Tempat Fasum: Laut Baltik

  • Lithuania Usir 3 Staf Kedubesnya, China Geram!

    Lithuania Usir 3 Staf Kedubesnya, China Geram!

    Beijing

    Sedikitnya tiga staf Kedutaan Besar (Kedubes) China diusir oleh pemerintah Lithuania, saat kedua negara bersitegang soal hubungan yang terjalin antara Vilnius dan Taiwan. Otoritas Beijing, dalam responsnya, melontarkan peringatan bahwa pihaknya mungkin mengambil “langkah balasan” terhadap Lithuania.

    “China mengutuk keras dan secara tegas menolak tindakan sewenang-wenang dan provokatif ini,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Senin (2/12/2024).

    “China menyerukan kepada Lithuania untuk segera berhenti merusak kedaulatan dan integritas wilayah China, serta berhenti mempersulit hubungan bilateral,” cetus juru bicara tersebut.

    Hubungan antara China dan Lithuania tengah dilanda ketegangan terkait hubungan yang dijalin oleh Vilnius dengan Taipei, dan terkait dugaan keterlibatan sebuah kapal Beijing dalam insiden kerusakan kabel bawah laut.

    Bulan lalu, dua kabel telekomunikasi Laut Baltik, tepatnya yang ada di perairan teritorial Swedia, terputus secara misterius. Salah satu kabel telekomunikasi yang terputus itu membentang dari Pulau Gotland di Swedia ke wilayah Lithuania.

    Kecurigaan mengarah pada sebuah kapal China bernama Yi Peng 3, yang menurut situs pelacakan, telah berlayar melewati kabel-kabel bawah laut tersebut ketika insiden terputusnya kabel telekomunikasi itu terjadi.

    Pada Jumat (29/11) pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Lithuania mengumumkan tiga staf diplomatik pada Kedubes China “telah dinyatakan tidak diinginkan berada di negara tersebut”.

    Saksikan juga video: Cerita Saksi Mata Saat Pesawat Kargo DHL Jatuh di Lithuania

  • Diduga Sabotase Internet Eropa, Kapal China Dikepung

    Diduga Sabotase Internet Eropa, Kapal China Dikepung

    Stockholm

    Swedia secara resmi meminta China untuk bekerja sama dalam menjelaskan putusnya dua kabel data baru-baru ini di dasar Laut Baltik, yang diduga sebagai sabotase oleh kapal berbendera China. Itu dikatakan oleh Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson.

    Kedua kabel internet tersebut, satu membentang dari Finlandia ke Jerman dan yang lainnya dari Lithuania ke Swedia, rusak di perairan Swedia minggu lalu, di suatu daerah tempat Yi Peng 3, kapal berbendera China, terlihat. Akibatnya, jaringan internet mengalami gangguan. Kapal itu kini sudah diamankan dan dikepung oleh aparat.

    Yi Peng 3 saat ini ditambatkan dan dijaga oleh militer dan penjaga pantai di perairan internasional antara Swedia dan Denmark. Kristersson mengatakan Swedia ingin kapal tersebut pindah ke perairannya untuk memperlancar penyelidikan internasional yang sedang berlangsung.

    “Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, Swedia telah menyatakan keinginan kami agar kapal tersebut pindah ke perairan Swedia dan kami sedang menghubungi China dari Swedia,” kata Kristersson.

    “Hari ini saya juga dapat memberi tahu Anda bahwa selain itu Swedia juga telah mengirimkan permintaan resmi ke China untuk bekerja sama dengan otoritas Swedia guna menciptakan kejelasan tentang apa yang telah terjadi,” tambahnya seperti dikutip detikINET dari Associated Press.

    Dalam konferensi pers yang sama, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menyatakan solidaritas, dukungan penuh, dan kepercayaan pada keandalan Swedia untuk bertindak demi kepentingan semua negara di wilayah Baltik.

    Pihak berwenang Finlandia, Swedia, dan Jerman meluncurkan penyelidikan atas putusnya kedua kabel tersebut. Menteri pertahanan Jerman mengatakan kerusakan tampaknya disebabkan sabotase, meskipun saat ini belum ada bukti.

    Saat ini, kapal Yi Peng 3 diawasi beberapa kapal, termasuk Angkatan laut Denmark, kapal penjaga pantai Jerman dan Swedia. Wall Street Journal melaporkan penyelidik menduga awak kapal sengaja memutuskan kabel internet dengan menyeret jangkar di sepanjang dasar laut.

    Tidak adanya sinyal seismik tanda ledakan, mendukung teori kerusakan tersebut disebabkan oleh jangkar. “Tidak ada ledakan atau sinyal seismik sama sekali, sehingga hal itu dapat konsisten dengan teori jangkar ini,” cetus Kjølv Egeland, peneliti senior di Norsar.

    Pihak berwenang China mengatakan tidak memiliki informasi tentang kapal tersebut dan membantah bertanggung jawab. Mereka juga mengatakan Beijing siap untuk menjaga komunikasi dengan pihak-pihak terkait. Berbagai spekulasi pun mengemuka, misalnya Rusia menjadi dalang di balik pemutusan kabel itu.

    (fyk/fay)

  • China Bikin Internet Mati Total di Banyak Negara, Begini Modusnya

    China Bikin Internet Mati Total di Banyak Negara, Begini Modusnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah kapal komersial China diduga sengaja menyeret jangkarnya untuk memotong kabel bawah laut yang menghubungkan internet berbagai negara.

    Menurut laporan The Wall Street Journal, para penyelidik internasional meyakini bahwa awak kapal Yi Peng 3, kapal curah yang penuh dengan pupuk Rusia, menyeret jangkarnya sejauh lebih dari 160km di dasar laut Baltik, sehingga merusak kabel-kabel yang melintas di atasnya.

    Dua sambungan internet yang berbeda, satu antara Pulau Gotland di Swedia dan Lithuania, dan satu lagi antara Finlandia dan Jerman, berhenti berfungsi awal bulan ini. Sehingga mendorong dilakukannya investigasi oleh pihak berwenang dari keempat negara tersebut dan negara-negara lain yang juga terdampak.

    Mengutip Teh Verge, Kamis (28/11/2024), para penyelidik sekarang mencoba mencari tahu apakah pejabat intelijen Rusia memerintahkan tindakan tersebut, meskipun Rusia membantahnya.

    Sumber yang tidak disebutkan namanya yang berbicara kepada Journal mengatakan bahwa pemilik kapal, Ningbo Yipeng Shipping, bekerja sama dengan para penyelidik.

    The Journal mengatakan beberapa pejabat penegak hukum dan intelijen Barat yang tidak disebutkan namanya tidak percaya bahwa pemerintah China merupakan bagian dari skema yang dicurigai.

    Ini bukan pertama kalinya para pejabat Eropa mencurigai Rusia melakukan sabotase infrastruktur bawah laut sejak invasi Rusia ke Ukraina.

    Namun, para pejabat masih ragu-ragu untuk menuduh Kremlin melakukan campur tangan. Sebagian karena takut akan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Eropa.

    (fab/fab)

  • Kapal China Dituding Sabotase Kabel Bawah Laut di Eropa

    Kapal China Dituding Sabotase Kabel Bawah Laut di Eropa

    Jakarta

    Sebuah kapal komersial asal China dituding sengaja menyeret jangkarnya di laut untuk memotong kabel bawah laut yang menghubungkan Jerman dan Finlandia.

    Kapal yang dimaksud bernama Yi Peng 3, sebuah kapal bulk carrier yang mengangkut pupuk dari Rusia. Kru kapal ini dituding menyeret jangkarnya sejauh lebih dari 100 mil di Laut Baltik, dan merusak kabel bawah laut yang ada di dasar laut tersebut.

    Ada dua kabel bawah laut yang digelar di laut tersebut, yaitu kabel yang menghubungkan Pulau Gotland milik Swedia dengan Lithuania, dan kabel yang menghubungkan Finlandia dan Jerman.

    Kedua kabel itu putus dan tak bisa beroperasi pada awal November ini, yang memicu penyelidikan oleh pihak terkait dari negara-negara yang terdampak, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Kamis (28/11/2024).

    Hasil penyelidikan tersebut menemukan bahwa kru kapal Yi Peng dengan sengaja melepas jangkar dan menyeretnya di Laut Baltik. Penyelidikan tahap selanjutnya adalah mencari aktor di balik aksi tersebut, dan diduga badan intelijen Rusia-lah yang memerintahkan aksi tersebut.

    Rusia langsung menepis tudingan tersebut. Namun sumber yang dikutip Wall Street Journal menyebut pemilik kapal tersebut, Ningbo Yipeng Shipping, mau bekerja sama dengan penyelidik. Mereka juga menyebut penegak hukum serta badan intelijen Barat melihat tidak ada keterlibatan pemerintah China dalam aksi tersebut.

    Ini bukan pertama kalinya Rusia dituding menyabotase infrastruktur bawah laut sejak mereka menginvasi Ukraina. Namun sebelumnya mereka menahan diri untuk menuding Rusia secara langsung karena ditakutkan meningkatkan tensi antara Rusia dan Eropa.

    (asj/asj)

  • Lumba-Lumba Jadi ‘Ngomong’ Sendiri karena Hidup Tanpa Teman

    Lumba-Lumba Jadi ‘Ngomong’ Sendiri karena Hidup Tanpa Teman

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seekor lumba-lumba hidung botol bernama Delle kini hidup sendirian di Laut Baltik. Saudara “satu spesies” terdekat dari Delle tinggal di perairan yang berjarak ratusan kilometer.

    Uniknya, sekelompok peneliti menemukan bahwa Delle tetap aktif “berbincang-bincang” meskipun hidup sendirian.

    Tim peneliti dari University of Southern Denmark yang dipimpin oleh Olga Filatova melacak dan memonitor suara yang dikeluarkan oleh Delle selama 2 bulan. Mereka memasang perekam suara bawah laut di lokasi tempat Delle sering terlihat.

    “Kami sudah memperkirakan ia akan mengeluarkan sedikit suara komunikasi, dalam keadaan tak ada rekan penerima. Kenyataannya tak seperti itu. Temuan kami, lumba-lumba tetap sangat vokal, mengeluarkan suara tonal [bunyi dalam satu frekuensi] dan burst pulse [suara berdenyut] dalam ritme yang pendek,” tulis makalah yang ditulis tim peneliti tersebut, seperti dikutip IFL Science.

    Suara Delle tidak serupa dengan suara yang dikeluarkan lumba-lumba dalam kawanan. Kebanyakan lumba-lumba punya “siulan” unik, yang digunakan untuk saling mengenali lumba-lumba lain.

    Namun, Delle terekam mengeluarkan tiga suara yang berbeda. Peneliti bertanya-tanya apakah ini tanda bahwa Delle punya dua “teman imajiner.”

    Di sisi lain, peneliti menyatakan fenomena Delle bisa menjadi dasar untuk mengkaji ulang teori soal “siulan unik lumba-lumba.” Pasalnya, dalam sekelompok besar lumba-lumba, peneliti terkadan sulit membedakan satu siulan dengan siulan lain.

    Delle juga menghasilkan tiga sinyal yang rutin dikombinasikan dengan dua suara secara bersamaan. Misalnya, dua siulan yang selalu dibarengi dengan suara frekuensi rendah. Bunyi yang dihasilkan Delle ini tak pernah terekam dihasilkan oleh lumba-lumba lain.

    Tim peneliti menduga perilaku Delle adalah “bagian dari kebutuhan lumba-lumba atas interaksi sosial.” Atau singkatnya, peneliti curiga Delle “menciptakan” lumba-lumba lain dalam bayangannya agar bisa “ngobrol.”

    Hipotesis alternatif para peneliti lebih miris. Mereka juga menduga ada kemungkinan suara yang dikeluarkan oleh Delle adalah “sinyal emosi yang dikeluarkan tanpa sengaja.” Dalam bahasa awam, Delle “menangis.”

    Satu pertanyaan lain yang belum terjawab oleh peneliti adalah alasan Delle terpisah dari kawanannya. Apakah Delle tersesat dan tak bisa menemukan jalan pulang? Atau ia “terasing” karena punya siulannya yang aneh.

    Pasalnya, ilmuwan mengenali Delle sebagai bagian dari kawanan besar lumba-lumba di perairan Skotlandia. Tanda di sirip Delle menunjukkan ia telah dicatat sebagai lumba-lumba nomor 1022 yang lahir pada 2027.

    (dem/dem)

  • Rudal AS-Inggris Serbu Rusia, Putin Serang Balik dengan ICBM

    Rudal AS-Inggris Serbu Rusia, Putin Serang Balik dengan ICBM

    Jakarta, CNBC Indonesia – Eskalasi terus memanas antara negara-negara NATO dan Rusia. Hal ini terjadi setelah Ukraina menembakkan sejumlah rudal dari dua anggota NATO, Amerika Serikat (AS) dan Inggris, ke negara Negeri Beruang Merah.

    Pada Rabu, Ukraina mulai menggunakan senjata jarak jauh AS, Army Tactical Missile System (ATACMS), untuk menyerang beberapa kota milik Moskow. Rusia menyatakan pasukannya menembak jatuh lima dari enam rudal jenis itu yang ditembakkan ke fasilitas militer di wilayah Bryansk.

    Lalu, tak lama kemudian, Kyiv menembakkan rudal Storm Shadow buatan Inggris ke Rusia untuk pertama kalinya. Gambar, yang belum dikonfirmasi, tersebar melalui aplikasi perpesanan Telegram yang menampakan pecahan rudal di suatu lokasi di wilayah Kursk.

    Penggunaan rudal ini oleh Ukraina terjadi setelah London dan Washington memberikan lampu hijau untuk penggunaannya menyerang Rusia. Kyiv berdalih hal ini untuk membatasi gerak dan suplai militer Moskow yang terus menyerang Ukraina.

    Langkah ini juga diambil setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa penggunaan rudal buatan AS dan Inggris di dalam perbatasan Rusia sama saja dengan keterlibatan langsung NATO dalam konflik itu.

    Bahkan Putin telah merevisi doktrin nuklirnya yang juga menyebut bahwa negara yang membantu musuh Moskow untuk menyerang Rusia juga dapat menjadi target sah senjata nuklir.

    Meski begitu, peneliti senior di lembaga pemikir pertahanan dan keamanan Royal United Services Institute di Inggris, Jack Watling, mengatakan penggunaan rudal jarak jauh Barat ke wilayah Rusia ‘tentu saja tidak akan’ memicu respons nuklir Moskow seperti yang ditakutkan sebagian pihak di Barat.

    “Namun Rusia dapat meningkatkan berbagai cara untuk mengenakan biaya kepada Barat, mulai dari sabotase bawah laut hingga penggunaan proksi untuk mengganggu perdagangan di Bab Al Mandab selat di lepas Laut Merah tempat serangan terhadap pengiriman barang dikaitkan dengan pemberontak Houthi Yaman,” ujarnya kepada Associated Press.

    Serupa, seorang peneliti senior di Institut Penelitian Perlucutan Senjata PBB, Pavel Povdig, mengatakan bahwa ia tidak yakin bahwa menjatuhkan bom di Ukraina ada dalam daftar pilihan Moskow. Ia menyebut hal ini tidak akan menguntungkan Rusia di medan perang.

    “Saya tidak yakin bahwa menjatuhkan bom di Ukraina ada dalam daftar pilihan Moskow terutama karena hal itu tidak akan membantu mencapai tujuan militer apa pun, dan Rusia sedang maju saat ini,” tuturnya kepada The Guardian.

    “Lebih jauh, penggunaan senjata nuklir dalam konflik untuk pertama kalinya sejak 1945 akan menyatukan sebagian besar dunia melawan Rusia dengan cara yang tidak dapat diprediksi dengan mudah oleh Moskow.”

    Opsi di Luar Nuklir

    Rusia juga memiliki opsi pembalasan dengan tidak melibatkan senjata nuklir. Moskow telah mempersenjatai arus orang yang bermigrasi ke barat dan mengarahkan mereka ke perbatasan Polandia, Lithuania, dan Finlandia dengan tujuan menyebabkan kesulitan politik bagi negara-negara tersebut.

    Intelijen militer Rusia juga telah melakukan pembunuhan di Inggris, Jerman, Spanyol, Austria, Turki, dan tempat lain. Rusia telah merencanakan serangan sabotase, yang diduga termasuk penggunaan alat pembakar yang ditemukan di pusat kargo DHL di Jerman dan Inggris pada bulan Juli.

    Di AS dan Eropa, bot internet Rusia telah memperkuat isu-isu polarisasi, dengan tujuan melonggarkan kohesi sosial, dan memperkuat sayap kanan. Rusia juga dituduh mengganggu sinyal GPS, khususnya di atas Laut Baltik, yang mengganggu navigasi ribuan pesawat penumpang.

    Pada Rabu, otoritas Denmark menyebut sebuah kapal kargo China sebagai yang paling dekat dengan wilayah Laut Baltik tempat dua kabel komunikasi bawah laut terputus awal minggu ini. Namun, Elisabeth Braw, seorang pakar konflik zona abu-abu di Atlantic Council, mengatakan hal itu tidak mengesampingkan keterlibatan Rusia.

    “Kapal dagang biasanya tidak pergi dan memotong kabel bawah laut untuk bersenang-senang,” kata Braw. “Apa yang kami lihat adalah bahwa Rusia sangat pandai menggunakan proksi.”

    Sementara itu, Rusia juga dapat menggunakan basis proksinya untuk melakukan operasi gangguan di Barat. Menurut sebuah laporan di Wall Street Journal bulan lalu, Rusia telah memberikan data penargetan kepada pemberontak Houthi Yaman untuk digunakan dalam menargetkan pengiriman barat di Laut Merah.

    Di Inggris, kepala MI5, badan intelijen dalam negeri Inggris, mengatakan pada bulan Oktober bahwa intelijen Rusia secara drastis meningkatkan kolaborasinya dengan geng-geng kriminal sebagai bagian dari ‘misi berkelanjutan untuk menimbulkan kekacauan di jalan-jalan Inggris dan Eropa’.

    Serangan Balasan Rusia

    Sementara itu, Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) dari wilayah Astrakhan di selatan negara tersebut dalam serangan terhadap Ukraina pada Kamis (21/11/2024). Ini merupakan pertama kalinya Rusia menggunakan rudal jarak jauh yang sangat kuat ini dalam perang yang telah berlangsung selama 33 bulan.

    Dilansir Reuters, serangan ini menyasar infrastruktur penting dan sejumlah perusahaan di kota Dnipro, bagian tengah-timur Ukraina. Meski begitu, tidak ada kejelasan dari pernyataan Angkatan Udara Ukraina mengenai target spesifik rudal balistik antarbenua tersebut atau apakah serangan itu menimbulkan kerusakan.

    Rudal balistik antarbenua biasanya dirancang dengan jangkauan ribuan kilometer dan dapat membawa hulu ledak nuklir, meskipun dalam beberapa kasus juga dapat dilengkapi dengan hulu ledak konvensional.

    Ukraina berhasil menembak jatuh enam rudal jelajah Kh-101 yang juga diluncurkan dalam serangan tersebut.

    “Secara khusus, rudal balistik antarbenua diluncurkan dari wilayah Astrakhan di Federasi Rusia,” kata Angkatan Udara Ukraina dalam pernyataannya, tanpa memerinci jenis rudal balistik yang digunakan.

    (luc/luc)

  • Danau Ini Satu-satunya yang Mengalir ke Samudra Pasifik dan Atlantik

    Danau Ini Satu-satunya yang Mengalir ke Samudra Pasifik dan Atlantik

    Jakarta

    Danau Isa di Yellowstone, adalah danau yang terlihat biasa saja. Namun ada satu kualitasnya yang unik, danau ini merupakan satu-satunya di dunia yang diketahui mengalir ke Samudra Atlantik dan Pasifik.

    Terletak di Taman Nasional Yellowstone antara cekungan geyser Old Faithful dan West Thumb, Danau Isa terletak tepat di Continental Divide Amerika Utara. Puncak gunung ini membentang vertikal ke bawah melalui Amerika Utara, memisahkan daerah aliran sungai utama yang mengalir ke berbagai samudra.

    Karena lokasinya yang unik, sisi timur Danau Isa mengalir ke Sungai Lewis, anak sungai Sungai Columbia, dan akhirnya ke Samudra Pasifik. Sementara itu, sisi barat danau mengalir ke Sungai Firehole, anak sungai Sungai Madison, dan akhirnya ke Teluk Meksiko, yang terhubung ke Atlantik melalui Selat Florida.

    Arah aliran air ini berlawanan dengan apa yang mungkin diperkirakan, muaranya ke timur menuju Pasifik di barat, dan muaranya ke barat menuju Atlantik di tenggara. Rute sungai yang berlawanan dengan intuisi ini merupakan kekhasan topografi Yellowstone yang unik dan berkelok-kelok.

    Beberapa sumber menyatakan bahwa Danau Isa hanya mengalir keluar dari kedua muara tersebut pada saat air pasang, yaitu pada periode salju mencair setelah musim dingin dengan hujan salju lebat. Meskipun demikian, hal itu tetap merupakan sifat yang cukup luar biasa.

    Fenomena serupa juga terjadi di Danau Ladoga yang jauh lebih besar di dekat St. Petersberg di Rusia barat laut, dekat perbatasan Finlandia. Sebagian besar danau mengalir ke Teluk Finlandia melalui Sungai Neva, yang akhirnya mengarah ke Laut Baltik. Namun, danau ini juga memiliki anak sungai yang terhubung ke sistem Sungai Volga, yang terhubung ke Laut Kaspia.

    Berbicara tentang perairan yang aneh, kita harus menyebutkan Sungai Nerodime di Kosovo selatan. Di pinggiran kota Ferizaj, sungai tersebut bercabang menjadi dua jalur, suatu fitur yang dikenal sebagai percabangan sungai. Cabang kiri mengalir ke Laut Hitam, sedangkan cabang kanan mengalir ke Laut Aegea, menjadikannya satu-satunya contoh sungai Eropa yang mengalir ke dua lautan.

    (rns/rns)

  • Gabung NATO, Swedia Unjuk Gigi Pesawat Canggih di Perbatasan Rusia

    Gabung NATO, Swedia Unjuk Gigi Pesawat Canggih di Perbatasan Rusia

    Swedia

    Usai resmi bergabung dengan NATO, Swedia langsung unjuk gigi. Angkatan Udara Swedia pekan lalu diketahui melakukan penerbangan pengintaian pertamanya di dekat perbatasan Rusia.

    Menurut pakar Intelijen Open Source intelligence, kedua penerbangan tersebut bertujuan untuk mengumpulkan informasi intelijen tentang penempatan dan aktivitas pasukan dan senjata Rusia di wilayah tersebut.

    Satu penerbangan dilakukan oleh pesawat Gulfstream S102B Korpen GIV-SP Signal Intelligence (SIGINT) Swedia, yang terbang di atas Polandia dekat perbatasan daerah Kaliningrad Rusia dan Belarusia.

    S102B Korpen adalah pesawat Gulfstream IV yang banyak dimodifikasi. Pesawat ini dapat memindai spektrum elektromagnetik untuk menemukan, mengumpulkan, dan mengkategorikan sinyal dari radar, peralatan navigasi, dan sistem senjata.

    Penerbangan kedua dilakukan oleh pesawat radar Saab 340 di atas Laut Baltik. Saab 340 ini adalah pesawat peringatan dini dan kendali udara (AEW&C). Radar yang dipasang mampu melacak kapal, pesawat, dan rudal hingga jarak 190-250 mil saat berada di ketinggian 6 kilometer.

    [Gambas:Twitter]

    Setelah penyerahan dokumen di Washington, Swedia menjadi anggota NATO ke-32. Di tengah meningkatnya kecemasan akan meluasnya agresi Rusia ke negara-negara Baltik, keanggotaan Swedia memberikan cara baru bagi aliansi tersebut untuk menghalangi serangan Rusia.

    Nima Khorrami, analis di Arctic Institute, menilai bahwa keanggotaan Swedia memperluas jangkauan rudal NATO, sehingga lokasi-lokasi strategis di Kaliningrad dan St. Petersburg dapat dijangkau.

    “Hal ini menambah lapisan pencegahan terhadap potensi agresi Rusia, karena pasukan NATO dapat secara efektif merespons ancaman secara real time,” katanya yang dikutip detikINET dari Insider.

    Oscar Jonsson, peneliti di Universitas Pertahanan Swedia, sebelumnya mengatakan Swedia penting dalam hal menerima pasukan NATO jika diperlukan, sulit dibidik pasukan Rusia, dan cukup dekat dengan Kaliningrad untuk meluncurkan kemampuan rudal presisi jarak jauh.

    Rusia sendiri telah lama menuduh NATO berusaha mengepung negaranya. Presiden Rusia Vladimir Putin memanfaatkan klaim tersebut sebagai bagian dari pembenaran atas invasi Rusia ke Ukraina.

    (fyk/rns)

  • Setahun Serangan Nord Stream, Minim Fakta-Banjir Spekulasi

    Setahun Serangan Nord Stream, Minim Fakta-Banjir Spekulasi

    Jakarta

    Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari ketika stasiun seismografi di Denmark, Swedia dan Jerman mencatat getaran berfrekuensi rendah di dasar Laut Baltik, pada 26 September 2022 silam. Pada saat yang sama, pengelola pipa gas Nord Stream mendeteksi anjloknya tekanan udara di dalam pipa gas sepanjang 1200 kilometer yang membentang antara Jerman dan Rusia itu.

    Saat matahari meninggi, kantung-kantung gas metana terlihat membuih di permukaan laut di dekat Pulau Bornholm. Kebocoran gas di kedalaman 80 meter itu kelak diketahui bukan berasal dari satu pipa, melainkan akibat ledakan di tiga pipa sekaligus. Momen ini menandai betapa perang di Ukraina juga berdampak pada ketahanan energi di barat Eropa.

    Sontak Rusia dicurigai sebagai dalang ledakan. Namun sebuah investigasi oleh media-media Jerman pada Maret 2023 lalu mengungkap jejak pelaku yang mengarah ke Ukraina. Dituliskan, setidaknya lima laki-laki dan seorang perempuan menyewa kapal pesiar bernama Andromeda dan bertolak dari Warnemnde, Jerman, tiga pekan sebelum ledakan.

    Jejak bahan peledak ditemukan kepolisian Jerman di atas kapal Andromeda. Menurut penyelidikan, jenis yang ditemukan serupa dengan yang digunakan untuk meledakkan pipa Nord Stream.

    Tindakan pasukan elit Ukraina?

    Pada Juni lalu, giliran harian AS, Washington Post, yang menurunkan laporan hasil investigasinya dengan tuduhan terarah kepada dinas rahasia Eropa dan AS. Menurut laporan tersebut, dinas intelijen Barat sudah menyiapkan rencana serangan sejak Juni 2022, dengan pasukan elit Ukraina sebagai pelaksana tugas.

    Informasi rahasia yang diterima Washington Post cukup terperinci. Selain jumlah dan kemampuan masing-masing personil, rencana itu juga mencantumkan garis komando di bawah petinggi militer Ukraina, Jendral Valerii Zaluzhnyi. Namun begitu, Presiden Volodomyr Zelenskyy dikabarkan tidak diberi tahu mengenai rencana serangan terhadap pipa gas Nord Stream.

    Sejak lama, AS tidak lagi merahasiakan sikap antipati terhadap proyek bersama antara Jerman dan Rusia itu. Ketika berkunjung ke Berlin, Februari 2022 silam, Presiden AS, Joe Biden, sempat mengancam “akan mengakhiri proyek Nord Stream 2, jika Rusia menginvasi Ukraina.”

    Pengabaian kejahatan perang

    Dari sudut pandang hukum internasional, serangan terhadap pipa Nord Stream dalam konteks peperangan di Ukraina bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang, kata pakar hubungan internasional di Bonn, Jerman, Stefan Talmon. “Karena pipa Nord Stream merupakan sebuah infrastruktur sipil.”

    “Menurut Statuta Roma untuk Mahkamah Pidana Internasional, pengrusakan terhadap obyek sipil tidak hanya pelanggaran terhadap hukum internasional, tetapi juga kejahatan perang,” imbuhnya. Terutama, jika Rusia atau Ukraina bisa membuktikan keterlibatan pihak musuh.

    “Jika pelakunya adalah negara ketiga, maka insidennya tidak lagi dilihat dari sudut pandang hukum perang, melainkan sebuah serangan teror.”

    Ketidakjelasan itu menyulitkan adanya proses pengadilan. Kanselir Jerman Olaf Scholz sendiri mendukung persidangan di Jerman untuk mengadili terduga pelaku serangan. Pun Menteri Dalam Negeri, Nancy Faser, sudah berniat menggugat para tersangka. Tapi menurut Wiedmann-Schmidt, jurnalis yang menyelidiki insiden Nord Stream, desakan itu hanya pencitraan belaka.

    “Mereka memang tidak bisa mengabaikan sebuah kejahatan besar semudah itu. Tapi mereka juga tidak bisa mengendurkan dukungan bagi Ukraina dalam perang melawan Rusia. Jadi, pemerintah di Berlin cenderung menghindari pertanyaan seputar konsekuensi hukum sebisa mungkin.”

    rzn/as

    (ita/ita)