Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Mengenal Epstein Files, Skandal Seks yang Buat Trump Terancam

    Mengenal Epstein Files, Skandal Seks yang Buat Trump Terancam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Skandal Jeffrey Epstein kembali mengguncang politik Amerika Serikat. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS baru saja memerintahkan pembukaan “Epstein Files”, berkas yang selama bertahun-tahun disegel dan disebut-sebut berpotensi menyeret tokoh bisnis hingga politisi ternama, termasuk mantan Presiden Donald Trump.

    DPR AS pada Selasa menyetujui Undang-Undang Transparansi Arsip Epstein yang mewajibkan pemerintah merilis seluruh dokumen penyelidikan terkait Jeffrey Epstein dalam 30 hari. Langkah ini membuka jalan bagi publik untuk melihat tumpukan bukti yang selama ini disimpan rapat oleh Departemen Kehakiman (DOJ) dan FBI.

    “Ini adalah kemenangan transparansi publik. Tidak ada lagi ruang bagi spekulasi tanpa bukti,” ujar seorang anggota DPR yang mendukung RUU tersebut, seperti dikutip AFP, Rabu (19/11/2025).

    Apa Itu Epstein Files?

    Epstein Files merujuk pada bukti yang dikumpulkan aparat sepanjang penyelidikan kejahatan seksual Epstein, mulai dari kasus Florida tahun 2008 hingga dakwaan di New York sebelum ia ditemukan tewas di penjara pada 2019. Hanya sebagian kecil dokumen yang pernah dipublikasikan.

    Keluarga Epstein sempat merilis sejumlah email dalam beberapa hari terakhir, namun inti berkas pemerintah tetap tersegel. RUU terbaru menuntut pembebasan “semua catatan, dokumen, komunikasi, dan materi investigasi yang tidak diklasifikasikan” terkait Epstein dan kaki tangannya, Ghislaine Maxwell, yang kini menjalani hukuman 20 tahun karena merekrut gadis di bawah umur.

    FBI & DOJ Bantah Ada Pemerasan Elite

    Pada Juli lalu, FBI dan DOJ memicu kontroversi lewat memo yang menyatakan tak ada rencana merilis dokumen tambahan. Mereka menegaskan tidak ada bukti bahwa Epstein memeras tokoh-tokoh elite atau memiliki “daftar klien”.

    “Kami tidak menemukan bukti kredibel yang dapat mengarah pada penyelidikan pihak ketiga yang tidak didakwa,” tulis memo itu. Aparat bahkan menyebut Epstein “menyakiti lebih dari seribu korban”, namun tidak menemukan dasar hukum untuk menjerat nama lain.

    Penyisiran digital dan fisik terhadap properti Epstein, termasuk pulau pribadinya di Karibia, menghasilkan lebih dari 300 gigabyte data dan bukti fisik.

    Mengapa Trump Bisa Terancam?

    Trump sebenarnya dapat merilis berkas ini kapan saja selama menjabat sebagai presiden. Namun ia justru membatalkan niat tersebut setelah masuk Gedung Putih pada 2017. Baru pekan ini ia mendukung rencana pembukaan berkas, setelah jelas bahwa Kongres akan memaksakannya.

    Sebelumnya, Trump memerintahkan Jaksa Agung Pam Bondi membuka penyelidikan terkait hubungan Epstein dengan tokoh-tokoh Partai Demokrat, termasuk Bill Clinton. Kedua mantan presiden tersebut pernah dekat dengan Epstein, meski tidak pernah dituduh melakukan kejahatan.

    Seorang analis politik mengatakan kepada media AS, “Sikap Trump yang berubah-ubah soal Epstein Files menimbulkan pertanyaan besar. Apakah ada sesuatu di dalam dokumen itu yang berpotensi merugikannya?”

    RUU yang disahkan DPR memungkinkan penahanan dokumen tertentu bila dinilai dapat mengganggu penyelidikan federal yang masih berjalan, membuka kemungkinan bahwa sebagian berkas akan tetap disunting.

    Namun, dengan semakin dekatnya perilisan, tekanan politik untuk mengungkap semua detail skandal Epstein kini makin besar. Publik menunggu apakah nama-nama besar, termasuk Trump, akan benar-benar muncul dalam dokumen yang selama ini jadi misteri.

    (tfa/șef)

    [Gambas:Video CNBC]

    Next Article

    Trump Makin Terseret Skandal Seks Jeffrey Epstein, Ini Temuan Barunya

  • Trump Ngamuk Saat Ditanya soal Dokumen Kasus Seksual Jeffrey Epstein

    Trump Ngamuk Saat Ditanya soal Dokumen Kasus Seksual Jeffrey Epstein

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump murka saat wartawan di Gedung Putih bertanya perihal dokumen Jeffrey Epstein. Trump bahkan meminta izin siaran media tempat reporter itu bekerja dicabut.

    Dilansir CNBC, Rabu (19/11/2025), Trump menyerukan pencabutan izin siaran ABC di tengah kemarahannya kepada reporter dari ABC yang bertanya ‘kenapa dia (Trump) hingga saat ini belum merilis berkas tentang kejahatan seksual terkenal, Jeffrey Epstein, yang merupakan mantan temannya. Trump bahkan menyebut wartawan itu sebagai wartawan yang buruk.

    “Saya pikir Anda reporter yang buruk,” kata Trump kepada reporter Gedung Putih ABC News, Mary Bruce.

    Trump terang-terangan menyatakan tidak suka dengan sikap Bruce. Dia marah dan meminta Bruce kembali belajar.

    “Anda harus kembali dan belajar menjadi reporter. Tidak ada lagi pertanyaan dari Anda,” kata Trump di Ruang Oval.

    Kemarahan itu terjadi saat dia bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dari Arab Saudi.

    Diketahui, DPR AS memberikan suara mayoritas untuk mendukung rancangan undang-undang yang memaksa Departemen Kehakiman merilis semua catatannya tentang Epstein. Departemen Kehakiman awal tahun ini menolak untuk merilis dokumen-dokumen tersebut, meskipun Jaksa Agung Pam Bondi dan pejabat pemerintahan Trump lainnya telah berjanji sebelumnya.

    Trump diketahui tidak perlu menunggu Kongres mengesahkan RUU. Ia sebenarnya dapat memerintahkan Departemen Kehakiman untuk merilis lebih banyak berkas Epstein.

    “Mengapa menunggu Kongres merilis berkas Epstein? Mengapa tidak melakukannya sekarang saja?” tanya Bruce kepada Trump.

    Trump berkata, “Sehubungan dengan berkas Epstein … saya tidak ada hubungannya dengan” dia.

    “Saya mengusirnya (Epstein) dari klub saya bertahun-tahun yang lalu karena saya pikir dia orang mesum yang sakit,” kata Trump, merujuk pada Klub Mar-a-Lago miliknya di Palm Beach, Florida.

    “Orang-orang sudah tahu tipuan Anda,” kata Trump kepada reporter.

    “Perusahaan Anda yang buruk itu adalah salah satu pelakunya,” imbuh Trump.

    Setelah itu, Trump pun mengatakan dia berencana mencabut izin ABC. Dia menyebut ABC membuat berita palsu dan salah.

    “Dan saya beri tahu Anda sesuatu, saya pikir lisensi ABC harus dicabut, karena berita Anda sangat palsu dan salah,” kata Trump kepada reporter lagi.

    “Kita punya komisaris yang hebat … yang seharusnya memeriksanya,” tambahnya merujuk pada Ketua Komisi Komunikasi Federal (FCC), Brendan Carr, yang lembaganya mengawasi lisensi siaran.

    Diketahui, pada September lalu, Brendan Carr juga mengancam lisensi ABC atas acara late-night show Jimmy Kimmel. Dalam acara itu, Kimmel membahas tentang pembunuhan loyalis Trump, Charlie Kirk.

    Acara tersebut kembali tayang sekitar seminggu kemudian setelah mendapat reaksi keras dari ABC dan perusahaan induknya, Disney.

    Mengenai dokumen Epstein, sebenarnya Trump sudah berulang kali membantah klaim yang menyebut dirinya mengetahui aktivitas perdagangan seks yang dilakukan Epstein, mantan temannya.

    Epstein adalah seorang pemodal terkemuka AS ini telah meninggal bunuh diri di sel penjara tempatnya ditahan, tahun 2019 lalu, saat menunggu persidangan kasusnya.

    Ada Nama Trump di Dokumen Epstein

    Dalam email tertanggal April 2011 yang ditujukan kepada rekan lamanya, Ghislaine Maxwell, Epstein menegaskan bahwa Trump menghabiskan banyak waktu dengan seorang wanita, yang kemudian diidentifikasi Gedung Putih sebagai penuduh utama Epstein, Virginia Giuffre.

    “Saya ingin Anda menyadari bahwa anjing yang tidak menggonggong itu adalah Trump,” tulis Epstein dalam emailnya. Dia menambahkan bahwa korban atau Giuffre “menghabiskan waktu berjam-jam di rumah saya bersamanya, dia tidak pernah disebut-sebut”.

    Maxwell, yang dihukum atas perdagangan seks setelah kematian Epstein, menjawab: “Saya telah memikirkan hal itu…”

    Dalam email lainnya tertanggal 31 Januari 2019 kepada penulis Michael Wolff, Epstein diduga menulis: “Tentu saja dia mengetahui tentang gadis-gadis itu saat dia meminta Ghislaine untuk berhenti.”

    Dirilisnya email Epstein tersebut semakin menambah guncangan terhadap pemerintahan Trump lebih dari empat bulan setelah Departemen Kehakiman AS berusaha menutup kasus tersebut.

    Tonton juga video “Trump Tantrum Ditanya soal Jeffrey Epstein, Minta Lisensi ABC Dicabut”

    Halaman 2 dari 3

    (zap/haf)

  • Trump Bela Putra Mahkota Saudi soal Pembunuhan Khashoggi

    Trump Bela Putra Mahkota Saudi soal Pembunuhan Khashoggi

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membela Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) atas pembunuhan mengerikan yang dilakukan agen Saudi terhadap jurnalis Jamal Khashoggi yang berbasis di AS. Tak hanya itu, Trump pun memuji catatan hak asasi manusia sang pangeran.

    “Banyak orang tidak menyukai pria yang Anda bicarakan itu. Entah Anda menyukainya atau tidak menyukainya, banyak hal terjadi, tetapi dia (sang pangeran) tidak tahu apa-apa tentang itu,” kata Trump kepada para wartawan dilansir kantor berita AFP, Rabu (19/11/2025).

    Trump disebut sempat menegur reporter yang bertanya tentang skandal tersebut. Ia memerintahkan agar kasus itu tidak diungkit.

    “Anda tidak perlu mempermalukan tamu kami dengan mengajukan pertanyaan seperti itu,” katanya.

    Saat menerima Pangeran MBS di Ruang Oval, Trump memuji Pangeran MBS sebagai kawan baik. Trump juga mengatakan bahwa Pangeran MBS telah melakukan pekerjaan yang “luar biasa” dalam “hak asasi manusia, dan segala hal lainnya.

    Pangeran MBS mengatakan di Gedung Putih bahwa pembunuhan itu “menyakitkan dan merupakan kesalahan besar, dan kami melakukan yang terbaik agar hal ini tidak terjadi lagi.”

    (fca/fca)

  • Trump Bela Putra Mahkota Saudi soal Pembunuhan Khashoggi

    Trump Bela Putra Mahkota Saudi soal Pembunuhan Khashoggi

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membela Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) atas pembunuhan mengerikan yang dilakukan agen Saudi terhadap jurnalis Jamal Khashoggi yang berbasis di AS. Tak hanya itu, Trump pun memuji catatan hak asasi manusia sang pangeran.

    “Banyak orang tidak menyukai pria yang Anda bicarakan itu. Entah Anda menyukainya atau tidak menyukainya, banyak hal terjadi, tetapi dia (sang pangeran) tidak tahu apa-apa tentang itu,” kata Trump kepada para wartawan dilansir kantor berita AFP, Rabu (19/11/2025).

    Trump disebut sempat menegur reporter yang bertanya tentang skandal tersebut. Ia memerintahkan agar kasus itu tidak diungkit.

    “Anda tidak perlu mempermalukan tamu kami dengan mengajukan pertanyaan seperti itu,” katanya.

    Saat menerima Pangeran MBS di Ruang Oval, Trump memuji Pangeran MBS sebagai kawan baik. Trump juga mengatakan bahwa Pangeran MBS telah melakukan pekerjaan yang “luar biasa” dalam “hak asasi manusia, dan segala hal lainnya.

    Pangeran MBS mengatakan di Gedung Putih bahwa pembunuhan itu “menyakitkan dan merupakan kesalahan besar, dan kami melakukan yang terbaik agar hal ini tidak terjadi lagi.”

    (fca/fca)

  • Trump Buka-bukaan AS Bisa “Invasi” Negara Ini dalam Perang Terbaru

    Trump Buka-bukaan AS Bisa “Invasi” Negara Ini dalam Perang Terbaru

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengisyaratkan memperluas operasi militernya hingga ke wilayah Meksiko terkait retorika Washington terhadap jaringan kriminal narkoba di Amerika Latin, sebuah langkah yang langsung memicu kekhawatiran terkait hukum internasional dan diplomasi regional.

    Menurut laporan Reuters dan NBC, Trump menyampaikan bahwa ia terbuka untuk melancarkan serangan di wilayah Meksiko guna membendung aliran narkoba ke AS.

    “Apakah saya akan melancarkan serangan di Meksiko untuk menghentikan narkoba? Tidak apa-apa bagi saya. Saya sudah berbicara dengan Meksiko. Mereka tahu bagaimana posisi saya,” katanya kepada wartawan di Gedung Putih, Senin (17/11/2025).

    “Kita kehilangan ratusan ribu orang karena narkoba. Jadi sekarang kita telah menghentikan jalur air, tetapi kita tahu semua rute.”

    Namun, Trump tidak menjelaskan kapan atau bagaimana operasi tersebut bisa dilakukan. Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum sebelumnya sudah menyatakan penolakannya terhadap rencana serangan apapun ke wilayah negaranya.

    Jeff Garmany, Associate Professor studi Amerika Latin di University of Melbourne, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa penolakan dari pemerintah Meksiko mungkin tidak akan terlalu berdampak.

    “Ada beberapa hambatan hukum yang menghalangi, sebagian di antaranya bersifat domestik dan sebagian internasional. Ada juga protokol dasar diplomasi internasional yang, meskipun tidak selalu terikat hukum, umumnya dihormati oleh negara-negara anggota PBB,” ujarnya.

    “Namun tidak ada hal dalam masa jabatan kedua Trump yang menunjukkan bahwa ia akan mematuhi hukum dan protokol tersebut. Jadi, tidak, saya akan terkejut jika Trump menunggu persetujuan Presiden Sheinbaum bila ia benar-benar ingin melakukan serangan di Meksiko,” imbuhnya.

    Pernyataan Trump muncul dua minggu setelah NBC, mengutip dua pejabat pemerintah, melaporkan bahwa Gedung Putih sedang mempersiapkan tahap awal sebuah operasi darat di Meksiko yang akan dijalankan bersama badan intelijen AS. Laporan itu menyebut operasi tersebut akan berfokus pada serangan drone terhadap laboratorium narkoba di Meksiko dan anggota kartel.

    Dalam komentarnya di Gedung Putih minggu ini, Trump mengisyaratkan bahwa AS sudah memiliki daftar sasaran spesifik.

    “Kita tahu semua rute. Kita tahu alamat setiap gembong narkoba. Kita tahu alamat mereka. Kita tahu pintu depan mereka. Kita tahu segalanya tentang masing-masing dari mereka,” katanya.

    Trump menggambarkan situasi tersebut sebagai “seperti perang”, dengan alasan bahwa kartel telah membunuh “ratusan ribu” warga AS melalui narkoba seperti kokain, heroin, metamfetamin, dan fentanil.

    Meski demikian, Garmany menilai serangan AS di Meksiko kemungkinan besar akan berdampak kecil mengingat kekuatan kartel di negara tersebut. Pemerintah Meksiko sendiri telah terlibat dalam konflik panjang dan mematikan sejak mendeklarasikan “perang” terhadap narkoba dua dekade lalu.

    “Kartel Meksiko adalah salah satu organisasi kriminal terkuat dan paling terorganisasi di dunia. Mereka memiliki sumber daya luas dan posisi geografis unik, berada di antara AS dan Amerika Latin. Melancarkan serangan militer yang ditargetkan akan lebih seperti aksi pencitraan daripada hal lain. Itu tidak akan menghentikan salah satu rantai pasokan ilegal paling menguntungkan di dunia,” katanya.

    Sejak kembali menjabat pada Januari, Trump telah menggunakan perintah eksekutif dan celah hukum untuk membenarkan tindakan militer terhadap kartel narkoba tanpa persetujuan Kongres. Termasuk di antaranya penetapan enam kartel sebagai “organisasi teroris asing”, yang memungkinkan Gedung Putih mengklaim serangan militer sebagai bagian dari upaya menjaga keamanan nasional.

    Sejak September, Gedung Putih telah meluncurkan setidaknya 20 serangan terhadap kapal yang disebut membawa narkoba di Karibia dan Pasifik, menewaskan setidaknya 80 orang, meskipun belum ada bukti publik yang disampaikan terkait hubungan para korban dengan kartel seperti Tren de Aragua dari Venezuela.

    Pemerintahan Trump menyebut operasi-operasi itu sebagai “konflik bersenjata non-internasional” yang menyasar “narkoteroris” dan “kombatan ilegal”, sebuah konsep yang kontroversial dan pertama kali digunakan di era Presiden George W. Bush dalam “war on terror” untuk membenarkan tindakan terhadap kelompok seperti al-Qaeda.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Akan Sambut Putra Mahkota Saudi, Pertama Sejak Pembunuhan Khashoggi

    Trump Akan Sambut Putra Mahkota Saudi, Pertama Sejak Pembunuhan Khashoggi

    Washington DC

    Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), akan menerima sambutan mewah dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih pada Selasa (18/11) waktu setempat. Ini menjadi kunjungan pertama MBS ke AS sejak kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi tahun 2018 lalu.

    Trump dan MBS diperkirakan akan menandatangani kesepakatan pertahanan dan nuklir antara kedua negara.

    Trump, seperti dilansir AFP, Selasa (18/11/2025), diperkirakan akan menggelar karpet merah untuk MBS yang disertai penerbangan jet-jet tempur AS, tembakan meriam, dan jamuan makan malam — memberikan kesempatan kepada sang Pangeran Saudi untuk menikmati jamuan makan malam kenegaraan, meskipun dia bukan kepala negara.

    Sejak kembali menjabat di Gedung Putih pada Januari lalu, Trump memprioritaskan peningkatan hubungan dengan Riyadh. Pada Senin (17/11), dia mengatakan dirinya akan menjual jet tempur siluman F-35 buatan AS kepada Saudi, meskipun ada kekhawatiran dari Israel.

    Di bidang lainnya yang pernah diperdebatkan, menurut sumber yang mengetahui negosiasi kedua negara, dia akan menandatangani kesepakatan tentang kerangka kerja sama nuklir.

    Trump juga akan mendorong MBS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, seiring dia mengupayakan kesepakatan perdamaian Timur Tengah yang lebih luas setelah perang Gaza diakhiri.

    “Kita lebih dari sekadar bertemu. Kita menghormati Arab Saudi, sang Putra Mahkota,” kata Trump kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan AS, Air Force One, pada Jumat (14/11) ketika ditanya tentang kunjungan tersebut.

    Di sisi lain, MBS menantikan awal baru dalam kunjungan pertamanya ke AS sejak pembunuhan Khashoggi oleh agen-agen Saudi yang memicu kemarahan global. Kasus itu sempat memperburuk hubungan antara Riyadh dan Washington, karena intelijen AS mengindikasikan MBS menyetujui operasi pembunuhan itu — sebuah tuduhan yang dibantah otoritas Saudi.

    Namun, pangeran berusia 40 tahun ini menjalin hubungan dekat dengan Trump dan keluarganya selama bertahun-tahun. Hubungan itu dipererat dengan sambutan mewah dan janji investasi US$ 600 miliar ketika Trump berkunjung ke Riyadh pada Mei lalu.

    MBS juga memiliki agenda mengupayakan jaminan keamanan AS setelah serangan Israel terhadap Qatar, sekutu dekat AS, pada September lalu mengguncang kawasan Teluk. Selain mengincar jet tempur siluman F-35, Riyadh juga berniat membeli sistem pertahanan udara dan rudal canggih AS.

    Namun, Saudi dinilai kemungkinan besar tidak akan menyetujui normalisasi dengan Israel pada tahap ini. Potensi langkah Riyadh menuju normalisasi dengan Tel Aviv, dengan imbalan jaminan keamanan dan energi tertunda setelah perang Gaza berkecamuk tahun 2023 lalu.

    Saudi tampaknya tidak ingin mengalah tanpa adanya kemajuan dalam upaya internasionalnya untuk pembentukan negara Palestina.

    Lihat juga Video: Konfrontasi Biden ke Putra Mahkota Saudi soal Pembunuhan Khashoggi

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trump Bilang Tak Masalah Serang Meksiko Demi Setop Narkoba

    Trump Bilang Tak Masalah Serang Meksiko Demi Setop Narkoba

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuduh otoritas Meksiko gagal menangani kelompok-kelompok penyelundup narkoba. Trump bahkan mengatakan dirinya tidak akan keberatan untuk melancarkan serangan ke negara tetangga AS di selatan itu demi menghentikan peredaran narkoba.

    “Apakah saya akan melancarkan serangan di Meksiko untuk menghentikan narkoba? Saya tak masalah. Apa pun yang harus kita lakukan untuk menghentikan narkoba,” kata Trump pada Senin (17/11) waktu setempat ketika ditanya oleh para wartawan di Gedung Putih tentang apakah ia akan menyetujui operasi antinarkoba AS di Meksiko.

    “Saya tidak mengatakan saya akan melakukannya, tetapi saya akan bangga melakukannya. Karena kita akan menyelamatkan jutaan nyawa dengan melakukannya,” imbuh Trump, dilansir kantor berita AFP, Selasa (18/11/2025).

    Sejak Agustus, Washington telah mempertahankan kehadiran militer yang signifikan di kawasan Karibia, termasuk enam kapal perang, yang secara resmi disebut ditujukan untuk memerangi perdagangan narkoba yang ditujukan ke Amerika Serikat. Namun, spekulasi beredar luas bahwa Washington mungkin sedang mempertimbangkan intervensi militer terhadap pemimpin kuat Venezuela, Presiden Nicolas Maduro.

    Washington bahkan mengumumkan kapal induk USS Gerald R Ford, yang merupakan kapal induk terbesar di dunia, telah tiba di perairan Karibia, atau di dekat Venezuela.

    Komando Selatan AS atau SOUTHCOM, yang mengawasi pasukan Amerika di kawasan Amerika Latin dan Karibia, seperti dilansir AFP, Senin (17/11/2025), mengatakan bahwa Satuan Tempur kapal induk USS Gerald R Ford telah memasuki wilayah tanggung jawabnya.

    Dalam pengumuman pada Minggu (16/11) waktu setempat, SOUTHCOM mengatakan bahwa USS Gerald R Ford beserta satuan tempurnya telah memasuki Laut Karibia, yang berada di sebelah utara daratan Venezuela.

    Dikatakan oleh SOUTHCOM dalam pengumumannya bahwa langkah tersebut mengikuti “arahan Trump untuk membubarkan Organisasi Kriminal Transnasional dan melawan terorisme narkotika dalam membela tanah air”.

    Satuan tempur USS Gerald R Ford mencakup kapal induk tercanggih dan terbesar di dunia itu, dua kapal penghancur yang dilengkapi rudal berpemandu, dan sejumlah kapal serta pesawat militer pendukung lainnya.

    Mereka bergabung dengan beberapa kapal perang AS yang sudah terlebih dahulu berada di Karibia, dalam pengerahan yang disebut oleh Pentagon sebagai “Operation Southern Spear”.

    Sejak meluncurkan operasi militer yang menargetkan perdagangan narkoba di Karibia pada September lalu, pasukan AS telah menewaskan sedikitnya 80 orang dalam rentetan serangan terhadap setidaknya 20 kapal yang diduga mengangkut narkoba di perairan internasional.

    AS tidak merilis detail apa pun untuk mendukung klaimnya bahwa orang-orang yang menjadi target serangannya itu memang benar penyelundup narkoba. Para pakar menilai kematian akibat serangan AS itu merupakan pembunuhan di luar hukum, meskipun targetnya adalah para penyelundup narkoba.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Trump Setuju Jual Jet Tempur Siluman F-35 ke Arab Saudi

    Trump Setuju Jual Jet Tempur Siluman F-35 ke Arab Saudi

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan negaranya akan menjual jet tempur siluman F-35 kepada Arab Saudi. Trump memuji Saudi sebagai “sekutu yang hebat”.

    Persetujuan Trump ini, seperti dilansir Al Arabiya dan Anadolu Agency, Selasa (18/11/2025), disampaikan menjelang kunjungan kerja Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), ke AS pada Selasa (18/11) waktu setempat. Trump dan MBS akan melakukan pembicaraan di Gedung Putih.

    “Mereka (Saudi-red) ingin membelinya, mereka sekutu yang hebat,” kata Trump saat berbicara kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih pada Senin (17/11) waktu AS.

    Ketika ditanya wartawan soal apakah dirinya berencana menjual jet tempur canggih buatan AS itu kepada Saudi, Trump menjawab: “Iya, saya akan mengatakan bahwa kita akan melakukannya. Kita akan menjual F-35.”

    Pernyataan terbaru Trump itu disampaikan setelah pada Jumat (14/11) lalu, dia mengatakan bahwa Riyadh telah menunjukkan minat yang besar untuk membeli jet tempur canggih buatan Lockheed Martin tersebut.

    Trump menyebut Saudi ingin membeli banyak unit jet tempur siluman F-35, yang teknologinya sangat dijaga kerahasiaannya oleh AS. Pembelian jet tempur siluman selama ini dibatasi hanya untuk sekutu-sekutu dekat AS saja.

    “Mereka ingin membeli banyak jet. Mereka meminta saya untuk mempertimbangkannya. Mereka ingin membeli banyak jet ’35’, tetapi mereka sebenarnya ingin membeli lebih dari sekadar jet tempur,” ucap Trump pada saat itu.

    Sebelum Trump menyampaikan persetujuannya ini, laporan sejumlah media lokal AS menyebut dia cenderung mendukung penjualan tersebut.

    Laporan media terkemuka Bloomberg, yang mengutip seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, menyebut Trump dan MBS diperkirakan akan mencapai kesepakatan yang memungkinkan Saudi membeli jet tempur siluman F-35 selama kunjungannya ke Washington DC.

    Di samping itu, kedua pemimpin juga diperkirakan akan mencapai kesepakatan ekonomi dan pertahanan lainnya, termasuk kesepakatan mengenai gas alam cair.

    Tonton juga video “Trump Yakin Thailand-Kamboja Akan Baik-baik Saja Meski Ada Konflik”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trump Tak Tutup Kemungkinan Kerahkan Pasukan AS ke Venezuela

    Trump Tak Tutup Kemungkinan Kerahkan Pasukan AS ke Venezuela

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak untuk mengesampingkan kemungkinan pengerahan pasukan AS ke wilayah Venezuela. Namun, Trump menambahkan bahwa dirinya “mungkin” akan berbicara dengan Presiden Nicolas Maduro.

    Pernyataan terbaru Trump ini disampaikan saat ketegangan antara AS dan Venezuela semakin meningkat, dengan Washington terus menambah pengerahan aset-aset militernya ke kawasan Karibia, yang diklaim sebagai bagian dari operasi memberantas perdagangan narkotika.

    Yang terbaru, Pentagon baru saja mengumumkan kedatangan kapal induk AS USS Gerald R Ford, kapal induk terbesar di dunia, ke perairan Laut Karibia yang terletak di sebelah utara Venezuela.

    Ketika ditanya oleh wartawan di Gedung Putih soal apakah dirinya akan mengesampingkan kemungkinan pengerahan pasukan AS ke daratan Venezuela, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (18/11/2025), Trump mengakui dirinya tidak menutup kemungkinan pengerahan semacam itu.

    “Saya tidak mengesampingkan kemungkinan itu. Saya tidak mengesampingkan kemungkinan apa pun,” tegas Trump dalam pernyataan terbaru pada Senin (17/11) waktu setempat.

    “Kita hanya perlu mengurus Venezuela. Mereka membawa ratusan ribu orang ke negara kita dari penjara-penjara mereka,” ucapnya.

    “Kita memiliki perbatasan yang sangat ketat saat ini; tidak ada yang masuk, tetapi kita mendapati jutaan orang yang datang berbondong-bondong setahun lalu,” imbuh Trump.

    Namun, pada saat bersamaan, Trump juga mengatakan dirinya terbuka untuk berdialog langsung dengan Maduro saat ketegangan terus meningkat di Karibia, yang menjadi lokasi rentetan serangan AS terhadap kapal-kapal yang diduga menyelundupkan narkoba beberapa waktu terakhir.

    Saat ditanya lebih lanjut apakah dirinya akan berkomitmen untuk berdialog dengan Maduro sebelum mengizinkan serangan tambahan, Trump mengatakan dirinya “mungkin akan berbicara dengannya”.

    Lebih lanjut, Trump mengisyaratkan kesediaan untuk mengambil tindakan serupa di negara-negara tetangga Venezuela. Dia mengatakan dirinya bersedia melancarkan serangan di dalam wilayah Meksiko dan Kolombia untuk menghentikan peredaran narkoba.

    “Apakah saya akan melancarkan serangan di Meksiko untuk menghentikan narkoba? Saya tidak keberatan, apa pun yang harus kami lakukan untuk menghentikan narkoba,” ucapnya.

    “Kolombia memiliki pabrik-pabrik kokain tempat mereka memproduksi kokain. Apakah saya harus menghancurkan pabrik-pabrik itu? Saya akan dengan bangga melakukannya… karena kita akan menyelamatkan jutaan nyawa,” kata Trump.

    Tonton juga video “Trump Yakin Thailand-Kamboja Akan Baik-baik Saja Meski Ada Konflik”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS-China Panas Lagi, Gedung Putih Sebut Perusahaan Jack Ma

    AS-China Panas Lagi, Gedung Putih Sebut Perusahaan Jack Ma

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa teknologi dari China, Alibaba, dituduh membantu operasi militer China untuk menargetkan Amerika Serikat (AS). Hal ini diketahui dari sebuah memo di Gedung Putih yang dilaporkan oleh Financial Times (FT).

    Memo tersebut menuduh bahwa Alibaba menyediakan dukungan teknologi untuk operasi militer China terhadap AS. Informasi ini terungkap di kala hubungan China dan AS masih terus tegang, meskipun kedua negara sudah membuat kesepakatan terkait tarif dan logam tanah jarang.

    Namun, FT menegaskan tidak dapat memverifikasi klaim itu secara independen dan tidak mempublikasikan isi memo secara lengkap. Hingga kini juga belum jelas kapan memo itu dirilis. Gedung Putih menolak memberikan komentar.

    Alibaba langsung membantah tuduhan tersebut. Dalam pernyataannya kepada CNBC International, perusahaan menyebut laporan itu sepenuhnya salah dan menuding ada pihak yang ingin merusak hubungan dagang antara AS dan China.

    “Kami mempertanyakan motivasi di balik kebocoran anonim yang bahkan tidak dapat diverifikasi FT,” kata Alibaba, dikutip dari CNBC International, Selasa (18/11/2025).

    Perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma itu menilai informasi tersebut sebagai operasi PR jahat yang ingin mengganggu kesepakatan dagang terbaru antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping.

    Trump dan Xi bertemu di Korea Selatan bulan lalu untuk pertama kalinya sejak Trump memulai masa jabatan keduanya. Keduanya menyepakati rollback tarif dan pelonggaran kontrol ekspor selama setahun ke depan sebagai upaya meredakan tensi hubungan dua ekonomi terbesar dunia itu.

    Namun, laporan FT ini justru memunculkan spekulasi baru. Andy Rothman, pendiri Sinology, mengatakan minimnya detail dalam memo tersebut memperkuat dugaan adanya faksi garis keras China hawks di pemerintahan AS yang ingin menggagalkan kesepakatan Trump-Xi.

    Ia juga mencatat bahwa Trump tidak menyinggung laporan tersebut, serta mengingatkan bahwa seluruh perusahaan cloud besar AS juga memiliki kontrak dengan pemerintah AS.

    AS dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan pembatasan terhadap akses China ke chip canggih untuk melatih model kecerdasan buatan (AI). Tekanan geopolitik ini turut menyeret pasar.

    Harga saham Alibaba di AS sempat anjlok 3,78% pada Jumat usai laporan FT, menunjukkan kekhawatiran pasar terhadap potensi sanksi baru. Namun saham perusahaan bangkit lebih dari 1% di Hong Kong pada Senin.

    Kyle Chan, peneliti Brookings, mengatakan reaksi pasar mencerminkan kondisi industri AI China yang berada dalam posisi sensitif. Ia menyebut laporan itu muncul di saat model AI open-source Alibaba, Qwen, semakin populer di Silicon Valley, yang bisa mengancam model berbayar dari OpenAI dan Anthropic. Pada saat yang sama, investor mulai khawatir akan potensi gelembung AI.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]