yogyakarta juga menjadi oleh-oleh yang tak lekang oleh waktu. Anda bisa memilih kain batik tulis, batik cap, atau produk turunan seperti baju daster, kaos, tas, dompet, hingga sandal. Sentra batik di kawasan Pasar Beringharjo, Malioboro, dan Kampung Batik Giriloyo bisa menjadi tujuan belanja menarik.

    Liburan ke kota budaya tak hanya menyenangkan, tetapi juga penuh kenangan karena bisa membawa pulang oleh-oleh khas Yogyakarta. Jadi, pastikan untuk menyisihkan waktu sejenak sebelum kembali ke kota asal untuk berbelanja buah tangan khas Jogja.

  • 2 Juta Wisatawan Serbu Malioboro Selama Libur Lebaran

    2 Juta Wisatawan Serbu Malioboro Selama Libur Lebaran

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Kawasan Malioboro kembali menjadi magnet utama bagi para wisatawan selama libur Lebaran 2025. Berdasarkan data People Counting dari sistem Smart Province Yogyakarta, tercatat ratusan ribu orang memadati jantung wisata Kota Gudeg ini setiap harinya, mulai Senin (31/3/2025) hingga Sabtu (5/4/2025).

    Lonjakan jumlah pengunjung mulai terasa sejak hari pertama Lebaran, Senin (31/3/2025), dengan total 145.472 orang tercatat melintasi kawasan Malioboro. Angka ini melonjak signifikan pada hari kedua Lebaran (1/4/2025) mencapai 265.392 pengunjung.

    Puncak kunjungan terjadi pada Kamis (3/4/2025), dengan rekor 476.231 wisatawan memenuhi kawasan pedestrian ikonik tersebut. Meskipun jumlahnya sedikit menurun pada Jumat (4/4/2025), Malioboro tetap ramai dikunjungi dengan 462.332 orang dan hingga Sabtu (5/4/2025), kawasan ini masih dipadati oleh 377.429 wisatawan.

    Secara keseluruhan, selama enam hari masa libur Lebaran, lebih dari 2,1 juta orang tercatat mengunjungi Malioboro. Antusiasme wisatawan ini membuktikan bahwa Malioboro tetap menjadi destinasi favorit untuk mengisi waktu libur, khususnya pada momen spesial seperti Lebaran.

    Tingginya angka kunjungan turut berdampak positif bagi para pelaku usaha di sekitar Malioboro, mulai dari pedagang kaki lima, pelaku UMKM, hingga penyedia jasa transportasi.

    Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui sistem Smart Province, terus memantau aktivitas pengunjung demi menjaga kenyamanan dan keamanan selama masa liburan.

    Sistem People Counting yang terpasang di sejumlah titik strategis berfungsi untuk mencatat jumlah orang yang melintas secara real-time.

    Dengan tingginya arus wisatawan, Pemda DIY mengimbau masyarakat serta para pelaku usaha untuk tetap menjaga ketertiban, kebersihan, dan kenyamanan, agar Malioboro senantiasa menjadi destinasi unggulan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

  • Cerita Wisatawan Lampung Tak Bosan Berulang Kali Liburan di Malioboro

    Cerita Wisatawan Lampung Tak Bosan Berulang Kali Liburan di Malioboro

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Pada libur Lebaran 2025 kawasan Malioboro Kota Yogyakarta dipadati ribuan wisatawan yang datang dari berbagai daerah. Menariknya, cerita dari wisatawan asal Lampung yang tidak ada bosan-bosannya berulang kali liburan di Malioboro.

    Selain untuk menikmati suasana Malioboro, para wisatawan juga berbelanja pernak-pernik khas Yogyakarta untuk oleh-oleh.

    Ribuan wisatawan tidak hanya memadati jalan Malioboro dan jalur pedestrian. Namun juga di teras Malioboro yang merupakan salah satu pusat belanja cinderamata atau oleh-oleh juga diburu para wisatawan.

    Selain berjalan-jalan, wisatawan juga ingin menikmati suasana Kota Yogyakarta khususnya Malioboro yang dinilai penuh dengan kenangan selama libur Lebaran 2025.

    Salah satu wisatawan yang mengaku sering datang ke Yogyakarta dalam rangka libur Lebaran 2025 adalah Vera asal Lampung. Dia mengaku, mudik ke Solo sembari jalan-jalan ke Malioboro, yang sebelumnya singgah di Gunung Merapi.

    “Memang dari dahulu Malioboro seperti ini ramai. Saya sudah berulang kali ke sini enggak bosan-bosan,” kata Vera kepada Beritasatu.com, Jumat (4/4/2025).

    Ramainya kawasan Malioboro diperkirakan akan terus terjadi hingga libur Lebaran usai. Sementara itu jumlah wisatawan yang memasuki Kota Yogyakarta pada masa libur Lebaran akan mencapai 6 juta wisatawan.

  • Arus Mudik Balik, Jumlah Penumpang Turun di Stasiun Malang Melonjak Drastis

    Arus Mudik Balik, Jumlah Penumpang Turun di Stasiun Malang Melonjak Drastis

    Malang (beritajatim.com) – PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya mencatat peningkatan signifikan jumlah penumpang yang turun di Stasiun Malang selama tiga hari terakhir masa arus balik Lebaran 2025.

    Berdasarkan data resmi, jumlah penumpang yang datang di stasiun tersebut melebihi jumlah penumpang yang berangkat, menandakan pergerakan balik pemudik ke kota asal setelah liburan Idulfitri.

    Pada 2 April 2025, tercatat 3.149 penumpang naik dan 3.982 penumpang turun di Stasiun Malang. Kemudian pada 3 April, jumlah penumpang naik sebanyak 3.282 orang, sementara yang turun mencapai 4.244. Sedangkan pada 4 April, hingga pukul 09.00 WIB, penumpang yang naik berjumlah 2.931 orang, dan penumpang turun mencapai 4.150 orang.

    “Fenomena ini menandakan bahwa masyarakat yang sebelumnya berangkat di masa arus mudik kini mulai kembali ke tempat tinggal untuk melanjutkan aktivitas seperti bekerja atau bersekolah. Stasiun Malang menjadi salah satu titik kedatangan utama bagi para pemudik yang kembali dari berbagai daerah,” ujar Manager Humas KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif.

    Mayoritas penumpang yang datang ke Malang menggunakan kereta api jarak jauh seperti KA Malioboro Ekspres dari Purwokerto, KA Tawang Alun dari Stasiun Ketapang Banyuwangi, dan KA Jayabaya dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta.

    Menyikapi meningkatnya jumlah kedatangan penumpang, PT KAI Daop 8 Surabaya memastikan seluruh layanan operasional berjalan lancar, aman, dan nyaman. Koordinasi intensif dilakukan bersama petugas keamanan, tenaga pelayanan, serta pihak terkait lainnya agar arus balik Lebaran dapat berlangsung tertib tanpa kendala.

    “Menjelang berakhirnya masa libur Lebaran, diharapkan seluruh penumpang dapat kembali ke aktivitas sehari-hari dengan selamat dan membawa pengalaman perjalanan yang menyenangkan bersama kereta api, khususnya di masa angkutan Lebaran 2025 ini,” ujar Luqman.

    Tak lupa, pihak KAI Daop 8 Surabaya menyampaikan apresiasi kepada seluruh pengguna jasa kereta api yang telah mempercayakan perjalanan mereka selama masa angkutan Lebaran.

    “PT KAI Daop 8 mengucapkan terima kasih kepada seluruh pelanggan atas kepercayaan dan pilihannya menggunakan layanan kereta api selama masa angkutan Lebaran 2024. Kami juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung kelancaran operasional, termasuk TNI/Polri, relawan dari Satgas Pramuka, dan komunitas pecinta kereta api yang turut serta dalam pelayanan di stasiun,” imbuh Luqman.

    Puncak arus balik diperkirakan akan terus berlanjut hingga Minggu, 6 April 2025, dengan Stasiun Malang tetap menjadi tujuan utama para pemudik dari berbagai kota di Indonesia. [luc/ian]

  • Lonjakan Kendaraan ke Malioboro Capai 2.000 per Jam, Polisi Lakukan Rekayasa Lalu Lintas
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        2 April 2025

    Lonjakan Kendaraan ke Malioboro Capai 2.000 per Jam, Polisi Lakukan Rekayasa Lalu Lintas Yogyakarta 2 April 2025

    Lonjakan Kendaraan ke Malioboro Capai 2.000 per Jam, Polisi Lakukan Rekayasa Lalu Lintas
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com –
    Kendaraan yang masuk ke kawasan
    Malioboro
    , Kota Yogyakarta pada 2 April 2025 mengalami peningkatan signifikan dibandingkan hari sebelumnya.
    Pada Rabu 2 April 2025, jumlah kendaraan yang masuk ke kawasan Malioboro tercatat rata-rata 1.500 sampai 2.000 per jam.
    “Dari pengamatan kita untuk perbandingan hari ini dengan kemarin, itu terjadi kenaikan yang signifikan,” ujar Kasat Lantas Polresta Yogyakarta, AKP Alvian Hidayat saat ditemui di Pos Teteg, Malioboro, Rabu (2/04/2025).
    Alvian menyampaikanm pada 1 April 2025 rata-rata per jam kendaraan yang masuk ke Malioboro di bawah 1.500 kendaraan.
    Hari ini data sampai dengan pukul 16.00 WIB rata-rata stabil di 1.500 hingga 2.000 per jam.
    “Kemarin rata-rata per jam itu masih di kisaran 1.500 ke bawah, untuk hari ini rata-rata sudah cukup stabil di 1.500, bahkan tadi pagi maupun sore ini cukup signifikan di kisaran 1.500 sampai 2.000. Ini sudah menandakan bahwa ada terjadi peningkatan,” ucapnya.
    Diungkapkan Alvian, khusus kawasan Malioboro biasanya memang akan ramai dikunjungi wisatawan pada sore dan malam hari.
     
    Wisatawan pada pagi dan siang hari cenderung memilih untuk mengunjungi destinasi wisata di wilayah Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo.
    Terkait kondisi ke depan untuk kawasan Malioboro, lanjut Alvian masih akan melihat kondisi volume kendaraan di pintu masuk ke wilayah Yogyakarta yakni Prambanan, Tempel dan Jalan Wates.
    Di saat tiga titik tersebut masih banyak kendaraan yang masuk, maka kemungkinan besar di wilayah Kota Yogyakarta masih akan terjadi peningkatan jumlah kendaraan pengunjung.
    “Kemarin kita mendapat informasi bahwa terjadi peningkatan di tiga titik tersebut, sehingga menjadi warning untuk kita yang di kota, pasti nanti sebagian besar masuk ke wilayah kota, karena kalau belum ke Malioboro ini belum sah ke Yogya. Walaupun mau ke Gunungkidul, Bantul, ke Sleman tetap ada satu waktu menyempatkan ke Malioboro,” tuturnya.
    Namun demikian, diprediksi peningkatan jumlah kendaraan yang masuk ke kawasan Malioboro masih akan terjadi hingga dua hari ke depan.
    “Menurut prediksi kami bersama dengan Dishub itu, satu, dua hari ke depan masih akan ada kenaikan, atau minimal stabil,” ungkapnya.
    Rekayasa lalu lintas juga sudah diberlakukan. Kendaraan dari Jembatan Kleringan diarahkan melewati Stadion Kridosono terlebih dahulu sebelum masuk ke wilayah Malioboro.
    “Kita terapkan rekayasa untuk menambah spare waktu berputar (Stadion Kridosono), sehingga yang masuk ke arah Malioboro atau Pasar Kembang ini, waktunya agak ditambah,” ungkapnya.
    Dari pengamatan Kompas.com pada pukul 16.30 WIB jalan menuju Malioboro maupun ke arah Pasar Kembang tampak dipadati kendaraan pengunjung. Kendaraan yang hendak masuk ke kawasan Malioboro tampak di dominasi pelat luar daerah.
    Beberapa petugas Kepolisian hingga Dinas Perhubungan tampak sibuk mengatur arus lalu lintas agar tidak sampai terjadi kemacetan.
    “Terjadi kepadatan sehingga adanya perlambatan, Alhamdulilah sejuah ini roda masih tetap berputar tidak ada yang sampai stag,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.