Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Donald Trump Berharap Konflik India-Pakistan Berakhir dengan Sangat Cepat, Ketegangan yang Memalukan – Halaman all

    Donald Trump Berharap Konflik India-Pakistan Berakhir dengan Sangat Cepat, Ketegangan yang Memalukan – Halaman all

    Donald Trump Berharap Konflik India-Pakistan Berakhir dengan Sangat Cepat, Ketegangan Memalukan

    TRIBUNNEWS.COM- Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Selasa bahwa ia berharap bentrokan antara India dan Pakistan yang bersenjata nuklir berakhir “sangat cepat,” setelah pasukan New Delhi melancarkan serangan dan Islamabad bersumpah akan melakukan pembalasan.

    “Sangat disayangkan, kami baru saja mendengarnya,” kata Donald Trump di Gedung Putih, setelah pemerintah India mengatakan telah menyerang “kamp teroris” di wilayah tetangga baratnya menyusul serangan mematikan terhadap wisatawan di Kashmir yang dikelola India.

    “Saya kira orang-orang tahu sesuatu akan terjadi berdasarkan masa lalu. Mereka telah berjuang selama beberapa dekade dan abad, jika Anda benar-benar memikirkannya,” tambahnya.

    India dan Pakistan telah terlibat dalam tiga perang besar sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947. 

    Keduanya mengklaim Kashmir secara penuh tetapi mengelola wilayah terpisah di wilayah yang disengketakan tersebut.

    “Saya hanya berharap ini segera berakhir,” kata Trump.

    India secara luas diperkirakan akan menanggapi secara militer sejak orang-orang bersenjata menembak mati 26 orang di Kashmir yang dikelola India.

    New Delhi menyalahkan militan yang katanya berasal dari kelompok Lashkar-e-Taiba yang bermarkas di Pakistan, organisasi teroris yang ditetapkan PBB.

    Militer Pakistan mengatakan serangan India menargetkan tiga lokasi di Kashmir yang dikelola Pakistan dan dua lokasi di provinsi Punjab, provinsi terpadat di negara itu.

    Islamabad mengatakan bahwa tiga warga sipil, termasuk seorang anak, tewas dalam serangan India.

    Serangan India terjadi beberapa jam setelah Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan seruan baru untuk tenang.

    “Kami terus mendesak Pakistan dan India untuk bekerja menuju resolusi yang bertanggung jawab yang menjaga perdamaian jangka panjang dan stabilitas regional di Asia Selatan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Tammy Bruce kepada wartawan.

    Pernyataan tersebut muncul setelah Perdana Menteri India Narendra Modi memperingatkan akan menghentikan aliran air melintasi perbatasan setelah serangan Kashmir.

     

     

     

    Trump: Ketegangan India dan Pakistan Hal yang Memalukan

    Presiden AS Donald Trump menggambarkan ketegangan terbaru antara India dan Pakistan sebagai “suatu hal yang memalukan” dan menyatakan harapan agar ketegangan antara kedua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir itu berakhir “dengan sangat cepat.”

    Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Selasa ketika ditanya tentang reaksinya terhadap serangan antara India dan Pakistan, Trump berkata: “Ini memalukan. Kami baru mendengarnya saat kami memasuki pintu Oval.”

    “Saya kira orang-orang tahu sesuatu akan terjadi berdasarkan sedikit kejadian di masa lalu. Mereka telah berjuang untuk waktu yang lama. Anda tahu, mereka telah berjuang selama beberapa dekade dan abad, sebenarnya, jika Anda benar-benar memikirkannya,” katanya.

    “Saya hanya berharap ini segera berakhir,” imbuhnya.

    Beberapa menit sebelum konferensi pers di Gedung Putih, militer India mengatakan pihaknya melancarkan serangan di bawah apa yang dijulukinya “Operasi Sindoor,” yang menargetkan lokasi di Pakistan dan Jammu Kashmir yang dikelola Pakistan.

    Peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara terkait serangan bulan lalu terhadap resor wisata Pahalgam di Kashmir yang dikelola India.

     

    SUMBER: AFP, ANADOLU AJANSI

  • Pengumuman Suku Bunga The Fed Mei 2025, Powell Melawan Hegemoni Trump?

    Pengumuman Suku Bunga The Fed Mei 2025, Powell Melawan Hegemoni Trump?

    Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (7/5/2025).

    Langkah ini berpotensi mengecewakan Gedung Putih dan pihak-pihak yang mendesak kejelasan arah kebijakan moneter AS, termasuk Presiden Donald Trump.

    Melansir Bloomberg, para pejabat The Fed dalam berbagai pernyataan publik menekankan bahwa meskipun ketidakpastian ekonomi meningkat, posisi kebijakan moneter saat ini masih memadai untuk menyeimbangkan tujuan, yakni menjaga stabilitas harga dan mendukung pasar kerja.

    Keputusan suku bunga akan diumumkan pukul 14.00 waktu setempat dan dilanjutkan dengan konferensi pers Ketua The Fed Jerome Powell setengah jam kemudian.

    Para investor akan mencermati apakah Powell akan kembali menyampaikan bahwa The Fed tidak terburu-buru dalam mengubah suku bunga.

    Saat ini, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga pertama terjadi pada pertemuan 29–30 Juli, diikuti dua hingga tiga penurunan lagi sebelum akhir tahun. Adapun survei Bloomberg menunjukkan konsensus ekonom memperkirakan dua pemangkasan dimulai September.

    Dalam pernyataan setelah pertemuan, The Fed diperkirakan mempertahankan kisaran suku bunga Federal Fund Rate (FFR) 4,25%-4,5%, serta menekankan risiko terhadap dua sisi mandat mereka.

    Namun, frasa yang menyebut pertumbuhan ekonomi “masih solid” kemungkinan dihapus karena data PDB kuartal pertama menunjukkan kontraksi akibat lonjakan impor.

    Secara keseluruhan, impor melonjak 4,4% menjadi US$419,0 miliar, dengan impor barang naik 5,4% menjadi US$346,8 miliar para Maret 2025. Sementara itu, ekspor naik tipis 0,2% menjadi US$278,5 miliar, level tertinggi sepanjang masa.

    Lonjakan impor membuat defisit neraca perdagangan AS melebar 14% ke rekor tertinggi baru sebesar US$140,5 miliar, seiring perusahaan-perusahaan berlomba mengimpor barang sebelum tarif besar diberlakukan Presiden Donald Trump.

    Menurut analis Bloomberg Economics, The Fed kemungkinan akan memperkuat pesan tentang pentingnya stabilitas harga, merespons kekhawatiran beberapa pejabat bahwa ekspektasi inflasi mulai longgar. Hal ini didukung oleh data ketenagakerjaan yang masih kuat.

    Dengan minimnya perubahan dalam pernyataan resmi dan tanpa proyeksi ekonomi baru, perhatian pasar akan tertuju pada penjelasan Powell dalam konferensi pers, terutama mengenai kapan dan dalam kondisi apa pemangkasan suku bunga akan dipertimbangkan.

    Kepala Ekonom KPMG Diane Swonk menyebut pengalaman inflasi tinggi pasca-pandemi dan di era 1970-an masih membekas dalam pendekatan The Fed, dan memengaruhi respons mereka terhadap guncangan pasokan akibat tarif.

    Powell sebelumnya menegaskan bahwa bank sentral harus memastikan kenaikan harga yang bersifat sementara tidak berubah menjadi inflasi struktural. Dengan inflasi inti saat ini di level 2,6%—masih di atas target 2%—ruang untuk pelonggaran tetap terbatas.

    Powell juga hampir pasti akan menghadapi pertanyaan mengenai tekanan politik dari Presiden Trump, termasuk kritik personal dan ancaman pemecatan yang belakangan dibantah sang presiden.

    Tekanan dari Trump

    Jika The Fed kembali menahan suku bunga, bank sentral AS ini diperkirakan semakin menghadapi tekanan dari Trump, yang berulang kali mendesak agar Powell segera memangkas suku bunga.

    Tekanan Trump terhadap The Fed seringkali disertai dengan pernyataan yang mengancam, seperti unggahan media sosial pada akhir April lalu bahwa pemberhentian Powell sebagai ketua The Fed tidak bisa datang cukup cepat dan sindiran yang lebih pribadi, seperti menyebut Powell sebagai “pecundang besar.” 

    Ancaman tersebut membuat pasar keuangan ketakutan karena menganggap independensi The Fed sangat penting untuk mendukung kredibilitasnya sebagai bank sentral paling berpengaruh di dunia dan landasan stabilitas keuangan global.

    Namun, meski Trump tampaknya telah mengesampingkan ancaman tersebut untuk saat ini, kritiknya terhadap kebijakan suku bunga Fed tetap sama tajamnya.

    “Kami pikir ini saat yang tepat untuk menurunkan suku bunga, dan kami ingin melihat ketua kami datang lebih awal atau tepat waktu, bukannya terlambat,” kata Trump.

    Namun ancaman ini kembali ditepis oleh Trump sendiri, yang menyatakan tidak akan mencopot Powell sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.

    Dalam wawancara dengan Meet the Press with Kristen Welker di NBC News yang ditayangkan pada Minggu (4/5/2025) waktu setempat, Trump memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga pada suatu saat.

    “Ya, dia seharusnya menurunkannya. Dan pada suatu saat, ia akan melakukannya. Ia lebih suka tidak melakukannya karena ia bukan penggemar saya. Anda tahu, ia tidak menyukai saya karena saya pikir ia sangat kaku,” katanya dalam wawancara tersebut dikutip dari Reuters, Senin (5/5/2025).

    Adapun, Trump juga menyangkal dengan keras ketika ditanya apakah dia akan mencopot Powell sebelum masa jabatannya sebagai ketua berakhir pada 2026 mendatang.

    “Tidak, tidak, tidak. Itu sangat – mengapa saya harus melakukan itu? Saya akan mengganti orang tersebut dalam waktu yang singkat,” katanya.

  • Kanada Tidak Akan Pernah Dijual!

    Kanada Tidak Akan Pernah Dijual!

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Kanada Mark Carney bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih di tengah ketegangan tarif dan kedaulatan. Mark Carney mengatakan kepada Trump bahwa negaranya tidak untuk dijual.

    Dilansir AFP, Rabu (7/5/2025), berbicara di Ruang Oval, Trump menegaskan kepada Carney yang baru terpilih bahwa akan menjadi “pernikahan yang indah” jika Kanada menyetujui seruannya yang berulang untuk menjadi negara bagian AS ke-51.

    Namun Carney menepis saran Trump, dengan mengatakan: “Ada beberapa tempat yang tidak pernah dijual … tidak untuk dijual. Tidak akan pernah dijual.”

    Pemimpin Liberal berusia 60 tahun itu memenangkan pemilihan Kanada dengan janji untuk melawan Trump dari Partai Republik, memperingatkan bahwa hubungan antara negara-negara tetangga Amerika Utara itu tidak akan pernah sama lagi.

    Trump, 78 tahun, telah memicu perang dagang besar dengan Kanada dengan tarifnya sementara berulang kali membuat seruan luar biasa bagi sekutu utama NATO dan mitra dagang utama untuk menjadi negara bagian AS ke-51.

    Kedua pemimpin memulai pertemuan mereka dengan kata-kata hangat, dengan Trump yang terpilih 2 kali memuji Carney, yang Partai Liberal-nya melesat dari posisi tertinggal dalam jajak pendapat, untuk “salah satu kebangkitan terbesar dalam sejarah politik, bahkan mungkin lebih hebat dari saya.”

    “Tidak. Hanya begitulah adanya,” kata Trump ketika ditanya apakah ada sesuatu yang bisa dikatakan Carney dalam pertemuan itu yang akan membujuknya untuk mencabut tarif mobil khususnya.

    Dan ketika Trump menyebutkan bahwa warga Kanada mungkin setuju untuk bergabung dengan Amerika Serikat “dalam jangka waktu tertentu,” Carney mengangkat tangannya dan menyela.

    Trump yang tampak tegang kemudian merujuk pada pertengkaran yang panas di Ruang Oval dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada bulan Februari–hanya untuk menegaskan bahwa hal itu tidak akan terulang.

    “Kami bertengkar lagi dengan orang lain, itu sangat berbeda–ini adalah percakapan yang sangat bersahabat,” kata Trump.

    Trump sebelumnya mengecam Kanada di Truth Social karena secara efektif memanfaatkan Amerika Serikat, beberapa menit sebelum berjabat tangan dengan Carney di luar West Wing.

    Pertemuan itu sangat dinanti-nantikan setelah pemilihan umum Kanada di mana Carney bersumpah bahwa Amerika Serikat tidak akan pernah “memiliki kita”.

    Sejak itu Carney bersumpah untuk membangun kembali hubungan Kanada sebagai anggota NATO dengan Amerika Serikat dalam perubahan politik dan ekonomi terbesarnya sejak Perang Dunia II.

    Trump telah mengenakan tarif umum sebesar 25% pada Kanada dan Meksiko dan pungutan khusus sektor pada mobil, beberapa di antaranya telah ditangguhkan sambil menunggu negosiasi. Trump juga telah mengenakan bea serupa pada baja dan aluminium.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Donald Trump Makin Tegaskan COVID-19 Itu Awalnya dari China

    Donald Trump Makin Tegaskan COVID-19 Itu Awalnya dari China

    Jakarta

    Seakan menegaskan bahwa AS percaya virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 dari China, Presiden AS Donald Trump menghentikan pendanaan riset virus untuk negara tersebut.

    Donald Trump berpesan kepada para pejabat untuk menghentikan pendanaan riset virus berbahaya di negara yang dianggap kurang tanggap dan aman dari segi regulasi serta pengawasan. Tak ragu-ragu, China dan Iran disebut secara frontal di cuitan akun X @RapidResponse47 milik Gedung Putih.

    Perintah tersebut berbunyi bahwa AS memberi wewenang kepada National Institutes of Health dan badan-badan lain untuk mengidentifikasi dan menarik dana dari penelitian biologi yang dianggap berbahaya bagi kesehatan publik atau keamanan nasional.

    “@POTUS baru saja menandatangani perintah eksekutif yang melindungi warga Amerika dari penelitian gain-of-function yang berbahaya. Perintah tersebut: – Mengakhiri semua pendanaan Federal saat ini dan di masa mendatang untuk penelitian gain-of-function yang berbahaya di negara-negara yang menjadi perhatian seperti China dan Iran dan di negara-negara asing yang dianggap memiliki pengawasan penelitian yang tidak memadai,” tulis tweet tersebut.

    Lebih lanjut, ditulis lagi bahwa AS melarang pendanaan Federal untuk berkontribusi pada penelitian asing yang kemungkinan akan menyebabkan pandemi lainnya.

    “Langkah-langkah ini akan secara drastis mengurangi potensi insiden terkait laboratorium yang melibatkan penelitian gain-of-function, seperti yang dilakukan pada virus corona kelelawar di China oleh EcoHealth Alliance dan Wuhan Institute of Virology,” lanjutnya.

    Dengan begitu, ini menegaskan bahwa pemerintah AS percaya asal mula pandemi COVID-19 lima tahun lalu adalah dari China. Trump juga menyepakati untuk melindungi warga Amerika dari kecelakaan laboratorium dan insiden biosekuriti lainnya, seperti yang kemungkinan menyebabkan COVID-19 dan flu Rusia 1977.

    Sebenarnya, pertanyaan apakah COVID-19 berasal dari China masih diperdebatkan. Yang pasti, tweet ini mendukung badan intelijen AS terkemuka, termasuk FBI, Departemen Energi, dan CIA, yang sepakat bahwa COVID-19 mungkin disebabkan oleh kecelakaan laboratorium di Wuhan.

    Pandangan ini dianut oleh mantan tokoh kesehatan seperti Dr Robert Redfield, mantan Direktur CDC, sebagaimana dilaporkan oleh New York Post.

    Namun, ada pakar yang terus mendukung hipotesis perpindahan zoonosis alami, yang menyatakan bahwa virus tersebut berpindah dari hewan ke manusia tanpa campur tangan manusia. Ini termasuk kepala penasihat medis pemerintahan Biden, Dr Anthony Fauci, dan mantan Direktur NIH Dr Francis Collins.

    (ask/ask)

  • Trump Dicemooh Gegara Ingin Buka Lagi Penjara Alcatraz

    Trump Dicemooh Gegara Ingin Buka Lagi Penjara Alcatraz

    Washington DC

    Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk membuka kembali penjara Alcatraz, yang sudah ditutup enam dekade terakhir, menuai cemoohan publik secara online. Para pengkritik menyebut Trump mendapatkan gagasan itu dari menonton televisi.

    Penjara Alcatraz yang ditutup operasionalnya sejak tahun 1963 silam, telah menjadi bagian dari cerita rakyat Amerika setelah tiga narapidana melarikan diri tahun 1962, yang menjadi inspirasi untuk film berjudul “Escape from Alcatraz” yang dibintangi aktor Clint Eastwood.

    Para pengguna media sosial, seperti dilansir AFP, Selasa (6/5/2025), dengan cepat menyadari film tersebut ditayangkan di televisi di area Florida bagian selatan pada Sabtu (3/5) malam, termasuk di area West Palm Beach, tempat Trump menghabiskan malam di resor mewah Mar-a-Lago miliknya.

    “Mungkinkah Trump menonton film tersebut dan terhanyut di dalamnya? Yang mendorongnya pada apa yang disebut gagasan cemerlang untuk membangun kembali Alcatraz?” tanya salah satu pengguna media sosial X dengan nama profil @HansonRitta.

    “Apakah kita mendapatkan kebijakan Amerika dari acara televisi?” imbuhnya.

    “Ini benar-benar lucu,” timpal seorang pengguna X lainnya, @MatthewSpira, dalam komentarnya.

    Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

    Perintah untuk menghidupkan kembali penjara terkenal yang terletak di Teluk San Francisco itu muncul tiba-tiba selama akhir pekan lalu melalui sebuah unggahan media sosial Trump.

    “Hari ini, saya memerintahkan Biro Penjara, bersama dengan Departemen Kehakiman, FBI, dan Departemen Keamanan Dalam Negeri, untuk membuka kembali ALCATRAZ yang telah diperluas dan dibangun kembali secara substansial, untuk menampung para pelaku kejahatan paling kejam dan brutal,” tulis Trump dalam postingannya pada Minggu (4/5).

    Saat ditanya wartawan pada Senin (5/5) soal bagaimana dirinya mendapatkan gagasan tersebut, Trump tampaknya mengakui adanya pengaruh sinematik.

    “Saya kira saya seharusnya menjadi pembuat film,” kata Trump saat berbicara kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih.

    “Itu melambangkan sesuatu yang sangat kuat, sangat berkuasa, dalam hal hukum dan ketertiban,” ucapnya. “Tidak seorang pun pernah kabur. Satu orang hampir berhasil kabur, tetapi mereka… menemukan pakaiannya terkoyak, dan ada banyak gigitan hiu,” ujar Trump.

    Biro Penjara Federal AS (BOP) menyebut bahwa 36 orang mencoba kabur dari Alcatraz dan meskipun sebagian besar tertangkap atau tewas dalam upaya mereka melarikan diri, nasib lima orang di antaranya tidak diketahui dan mereka terdaftar sebagai “orang hilang dan diduga tenggelam”.

    BOP menegaskan “tidak ada hiu ‘pemakan manusia’ di Teluk San Francisco”.

    Entah bagaimana Trump mendapatkan gagasan itu, direktur baru BOP, William Marshall, sedang mengerjakan rencana tersebut. “Biro Penjara akan dengan giat mengupayakan semua cara untuk mendukung dan melaksanakan agenda Presiden,” katanya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Top 3 Tekno: Cara Kerja Worldcoin, Terlihat Menjanjikan tapi Rawan Masalah Privasi – Page 3

    Top 3 Tekno: Cara Kerja Worldcoin, Terlihat Menjanjikan tapi Rawan Masalah Privasi – Page 3

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memancing kontroversi publik. Kali ini, aksinya yang memanfaatkan teknologi AI ternyata memantik sejumlah sentimen negatif.

    Dikutip dari CNN, Senin (5/5/2025), baru-baru ini, Donald Trump sempat mengunggah hasil rekayasa AI yang menampilkan dirinya sebagai Paus, lengkap dengan jubah putih dan mitra kepausan.

    Gambar itu pun diunggah ke Truth Social dan kemudian dibagikan ulang oleh akun resmi Gedung Putih di X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Tak disangka, unggahan itu pun langsung mendapatkan kritik sejumlah pihak.

    Beberapa di antaranya menyebut unggahan itu bukan lelucon dan tidak sensitif, mengingat saat ini umat Katolik tengah menantikan Paus baru, usai meninggalnya Paus Fransiskus.

    Salah satu yang menyuarakan kecaman terhadap unggahan Donald Trump adalah Kardinal Pablo Virgilio David dari Filipina. Lewat unggahannya di Facebook, ia menyebut kalau unggahan Presiden AS yang tampil layaknya Paus itu tidak lucu.

    Selain itu, ada pastor Gerald Murray dari Keuskupan Agung New York yang menilai unggahan itu sebagai hal konyol serta tidak pantas dilakukan.

    Lalu, perwakilan para uskup Katolik di negara bagian New York juga menyuarakan kritiknya. Pernyataan itu pun diunggah lewat platform X.

    Baca selengkapnya di sini 

  • Aplikasi Chat Orang Dekat Trump Dibobol Hacker

    Aplikasi Chat Orang Dekat Trump Dibobol Hacker

    Jakarta, CNBC Indonesia – Aplikasi chat yang digunakan oleh mantan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Mike Waltz, menyetop layanannya setelah dibobol hacker.

    Smarsh, perusahaan pengelola aplikasi TeleMessage yang digunakan oleh Waltz, mengumumkan penghentian layanan sementara lewat email. Mereka menyatakan sedang melakukan penyelidikan potensi peristiwa keamanan dan menghentikan layanannya sebagai bentuk kehati-hatian ekstra.

    Pembobolan tersebut juga membuat Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (Homeland Security) memblokir aplikasi yang sama di semua perangkat komunikasi yang digunakan oleh personil mereka. Homeland Security menyatakan semua petugas bea cukai dan penjaga perbatasan AS sudah mematikan TeleMessage.

    “Penyelidikan tentang kebocoran masih berlangsung,” kata pejabat pemerintah AS.

    Waltz terpotret oleh fotografer Reuters sedang menggunakan TeleMessage di HP-nya saat mengikuti rapat kabinet di Gedung Putih. TeleMessage adalah versi tidak resmi dari aplikasi chat tersandi, Signal.

    Sehari setelah rapat kabinet tersebut, Waltz diberhentikan dari posisinya sebagai penasihat Trump. Posisi Waltz sudah lama dikabarkan goyah setelah ia tanpa sengaja mengundang wartawan ke grup chat yang berisi pejabat tinggi urusan keamanan Amerika Serikat. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pete Hegseth membagikan rencana pemboman markas pemberontak di Yaman lewat grup chat tersebut.

    Pada Minggu, hacker dikabarkan berhasil membobol infrastruktur aplikasi TeleMessage yang digunakan oleh Waltz. 

    Trump memecat Waltz pada Kamis (1/5/2025) dan menunjuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio sebagai pengganti sementara.

    Mengutip Reuters, alasan pemecatan ini adalah keinginan Trump untuk menominasikan Waltz sebagai Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Trump menambahkan bahwa Waltz telah bekerja keras untuk mengutamakan kepentingan bangsa.

    “Wakil Waltz, Alex Wong, seorang pakar Asia yang merupakan pejabat Departemen Luar Negeri yang berfokus pada Korea Utara selama masa jabatan pertama Trump, juga dipaksa keluar dari jabatannya,” ujar dua orang pejabat lainnya kepada Reuters.

    (dem/dem)

  • Trump Ikuti Jejak RI, Efisiensi Anggaran Misi Pengiriman Manusia ke Bulan

    Trump Ikuti Jejak RI, Efisiensi Anggaran Misi Pengiriman Manusia ke Bulan

    Jakarta

    Presiden Amerika Serika Donald Trump menerapkan kebijakan yang serupa dengan dilakukan Indonesia, yakni melakukan efisiensi. Salah satu yang berdampak adalah anggaran misi pengiriman manusia ke Bulan pun sedang diatur ulang kembali saat ini.

    Pemerintah AS memberikan perombakan serius pada misi program yang dikenal dengan Artemis yang tengah dijalankan oleh Badan Antarika Amerika Serikat (NASA) tersebut. Kekurangan anggaran menjadi penyebabnya hingga melakukan efisiensi di sektor misi astronomi itu.

    “Anggaran tipis,” ungkap Gedung Putih terkait program Artemis di tahun 2026 seperti dilansir dari Space, Selasa (6/5/2025).

    Selain melakukan efisiensi terhadap program Artemis, Trump juga akan memangkas pendanaan sistem eksplorasi NASA lainnya senilai USD 879 juta dan juga menghentikan roket bulan Space Launch System (SLS) dan kapsul Orion milik badan antariksa AS ini yang akan jadi tulangg punggung misi Artemis.

    Bahkan, kebijakan Trump ini pun turut membatalkan Gateway, stasiun luar angkasa kecil yang sedang dibangun oleh NASA di orbit bulan untuk mendukung operasi Artemis.

    “SLS sendiri menghabiskan biaya USD 4 miliar per peluncuran dan 140% melebihi anggaran,” demikian bunyi dokumen anggaran program.

    “Anggaran tersebut mendanai program untuk mengganti penerbangan SLS dan Orion ke Bulan dengan sistem komersial yang lebih hemat yang akan mendukung misi bulan berikutnya yang lebih ambisius,” tulis lebih lanjut.

    Dengan perombakan besar terhadap program Artemis ini, sistem komersial itu nanti kemungkinan besar akan disediakan oleh SpaceX atau Blue Origin. Kedua perusahaan antariksa itu sudah mengerjakan pendaratan Bulan berawak untuk digunakan Artemis dan roket yang akan membawa manusia ke tempat lebih jauh.

    Anggaran yang sedikit – ringkasan yang diperkecil dari permintaan anggaran penuh tahun 2026 – juga merupakan anggaran kasar bagi banyak program NASA lainnya. Secara keseluruhan, usulan Gedung Putih memangkas pendanaan badan antariksa tersebut sebesar USD 6 miliar dari tingkat yang ditetapkan tahun 2025, pengurangan hampir 25%.

    Efisien yang dilakukan Trump di sektor ini menjadi pertanda bahwa itu akan menjadi pemotongan dana tahunan terbesar dalam sejarah NASA, menurut The Planetary Society , sebuah organisasi nirlaba yang mengadvokasi eksplorasi ruang angkasa.

    (agt/afr)

  • Trump Perintahkan Pembatasan Pendanaan Penelitian Virus

    Trump Perintahkan Pembatasan Pendanaan Penelitian Virus

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan pembatasan baru pada suatu penelitian biologis yang menurut pemerintahannya menyebabkan pandemi COVID-19 melalui kebocoran laboratorium di China.

    Dilansir AFP, Selasa (6/5/2025), AS akan menghentikan pendanaan di negara-negara tertentu yang melakukan eksprerimen ‘gain of function’ yang berkaitan dengan peningkatan patogen. Aturan ini ditandatangani Trump di Gedung Putih pada Senin (5/5).

    “Tidak ada laboratorium yang kebal terhadap kebocoran — dan ini akan mencegah kebocoran yang tidak disengaja terjadi di masa mendatang dan membahayakan manusia,” tulis Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr.

    Direktur Institut Kesehatan Nasional atau National Institutes of Health (NIH), Jay Bhattacharya sepakat dengan aturan tersebut. Menurutnya, penelitian berbahaya memiliki dampak negatif kepada orang sekitar.

    “Setiap negara yang terlibat dalam penelitian ini membahayakan populasi mereka sendiri, serta dunia, seperti yang kita lihat selama pandemi COVID,” tambah Jay.

    Selain itu, perintah tersebut juga berupaya untuk mengakhiri pendanaan untuk jenis penelitian ilmu hayat lainnya di negara-negara yang dianggap kurang memiliki pengawasan yang memadai, sehingga secara signifikan memperluas jenis penelitian asing yang dapat menjadi sasaran.

    Perintah tersebut mengajak pengembangan strategi untuk “mengatur, membatasi, dan melacak penelitian ‘gain-of-function- atau perolehan fungsi yang berbahaya di seluruh Amerika Serikat yang terjadi tanpa pendanaan federal”.

    Diketahui, Trump telah lama mendukung teori bahwa SARS-CoV-2 bocor dari Institut Virologi Wuhan sebagai hasil dari penelitian gain-of-function — sebuah alternatif terhadap teori bahwa virus tersebut menyebar secara alami dari hewan liar ke manusia di pasar makanan laut di kota yang sama.

    Situs web pemerintah AS Covid.gov yang sebelumnya berfokus pada promosi informasi vaksin dan pengujian, kini dikhususkan untuk menyoroti argumen yang mendukung kebocoran laboratorium.

    Beberapa lembaga AS, termasuk Biro Investigasi Federal, Departemen Energi, dan, yang terbaru, Badan Intelijen Pusat — yang mengubah pendiriannya di bawah masa jabatan kedua Trump — kini condong ke asal laboratorium. Beberapa lembaga intelijen lainnya mendukung spillover alami.

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • TeleMessage, Aplikasi Mirip Signal yang Digunakan Mantan Pajabat AS Diretas, Bukti Keamanan Lemah? – Halaman all

    TeleMessage, Aplikasi Mirip Signal yang Digunakan Mantan Pajabat AS Diretas, Bukti Keamanan Lemah? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Aplikasi pesan instan TeleMessage, yang menyerupai Signal dan digunakan oleh mantan Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz, dilaporkan telah diretas.

    Laporan ini pertama kali diungkap oleh situs teknologi 404 Media pada Minggu (4/5/2025).

    Peretas anonim mengklaim telah mengeksploitasi kerentanan dalam infrastruktur backend TeleMessage.

    Hal itu memungkinkan peretas untuk menyadap beberapa pesan pengguna.

    Pesan dari Waltz atau pejabat kabinet Trump lainnya tidak termasuk di antara yang disadap, dikutip dari Al Arabiya.

    TeleMessage adalah aplikasi modifikasi dari Signal yang dirancang untuk mengarsipkan pesan setelah didekripsi, guna memenuhi persyaratan kepatuhan pemerintah terkait penyimpanan dokumen.

    Fitur tambahan ini dapat menimbulkan risiko keamanan jika tidak diterapkan dengan baik.

    Sebelumnya, Waltz menjadi sorotan setelah secara tidak sengaja menambahkan seorang jurnalis ke dalam grup Signal.

    Grup tersebut digunakan untuk mendiskusikan tentang tindakan militer AS di Yaman.

    Insiden ini memicu kekhawatiran tentang praktik keamanan komunikasi di tingkat tertinggi pemerintahan AS.

    Foto yang diambil selama rapat kabinet menunjukkan Waltz menggunakan aplikasi yang tampak seperti Signal, namun sebenarnya adalah TeleMessage.

    Aplikasi ini dikembangkan oleh perusahaan Israel, TeleMessage, yang kini dimiliki oleh Smarsh yang berbasis di Portland, Oregon.

    Signal, sebagai platform pesan terenkripsi ujung ke ujung, menekankan bahwa mereka tidak dapat menjamin privasi atau keamanan versi tidak resmi dari aplikasi mereka, The Express Tribune melaporkan.

    Hingga saat ini, TeleMessage, Smarsh, Waltz, dan Gedung Putih belum memberikan komentar resmi terkait insiden peretasan ini.

    Reuters juga belum dapat memverifikasi laporan tersebut secara independen.

    Insiden ini menyoroti pentingnya penggunaan aplikasi komunikasi yang aman dan resmi oleh pejabat pemerintah, terutama dalam menangani informasi sensitif dan rahasia negara.

    Profil dan Sosok Mike Waltz

    Mike Waltz adalah sosok berlatar belakang militer dan politisi konservatif yang pernah menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional Presiden Donald Trump.

    Karier gemilangnya di bidang pertahanan dan politik tercoreng oleh skandal Signal Gate.

    Waltz bertugas selama 27 tahun di militer, termasuk misi tempur di Afghanistan, Timur Tengah, dan Afrika, serta meraih empat Bintang Perunggu—dua di antaranya untuk keberanian.

    Sebelum terjun ke politik, Waltz menjabat di Pentagon dan Gedung Putih pada masa pemerintahan George W. Bush.

    Di DPR, ia aktif di Komite Intelijen, Angkatan Bersenjata, dan Urusan Luar Negeri, serta vokal mengkritik kebijakan China melalui Gugus Tugas Tiongkok DPR.

    Penasihat Keamanan Nasional Trump

    Pada November 2024, Donald Trump menunjuk Waltz sebagai Penasihat Keamanan Nasional.

    Trump menyebutnya sebagai “pakar dalam ancaman dari China, Rusia, Iran, dan terorisme global.”

    Waltz, yang juga suami dari mantan penasihat keamanan dalam negeri Julia Nesheiwat, dipandang sebagai figur moderat di kabinet Trump.

    Ia hanya bertahan lebih dari 100 hari sebagai penasihat keamanan nasional.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)