Tempat Fasum: Istana Bogor

  • Prabowo Kembali Tekankan Vitalnya Pertahanan bagi Suatu Negara
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        7 Februari 2025

    Prabowo Kembali Tekankan Vitalnya Pertahanan bagi Suatu Negara Nasional 7 Februari 2025

    Prabowo Kembali Tekankan Vitalnya Pertahanan bagi Suatu Negara
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com
    – Presiden RI
    Prabowo Subianto
    kembali menekankan vitalnya pertahanan bagi suatu negara.
    Prabowo menyampaikan ini saat membuka sidang perdana Dewan
    Pertahanan Nasional
    (DPN) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (7/2/2025).
    “Sudah tidak sekalian, dalam hal ini saya ingin kembali, sebagaimana tadi juga dilaporkan oleh Ketua Harian, vitalnya masalah pertahanan bagi suatu negara,” ujar Prabowo membuka rapat.
    Prabowo menyampaikan bahwa dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ditekankan asas pertahanan.
    Sebab, ada bunyi soal melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
    Lebih lanjut, Prabowo yang juga Ketua DPN menyebut ada ideologi dalam bernegara.
    Salah satu ideologi yakni aliran bernegara berasaskan realisme.
    “Saya berapa kali sudah menyampaikan bahwa dalam
    statecraft
    ataupun bernegara, aliran bernegara itu ada aliran ideologi, aliran kemakmuran,” ujar Prabowo.
    “Tapi yang sekarang menonjol, yang sekarang mencuat, dan yang sekarang sepertinya berlaku adalah aliran bernegara berdasarkan asas realisme. Adanya negara adalah tujuannya adalah survival bagi bangsa kita,” imbuhnya.
    Dalam sidang ini turut dihadiri Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka serta jajaran menteri Kabinet Merah Putih.
    Diketahui,
    Dewan Pertahanan Nasional
    resmi dibentuk di era Presiden RI Prabowo Subianto.
    Prabowo resmi menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 202 Tahun 2024.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Presiden pimpin sidang perdana DPN hingga panggil Komandan Satuan TNI

    Presiden pimpin sidang perdana DPN hingga panggil Komandan Satuan TNI

    Presiden Prabowo Subianto (kanan) membalas penghormatan Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan sebelum penandatangan bertia acara pelantikan Donny sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Nasional di Istana Negara, Senin (20/12/2024). Presiden melantik Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Ketua Harian Dewan Pertahanan Nasional dan Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Nasional. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/YU/pri.

    Presiden pimpin sidang perdana DPN hingga panggil Komandan Satuan TNI
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Jumat, 07 Februari 2025 – 07:35 WIB

    Elshinta.com – Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana menyebutkan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto diagendakan memimpin sidang perdana Dewan Pertahanan Nasional (DPN) hingga memanggil para Komandan Satuan TNI.

    Dalam pesan singkat yang diterima di Jakarta, Jumat, Yusuf menyebutkan kedua kegiatan tersebut seluruhnya dilaksanakan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

    “Hari ini Bapak Presiden memiliki dua Agenda di Istana Kepresidenan Bogor. Pertama Bapak Presiden akan memimpin Sidang Perdana Dewan Pertahanan Nasional,” kata Yusuf menjelaskan agenda pertama.

    Agenda pertama ini menjadi sidang DPN perdana setelah Dewan ini resmi dibentuk pada 2024. DPN dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 202 Tahun 2024 dan memiliki peran penting sebagai penasihat pimpinan negara dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan serta pengerahan segenap komponen pertahanan negara.

    Presiden juga telah menunjuk Ketua Harian DPN yang posisinya diisi oleh Sjafrie Sjamsoeddin selaku Menteri Pertahanan dan Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan sebagai Sekretaris DPN. ​​​​ Anggota tetap DPN mencakup Wakil Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Panglima TNI, dan sejumlah pejabat lain. Sedangkan anggota tidak tetap berasal dari instansi pemerintah dan non-pemerintah sesuai isu strategis yang dihadapi.

    Yusuf mengatakan setelah melangsungkan sidang perdana bersama DPN, Presiden melanjutkan agenda keduanya memanggil para komandan satuan TNI.

    “Bapak Presiden akan memberikan Pengarahan kepada para Komandan Satuan TNI,” ujar Yusuf menjelaskan agenda kedua.

    Sumber : Antara

  • Prabowo Akan Pimpin Sidang Perdana Dewan Pertahanan Nasional di Istana Bogor – Page 3

    Prabowo Akan Pimpin Sidang Perdana Dewan Pertahanan Nasional di Istana Bogor – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menghadiri dua agenda di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (7/2/2025) hari ini. Salah satunya dalam rangka memimpin Sidang Perdana Dewan Pertahanan Nasional (DPN).

    “Hari ini Bapak Presiden memiiliki dua Agenda di Istana Kepresidenan Bogor,” tutur Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana dalam keterangannya kepada wartawan.

    Menurut Yusuf, dua agenda yang dimaksud adalah Sidang Perdana Dewan Pertahanan Nasional dan pengarahan kepada para Komandan Satuan TNI.

    “Bapak Presiden akan memberikan pengarahan kepada para Komandan Satuan TNI,“ kata dia.

    Presiden Prabowo Subianto menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 202 Tahun 2024 tentang Dewan Pertahanan Nasional. Berdasarkan dokumen yang dilihat, Minggu (22/12) Perpres tersebut mencakup fungsi hingga tata kerja DPN.

    Dengan terbitnya aturan ini, maka Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 1999 tentang Dewan Ketahanan Nasional dan Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    Adapun DPN merupakan lembaga non struktural yang dipimpin langsung oleh Prabowo. 

    Sesuai Perpres ini, DPN memiliki tugas melaksanakan pemberian pertimbangan dan perumusan solusi kebijakan dalam rangka penetapan kebijakan di bidang pertahanan nasional yang bersifat strategis mencakup kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

    DPN terdiri dari Ketua yang dipilih oleh Presiden, anggota tetap dan anggota tidak tetap. 

    Anggota tetap DPN terdiri dari Wakil Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Panglima TNI. Unsur anggota tetap termasuk Menteri Sekretaris Negara, Menteri Keuangan, Kepala Badan Intelijen Negara dan Kepala Staf Angkatan.

    Sedangkan, anggota tidak tetap terdiri atas pimpinan instansi pemerintah dan non pemerintah sesuai isu strategis yang dihadapi.

    Pada Bab II Pasal 6, Ketua DPN akan dibantu oleh Ketua Harian yang mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi. Ketua Harian ini dipimpin oleh Menteri Pertahanan.

    Terkait jabatan pada bab II, Deputi dan tenaga ahli DPN dapat berasal dari Pegawai Negeri Sipil dan prajurit Tentara Nasional RI. Deputi akan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Harian.

     

  • Penghapusan Utang UMKM, Bank-bank BUMN Masih Lakukan Pemetaan dan Klasifikasi Debitur

    Penghapusan Utang UMKM, Bank-bank BUMN Masih Lakukan Pemetaan dan Klasifikasi Debitur

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah telah memutuskan untuk menghapus utang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Saat ini, pihak perbankan, khususnya BUMN telah melakukan klasifikasi debitur.  

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa bank-bank BUMN atau Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) tengah mengupayakan pemetaan dan klasifikasi debitur UMKM yang memenuhi syarat untuk penghapusan piutang macet secara bertahap.  

    “Secara bertahap Himbara hingga saat ini masih terus melakukan proses mapping dan penentuan debitur UMKM yang memenuhi klasifikasi dapat dihapus tagih sesuai kriteria PP HBHT,” ucap Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae di Jakarta, Senin (27/1/2025), dilansir dari Antara.

    OJK bersama pemerintah dan Himbara terus berkoordinasi secara berkala untuk mendukung pelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang Penghapusan Piutang Macet kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (PP HBHT).

    Kebijakan penghapusan piutang macet ini mencakup berbagai sektor UMKM, seperti pertanian, perkebunan, dan peternakan; perikanan dan kelautan; serta sektor lain, termasuk mode, kuliner, dan industri kreatif.  

    Sebelumnya, Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Maman Abdurrahman, menyampaikan bahwa pemerintah telah menghapus utang sekitar 67.000 debitur UMKM di seluruh Indonesia dengan total nilai mencapai Rp2,5 triliun.  

    Dalam pernyataannya setelah menghadiri rapat kabinet di Istana Kepresidenan Bogor pada Jumat (3/1/2025), Maman menjelaskan bahwa ini merupakan langkah awal dari target yang lebih besar, yaitu menghapuskan utang lebih dari 1 juta debitur UMKM dengan total nilai Rp14 triliun.  

    “Ada sekitar satu juta debitur UMKM yang telah tercatat dalam hapus buku. Saat ini, 67.000 di antaranya sudah memenuhi syarat untuk hapus tagih,” ungkapnya.  

    Menurut Maman, debitur yang telah mendapatkan status hapus tagih dapat kembali mengakses pembiayaan baru, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk bangkit dan mengembangkan usahanya lagi.  

    Sebagai informasi, hapus buku merupakan tindakan administratif yang dilakukan untuk menghapus kredit macet dari neraca, tanpa menghapus hak tagih dari debitur. Sedangkan hapus tagih adalah tindakan bank untuk menghapus kewajiban debitur atas kredit yang tidak dapat diselesaikan dengan menghilangkan hak tagih. Hapus tagih ini yang menjadi sasaran program pemerintah untuk melakukan penghapusan utang UMKM.

  • Gelar Pahlawan Nasional dalam Selubung Politisasi Abadi

    Gelar Pahlawan Nasional dalam Selubung Politisasi Abadi

    Lanjutan dari Tulisan Seri khas VOI, “Menjadi Pahlawan Nasional”. Dalam artikel “Garis Rezim dan Para Pahlawan Nasionalnya”, kita sudah melihat daftar pahlawan nasional yang ditetapkan pemerintah Indonesia dari rezim ke rezim. Semakin banyak pahlawan tentu makin baik. Masalahnya, selain kajian terhadap fakta sejarah, pertimbangan penetapan pahlawan nasional di negeri ini juga kerap didasari pada keputusan politis.

    Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Basuki Rahmat memulai karier militernya pada masa pendudukan Jepang. Tahun 1943, tepatnya. Kala itu, ia bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Di masa kemerdekaan, Basuki bergabung menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Kariernya lancar, berlanjut hingga ia diangkat menjadi Kepala Kodam V Brawijaya. Di tahun 1966, saat Presiden Sukarno mendirikan Kabinet Dwikora, Basuki Rahmat diangkat menjadi Menteri Veteran dan Demobilisasi.

    Di posisi ini lah sorotan paling tajam mengarah kepadanya. Ia dianggap berperan besar dalam terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret alias Supersemar. 1966 menjadi tahun yang sangat kacau. Sejak Januari, mahasiswa berdemonstrasi menuntut Presiden Sukarno mundur. Aksi itu berlangsung hingga Maret 1966. Pada 11 Maret di tahun yang sama, Sukarno melangsungkan sidang Kabinet Dwikora.

    Persidangan mendadak dihentikan karena beredarnya kabar tentang pergerakan ribuan demonstran ke Istana Merdeka, tempat sidang digelar. Sukarno pun langsung bergeser ke Istana Bogor. Di Istana Bogor, Basuki bersama tiga jenderal lain, Brigjen M. Jusuf, Brigjen Amir Machmud, dan Mayjen Maraden Panggabean menemui Sukarno. Keempatnya datang membawa map berisi surat yang telah diketik oleh orang kepercayaan Soeharto, Ali Moertopo. Surat itu yang di kemudian hari kita kenal dengan Supersemar.

    Suasana pertemuan antara Sukarno dan empat jenderal berlangsung tegang. Sukarno langsung protes ketika para jenderal di hadapannya memberikan surat dengan kop Angkatan Darat.”Lho, diktumnya kok diktum militer, bukan diktum kepresidenan,” ujar Sukarno dalam buku yang ditulis Sukardjo, Mereka Menodong Bung Karno: Kesaksian Seorang Pengawal Presiden (2008).

    Merespons protes Sukarno, Basuki berujar, “Untuk mengubah, waktunya sangat sempit. Tandatangani sajalah, paduka. Bismillah,” katanya. Ucapan Basuki ditimpali oleh Maraden Panggabean dengan mencabut pistol FN 46 dan menodongkannya ke arah Sukarno. Melihat itu, Sukardjo dengan cepat mencabut pistol dan mengarahkannya ke arah para jenderal.

    Tak ingin ada pertumpahan darah, Sukarno mengalah. Surat yang kini dikenal dengan Supersemar itu pun ditandatangani. “Jangan! Jangan! Ya, sudah kalau mandat ini harus kutandatangani. Tetapi, nanti kalau masyarakat sudah aman dan tertib, mandat ini dikembalikan kepadaku,” ungkap Sukarno. Setelah Supersemar ditandatangani, keempat Jenderal tersebut pergi, kembali ke Jakarta, menyerahkan pada Soeharto.

    Supersemar lantas jadi pintu masuk Soeharto ke kursi kekuasaan. Supersemar secara sakti juga memberi dampak pada berubahnya tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbekal Supersemar, Soeharto bergerak membubarkan PKI. Pembubaran dilakukan dengan mengatasnamakan Sukarno. Suharto kemudian bahkan menerbitkan Keputusan Presiden No. 1/3/1966 perihal pembubaran PKI dan menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang.

    Sejak rangkaian perstiwa itu, Basuki jadi makin lekat dengan Suharto. Ia diangkat sebagai Menteri Dalam Negeri di Kabinet Pembangunan I periode 1968-1973. Basuki juga jadi pemegang rekor penerima gelar pahlawan nasional dalam proses paling singkat. Gelar pahlawan nasional untuk Basuki diberikan Soeharto pada 9 Januari 1969, satu hari setelah Basuki meninggal. Basuki juga dianugerahi kenaikan pangkat secara Anumerta menjadi Jenderal TNI.

    Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Basuki jadi sorotan. Gelar tersebut dianggap terlalu politis. Temuan-temuan fakta tentang keterlibatan Basuki dalam penggulingan Sukarno pun jadi catatan yang membuat gelar pahlawan nasionalnya dipertanyakan banyak pihak hingga hari ini.

    Polistisasi gelar pahlawan nasional

    Penulis buku Proklamasi: Sebuah Rekonstruksi, Osa Kurniawan Ilham menyoroti politisnya pemberian gelar pahlawan nasional di masa-masa prareformasi –Orde Lama dan Orde Baru. Basuki Rahmat bukan satu-satunya tokoh yang gelar pahlawannya patut dipertanyakan. Menurut Osa, pemberian gelar pahlawan terhadap Siti Hartinah (Bu Tien) juga jadi pertanyaan.

    “Ada satu kasus yang politis juga. Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Ibu Tien Soeharto. Jasanya (Bu Tien) apa? Karena mendampingi Soeharto?” tutur Osa kepada VOI, Rabu 20 November.

    Bukan cuma di zaman Soeharto. Pemberian gelar pahlawan nasional di zaman Sukarno pun dilakukan tanpa prosedur yang jelas. Sama seperti masa Soeharto. Pemberian gelar pahlawan nasional di era Sukarno juga sarat dengan subjektivitas dan kepentingan politik. Penetapan nama Sutan Sjahrir, misalnya. Gelar pahlawan nasional Sjahrir diberikan pada tahun 1966, satu hari setelah ia meninggal di Swiss dalam status sebagai tahanan politik.

    Penganugerahan gelar kepada Sjahrir juga dipercaya sebagai upaya Sukarno menjaga keseimbangan politik kala itu. Dua tahun sebelum kematian Sjahrir, tepatnya 1964, jadi tahun paling banyak Sukarno mengobral gelar pahlawan nasional. Setidaknya ada sepuluh tokoh yang diberikan gelar pahlawan nasional. Komposisinya beragam. Dua orang dari TNI, dua dari Nahdlatul Ulama (NU), dua dari Muhammadiyah, dan tiga dari unsur perempuan. Dan Sjahrir adalah representasi dari Nasakom, unsur komunis kala itu.

    Seiring waktu, Indonesia mulai memberlakukan mekanisme dan prosedur yang lebih terstruktur terkait pemberian gelar pahlawan nasional. Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Kehormatan jadi jawaban. Tak sempurna. Namun, setidaknya UU 20/2009 dapat menjadi rumusan jelas atas konsepsi kepahlawanan nasional. Ini jelas penting demi meminimalisir intervensi negara dengan pertimbangan-pertimbangan yang tak sesuai konsepsi kepahlawanan itu sendiri.

    Tetap politis

    Zaman berganti. Mekanisme terstruktur pun telah dibentuk lewat UU 20/2009. Pemberian gelar pahlawan nasioan tetap dilakukan, hanya bentuk politisasinya saja yang berubah. Hari ini, pemberian gelar pahlawan masih menjadi kehormatan. Hal itu kerap dimanfaatkan untuk mendongkrak perolehan suara seseorang dalam kontestasi politik.

    “Tak jarang kan ada anak atau cucu tokoh penting di suatu daerah yang memerlukan itu sebagai atribusi historis untuk kepentingan politiknya,” kata sejarawan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Abdul Syukur, ditulis Historia.id.

    Bentuk politisasi lain dari gelar pahlawan nasional hari ini juga dilakukan oleh pemerintah daerah. Gelar pahlawan nasional pada dasarnya adalah kebanggaan bagi sebuah daerah. Keberadaan pahlawan nasional di sebuah daerah dapat dijadikan barometer keberhasilan sebuah daerah dalam sumbangsih untuk negeri.

    Untuk mewujudkan respresentasi pahlawan nasional dalam suatu daerah, pemerintah daerah bahkan rela menggelontorkan dana besar untuk menjalani prosedur pengajuan ke Kementerian Sosial (Kemensos). Biaya tersebut dibutuhkan untuk riset, seminar, hingga pembuatan biografi.

    Biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan representasi pahlawan nasional tak kecil. Berkisar antara ratusan juta hingga miliaran rupiah. Biaya itu biasanya diperoleh dari kas negara, sponsor, atau pun perusahaan-perusahaan swasta besar yang bertempat di sebuah daerah.

    “Kalau berhasil (jadi pahlawan nasional) berarti orang ini berhasil mengangkat nama daerah,” kata Abdul.

    Artikel Selanjutnya: “Sisi Gelap Pahlawan Nasional: Basuki Rahmat dalam Penggulingan Sukarno”

  • Prabowo Wajibkan Perusahaan Tempatkan Devisa Hasil Ekspor di Perbankan Dalam Negeri  – Halaman all

    Prabowo Wajibkan Perusahaan Tempatkan Devisa Hasil Ekspor di Perbankan Dalam Negeri  – Halaman all

    – Presiden Prabowo Subianto akan mewajibkan semua perusahaan menempatkan devisa hasil ekspor yang diperoleh ditempatkan di perbankan dalam negeri. 

    Tayang: Rabu, 22 Januari 2025 16:43 WIB

    Istimewa

    Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas di Istana Kepresidenan Bogor. 

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto akan mewajibkan semua perusahaan penerima kredit dari bank-bank pelat merah agar menempatkan devisa hasil ekspor yang diperoleh ditempatkan di perbankan dalam negeri. 

    Keputusan tersebut disampaikan Presiden Prabowo di sidang kabinet paripurna di kantor Presiden di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/1/2025) sore. Sidang dihadiri oleh semua menteri kabinet merah putih.

    “Saya kira kita dalam waktu dekat akan mewajibkan perusahaan-perusahaan yang menerima kredit dari bank pemerintah harus menempatkan hasil penjualan ekspornya di bank di Indonesia,” ujar Presiden Prabowo saat memimpin sidang kabinet paripurna.

    Prabowo menjelaskan, kebijakan itu merupakan hal yang wajar. Pasalnya, usaha mereka terdorong dari kredit yang berasal dari pajak rakyat Indonesia.

    “Saya kira ini hanya wajar, ini masuk akal, mereka berusaha dengan dana yang bersumber dari rakyat Indonesia setelah mereka berusaha, mereka lakukan penjualan, hsl penjualannya kalau ditaro di bank-bank di Indonesia,” jelasnya.

    Prabowo menjelaskan, menyampaikan kebijakan itu akan segera berlaku dalam waktu sebulan ke depan. Setiap perusahaan diminta bersiap menyesuaikan kebijakan tersebut.

    “Ini saya kira akan segera keluar dan akan berlaku kurang lebih sebulan yang akan datang. Jadi ini adalah sesuatu yang logis dan masuk akal,” pungkasnya.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’4′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Pakar: Sishanud jadi urgen dalam transfer teknologi Indonesia-Jepang

    Pakar: Sishanud jadi urgen dalam transfer teknologi Indonesia-Jepang

    Jika menguasainya pun, belum tentu akan ditransfer ke industri pertahanan (indhan) Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Pakar keamanan dan pertahanan Universitas Pertamina Ian Montratama mengatakan bahwa sistem pertahanan udara (sishanud) menjadi urgen dalam transfer teknologi antara Indonesia dengan Jepang.

    “Dengan proliferasi rudal jelajah dan hipersonik, yang urgen adalah sistem pertahanan udara berbasis radar aktif, radar pasif, dan rudal pertahanan udara jarak jauh dan menengah,” kata Ian saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu.

    Ia menyampaikan pernyataan tersebut untuk merespons kesepakatan kerja sama yang dilakukan Presiden RI Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengenai transfer teknologi alat utama sistem senjata (alutsista), dan alat pertahanan dan keamanan (alpahankam).

    Walaupun demikian, dia memandang bahwa Jepang belum tentu menguasai sishanud berbasis radar tersebut, meskipun transfer teknologi tersebut dinilai urgen pada saat ini.

    “Jika menguasainya pun, belum tentu akan ditransfer ke industri pertahanan (indhan) Indonesia,” ujarnya.

    Sebelumnya, kerja sama pertahanan untuk transfer teknologi antara Indonesia dengan Jepang disepakati setelah Perdana Menteri Jepang melakukan kunjungan kenegaraan ke Istana Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/1).

    Selain transfer teknologi, kedua negara juga sepakat membentuk forum diskusi antarpraktisi pertahanan, dan menyelenggarakan pertemuan 2+2 antara menteri luar negeri dan menteri pertahanan dua negara.

    “Dalam hubungan bilateral di bidang jaminan keamanan, telah disepakati membuat forum diskusi di tingkat praktisi pertahanan terkait jaminan keamanan maritim kedua negara, termasuk kerja sama untuk peralatan pertahanan dan transfer teknologi dan sebagainya,” kata Perdana Menteri Ishiba saat menyampaikan pernyataan bersama Presiden Prabowo di Ruang Teratai, Istana Kepresidenan Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/1).

    Pewarta: Rio Feisal
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pakar sambut baik kapal patroli hibah dari Jepang untuk Bakamla

    Pakar sambut baik kapal patroli hibah dari Jepang untuk Bakamla

    Jakarta (ANTARA) – Pakar keamanan dan pertahanan Universitas Pertamina Ian Montratama menyambut baik pemberian kapal patroli dari Jepang untuk Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI.

    “Ya bagus karena lautan kita luas, dan kita masih butuh kapal patroli,” kata Ian saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Walaupun demikian, dia menjelaskan bahwa pemberian kapal patroli oleh Jepang tersebut bukan merupakan yang pertama.

    “Jepang pernah memberikan sejumlah kapal patroli ke Bakamla untuk keamanan maritim di Selat Malaka,” jelasnya.

    Sementara itu, dia mengatakan bahwa selain Bakamla, saat ini kapal patroli juga masih dibutuhkan untuk instansi lain, seperti TNI Angkatan Laut, Kepolisian Perairan (Polair), hingga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sehingga pemberian dari Jepang tersebut dinilai hal baik untuk Indonesia.

    Sebelumnya, pemberian kapal patroli disampaikan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba saat melakukan kunjungan kenegaraan di Istana Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/1).

    Perdana Menteri Ishiba menjelaskan bahwa pemberian tersebut dilakukan melalui kerangka kerja sama official security assistant.

    Terkait hibah kapal itu, Bakamla RI telah meneken kerja sama pembuatan satu kapal patroli lepas pantai (OPV) buatan galangan kapal Jepang Mitsubishi Shipbuilding Co., Ltd. yang merupakan hibah dari Pemerintah Jepang.

    Pembangunan satu unit kapal patroli itu dibiayai sepenuhnya oleh Jepang melalui Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).

    Adapun Kepala Bakamla RI Laksamana Madya TNI Irvansyah di Jakarta, Selasa (14/1), berharap kapal patroli hibah dari Jepang tersebut dapat segera selesai pada saat tahap pembuatan telah dimulai. Namun, dia memperkirakan kapal tersebut baru selesai dibuat pada 2026.

    Pewarta: Rio Feisal
    Editor: Tasrief Tarmizi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Dengan gotong-royong bertekad 0% kemiskinan

    Dengan gotong-royong bertekad 0% kemiskinan

    Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.

    Arsjad Rasjid: Dengan gotong-royong bertekad 0% kemiskinan
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 13 Januari 2025 – 13:40 WIB

    Elshinta.com – Sejumlah pengusaha berkumpul di Istana Bogor Jawa Barat pada jamuan makan siang bersama dengan Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba. Diantara sejumlah pengusaha yang hadir nampak terlihat Sanny Iskandar, Arsjad Rasjid, Garibaldi Thohir, Anindya Bakrie serta sejumlah pengusaha lainnya.

    Menurut Arsjad Rasjid yang memegang teguh prinsip gotong-royong sebagai salah satu nilai khas Indonesia dalam berwirausaha, dirinya melihat peluang besar untuk memperkuat kerjasama yang saling menguntungkan.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Makan Bergizi Gratis di Jakarta Selatan Mulai Dilakukan, Tidak Ada Susu – Page 3

    Makan Bergizi Gratis di Jakarta Selatan Mulai Dilakukan, Tidak Ada Susu – Page 3

    Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa Jepang berminat untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam program makan bergizi gratis. Prabowo menyampaikan Jepang telah memiliki pengalaman puluhan tahun menjalankan program makan bergizi gratis.

    “Mereka (Jepang) juga berminat untuk bantu di bidang makan bergizi karena mereka pun punya pengalaman di bidang itu sudah 80 tahun,” kata Prabowo usai melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba di Istana Bogor Jawa Barat, Sabtu (11/1/2025).

    Makan bergizi gratis sendiri merupakan program unggulan Prabowo yang mulai dijalankan sejak 6 Januari 2025. Prabowo mengatakan Jepang menawarkan untuk memberikan pelatihan terkait program tersebut.

    “Dan mereka yang menawarkan inisiatif mereka untuk ikut membantu mungkin dengan pelatihan, dan lain sebagainya,” ujarnya.

    Dalam pertemuan ini, Prabowo mengajak Jepang terlibat dalam program industrialisasi Indonesia, terutama di bidang hilirisasi. Dia juga mengajak Jepang bekerja sama di berbagai bidang.

    “Saya undang mereka untuk ikut dalam kerjasama di bidang pangan, di bidang maritim, di bidang energi, perikanan, dan sebagainya,” tutur Prabowo.

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto membeberkan sejumlah program prioritas pemerintahannya selama lima tahun mendatang saat bertemu Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba di Istana Bogor Jawa Barat, Sabtu (11/1/2025). Mulai dari, swasembada pangan, swasembada energi, hingga hilirisasi dan industrialisasi.

    “Sebagaimana yang mulia sudah mungkin mempelajari, pemerintah yang saya pimpin memiliki prioritas-prioritas yang penting yang akan kami laksanakan,” kata Prabowo saat melakukan pertemuan bilateral dengan PM Ishiba di Istana Kepresidenan Bogor, Sabtu (11/1/2025).

    “Yang pertama adalah swasembada pangan. Yang kedua swasembada energi. Yang ketiga adalah hilirisasi dan industrialisasi dari sumber daya alam kita,” sambungnya.

     

    Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka

    Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence