Tempat Fasum: Hotel Raffles

  • Prabowo dan Wakil PM Rusia Bahas Kerja Sama Ekonomi di Istana

    Prabowo dan Wakil PM Rusia Bahas Kerja Sama Ekonomi di Istana

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan Wakil Perdana Menteri Pertama Federasi Rusia Denis V. Manturov dalam rangka memulai kembali dialog tingkat tinggi antara Indonesia dan Rusia.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pertemuan ini sempat tertunda akibat pandemi Covid-19.

    “Sebetulnya DPM Manturov hadir untuk dalam rangka high level dialog dengan Indonesia. Dan ini sudah kemarin sempat terhenti akibat COVID-19 dan ini akan dimulai kembali,” ujarnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (15/4).

    Selain pertemuan resmi, Airlangga menaku bahwa delegasi Rusia juga menggelar acara budaya bertajuk Malam Kebudayaan Rusia di Hotel Raffles, Jakarta, sebagai bagian dari upaya mempererat hubungan bilateral kedua negara. 

    Dalam pertemuan tersebut, Manturov menyampaikan dua undangan penting kepada Presiden Ke-8 RI itu yakni menghadiri parade nasional di Rusia serta menghadiri St. Petersburg Economic Forum (SPEF). Forum ekonomi tersebut diharapkan menjadi momentum penandatanganan sejumlah nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Rusia di berbagai bidang.

    “Diharapkan Bapak Presiden bisa hadir. Dan ada beberapa milestone kerjasama yang akan dibuat Memorandum of Understanding. Nah, itu termasuk beberapa kerjasama ekonomi maupun kerjasama strategis,” ucapnya

    Dia melanjutkan bahwa Rusia juga menyampaikan ketertarikan untuk memperluas konektivitas penerbangan langsung dari Moskow ke Indonesia.

    Pihak Rusia, kata Airlangga, bahkan meminta masukan terkait destinasi yang dinilai potensial untuk rute penerbangan baru. Selain itu, dibahas pula upaya mempermudah sistem keuangan bagi wisatawan Rusia yang ingin berkunjung ke Indonesia. 

    “Dan tentunya pihak Rusia juga mengharapkan bisa menambah daripada jumlah pesawat. Dan mereka menanyakan destinasi mana yang cocok untuk penerbangan langsung dari Moskow,” imbuhnya.

    Kerja sama di sektor investasi juga menjadi agenda penting, termasuk dorongan untuk menyelesaikan pembahasan Eurasia Free Trade Agreement (EFTA) antara Indonesia dan negara-negara Uni Ekonomi Eurasia.

    Airlangga menyebut, diharapkan saat kunjungan Presiden ke St. Petersburg, semua materi EFTA sudah dapat difinalisasi.

    Terkait isu penurunan tarif, Airlangga menegaskan bahwa Indonesia dan Rusia tidak memiliki hambatan signifikan dalam hal tarif perdagangan.

    “Indonesia dengan Rusia relatif tidak ada isu mengenai tarif, karena masing-masing pihak tarifnya relatif rendah,” ujarnya. 

    Airlangga juga menegaskan bahwa pertemuan Presiden dengan DPM Rusia merupakan bagian dari rutinitas diplomasi bilateral.

    “Dan pertemuan antara DPM dengan Pak Presiden itu seperti pertemuan bilateral yang lain. Jadi memang Bapak Presiden menerima banyak negara dan diterima langsung oleh beliau. Ini sesuatu yang biasa saja,” pungkas Airlangga.

  • Prabowo diundang hadiri Victory Day dan Forum Ekonomi di Rusia

    Prabowo diundang hadiri Victory Day dan Forum Ekonomi di Rusia

    Jakarta, Genta Tenri Mawangi (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Presiden RI Prabowo Subianto menerima undangan resmi dari Pemerintah Rusia untuk menghadiri dua agenda penting di Negeri Beruang Merah.

    Airlangga mengatakan undangan tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Pertama Perdana Menteri Federasi Rusia Denis Manturov, dalam pertemuan dengan Presiden Prabowo di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, sore ini.

    “Dalam pertemuan tadi, DPM Manturov mengundang Bapak Presiden untuk hadir dalam parade Victory Day di Rusia dan juga dalam St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF),” ujar Airlangga usai mendampingi Presiden dalam pertemuan itu.

    Dikatakan Airlangga, pertemuan ini merupakan bagian dari kelanjutan dialog tingkat tinggi antara Indonesia dan Rusia yang sempat tertunda akibat pandemi COVID-19.

    Menurut Airlangga, dialog tersebut kini akan dimulai kembali, membuka peluang bagi kerja sama bilateral yang lebih erat, baik dalam bidang ekonomi maupun sektor strategis lainnya.

    Selain menghadiri parade pada awal Mei 2025, dan forum ekonomi, kata Airlangga, kehadiran Presiden Prabowo di SPIEF juga diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam menjalin kerja sama internasional.

    Beberapa kesepakatan penting direncanakan akan dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) antara kedua negara, kata Airlangga menambahkan.

    Sebelumnya, DPM Manturov juga turut menghadiri acara Malam Kebudayaan Rusia yang digelar di Hotel Raffles, Jakarta, sebagai bagian dari rangkaian kunjungan resmi ke Indonesia.

    Sementara itu, dalam acara Forum Bisnis Indonesia-Rusia, di Jakarta, Senin (14/4), Airlangga mengatakan bahwa Indonesia dan Rusia menjajaki peluang kerja sama investasi di berbagai sektor strategis seperti teknologi, pariwisata, kesehatan, dan pendidikan.

    Airlangga menekankan pentingnya sinergi antara pelaku usaha kedua negara, terutama dalam bidang energi terbarukan, manufaktur, dan ekonomi digital.

    Pemerintah Indonesia mendorong investasi melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan kebijakan hilirisasi industri, sekaligus menargetkan pertumbuhan ekonomi digital nasional hingga 1 triliun dolar AS pada 2030.

    Sementara itu, Rusia menyampaikan komitmen untuk memperkuat kerja sama di bidang pertanian dan energi, serta berharap perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) dapat segera terwujud.

    Pewarta: Andi Firdaus
    Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
    Copyright © ANTARA 2025

  • Daftar Opor Ayam Termahal di Dunia, Harganya Bikin Geleng-Geleng – Page 3

    Daftar Opor Ayam Termahal di Dunia, Harganya Bikin Geleng-Geleng – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Opor ayam adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang terkenal dengan cita rasa gurih dan kaya rempah. Meski umumnya dianggap sebagai makanan rumahan atau hidangan khas Lebaran, beberapa restoran dan hotel berbintang telah menghadirkan versi opor ayam premium dengan harga fantastis.

    Berikut adalah daftar opor ayam termahal di dunia berdasarkan kompliasi beberapa situs resmi hotel di dunia:

    1.Opor Ayam di The Mulia, Bali – Rp 750.000 per Porsi

    The Mulia Bali, salah satu hotel bintang lima paling mewah di Indonesia, pernah menyajikan opor ayam dengan bahan premium seperti ayam organik pilihan, santan segar dari kelapa terbaik, dan rempah-rempah impor.

    Penyajiannya pun sangat eksklusif dengan plating mewah di restoran kelas atas.

    2. Opor Ayam Sultan di Hotel Raffles Jakarta – Rp 1.200.000 per Porsi

    Hotel Raffles di Jakarta menyajikan “Opor Ayam Sultan”, hidangan spesial yang hanya tersedia pada momen tertentu seperti Lebaran dan Natal.

    Hidangan ini menggunakan ayam kampung berkualitas tinggi, tambahan jamur truffle hitam, dan taburan emas 24 karat sebagai garnish, menjadikannya salah satu harga opor ayam termahal di dunia.

     

  • Airlangga Tawarkan Nikel RI ke Produsen Mobil Listrik Vietnam VinFast

    Airlangga Tawarkan Nikel RI ke Produsen Mobil Listrik Vietnam VinFast

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menawarkan kerja sama dengan produsen mobil listrik asal Vietnam, VinFast. Airlangga menyatakan Indonesia siap menyediakan nikel untuk bahan baku baterai mobil listrik dari VinFast.

    Penawaran tersebut disampaikan Airlangga dalam forum Vietnam-Indonesia High-Level Business Dialogue di Hotel Raffles, Jakarta Selatan pada Senin (10/3/2025). Turut hadir Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam (PKV) To Lam beserta jajaran pejabat Negeri Naga Biru itu.

    Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah menyambut baik ekspansi VinFast ke pasar Indonesia. Kendati demikian, sambungnya, ekspansi tersebut juga bisa berlanjut ke kerja sama di level yang lebih tinggi.

    “Indonesia juga merupakan salah satu produsen nikel terbesar atau bahan baku baterai kendaraan listrik. [Kami] bersedia bekerja sama dengan VinFast,” ujar Airlangga ketika memberikan sambutan.

    Menurut politisi Partai Golkar itu, kerja sama tersebut akan saling menguntungkan kedua negara. Dia meyakini Indonesia dan Vietnam memiliki kemampuan ekonomi, sistem, dan rantai pasok yang saling melengkapi termasuk di bidang kendaraan listrik. “Sehingga, produk kita akan kompetitif di pasar global,” jelasnya.

    Dia menekankan bahwa mengindentifikasi dan mengeksekusi potensi kerja sama akan mengakselerasi meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedua negara.

    Di samping itu, Airlangga menjelaskan notabenenya perdagangan antara Vietnam dan Indonesia sudah bebas tarif karena kesepakatan Asean Trade in Goods Agreement (ATIGA). Hanya saja, sambungnya, kedua negara masih mempunyai kebijakan non-tarif (non-tariff measures) yang berkaitan dengan pembatasan hingga sanksi perdagangan.

    “Oleh karena itu, kami meminta semua menteri dari kedua belah pihak untuk bekerja sama dan mengatasi masalah ini. Diharapkan dengan mengatasi masalah ini, perdagangan kita akan meningkat secara eksponensial,” ucap Airlangga.

    Dia pun menekankan bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Vietnam sudah terjadi selama 70 tahun. Oleh sebab itu, dia meyakini kedua negara harus memperkuat kerja sama pada level yang lebih tinggi.

    Apalagi, lanjutnya, jumlah populasi Indonesia dan Vietnam hampir mencapai 400 juta. Airlangga pun meyakini kerja sama tidak hanya menguntungkan kedua negara, tetapi juga dunia.

    Airlangga mencatat bahwa nilai perdagangan bilateral antara Vietnam dan Indonesia sudah mencapai US$15 miliar pada 2024. Pada 2028, nilai perdagangan bilateral kedua negara ditargetkan mencapai US$18 miliar.

    Sementara itu, To Lam mengapresiasi semakin eratnya kerja sama investasi dan perdagangan antara Vietnam dan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dia berharap persahabatan kedua negara bisa terus berlanjut di masa mendatang.

    Orang nomor satu di partai penguasa Vietnam itu turut berharap agar para pelaku usaha di kedua negara bisa lebih jauh mengeksplorasi peluang dan memperluas investasi di bidang sains dan teknologi, inovasi, penelitian dan pengembangan; semikonduktor, manufaktur chip, AI, IOT; energi baru seperti hidrogen, energi terbarukan; keuangan, pusat keuangan; hingga perawatan kesehatan, dan bioteknologi.

    Menurutnya, sektor-sektor tersebut memiliki potensi besar baik di Vietnam maupun Indonesia. Apalagi, lanjutnya, sektor-sektor tersebut membutuhkan dukungan investasi.

  • Airlangga Teken Komitmen Kerja Sama RI-Vietnam Bidang Teknik dan Ekonomi Digital

    Airlangga Teken Komitmen Kerja Sama RI-Vietnam Bidang Teknik dan Ekonomi Digital

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Perindustrian dan Perdagangan Vietnam Nguyen Hong Dien meneken surat kesepakatan awal atau letter of intent tentang kerja sama bidang teknik dan ekonomi digital.

    Penandatanganan tersebut diungkapkan oleh Airlangga dalam forum Vietnam-Indonesia High-Level Business Dialogue di Hotel Raffles, Jakarta Selatan pada Senin (10/3/2025). Turut hadir Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam (PKV) To Lam beserta jajaran pejabat Negeri Naga Biru itu.

    Airlangga meyakini kerja sama pengembangan kapasitas di bidang teknik dan ekonomi digital akan mengembangkan kapasitas para insinyur dan teknolog baik di Indonesia maupun Vietnam.

    “Untuk mempromosikan berbagai ekonomi digital, termasuk TIK [teknologi informasi dan komunikasi], semikonduktor, industri kendaraan listrik, dan menjajaki potensi kolaborasi,” lanjut Airlangga ketika memberikan sambutan.

    Politisi Partai Golkar itu menekankan bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Vietnam sudah terjadi selama 70 tahun. Oleh sebab itu, dia meyakini kedua negara harus memperkuat kerja sama di level yang lebih tinggi.

    Apalagi, sambungnya, jumlah populasi Indonesia dan Vietnam hampir mencapai 400 juta. Airlangga pun melihat kerja sama tersebut tidak hanya menguntungkan kedua negara namun juga dunia.

    Dia mencontohkan Indonesia dan Vietnam memperluas kerja sama di bidang ekonomi digital, seperti memberlakukan transaksi lintas batas karena akan mempercepat kegiatan ekonomi.

    Sedangkan di bidang teknologi, dia mengungkapkan pemerintah menyambut baik perusahaan raksasa teknologi Vietnam, FPT, yang telah memperluas jaringan di Indonesia. Menurutnya, FPT telah bekerja sama dengan Pertamina, Ciputra, dan Metrodata di bidang energi, perbankan, TIK, serta di bidang AI, blockchain, serta komputasi awan (cloud computing).

    “Indonesia dan Vietnam perlu fokus pada produksi produk bernilai tambah tinggi,” jelas Airlangga.

    Lebih lanjut, Airlangga mencatat bahwa nilai perdagangan bilateral antara Vietnam dan Indonesia sudah mencapai US$15 miliar pada 2024. Pada 2028, nilai perdagangan bilateral kedua negara ditargetkan mencapai US$18 miliar.

    Dia menekankan bahwa Indonesia dan Vietnam memiliki cita-cita yang sama yaitu mencapai status negara berpendapatan tinggi pada 2045. Oleh sebab itu, Airlangga menggarisbawahi pentingnya kerja sama antar kedua negara agar bisa bersama mencapai cita-cita Era Keemasan tersebut.

    “Saya optimis bahwa Indonesia dan Vietnam dapat membangun kemitraan yang menguntungkan bangsa kita dan berkontribusi bagi masyarakat global. Saya berharap dapat memperkuat kemitraan kita dan mengeksplorasi lebih jauh peluang-peluang antara Indonesia dan Vietnam,” tutup Airlangga.

    Sementara itu, To Lam mengapresiasi semakin eratnya kerja sama investasi dan perdagangan antara Vietnam dan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dia berharap persahabatan kedua negara bisa terus berlanjut di masa mendatang.

    Orang nomor satu di partai penguasa Vietnam itu turut berharap agar para lelaki usaha di kedua negara bisa lebih jauh mengeksplorasi peluang dan memperluas investasi di bidang sains dan teknologi, inovasi, penelitian dan pengembangan; semikonduktor, manufaktur chip, AI, IOT; energi baru seperti hidrogen, energi terbarukan; keuangan, pusat keuangan; hingga perawatan kesehatan, dan bioteknologi.

    Menurutnya, sektor-sektor tersebut memiliki potensi besar baik di Vietnam maupun Indonesia. Apalagi, lanjutnya, sektor-sektor tersebut membutuhkan dukungan investasi.

  • Airlangga Minta Tak Ada Hambatan Perdagangan di Depan Sekjen Partai Komunis Vietnam

    Airlangga Minta Tak Ada Hambatan Perdagangan di Depan Sekjen Partai Komunis Vietnam

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta agar tidak ada kebijakan yang menghalangi kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Vietnam.

    Permintaan itu disampaikan Airlangga dalam forum Vietnam-Indonesia High-Level Business Dialogue di Hotel Raffles, Jakarta Selatan pada Senin (10/3/2025). Dalam forum ini turut hadir Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam To Lam beserta jajaran pejabat Negeri Naga Biru itu.

    Airlangga menjelaskan notabenenya perdagangan antara Vietnam dan Indonesia sudah bebas tarif karena kesepakatan ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). Hanya saja, sambungnya, kedua negara masih mempunyai kebijakan non-tarif (non-tariff measures) yang berkaitan dengan pembatasan hingga sanksi perdagangan.

    “Oleh karena itu, kami meminta semua menteri dari kedua belah pihak untuk bekerja sama dan mengatasi masalah ini. Diharapkan dengan mengatasi masalah ini, perdagangan kita akan meningkat secara eksponensial,” ujar Airlangga ketika memberikan sambutan.

    Apalagi, politisi Partai Golkar itu menekankan bahwa Indonesia dan Vietnam memiliki komoditas unggulan yang hampir sama terutama di bidang pertanian. Dia pun meyakini kerja sama di rantai pasok akan menguntungkan kedua negara.

    Lebih lanjut, Airlangga mencatat bahwa nilai perdagangan bilateral antara Vietnam dan Indonesia sudah mencapai US$15 miliar pada 2024. Pada 2028, nilai perdagangan bilateral kedua negara ditargetkan mencapai US$18 miliar.

    Dia menekankan bahwa Indonesia dan Vietnam memiliki cita-cita yang sama yaitu mencapai status negara berpendapatan tinggi pada 2045. Oleh sebab itu, Airlangga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antar kedua negara agar bisa bersama mencapai cita-cita Era Keemasan tersebut.

    “Saya optimis bahwa Indonesia dan Vietnam dapat membangun kemitraan yang menguntungkan bangsa kita dan berkontribusi bagi masyarakat global. Saya berharap dapat memperkuat kemitraan kita dan mengeksplorasi lebih jauh peluang-peluang antara Indonesia dan Vietnam,” tutup Airlangga.

    Sementara itu, To Lam mengapresiasi semakin eratnya kerja sama investasi dan perdagangan antara Vietnam dan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dia berharap persahabatan kedua negara bisa terus berlanjut di masa mendatang.

    Orang nomor satu di partai penguasa Vietnam itu turut berharap agar para lelaki usaha di kedua negara bisa lebih jauh mengeksplorasi peluang dan memperluas investasi di bidang sains dan teknologi, inovasi, penelitian dan pengembangan; semikonduktor, manufaktur chip, AI, IOT; energi baru seperti hidrogen, energi terbarukan; keuangan, pusat keuangan; hingga perawatan kesehatan, dan bioteknologi.

    Menurutnya, sektor-sektor tersebut memiliki potensi besar baik di Vietnam maupun Indonesia. Apalagi, lanjut To Lam, sektor-sektor tersebut membutuhkan dukungan investasi.

  • 70 Tahun Hubungan Diplomatik, Dubes Vietnam Bidik US Miliar Perdagangan dengan RI

    70 Tahun Hubungan Diplomatik, Dubes Vietnam Bidik US$18 Miliar Perdagangan dengan RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Hubungan diplomatik Indonesia dan Vietnam telah terjalin tujuh dekade lamanya atau telah mencapai 70 tahun, dan terus berkembang di semua bidang baik politik, ekonomi, investasi, serta perdagangan.

    Duta Besar Vietnam untuk Indonesia dan Timor Leste Ta Van Thong menyampaikan bahwa Indonesia dan Vietnam telah menjadi mitra dagang untuk waktu yang cukup lama.

    Pada 2024, nilai perdagangan kedua negara telah mencapai US$16 miliar atau sekitar Rp260,4 triliun (asumsi kurs Rp16.280 per dolar AS) pada 2024. Sementara dalam tiga tahun ke depan, ditargetkan mencapai US$18 miliar.

    “Kedua negara kita bertujuan untuk mencapai target perdagangan dua arah yang baru sebesar US$18 miliar pada 2028. Ini adalah target baru yang ditetapkan oleh para pemimpin kita,” ungkapnya dalam acara 70thAnniversary of Indonesia—Vietnam Diplomatic Relations di Hotel Raffles, Jakarta pada Senin (24/2/2025).

    Ta Van Thong optimistis dapat mencapai target tersebut—bahkan lebih cepat—karena dirinya melihat potensi besar untuk meningkatkan perdagangan kedua negara.

    Dirinya meyakini masih banyak ruang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perdagangan dan investasi, seperti tekonologi tinggi, energi baru terbarukan, ekonomi digital, dan ekonomi hijau.

    Duta besar tersebut memamerkan bahwa Vietnam pun menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan ini, bahkan di dunia—sebagaimana Indonesia yang selalu memamerkan pertumbuhan ekonomi yang stabil.

    Terlepas dari ketidakpastian global, ekonomi Vietnam terus mempertahankan momentum yang kuat, dan dengan pertumbuhan PDB lebih dari 7% tahun lalu. Tahun ini, Vietnam membidik pertumbuhan ekonomi hingga 8%.

    Keistimewaan Vietnam lainnya, yakni negara tersebut telah memiliki perjanjian perdagangan bebas alias Free Trade Agreement (FTA) dengan 17 negara.

    Dalam lima tahun terakhir, neraca perdagangan Indonesia dan Vietnam terus mencatatkan surplus dengan bobot ekspor dan impor yang terus meningkat. Total perdagangan tercatat meningkat sekitar 12,4% (year on year/YoY) setiap tahunnya.

    Di mana pada 2020, ekspor Indonesia ke Vietnam mencapai US$4,9 miliar sementara impor senilai US$3,1 miliar. Pada 2024, angka tersebut meningkat dua kali lipat menjadi masing-masing US$8,6 miliar dan US$5,9 miliar.

    Produk yang rajin dikirim ke Vietnam, yakni batu bara, stainless steel, minyak dari kelapa sawit, tembaga, mobil, dan motor. Sementara Indonesia rajin mengimpor beras, kain, alas kaki, serta komponen mesin.

    Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Cristiawan Nasir turut optimistis akan perdagangan bilateral Indonesia dan Vietnam.

    Dirinya meyakini target tersebut akan tercapai lebih cepat dari 2028, seiring dengan realisasi ekspor impor yang meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir.

    “Ada waktu tiga tahun lagi [menuju 2028]. Melihat trennya, saya yakin bahwa target itu bisa dicapai sebelum 2028,” ungkapnya. 

  • RI Jajaki Pasar Timur Tengah hingga Eropa Timur, Buka Peluang Baru

    RI Jajaki Pasar Timur Tengah hingga Eropa Timur, Buka Peluang Baru

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) akan memperluas perjanjian perdagangan bilateral dengan menyasar kawasan Timur Tengah hingga Eropa Timur sebagai langkah membuka peluang baru di pasar nontradisional.

    Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa saat ini perdagangan bilateral Indonesia didominasi dengan China. Selain Negeri Tirai Bambu, dia menyebut Eropa dan AS juga memiliki porsi perdagangan bilateral yang besar terhadap Indonesia.

    “Tetapi kita tentu selalu membuka peluang mencari pasar. Salah satu pasar yang selalu kita cari adalah pasar di Timur Tengah, Afrika, dan juga di Eropa Timur. Itu adalah pasar non-tradisional yang selalu kita cari dan kita buka, karena potensinya memang ada,” kata Arrmanatha saat ditemui di sela-sela acara IVFA Gathering 2025: 70th Anniversary of Indonesia—Vietnam Diplomatic Relations di Hotel Raffles, Jakarta, Senin (24/2/2025).

    Apalagi, di tengah ketidakpastian dunia, Arrmanatha memandang bahwa Indonesia harus mencari pasar lain dan memperkuat keberadaan Indonesia di pasar-pasar tradisional, seperti Eropa, AS, China, Asia Tenggara. “Tapi kita juga harus membuka dan mencari pasar nontradisional lainnya,” ujarnya.

    Misalnya saja, dengan Vietnam, pemerintah menargetkan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Vietnam akan mencapai US$18 miliar atau sekitar Rp292,95 triliun (asumsi kurs Rp16.280 per dolar AS) pada 2028.

    “Tapi kalau melihat trennya, saya yakin target itu bisa tercapai sebelum 2028,” imbuhnya.

    Arrmanatha memandang, target yang akan tercapai sebelum 2028 itu seiring dengan perkembangan dan hubungan yang baik antara Indonesia dan Vietnam.

    Adapun, perdagangan bilateral antara Indonesia—Vietnam mencapai US$16 miliar atau sekitar Rp260,4 triliun pada 2024.

    Sementara itu, Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia—Vietnam (IVFA) sekaligus Managing Director Ciputra Group Budiarsa Sastrawinata mengatakan Indonesia menjadi magnet investor untuk menanamkan investasi di Tanah Air, termasuk Vietnam.

    Dalam hal sektor, misalnya, Budiarsa menyebut kendaraan listrik (electric vehicle/EV) hingga energi hijau saat ini menjadi gaya hidup, sekaligus membuka peluang untuk menggelontorkan investasi di Indonesia.

    “Buktinya investasi VinFast itu besar sekali. Karena mereka melihat peluang di Indonesia besar. Makanya mereka berani membangun pabrik VinFast di sini. VinFast juga sudah mulai membuka layanan taksi,” ujarnya.

    Budiarsa menyampaikan bahwa Vietnam melihat Indonesia sebagai peluang yang besar, seiring dengan 280 juta populasi. “Yang besar kan di ASEAN hanya tiga, Indonesia, Filipina, Vietnam. Jadi, mereka melihat satu sama lain sebagai peluang,” ungkapnya.

    Asal tahu saja, 2024 menjadi tonggak penting bagi investasi luar negeri Vietnam. Di Indonesia dengan nilai investasi yang mencapai US$41,81 juta, dengan kontribusi terbesar yang berasal dari ekosistem kendaraan listrik VinFast. Investasi ini ditandai dengan peresmian pabrik di Subang pada Juli serta peluncuran layanan taksi listrik Xanh SM pada Desember 2024.

  • IVFA: Perdagangan Bilateral RI-Vietnam Capai Rp260,4 triliun pada 2024

    IVFA: Perdagangan Bilateral RI-Vietnam Capai Rp260,4 triliun pada 2024

    Bisnis.com, JAKARTA — Perhimpunan Persahabatan Indonesia—Vietnam (IVFA) mengungkap perdagangan bilateral antara Indonesia—Vietnam mencapai US$16 miliar atau sekitar Rp260,4 triliun (asumsi kurs Rp16.280 per dolar AS) pada 2024.

    Ketua IVFA sekaligus Managing Director Ciputra Group Budiarsa Sastrawinata mengatakan perdagangan bilateral kedua negara mengalami pertumbuhan yang pesat yang didorong pertumbuhan ekonomi yang dinamis.

    “Indonesia kini menempati peringkat ketiga sebagai mitra dagang ASEAN terbesar bagi Vietnam, sementara Vietnam menempati posisi keempat bagi Indonesia,” kata Budiarsa dalam acara IVFA Gathering 2025: 70th Anniversary of Indonesia—Vietnam Diplomatic Relations di Hotel Raffles, Jakarta, Senin (24/2/2025).

    Di samping perdagangan bilateral, Budiarsa menuturkan Vietnam juga kian gencar menanamkan investasi di Indonesia. Salah satunya melalui pembangunan pabrik perakitan kendaraan listrik Winfast senilai US$1,2 miliar di Indonesia pada Juli 2024, bersama dengan peluncuran layanan taksi listrik Xanh SM pada Desember 2024.

    Menurut Budiarsa, investasi yang ditanamkan Vietnam di Indonesia melalui ekosistem kendaraan listrik menandakan kedua negara fokus pada sektor yang berkelanjutan.

    “Yang tak kalah penting adalah keberhasilan perusahaan-perusahaan Indonesia di Vietnam, seperti Japfa Comfeed dan Ciputra Group, yang usaha-usahanya merupakan contoh sinergi yang dinamis antara kedua negara kita,” Budiarsa.

    etua Perhimpunan Persahabatan Indonesia—Vietnam (IVFA) sekaligus Managing Director Ciputra Group Budiarsa Sastrawinata dalam acara IVFA Gathering 2025: 70th Anniversary of Indonesia—Vietnam Diplomatic Relations di Hotel Raffles, Jakarta, Senin (24/2/2025). —Bisnis/Rika AnggraeniPerbesar

    Di samping itu, kemitraan antara Indonesia—Vietnam juga meluas ke sektor yang tengah berkembang, seperti pendidikan, olahraga, energi hijau, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV), hingga inisiatif dalam kerangka Just Energy Transition Partnership (JETP).

    Kedua negara juga melakukan pertukaran akademis untuk mendorong kerja sama internasional melalui pendidikan hingga penelitian.

    “Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya meningkatkan hubungan pendidikan kita, tetapi juga memperdalam pemahaman budaya kita, membuka jalan bagi generasi mendatang untuk membangun persahabatan kita yang langgeng,” ungkapnya.

    Untuk diketahui, IVFA didirikan pada 2015 untuk memperkuat dan memperdalam ikatan antara Indonesia dan Vietnam untuk membina hubungan yang lebih erat melalui pertukaran antarmasyarakat, dan untuk mempromosikan kerja sama di berbagai sektor, bisnis, budaya, olahraga, dan pendidikan.

    Sejak pembentukan hubungan diplomatik resmi pada 30 Desember 1955, Indonesia dan Vietnam telah membina ikatan. Adapun, kepemimpinan visioner Presiden Soekarno dan Presiden Ho Chi Minh meletakkan dasar bagi hubungan ini, yang telah berkembang selama satu dekade.

    “Kemitraan ini mencapai tonggak sejarah baru pada tahun 2013, ketika kedua negara meningkatkan hubungan mereka menjadi kemitraan strategis, yang membuka jalan bagi kerja sama yang lebih mendalam di seluruh sektor utama,” pungkasnya.

  • Cucu Pertama Lahir Lebih Cepat, Sule: Mahalini Tidak Prematur

    Cucu Pertama Lahir Lebih Cepat, Sule: Mahalini Tidak Prematur

    Jakarta, Beritasatu.com – Sule akhirnya angkat bicara terkait dengan kelahiran cucu pertamanya, buah hati dari Rizky Febian dan Mahalini Raharja. Tak sedikit netizen yang mempertanyakan Mahalini melahirkan lebih cepat dari perkiraan.

    Meskipun pertanyaan tersebut menyinggung menantu dan anaknya, tetapi Sule tetap menanggapinya dengan tenang juga santai. Ia menjelaskan, Mahalini melahirkan sesuai dengan prosedur sehingga tidak ada yang aneh atau mencurigakan.

    “Silakan saja kalau mau menggiring opini, apakah (Mahalini melahirkan) terlambat satu bulan atau lebih, terserah. Kalau dihitung 10 bulan, mungkin ada keterlambatan satu bulan, ada yang bilang prematur pada usia 8 bulan, tetapi menurut dokter itu tidak, karena sudah masuk bulan kesembilan,” tutur Sule di Jakarta Selatan belum lama ini.

    Sule juga menjelaskan, semula dokter memperkirakan cucunya akan lahir pada Maret 2025, tetapi proses persalinan berlangsung lebih dahulu terjadi. Menurutnya, energi Mahalini cukup kuat sehingga ia melahirkan lebih cepat.

    Meskipun kelahiran lebih cepat dari perkiraan, dokter memastikan bahwa bayi perempuan Rizky Febian dan Mahalini dalam kondisi sehat, dan proses persalinan dilakukan melalui operasi caesar.

    “Dokter sempat bertanya, ‘Ada kekhawatiran?’ Ada memang, karena baru usia 8 bulan. Namun dokter bilang sudah masuk bulan kesembilan, jadi dilakukan caesar. Alhamdulillah, sehat,” tuturnya.

    Sebagai seorang kakek, komedian asal Bandung, Jawa Barat tersebut memilih untuk tidak menanggapinya. Sule lebih fokus terhadap tumbuh kembang cucunya, serta kebahagiaan anak dan menantunya.

    Sule merasa bahagia karena cucu pertamanya tersebut lahir dengan sempurna dan sehat. Ia pun mengatakan, selama masih di dalam kandungan anak dari Rizky Febian dan Mahalini itu cukup aktif.

    “Anaknya sangat aktif, sering menendang, jadi ingin segera keluar,” ungkapnya.

    Sebagai informasi, Rizky Febian dan Mahalini menikah di Hotel Raffles, Jakarta Selatan pada 10 Mei 2024. Kini, Sule dan pasangan tersebut tengah berbahagia menyambut kelahiran putri mereka yang lahir pada 15 Februari 2025.